Anda di halaman 1dari 11

KEGIATAN EKONOMI DAN LOKASI

1. Kegiatan Ekonomi Menurut Paul A. Samuelson ekonomi merupakan cara-cara yang dilakukan oleh manusia dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumbersumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya suatu keinginan akan pemenuhan kebutuhan maka dilakukanlah produksi berbagai komoditas dengan prinsip ekonomi yang menggunakan modal minimal dan menghasilkan keuntungan yang optimal. Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor-faktor produksi yang umumnya digunakan adalah tenaga kerja, lahan, dan modal.

Faktor Produksi (Griffin R: 2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources). 1) Sumber Daya Fisik Faktor Produksi Fisik Ialah Semua Kekayaan Yang Terdapat Di Alam Semesta Dan Barang Mentah Lainnya Yang Dapat Digunakan Dalam Proses Produksi. Faktor Yang Termasuk Di Dalamnya Adalah Tanah, Air, Dan Bahan Mentah (Raw Material). 2) Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya. 3) Modal Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan

sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank. 4) Kewirausahaan Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebanyak dan sebagus apa pun faktor produksi alam, tenaga manusia, serta modal yang dipergunakan dalam proses produksi, jika dikelola dengan tidak baik, hasilnya tidak akan maksimal. 5) Sumber Daya Informasi Sumber daya informasi adalah seluruh data yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini bisa berupa ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan, dan data-data ekonomi lainnya.

Proses Produksi Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995). Melihat definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi (Ahyari, 2002). Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus (Continous processes) dan proses produksi terputus-putus (Intermettent processes). Jenis Kegiatan Ekonomi 1) Kegiatan Ekonomi Primer adalah kegiatan yang mengolah kekayaan alam dan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang disediakan oleh alam. Contohnya, pertanian, pertambangan, perikanan, kehutanan, peternakan.

2) Kegiatan Ekonomi Sekunder adalah kegiatan yang menghasilkan barang industri atau perusahaan-perusahaan yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi dan siap untuk dikonsumsi masyarakat. Contohnya: perusahaan mobil, sepatu, pakaian, dan lain-lain. 3) Kegiatan Ekonomi Tersier adalah kegiatan yang menghasilkan jasajasa perusahaan yang menyediakan pengangkutan (transportasi), menjalankan perdagangan, memberi pinjaman, dan menyewakan bangunan. Selain berperan sebagai produsen, perusahaan juga sebagai pelaku konsumsi. Perusahaan akan membutuhkan berbagai bentuk faktor produksi seperti bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja, mesin, dan lain sebagainya. Semua itu dapat diperoleh dengan cara membeli dari rumah tangga keluarga atau rumah tangga pemerintah (negara). Misalnya, perusahaan roti, akan membutuhkan telur, tepung terigu, gula pasir, bahan pengembang, tenaga kerja, oven, dan sebagainya. Barangbarang tersebut dikonsumsi perusahaan untuk memperlancar proses produksi. 2. Ruang Kegiatan Ekonomi Ruang merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan wilayah. Konsep ruang mempunyai beberapa unsur, yaitu:

Jarak Lokasi Bentuk Ukuran

Konsep ruang sangat berkaitan erat dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan segalanya. membutuhkan organisasi/pengaturan ruang dan waktu. Unsur-unsur tersebut di atas secara bersama-sama menyusun unit tata ruang yang di sebut wilayah. Menurut Hanafiah (1985) konsep jarak mempunyai dua pengartian, yaitu: jarak absolut dan jarak relatif yang mempengaruhi konsep ruang. Konsep jarak dan ruang relatif ini berkaitan dengan hubungan fungsional diantara fenomena, dalam struktur fungsional tata ruang. Jarak relative merupakan fungsi dari pandangan atau persepsi terhadap jarak. Dalam konsep ruang absolut, jarak di ukur secara fisik, sedangkan dalam konsep ruang relative jarak di ukur secara fungsional berdasarkan unit waktu, ongkos dan usaha. Ide mendasar dari konsep ruang relatif adalah persepsi terhadap dunia nyata. Persepsi manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, sosial budaya, politik, psikologi dan sebagainya. Lokasi dan kegiatan manusia saling mempengaruhi, lokasi mampu membentuk kegiatan didalamnya maupun kegiatan akan mempengaruhi perkembangan lokasinya sehingga tercipta variansi pola lokasi. Lokasi memiliki keunggulan komparatif yang berbeda bagi kegiatan tertentu

