Anda di halaman 1dari 32

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian-pengertian manajemen,
fungsi-fungsi manajemen, dan unsur-unsur manajemen.

2.1.1 Pengertian Manajemen


Ada beberapa pengertian manajemen menurut para ahli dalam Karyoto
(2016:2-3) ialah sebagai berikut.
1. Menurut Malayu S.P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan.
2. Menurut George R. Terry dan Leslie W. Rue, manajemen adalah suatu
proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan
terhadap suatu kelompok orang kearah tujuan organisasional atau maksud-
maksud yang nyata.
3. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, manajemen adalah aktivitas
kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang
lain sehingga pekerjaaan tersebut dapat diselesaikan secara efektif dan
efisien.

2.1.2 Fungsi Manajemen


Menurut Karyoto (2016:4) fungsi manajemen adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh para manajer sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan yang ingin
dicapai organisasi.
Menurut Amirullah Haris Budiono dalam Karyoto (2016:4) menyatakan
bahwa manajer paling tidak harus melaksanakan empat fungsi, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.

7
8

1. Perencanaan
Perencanaan adalah fungsi untuk merencanakan tujuan yang ingin dicapai
organisasi. Secara operasional tujuan organisasi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu tujuan profit dan nonprofit. Organisasi bertujuan profit harus
menentukan besarnya produksi, target penjualan, serta biaya yang akan
dikeluarkan. Dengan membandingkan pendapatan dan biaya-biaya yang
dikeluarkan, sementara organisasi nonprofit harus menetapkan berbagai
variabel yang dapat memuaskan para pelanggan atau masyarakat.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah fungsi untuk mengelompokkan pekerjaan.
Kegiatan-kegiatan organisasi kecil untuk mencapai tujuan tentu dapat
diurus oleh satu orang atau dengan bantuan beberapa orang terdekat seperti
anggota keluarga atau saudara. Namun tidak demikian bagi organisasi
besar yang memiliki banyak pekerjaan untuk diselesaikan. Pekerjaan-
pekerjaan organisasi besar harus dikelompokkan agar lebih mudah
diselesaikan, dan banyak pekerjaan. Pekerja akan dibutuhkan untuk
mengisi kelompok-kelompok tersebut.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah fungsi untuk memengaruhi para pekerja agar mereka
bersemangat dalam bekerja atau kegiatan dan mampu memberikan hasil
yang maksimal.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi untuk mencegah terjadinya kesalahan-
kesalahan dalam kegiatan. Kesalahan-kesalahan seperti salah cara kerja atau
salah menggunakan waktu, pasti akan muncul karena suatu kegiatan
ditangani oleh banyak pekerja. Kesalahan-kesalahan itu tentu akan
memengaruhi hasil yang dicapai. Apabila banyak produk yang hasilnya
cacat, seperti cacat jumlah, kualitas, dan kuantitas, organisasi pasti kecewa,
langknya untuk mencapai tujuan akan terhambat.
9

2.1.3 Unsur-Unsur Manajemen


Menurut Abd Rohman (2017:11), unsur-unsur manajemen secara sederhana
dapat dimaknai sebagai suatu elemen pokok yang harus ada di dalamnya, dimana
manajemen tidak akan sempurna bahkan tidak dapat dikatakan sebagai manajemen
tanpa kehadiran dari elemen-elemen pokok tersebut. dengan kata lain, bahwa
manajemen tersusun atas elemen-elemen pokok tersebut yang menjadi satu
kesatuan dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Phiffner John F dan Presthus Robert V dalam Abd Rohman
(2017:11), bahwa manajemen mengandung lima unsur pokok, yang dikenal dengan
5M, yaitu:
1. Men (Manusia/orang)
2. Money (Uang)
3. Materials (Material)
4. Machines (Mesin), dan
5. Methods (Metode/cara)

2.2 Manajemen Produksi


Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian manajemen produksi,
dan ruang lingkup manajemen produksi.

2.2.1 Pengertian Manajemen Produksi


Manajemen produksi menurut Sofjan Assauri (2017:19), merupakan
kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya
yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta
bahan, secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) sesuatu barang atau jasa.
Sedangkan menurut Anton Athoillah (2017:80) Manajemen produksi adalah
kegiatan mengatur penciptaan dan penambahan kegunaan barang atau jasa.
Kegiatan produksi dalam setiap perusahaan membutuhkan pengelolaan yang baik
karena berkaitan dengan hal berikut:
10

1. Perhitungan kuantitas dan kualitas produksi.


2. Adanya permintaan barang atau jasa.
3. Ketersediaan barang atau jasa.
4. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan barang atau jasa ruang lingkup
manajemen peoduksi
5. Pengambilan keputusan yang menyangkut ada-tidaknya pengadaan barang
dan arti pembuatan yang baru maupun penambahan.
6. Situasi pasar yang memungkinkan keluarnya barang dengan optimal.
7. Keseimbangan antara biaya produksi dan keuntungan yang akan diperoleh
menurut perhitungan sebelumnya.
8. Pengamatan terhadap pihak-pihak yang memesan barang.
9. Pemeriksaan mesin atau alat-alat yang mendukung terpenuhinya
produktivas barang dan jasa.
10. Jumlah karyawan yang menangani produksi.
11. Pembuatan desain produk yang lebih trendi.
12. Lokasi tempat produksi dan jarak yang ditempuh menuju pasar produksi.
13. Prediksi pemasaran barang menurut target yang diperhitungkan dengan
memerhitungkan perputaran modal awal menurut hitungan kotor dan
hitungan bersih.
14. Pemeliharaan alat-alat produksi dan intensif lembur pegawai.

2.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Produksi


Menurut Sofjan Assauri (2017:27), manajemen produksi merupakan
kegiatan yang mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisisan dan
penetapan keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi dan operasi, yang
umumnya bersifat keputusan-keputusan jangka panjang, serta keputusan-keputusan
pada waktu menyiapkan dan melaksanakan kegiatan produksi dan
pengoperasiannya, yang umumnya bersifat keputusan-keputusan jangka pendek.
Dari uraian ini dapatlah kita lihat bahwa manajemen produksi sebenarnya meliputi
kegiatan penyiapan sistem produksi, dan kegiatan pengoperasian sistem produksi.
11

Seperti yang telah diutarakan di atas, maka ruang lingkup manajemen


produksi akan mencakup perancangan atau penyiapan sistem produksi, serta
pengoperasian dari sistem produksi. Pembahasan dalam perancangan atau desain
dari sistem produksi meliputi, sebagai berikut:
1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk)
Kegiatan produksi harus dapat menghasilkan produk, berupa barang atau
jasa, secara efektif dan efisien, serta dengan mutu atau kualitas yang baik.
Kegiatan ini harus diawali dengan kegiatan-kegiatan penelitian atau riset,
serta usaha-usaha pengembangan produk yang sudah ada.
2. Seleksi dan perancangan proses dan peralatan
Setelah produk didesain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk
merealisasikan usaha untuk menghasilkan adalah menentukan jenis proses
yang akan dipergunakan serta peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus
dimulai dari penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan
dipergunakan, yang tidak terlepas dengan produk yang akan dihasilkan.
Kegiatan selanjutnya menentukan teknologi dan peralatan yang akan dipilih
dalam pelaksanaan kegiatan produksi tersebut.
3. Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi
Kelancaran produksi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kelancaran
mendapatkan sumber-sumber bahan dan masukan (input), serta ditentukan
pula oleh kelancaran dan biaya penyampaian atau supply produk yang
dihasilkan berupa barang jadi jasa atau jasa ke pasar. Dalam pemilihan
lokasi dan site tersebut, perlu memperhatikan faktor jarak, kelancaran dan
biaya pengangkutan dari sumber-sumber bahan dan masukan (input), serta
biaya pengangkutan dari barang jadi ke pasar.
4. Rancangan tata-letak (lay-out) dan arus kerja atau proses
Kelancaran dalam proses produksi ditentukan pula oleh salah satu faktor
yang terpenting di dalam perusahaan atau unit produksi, yaitu rancangan
tata-letak (lay-out) dan arus kerja atau proses. Rancangan tata-letak harus
mempertimbangkan berbagai faktor antara lain adalah kelancaran arus
kerja, optimalisasi dari waktu pergerakan dalam proses, kemungkinan
12

kerusakan yang terjadi karena pergerakan dalam proses akan minimalisasi


biaya yang timbul dari pergerakan dalam proses atau material handling.
5. Rancangan tugas pekerjaan
Rancangan tugas pekerjaan merupakan bagian yang integral dari rancangan
sistem. Dalam melaksanakan fungsi produksi, maka organisasi kerja harus
disusun, karena organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaan tugas pekerjaan,
merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat membantu
pencapaian tujuan perusahaan atau unit produksi dan operasi tersebut.
6. Strategi produksi serta pemilihan kapasitas
Rancangan sistem produksi harus disusun dengan landasan strategi produksi
yang disiapkan terlebih dahulu. Dalam strategi produksi harus terdapat
pernyataan tentang maksud dan tujuan dari produksi, serta misi dan
kebijakan–kebijakan dasar atau kunci untuk lima bidang, yaitu proses,
kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu atau kualitas.

2.3 Produksi
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian produksi, fungsi
produksi dan sistem produksi.

2.3.1 Pengertian Produksi


Menurut Ferrel et al dalam Roos Kities Andadari (2019:39), produksi adalah
aktivitas dan proses yang digunakan untuk membuat produk yang berwujud
(tangible product). Produksi juga sering disebut dengan pengolahan manufaktur.
Menurut Wirantika Rahma Putri dan Irma Permata Sari (2018:23), produksi
adalah usaha manusia untuk mengubah serta mengolah sumber daya ekonomi
menjadi bentuk serta kegunaan baru. Dengan kata lain, kegiatan produksi adalah
proses mengolah produk yang dapat berupa barang dan jasa. Proses produksi
menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan
dana untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa agar lebih
bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
13

Menurut Sofjan Assauri (2017:17), istilah produksi sering dipergunakan


dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran atau output, baik yang berupa
barang maupun jasa. Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau
proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).
Dalam pengertian yang bersifat umum ini penggunaanya cukup luas, sehingga
mencakup keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Jadi dalam pengertian
produksi dan operasi tercakup setiap proses yang mengubah masukan-masukan
(input) dan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-
keluaran (output), yang berupa barang-barang dan jasa-jasa.