disebabkan oleh beberapa kriteria lokasi seperti aspek lingkungan, kualitas medan, karakter / dimensi ruang yang menyangkut luas/ besaran, pola pembangunan yang sudah ada, orientasi lokasi, aktivitas lokasi, dan faktor ekonomi, sosial, politik. Kegiatan ekonomi merupakan aktivitas manusia yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan memanfaatan potensi yang dimiliki dalam bentuk aktivitas produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kegiatan ekonomi menjadi aspek dominan yang berkembang di suatu kawasan yang mempengaruhi pola penggunaan lahan dan memberikan dampak luas bukan hanya terhadap ekonomi masyarakat, akan tetapi juga pada kondisi sosial, budaya, dan fisik lingkungan. Lokasi menjadi faktor utama yang dipertimbangkan dalam merencanakan aktivitas ekonomi, dimana tahapan pemilihan lokasi dilaksanakan dengan mempertimbangkan kriteria tertentu seperti dekat dengan daerah pemasaran, aksesibilitas yang baik, serta ketersediaan sumber daya pendukung dengan tujuan mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan. Lokasi merupakan faktor yang berperan untuk menentukan aktivitas ekonomi mampu berkembang atau tidak, yang akan mengukur kesesuaian lokasi untuk kegiatan ekonomi. 3. Skala Ekonomi Dan Dis-ekonomi 3.1.Skala Ekonomi Skala ekonomi (economies of scale) Carpenter dan Sanders (2007) menunjuk kepada keuntungan biaya rendah yang didapat dari ekspansi aktivitas operasional dalam sebuah perusahaan dan merupakan salah satu cara untuk meraih keunggulan biaya rendah (low cost advantage) demi menciptakan keunggulan bersaing. Economies of scale bisa diperoleh dari proses pengembangan dan efisiensi kerja di dalam aktivitas operasional di semua departemen yang ada pada perusahaan. Selain itu, perusahaan dengan beragam ukuran dimana dapat menikmati keuntungan economies of scale selama skala produksi ditingkatkan. Keuntungan biaya yang didapat dengan menggunakan economies of scale berasal dari penurunan average total cost per unit produk atau layanan melalui peningkatan hasil produksi dalam sebuah periode tertentu. Menurut Pearson dan Wisner (1993), economies of scale dapat dibagi menjadi dua yaitu volume economies of scale dan learning economies of scale. 1) Volume economies of scale adalah penurunan biaya per unit yang diperoleh dari peningkatan kapasitas produksi. 2) Learning economies of scale menyangkut penurunan biaya per unit yang didapat dari transformasi yang dialami perusahaan seperti peningkatan kemampuan karyawan, proses produksi, dan perencanaan

yang terakumulasikan sejalan dengan waktu. Learning economies of scale ini berhubungan dengan konsep learning curve yang menyatakan adanya penurunan biaya per unit apabila sebuah proses dilakukan berulang kali. 3.2.Skala Dis-ekonomi Walaupun perusahaan dapat mendapatkan keuntungan economies of scale apabila meningkatkan skala aktivitasnya, kondisi diseconomies of scale dimana average total cost per unit dalam periode tertentu semakin meningkat bila jumlah hasil produksi terus ditingkatkan dapat terjadi. Sumber dari timbulnya diseconomies of scale berasal dari birokrasi, upah buruh yang tinggi, dan operasi yang tidak efisien. (Carpenter dan Sanders, 2007).

4. Teori Lokasi Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77). Berikut ini ada beberapa pengertian teori lokasi menurut para ahli yaitu sebagai berikut: 1) Hoover dan Giarratan (2007) Teori lokasi merupakan ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti:

bahan baku lokal (local input). permintaan lokal (local demand). bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input). permintaan luar (outside demand).

2) Von Thunen (1826) Mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin

tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. 3) Weber (1909) Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. 5. Aglomerasi Ekonomi Terdapat 3 skala ekonomi yang terjadi di perusahaan-perusahaan, yaitu skala ekonomi konstan, skala ekonomi meningkat dan skala ekonomi menurun. Skala ekonomi tersebut akan menentukan keputusan bagi perusahaan apakah mereka tetap mengelompok atau tidak. Pada kasus skala ekonomi konstan pengelompokan yang terjadi tidak akan berlangsung lama. Sebaliknya pada skala ekonomi meningkat pengelompokan ekonomi akan terus berlanjut. Pengelompokan perusahaan dan aktivitas dalam suatu wilayah dikenal dengan istilah aglomerasi. Aglomerasi versi Weber Aglomerasi adalah pengelompokkan beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk daerah khusus industri. Aglomerasi juga bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu aglomerasi primer di mana perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan perusahaan lama, dan aglomerasi sekunder jika perusahaan yang baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama. Beberapa sebab yang memicu terjadinya aglomerasi: 1) Tenaga kerja tersedia banyak dan banyak yang memiliki kemampuan dan keahlian yang lebih baik dibanding di luar daerah tersebut. 2) Suatu perusahaan menjadi daya tarik bagi perusahaan lain. 3) Berkembangnya suatu perusahaan dari kecil menjadi besar, sehingga menimbulkan perusahaan lain untuk menunjang perusahaan yang membesar tersebut. 4) Perpindahan suatu kegiatan produksi dari satu tempat ke beberapa