2.3.2 Fungsi Produksi


Menurut Sofjan Assauri (2017:34), secara umum fungsi produksi terkait
dengan pertanggung jawaban dalam pengolahan dan pentransformasian masukan
(input) menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa yang akan dapat
memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan.
Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi adalah:
1. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk
pengolahan masukan (input)
2. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang
perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan, sehingga
proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
3. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari
kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu
atau periode tertentu
4. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud
dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan maskan (input)
14

2.3.3 Sistem Produksi


Menurut Darsono Prawironegoro (2016:88), sistem produksi adalah saling
hubungan input, proses, dan output dalam suatu lingkungan tertentu atau dalam
kurun ruang dan waktu tertentu.
Dalam pengertian secara luas menurut Santoso dan Heryanto (2017:01),
sistem produksi adalah segala sesuatu yang menghasilkan produk. Dalam definisi
secara formal sistem produksi adalah segala sesuatu yang membutuhkan input dan
melalui proses transformasi menjadi ouput dengan sifat yang melekat di dalamnya.
Sedangkan sistem produksi menurut Sofjan Assauri (2017:39), adalah suatu
keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh
dalam pentransformasian masukan menjadi keluaran. Suatu sistem mempunyai
banyak komponen yang terdapat dalam unsur baik bahan, maupun
pentarnsformasiannya serta juga keluarannya.
Dalam komponen masukan dari suatu sistem produksi, seperti terlihat dalam
gambar 2.1 terdiri dari bahan, tenaga kerja (sumber daya manusia), energi, mesin,
modal dan informasi. Antara komponen dalam unsur masukan tidak dapat dipisah-
pisahkan, tetapi secara bersama-sama membentuk suatu sistem dalam
pentransformasian untuk mencapai suatu tujuan akhir bersama. Sistem produksi
mengombinasikan atau menggabungkan dalam proses transformasi, komponen-
komponen masukan tersebut yang berupa bahan, tenaga kerja, modal dan lainnya
dengan suatu cara pengorganisasian yang bertujuan untuk mencapai tujuan akhir
yang sama.
15

Sumber: Sofjan Assauri (2017)


Gambar 2.1 Sistem Produksi

Dari gambar 2.1 terlihat bahwa masukan-masukan tersebut dikonversikan


ke dalam barang dan atau jasa yang menjadi keluaran dengan menggunakan
teknologi proses tertentu yang dipergunakan untuk mentransformasikan berbagai
masukan menjadi keluaran. Dalam gambar tersebut juga terlihat bahwa informasi
umpan balik dipergunakan untuk mengendalikan teknologi proses atau masukan.
Hal ini merupakan hal yang mendasar dalam produksi dan operasi, yang mana
umpan balik (feedback) dipergunakan untuk mengendalikan masukan dalam
menghasilkan keluaran yang diinginkan.
Sistem produksi mempunyai masukan yang dapat berupa bahan baku,
komponen, atau bagian dari produk, barang setengah jadi, formulir-formulir para
pemesan atau langganan dan para pasien. Keluaran dari sistem produksi dapat
berupa barang jadi, barang setengah jadi, bahan-bahan kimia, pelayanan kepada
pembeli dan pasien, formulir-formulir yang telah selesai diisi dan di proses dan lain
sebagainya.
Sistem produksi yang sering dipergunakan dapat dibedakan menjadi atas 2
macam yaitu:
1. Sistem seri, di mana dua atau lebih sistem merupakan satu sistem yang lebih
besar
2. Sistem pararel, di mana perusahaan memproduksi barang-barang yang
serupa di beberapa pabrik dengan lokasi yang berbeda tetapi dalam saat
16

pengerjaan yang sama, sehingga dapat berproduksi dengan jumlah yang


lebih besar
Dalam pelaksanaan sistem produksi dan operasi, terutama dalam kegiatan
menghasilkan produk yang berupa barang, terdapat tiga macam proses, yaitu:
1. Proses produksi yang terus-menerus (continuous process), dimana peralatan
produksi yang digunakan disusun dan diatur dengan memerhatikan urut-
urutan kegiatan atau routing dalam menghasilkan produk tersebut serta arus
bahan dalam proses telah distandarisasi.
2. Proses produksi yang terputus-putus (intermittent process), di mana
kegiatan produksi dilakukan tidak standar, tetapi didasarkan pada produk
yang dikerjakan, sehingga peralatan produksi yang digunakan disusun dan
diatur dapat bersifat lebih luwes (flexible) untuk dapat dipergunakan bagi
menghasilkan berbagai produk dan berbagai ukuran.
3. Proses produksi yang bersifat proyek, di mana kegiatan produksi dilakukan
pada tempat dan waktu yang berbeda-beda, sehingga peralatan produksi
yang digunakan ditempatkan di tempat atau di lokasi dimana proyek
tersebut dilaksanakan dan pada saat yang direncanakan.
Seperti yang diutarakan bahwa setiap sistem terdiri dari subsistem yang
lebih kecil, sehingga dalam perusahaan sebagai suatu organisasi, sistem
pengorganisasiannya terdiri dari beberapa subsistem, yang merupakan subsistem
fungsional. Walaupun subsistem yang terdapat dalam perusahaan ada bermacam-
macam dan fungsinya dalam organisasi dapat pula dibedakan dalam beberapa cara,
tetapi dalam hal ini dapat dibedakan dan dinyatakan sebagai berikut:
1. Sistem perumusan kebijaksanaan (Policy formulating system)
Fungsi dari sistem ini adalah untuk menyelaraskan kebijaksanaan organisasi
perusahaan yang mendasar dan menyeluruh dengan memproses dan
mengolah serta menganalisis informasi yang mencerminkan keadaan
perusahaan dan lingkungan sekarang ini dan keadaan di masa depan bagi
pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan jangka pendek maupun jangka
panjang.
17

2. Sistem pengendalian umum (General control system)


Fungsi utama dari sistem pengendalian ini adalah mengubah dan
mentransformasikan informasi untuk dasar pengukuran, pengevaluasian dan
pemantauan terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijakan, strategi dan
program perencanaan, serta sekaligus memberikan upaya-upaya yang harus
dilakukan untuk perbaikan atau koreksi agar tujuan dan sasaran yang
direncanakan dapat tercapai.
3. Sistem pengorganisasian antara (Intermediate organization system)
Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk memberikan dukungan pelayanan
yang dibutuhkan oleh subsistem yang terdapat dalam organisasi perusahaan
atau sekaligus mendukung sistem organisasi perusahaan.