tempat lain. 5) Perusahaan lain mendekati sumber bahan untuk aktifitas produksi yang dihasilkan oleh perusahaan yang sudah ada untuk saling menunjang satu sama lain. Deglomerasi adalah suatu kecenderungan perusahaan untuk memilih lokasi usaha yang terpisah dari kelompok lokasi perusahaan lain. Beberapa sebab yang memicu terjadinya deglomerasi : 1) Harga buruh yang semakin meningkat di daerah padat industri 2) Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah banyak dipakai untuk perumahan dan kantor pemerintah. 3) Harga tanah yang semakin tinggi di daerah yang telah padat. 4) Sarana dan Prasarana di daerah lain semakin baik namun harga tanah dan upah buruh masih rendah. 5) Adanya kompetisi antar industri. Weber menyusun model yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locational triangle). Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor penentu yaitu: 1) Material. 2) Konsumsi. 3) Tenaga Kerja. Ketiga faktor di atas oleh Weber diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Weber juga masih mengajukan beberapa asumsi lagi yaitu: 1) Hanya tersedia satu jenis alat transportasi. 2) Lokasi pabrik hanya ada di satu tempat. 3) Jika ada beberapa macam bahan mentah maka sumbernya juga berasal dari beberapa tempat. 5.1. Keuntungan Dan Kerugian Aglomerasi Keuntungan dari aglomerasi ekonomi adalah menghemat biaya transportasi dan menghemat biaya iklan. Dengan demikian, secara umum maka biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan akan dapat dihemat dari adanya pengelompokan tersebut. Adapun dampak negatif dari adanya aglomerasi ekonomi adalah: a) Timbulnya kemacetan

b) Timbulnya berbagai jenis polusi, dan c) Meningkatnya angka kriminalitas.

5.2. Jenis Aglomerasi Jenis-jenis aglomerasi dan pengelompokan ekonomi lainnya dijelaskan sebagai berikut. 1) Terdapat 3 jenis aglomerasi ekonomi, yaitu: a) Internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar, b) Lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri yang sejenis yang terletak pada lokasi yang sama, dan c) Urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri yang berbeda-beda yang mengelompok di lokasi yang sama. Menurut Hoover jenis-jenis aglomerasi tersebut terutama disebabkan oleh adanya perbedaan definisi antara perusahaan dan industri. Perusahaan adalah aktivitas yang mengkombinasikan input sedemikian rupa untuk menghasilkan barang atau jasa. Industri adalah kumpulan perusahaan yang memproduksi produk yang sejenis. Pasar Lahan dan Model Von Thunen 1) Lahan merupakan satu-satunya faktor produksi yang tidak mengalami peningkatan sehingga kurva permintaan lahan akan berbentuk vertikal. Jika terjadi kenaikan permintaan terhadap lahan maka harga sewa lahan akan semakin meningkat. 2) Menurut von Thunen kurva bid-rent akan ber-slope negatif. Lebih lanjut von Thunen menyatakan bahwa harga output dan biaya transportasi merupakan 2 faktor penting dalam menentukan radius suatu perkotaan. Jika harga output naik maka radius pasar akan meningkat. Jika biaya transportasi semakin meningkat maka raidus kota akan berkurang. 3) Jika terjadi persaingan antarprodusen dalam memanfaatkan lahan maka produsen yang mampu membayar sewa lahan yang paling tinggi akan memenangkan persaingan tersebut. Umumnya kegiatan yang nilai jualnya tinggi akan cenderung berlokasi di dekat pusat kota, sebaliknya kegiatan yang nilai jualnya rendah akan cenderung berlokasi di pinggiran kota.