2.4 Proses Produksi


Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian proses produksi dan
jenis-jenis proses produksi.

2.4.1 Pengertian Proses Produksi


Menurut Sofjan Assauri (2017:105), Proses produksi dapat diartikan
sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-
bahan, dan dana) yang ada.
Menurut Fahmi Irhami dalam Heriyana (2020:123) proses produksi adalah
sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik bentuk barang (goods) maupun
jasa (service) dalam suatu periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai
tambah bagi perusahaan.
Menurut Yamit dalam Heriyana (2020:123) proses produksi adalah proses
pengubahan dari bahan atau komponen menjadi produk lain yang mempunyai nilai
lebih tinggi atau dalam proses terjadi penambahan nilai.
18

2.4.2 Jenis-Jenis Proses Produksi


Menurut Sofjan Assauri (2017:105), proses produksi dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:
1. Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes)
2. Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes)
Sebenarnya perbedaan pokok antara kedua proses ini terletak pada panjang
tidaknya waktu persiapan/mengatur (set-up) peralatan produksi yang digunakan
untuk memproduksi sesuatu produk atau beberapa produk tanpa mengalami
perubahan.

2.5 Pengendalian Produksi dan Persedian


Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian pengendalian produksi
dan persediaan, tujuan pengendalian dan persediaan, serta fungsi pengendalian
produksi dan persediaan.

2.5.1 Pengertian Pengendalian Produksi dan Persediaan


Menurut The American Production and Inventory Control Socienty dalam
Santoso dan Rainisa M Heryanto (2017:22) mendefinisikan pengendalian produksi
dan persediaan sebagai:
1. Pengendalian Produksi: fungsi dari kepemimpinan atau pengaturan
pergerakan barang dalam keseluruhan siklus manufaktur dari daftar
permintaan bahan baku sampai dengan pengiriman produk jadi.
2. Pengendalian Persediaan: aktivitas dan metode untuk menjaga persediaan
barang pada setiap tingkatan, mulai dari bahan baku, barang setengah jadi,
atau produk jadi.
Dalam beberapa kasus banyak digunakan istilah “pengendalian produksi”
atau “pengendalian persediaan”, tersirat istilah “perencanaan dan pengendalian”.
Dalam konteks manufaktur hal tersebut mempunyai definisi:
1. Perencanaaan (planning): aktivitas penentuan apa yang akan diproduksi,
berapa banyak yang akan diproduksi, kapan harus diproduksi dan sumber
daya apa yang digunakan.
19

2. Pengendalian (control): aktivitas untuk menentukan penyediaan sumber


daya sehingga produksi dapat dilakukan sesuai dengan rencana dan jika
tidak sesuai rencana akan dilakukan aksi perbaikan.

2.5.2 Tujuan Pengendalian Produksi dan Persediaan


Menurut Santoso dan Rainisa M Heryanto (2017:23) ada tiga tujuan utama
dari pengendalian produksi dan persediaan, terlepas dari apakah sistem tersebut
manual atau sudah berkomputerisasi adalah:
1. Pelayanan Konsumen maksimal: untuk produk yang dibuat berdasarkan
pesanan (make to order) artinya waktu pengirirman pendek pada waktu
yang sudah dijanjikan. Sedangkan produk yang dibuat untuk persediaan
(make to stock) artinya memiliki kemungkinan yang besar bahwa pesanan
konsumen dapat dipenuhi dengan segera dari persediaan yang ada.
2. Investasi persediaan minuman: termasuk bahan baku, barang setengah jadi,
komponen jadi, rakitan dan produk. Investasi dalam persediaan
menggambarkan model yang dapat diinvestasikan lebih produktif pada
tempat lain dan persediaan akan menimbulkan biaya seperti pajak, asuransi,
deteriorasi, dan kadaluarsa (obsolescenceI).
3. Efisiensi maksimum dalam utilisasi sumber daya manufaktur: pengendalian
produksi dan persediaan mempunyai kapabilitas yang penting untuk
mengembangkan efisiensi manufaktur dengan berbagai cara seperti:
produksi yang dilakukan hanya pada saat dibutuhkan, mengeliminasi
lembur yang tidak perlu, mempersiapkan (setup) mesin, transportasi dan
menunda (delay) karena kekurangan material.

2.5.3 Fungsi Pengendalian Produksi dan Persediaan


Menurut Santoso dan Rainisa M Heryanto (2017:24) fungsi-fungsi yang
dilakukan sebagai bagian dari pengendalian produksi dan persediaan dijelaskan
sebagai berikut:
20

1. Perencanaan produksi
a. Persiapan perencanaan untuk tingkat agregat produksi dari
keseluruhan perusahaan atau pabrik
b. Penjadwalan untuk penyelesaian produk yang spesifik
c. Perencanaan produksi dan pemesanan pembelian untuk komponen
atau bahan baku.
d. Penjadwalan proses yang spesifik pada stasiun kerja atau mesin untuk
setiap pesanan
e. Memberikan batas waktu penyelesaian (promise dates) untuk pesanan
konsumen
2. Perencanaan persediaan
a. Persiapan pabrik untuk tingkatan kategori agreget persediaan seperti
bahan baku, bahan setengah jadi dan produk jadi
b. Perencanaan persediaan dari setiap produk mempertimbangkan
banyak faktor seperti ukuran pemesanan ekonomis, waktu tunggu
(lead time), ketidakpastian tuntutan (demand), dan perencanaan
tingkat pelayanan konsumen.
3. Perencanaan kapasitas
Perencanaan kapasitas jangka panjang, menengah, atau pendek untuk
menghasilkan jadwal produksi yang direncanakan, termasuk perencanaan
untuk membeli fasilitas dan peralatan, merekrut dan memberhentikan
karyawan, lembur, dan subkontrak.
4. Otoritasi produksi dan pengadaan
a. Otoritasi dari produksi melalui daftar pesanan produksi atau jadwal
produksi (dalam kasus produksi yang terus menerus)
b. Otoritasi dari pengadaan bahan baku dan komponen melalui daftar
permintaan untuk pembeli
5. Pengendalian produksi, persediaan, dan kapasitas
a. Pengecekan terus menerus, pencatatan, dan pelaporan tentang
kemajuan pesanan produksi, tingkat persediaan, dan kapasitas
b. Perbandingan dengan rencana
21

c. Koreksi variansi dari rencana melalui kerjasama dengan pihak lain


untuk menyelesaikan masalah yang muncul dari setiap sumber daya
seperti kerusakan mesin, kekurangan material, atau lot yang ditolak
6. Kekurangan dan pergerakan material
a. Penerimaan material yang dikirim dari vendor
b. Penyimpanan di toko
c. Pemilihan persediaan dari pesanan untuk produksi atau konsumen
d. Pengiriman
e. Penanganan material (Material handling) di Pabrik
7. Lingkungan pengendalian produksi dan persediaan
Produk pada perusahaan manufaktur sangat bervariasi, hubungan dengan
konsumen, proses produksi, dan tata letak pabrik, serta banyak faktor yang
harus dipertimbangkan didalam rancangan dari sistem pengendalian
produksi.

2.6 Rencana Produksi


Menurut Ricky Virona Martono (2018:23) rencana produksi merupakan
bentuk proses transformasi di bidang manufaktur. Meski demikian, konsepnya
dapat diterapkan untuk perencanaan operasi jasa, contohnya dalam merencanakan
kapasitas. Rencana produksi disusun bersamaan dengan rencana penjualan,
sehingga menghasilkan kesepakatan antara tim pemasaran (yang memprediksi
penjualan dan kapan produk/jasa harus tersedia) dan tim produksi (yang menyusun
kapasitas dan rencana harian produksi, ketersediaan input, tingkat inventori yang
diinginkan untuk mencapai biaya operasi yang optimal).
Nilai tambah (value) yang diberikan oleh rencana produksi yang baik akan
memberikan pelayanan (service level) dan biaya (cost) yang paling optimal, yaitu
melalui pemenuhan permintaan tim pemasaran (konsumen pada proses berikutnya),
upaya meminimalkan sediaan barang yang terjual, efisiensi waktu dan beban kerja,
dan efisiensi pengadaan bahan mentah.
Dari sudut pandang produksi, jumlah yang harus diproduksi harus
mempertimbangkan kapasitas mesin, waktu yang tersedia, hambatan dan kerusakan
22

mesin, kemungkinan menambah karyawan, atau alternatif lain dalam mencapai


tingkat produksi yang disepakati.
Seorang perencana produksi bertugas mengusahakan tingkat produksi
serata mungkin supaya beban kerja setiap waktunya sama. Dengan beban yang
sama, seorang perencana produksi akan menguasai pekerjaannya dan mampu
menyelesaikan masalah yang timbul dengan lebih baik. Ketika sudah menguasai
pekerjaan dan mampu menyelesaikan masalah yang timbul dengan lebih baik.
Ketika sudah menguasai konsep rencana produksi dengan baik, seorang perencana
produksi diharapkan dapat memiliki waktu luang yang lebih yang membuat strategi,
pengawasan anak buah, atau melakukan koordinasi dengan proses produksi di
lapang.
Rencana produksi dirancang untuk menghadapi jadwal harian, jumlah hari
kerja setiap bulan, dan harus realistis untuk diraih. Syaratnya adalah koordinasi
yang menyeluruh antara strategi bisnis sampai dengan kondisi karyawan yang
mengeksekusi produksi. Perencanaan produksi juga bertugas mencari solusi atas
masalah produksi dan mencapai solusi tersebut sebelum koordinasi dengan pihak
manajemen dimulai.

2.6.1 Rencana Jangka Panjang


Menurut Ricky Virona Martono (2018:25) proses produksi diawali dengan
perencanaan jangka panjang sehingga diketahui apakah akan akan menguntungkan
atau tidak. Di sini perusahaan menentukan investasi apa saja yang dibutuhkan,
jumlah tenaga kerja, kondisi pasar dan konsumen di masa sekarang dan masa yang
akan datang. Dalam reancana jangka panjang, perusahaan bisa menyediakan produk
atau jasa dengan sitem dorongan (push) atau menarik (pull).
Pada sistem dorongan (push), perusahaan membuat jadwal rencana kerja
berdasarkan target penjualan dengan pendekatan memaksimalkan kapasitas.
Akibatnya muncul inventori barang jadi yang tidak langsung terjual kepada
konsumen. Pada sistem menarik (pull), perusahaan menerima permintaan produk
atau jasa terlebih dahulu dari konsumen, baru kemudian proses transformasi
dilaksanakan. Inventori yang muncul minim karena apa yang selesai diproduksi
23

langsung dikirim kepada konsumen. Sistem dorongan (push) identik dengan


strategi buat stok (make-to-stock), dan sistem menarik (pull) identik dengan
membuat untuk pesanan (make-to-order).

2.6.2 Rencana Jangka Menengah


Menurut Ricky Virona Martono (2018:26) setelah rencana jangka panjang
diperoleh, rencana ini kemudian dibuat lebih mendetail, misalnya dari rencana
tahunan menjadi rencana bulanan dan mingguan, termasuk membuat perkiraan
inventori yang akan muncul. Tujuannya adalah menyeimbangkan aggregate
dewand (permintaan konsumen) dengan aggregate production capacity (kapasitas
produksi) dalam beberapa bulan ke depan. Rencana ini dituangkan ke dalam
rencana produksi (master production schedule).
Berikut beberapa strategi unyuk membuat rencana produksi:
1. Chase strategy: memproduksi barang sesuai permintaan (demand)
Dengan strategi ini, perusahaan harus membuat peramalan penjualan untuk
masa mendatang agar perencanaan produksi bisa ditetapkan sesegera
mungkin. Kelebihan dari strategi ini adalah tidak adanya inventori karena
jumlah produksi sama dengan penjualan. Tapi muncul risiko untuk
mengubah jumlah sumber daya yang digunakan karena perubahan tingkat
produksi, misalnya menambah atau mengeluarkan karyawan. Menambah
pelatihan karyawan. Lembur, atau keterbatasan mendapatkan tenaga kerja
tambahan yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan.
2. Level strategy: memproduksi barang sesuai jumlah rata-rata permintaan
Dengan strategi ini, perusahaan membuat produksi yang merata dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan rata-rata perkiraan/ ramalan penjualan.
Kekuragan dari strategi ini adalah munculnya inventori pada periode ketika
jumlah produksi melebihi permintaan produk, dan risiko kehabisan
inventori (stockout) pada periode Ketika permintaan produk melebihi
jumlah yang diproduksi. Keuntungan dari strategi ini adalah perusahaan
lebih mudah mengatur sumber dayanya untuk menjalankan produksi,
inventori berlebih di satu periode juga bisa dijual di periode lain, dan adanya
24

kemudahan menjalankan kegiatan perbaikan akibat sistem produksi yang


berjalan stabil.
3. Hybrid strategy (kombinasi dari strategi mengejar (chase) dan (level))
Kelebihan dari strategi ini adalah perusahaan dapat memproduksi pada
tingkat kapasitas maksimum pada beberapa periode tertentu dan
memproduksi pada tingkat optimum pada periode lain. Pengaturan ini
tergantung kepada kebijakan dan kondisi perusahaan. Meskipun akan
muncul inventori dan butuh penyesuaian jumlah tenaga kerja (atau, jam
kerja karyawan), tapi perusahaan masih bisa membuat perencanaan yang
efektif dengan kombinasi dua strategi, kekurangan dari strategi ini adalah
perusahaan harus membuat peramalan penjualan yang baik supaya
perencanan produksi bisa dijalankan dengan baik.
4. Subcountraction/ outsource, pada strategi ini perusahaan memproduksi
pada kapasitas otimum dan kekurangan produksi untuk penjualan
diserahkan kepada pihak/ perusahaan lain. Kelebihan dari strategi ini adalah
perusahaan tidak memproduksi pada kapasitas terlebih dan tidak muncul
inventori. Kekurangannya adalah ada biaya dan resiko dari rencana
subkontak, terutama dalam menjalin kerjasama dengan perusahaan yang
diajak melakukan kerja sama subkontak dan keunikan produksi yang bisa
diketahui pihak luar.
5. Keputusan untuk memiliki strategi outsource diawali dengan pemahaman
akan kelebihan yang dimiliki perusahaan dan resiko yang harus ditanggung
melalui pertanyaan-pertanyaan berikut. Apakah sebuah bagian/ unit kerja/
pekerjaan di organisasi/ perusahaan merupakan proses inti? Apakah
organisasi/perusahaan memiliki keahlian khusus untuk melakukan sebuah
pekerjaan? Apakah kinerja organisasi/perusahaan dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut sangat baik? Jika jawaban semua pertanyaan tersebut
adalah “Ya”, maka strategi outsource pada sebuah unit kerja/ pekerjaan
sebaiknya tidak dilakukan.
25

Jika jawabnya adalah “Tidak”, dan dengan outsource akan meningkatkan


kinerja secara signifikan, maka outsource bisa dilaksanakan pada sebuah
pekerjaan/ unit kerja.
Jika perusahaan memiliki kelebihan dalam memproduksi barang, maka
outsource dapat diterapkan pada proses distribusi. Jika organisasi
kemasyarakatan ingin mengarahkan semua pekerjaannya untuk kegiatan
kemasyarakatan, maka outsource bisa dilakukan untuk unit kerja kebersihan
dan keamanan kantor.
Pertimbangkan organisasi/ perusahaan penyedia jasa outsource, apakah bisa
memeuhi standar kualitas dan proses pengalihan produksi, skala ekonomi
yang menguntungkan, proses pembayaran yang disepakati oleh kedua
pihak, sampai dengan proses dan jangka waktu pengiriman barag/ jasa.
Keuntungn outsource adalah sebagai berikut:
a. Organisasi/ perusahaan dapat berkonsentrasi mengerjakan kegiatan
inti.
b. Memanfaatkan kemampuan organisasi lain yang menjadi terbaik di
kelas (best-in-class)
c. Menekan biaya
d. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan
Adapun beberapa risiko melaksankaan outsource sebagai berikut:
a. Kehilangan kemampuan produksi organisasi
b. Keterlambatan pengiriman/ kesalahan pengiriman oleh pihak/
perusahaan lain
c. Kemungkinan kelebihan perusahaan ditiru
Untuk mengetahui strategi mana yang akan dijalankan, perusahaan harus
mempertimbangkan:
a. Kapasitas produksi yang dimiliki dan rencana penjualan
b. Biaya, risiko, dan jaminan pelayanan (misalnya: ketersediaan barang)
bagi konsumen.
26

2.6.3 Kapasitas dan Penjadwalan Produksi


Menurut Ricky Virona Martono (2018:32) setelah membuat rencana
produksi (hari atau mingguan), langkah berikutnya adalah melihat kapasitas dalam
memenuhi target dan membuat penjadwalan supaya penerapannya efektif. Yang
dimaksud dimaksud efektif di sini adalah menjamin aliran proses transformasi
berjalan lancar sesuai tingkat keluaran (output) yang diharapkan, menggunakan
waktu kerja semaksimal mungkin, dan meminimalkan waktu yang tidak terpakai
(menganggur, idle). Nilai tambah dari perhitungn kapasitas yang baik akan
mendukung kualitas (quality) keluaran (output) yang baik. Kapasitas menunjukkan
batas maksimal pekerjaan yang bisa dilakukan untuk melakukan proses
transformasi memasukkan (input) menjadi keluaran (output) sesuai dengan
perubahan tingkat permintaan (demand). Batas maksimal ini dipengaruhi oleh
kemampuan kerja dari tenaga kerja, peralatan dan mesin, ketersediaan material,
inventory, dan sumber daya lainnya.
Ada dua strategi dasar mengenai persiapan kapasitas:
1. Capacity leads demand
Kondisi di mana kapasitas dipersiapkan melebihi perkiraan demand
(permintaan konsumen), sehingga akan selalu muncul inventori. Namun
dengan strategi ini, permintaan konsumen akan lebih mudah terpenuhi
2. Capacity lags demand
Kondisi di mana perkiraan demand (permintaan konsumen) melebihi
kapasitas tersedia, sehingga akan selalu ada permintaan konsumen yang
tertunda (blocklog) meskipun ada inventori. Organisasi menerapkan strategi
ini untuk melihat perkembangan kondisi pasar. Kekurangan produksi dapat
dipenuhi melalui outsource.
27

2.7 Produk
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian produk, dan klasifikasi
produk.

2.7.1 Pengertian Produk


Menurut Harman Malau (2017:31) produk adalah suatu barang nyata yang
dapat terlihat atau terwujud dan bahkan dapat di pegang yang dirancang untuk
memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen seperti komputer, mobil, gosok
gigi, makanan dan lain-lain. Sedangkan jasa adalah suatu yang tidak dapat dilihat
dan tidak berwujud yang dirancang untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan
konsumen seperti rekomendasi, ide atau pengetahuan konsultan, pengacara, dosen
dan lain-lain.
Produk dapat didefinisikan sebagai hasil produksi yang meliputi konsep
hasil total. Secara terpadu konsep tersebut meliputi barang, kemasan, merek, label,
pelayanan dan jaminannya.
Produk dapat dibedakan berdasarkan 3 peran produksi:
1. Peran manfaat utama, peran manfaat utama dari suatu produk adalah peran
berdasarkan keberadaan kegunaan dasarnya. Pengguna fokus terhadap
manfaat dasar dari pengguna produk. Manfaat itu biasanya sesuai dengan
kegunaan yang sebenarnya.
2. Peran fungsi, peran fungsi dari suatu produk adalah peran produk
berdasarkan rancangan fungsi dasarnya.
3. Peran pelengkap, peran pelengkap dari suatu produk adalah produk yang
berperan untuk melengkapi produk utama. Produk yang ditambahi berbagai
manfaat dan pelayanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan.

2.7.2 Klasifikasi produk


Menurut Harman Malau (2017:33) produk dapat diklasifikasi berdasarkan
ketahanannya:
1. Barang tahan lama, yaitu barang yang mempunyai wujud dan dapat bertahan
lama, dapat digunakan berulang kali, dan umur barang tersebut dalam
28

pemakaian normal minimal satu tahun atau lebih. Contoh: tempat tidur,
lemari.
2. Barang tidak tahan lama, yaitu barang yang mempunyai wujud dan langsung
habis di konsumsi dalam satu kali pemakaian, atau umur barang tersebut
dalam pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contoh: odol sikat gigi dan
makanan.

2.8 Mutu
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian mutu, dan peralatan
kendali mutu.

2.8.1 Pengertian Mutu


Menurut Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2017:115)
diperoleh definisi mutu sebagai berikut:
1. Mutu adalah suatu atribut penting dan pembeda dari suatu produk atau
seseorang terhadap produk atau orang lainnya.
2. Mutu adalah suatu derajat atau kelas dari unggulan atau kekayaan
kebendaan, misalnya mutu para siswa telah meningkat; dia seorang
eksekutif yang berkaliber rendah.
3. Mutu adalah karakteristik suatu produk yang menggambarkan hakikat
individual yang nyata produk yang bersangkutan, misalnya, setiap kota
mempunyai suatu mutu secara menyeluruh yang spesifik.
4. Mutu (dibidang musik) adalah karakteristik yang membedakan suatu bunyi
serasi yang rumit (suara, suara gaduh, atau bunyi musikal).
5. Mutu adalah status sosial yang tinggi, misalnya seorang manusia pribadi
yang sangat dikenal kepakarannya dibidang kerekayasaan sosial.

2.8.2 Peralatan Kendali Mutu


Menurut Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2017:181)
diperoleh suatu data bahwa peralatan manajemen mutu mencakup hal-hal berikut:
29

1. Affinity diagram, suatu alat yang mengumpulkan sejumlah besar data lisan
(gagasan, pendapat, isu) dan pengorganisasiannya kedalam
pengelompokkan informasi berdasarkan pada hubungan alami data yang
bersangkutan.
2. Brain storming, suatu alat yang digunakan oleh tim kerja yang ada untuk
melakukan eksplorasi yang kreatif atas pilihan organisasi di dalam suatu
lingkungan bebas dari kritik.
3. Cause and effect diagram, seing juga disebut fishbone diagram atau
Ishikawa diagram, adalah suatu peralatan grafis yang digunakan untuk
membantu mengidentifikasi, menyortir, dan menunjukkan penyebab suatu
masalah atau karakteristik mutu dalam organisasi.
4. Control chart, suatu alat statistik yang digunakan untuk menjelaskan variasi
proses antara (intervening) yang diakibatkan oleh berbagai penyebab
masalah khusus.
5. Analisis bentuk kegagalan dan dampaknya (FMEA; failure and mode
Analysis), FMEA adalah suatu pendekatan yang dilakukan setahap demi
setahap untuk mengidentifikasi semua kegagalan yang mungkin terjadi
dalam desain, proses pabrikasi, atau perakitan suatu produk atau jasa.
Bentuk kegagalan (failure Mode) berarti asumsi atau model, atau suatu
produk atau jasa yang mungkin mengalami kegagalan. Analisis dampak
(effects analysis) mengacu pada pengkajian atas konsekuensi dari semua
kegagalan.
6. Histogram, suatu bagan balok vertical yang menggambarkan distribusi satu
set data. Berbeda dengan run charts atau bagan pengendalian, mutu,
histogram tidak mencerminkan capaian proses produksi dari waktu ke
waktu.
7. Grafik batang (Pareto Chart). Panjang atau tinngginya diagram pareto
menyatakan frekuensi biaya (uang atau waktu) yang digunakan, dan diatur
dengan cara batang terpanjang diletakkan pada sisi kiri dan yang paling
pendek di sebelah kanan.
30

8. Poke yoke; Mistake-Proofing, atau pandanan dalam Bahasa Jepang adalah


Poka-oke (dilafalkan poka-yo-kay), digunakan sebagai alat atau mode
otomatis yang mencegah terjadinya kesalahan atau membuat kesalahan
yang telah terjadi untuk segera ditemukan setelah terjadi pertama kalinya.
9. Process mapping, proses adalah suatu rangkaian tindakan atau langkah yang
saling berhubungan untuk mewujudkan suatu hasil produk tertentu. Peta
proses dan diagram alir merupakan metode yang banyak digunakan untuk
merancang dan menganalisis proses serta menjadi alat yang paling banyak
dipakai luas dalam proses pemecahan masalah.
10. Project management, diagram panah menunjukkan urutan dari tugas yang
akan dilakukan dalam suatu proyek atau proses, jadwal yang terbaik untuk
proyek yang ada, dan penjadwalan potensi dan permasalahan sumber daya
serta solusi dan alterantifnya.
11. Quality Function Deployment (QFD). Suatu proses interatif secara
berkelanjutan melakukan penerjemahan atas kebutuhan pelanggan ke
tingkatan detail yang meningkat dan spesifik. QFD adalah suatu metode
yang bergerak dari kebutuhan pelanggan yang sangat spesifik kepada proses
yang meyakinkan bahwa kebutuhan pelanggan itu akan terpenhi.
12. Statistic, semua yang berkaitan dengan analisis rata-rata dan simpangan,
statistik pengendalian proses, dan pengendalian mutu keluaran.

2.9 Pengawasan Mutu (Quality Control)


Pada sub ini akan dibahas mengenai pengertian pengawasan mutu (Quality
Control), maksud dan tujuan pengawasan mutu (Quality Control), dan ruang
lingkup pengawasan mutu (Quality Control).

2.9.1 Pengertian Pengawasan Mutu (Quality Control)


Menurut Sofjan Assauri (2017:298), Kegiatan untuk memastikan apakah
kebijaksanaan dalam hal mutu (Standar) dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan
perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu/
kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang
31

telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan. Dalam pengawasan


mutu ini, semua prestasi barang dicek menurut standar, dan semua penyimpangan-
penyimpangan dari standar dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-penemuan
dalam hal ini deigunakan sebagai umpan balik (Feed Back) untuk para pelaksana
sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk produksi
pada masa-masa yang akan datang.

2.9.2 Maksud dan Tujuan Pengawasan Mutu (Quality Control)


Menurut Sofjan Assauri (2017:299) seperti telah dikatakan bahwa maksud
dari pengawasan mutu adalah akar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai
standar dapat tercermin dalam produk/hasil akhir. Secara terinci dapatlah dikatakan
bahwa tujuan dari pengawasan mutu adalah, sebagai berikut:
4. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah
ditetapkan.
5. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
6. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan
mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
7. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

2.9.3 Ruang Lingkup Pengawasan Mutu (Quality Control)


Menurut Sofjan Assauri (2017:299), kegiatan pengawasan mutu sangat luas,
karena semua pengaruh mutu harus dimasukan dan diperhatikan. Secara garis besar
pengawasan mutu harus dimasukan dan dibedakan atau dikelompokan ke dalam
dua tingkatan, yaitu pengawasan selama pengolahan (