Model Bid-Rent (Penawaran Sewa) bagi Perusahaan dan Rumah Tempat Tinggal 1) Pada model bid-rent perbandingan antara penggunaan lahan dengan non-lahan diasumsikan sudah mengalami perubahan. Artinya, jika sewa lahan sangat tinggi maka produsen/rumah tangga akan menggunakan lahan dalam jumlah yang sedikit, dan mengompensasi dengan menggunakan barang non-lahan lebih banyak. Sementara pada model von Thunen perbandingan antara lahan dengan non-lahan diasumsikan tetap. Dengan demikian, kurva bid-rent akan berbentuk cembung terhadap titik asal, sedangkan menurut von Thunen kurva bid-rent akan berbentuk garis lurus. 2) Untuk menghemat biaya transportasi maka sektor perekonomian yang berorientasi kepada konsumen akan memilih lokasi dekat pusat kota. Sebaliknya pada sektor yang memerlukan lahan yang relatif lebih luas dan membutuhkan bahan mentah dari sektor-sektor pertanian maka untuk menghemat biaya transportasi sektor ini akan cenderung berlokasi di pinggiran kota. 3) Lokasi tempat tinggal antargolongan rumah tangga sangat ditentukan oleh jarak relatif. Jika jarak relatif diasumsikan konstan maka rumah tangga kaya cenderung akan berlokasi di pinggiran kota, sementara rumah tangga yang berpendapatan rendah berlokasi di pusat kota. Sebaliknya apabila jarak relatif semakin meningkat maka rumah tangga yang berpendapatan tinggi akan berlokasi di pusat kota dan rumah tangga berpendapatan rendah berlokasi di pinggiran kota. 6. Perhitungan Lokasi Optimal (Alfred Weber) Proses pemilihan lokasi optimal yaitu lokasi terbaik secara ekonomis (dapat memberikan keuntungan maksimal, biaya terendah dan pendapatan tertinggi). Pengambilan keputusan untuk memilih lokasi merupakan kerangka kerja yang prospektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil, yaitu pemilihan lokasi-lokasi yang strategis, artinya lokasi itu memiliki atau memberikan pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau perlu diperhitungkan dalam menentukan lokasi industri dinamakan faktor lokasi, yaitu sebagai berikut: a) Bahan mentah, merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan industri, sehingga harus selalu tersedia dalam jumlah besar demi kelancaran produksi. b) Modal, peranannya sangat penting untuk kelancaran kegiatan produksi, baik dalam pengadaan bahan mentah, upah kerja dan biaya produksi lainnya.

c) Tenaga kerja, merupakan tulang punggung kelancaran proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya. d) Sumber energi, kegiatan industri memerlukan sumber energi, baik berupa energi listrik, BBM dan gas. e) Transportasi dan komunikasi, lokasi industri harus dekat dengan prasarana dan sarana angkutan atau perhubungan dan komunikasi, seperti jalan raya, jalan kereta api dan pelabuhan untuk memudahkan pengangkutan hasil industri dan bahan mentah, serta telepon untuk memudahkan arus informasi. f) Pemasaran, lokasi industri harus menjangkau konsumen sedekat mungkin agar hasil produksi mudah dipasarkan. g) Teknologi, penggunaan teknologi yang kurang tepat guna dapat menghambat jalannya suatu kegiatan industri. h) Peraturan, peraturan atau perundang-undangan sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan industri. seperti peraturan tata ruang, fungsi wilayah, UMR, perijinan, sistem perpajakan dan sebagainya. i) Lingkungan, faktor lingkungan yang kurang kondusif selain menghambat kegiatan industri juga kurang menjamin keberadaannya. Misalnya keamanan, jarak ke lokasi pemukiman, polusi atau pencemaran, dan sebagainya. j) Iklim dan sumber air, menentukan kegiatan industri, artinya keadaan iklim dan ketersediaan sumber air jangan sampai menghambat kegiatan produksi. Prinsip teori Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least cost location) yaitu tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya minimum, tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Prinsip tersebut didasarkan pada enam asumsi bersifat prakondisi, yaitu : 1) Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM) 2) Ketersediaan sumber daya bahan mentah. 3) Upah tenaga kerja. 4) Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah) 5) Persaingan antar kegiatan industri. 6) Manusia berpikir secara rasional.

Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah segitiga lokasional (locational triangle), yang didasarkan pada asumsi : 1) Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna. 2) Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas. 3) Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat. 4) Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang mobilitasnya tinggi. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar dengan memperhitungkan bagaimana cara meminimalkan biaya transportasi.Weber mengembangkan konsep tiga arah yang dikenal dengan teori segitiga lokasi (locational triangle) seperti gambar berikut, yang kemudian dirumuskan secara matematis dengan sebuah persamaan. T(k) = q [ ( k1 a1 n1 ) + (k2 a2 n2 ) + m k3 ]
T(k) = Biaya angkut minimum M = Sumber bahan baku C = Pasar K = Lokasi optimal industri Q = Output (hasil produksi) K = Jarak dari sumber bahan baku dan pasar A = Koefisien input N = Biaya angkut bahan baku M = Biaya angkut hasil produksi

Weber menyimpulkan bahwa lokasi optimal dari suatu perusahaan industri umumnya terletak di dekat pasar atau sumber bahan baku. Alasannya adalah jika suatu perusahaan industri memilih lokasi pada salah satu dari kedua tempat tersebut, maka ongkos angkut untuk bahan baku dan hasil produksi akan dapat diminimumkan dan keuntungan aglomerasi yang ditimbulkan dari adanya konsentrasi perusahaan pada suatu lokasi akan dapat pula dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai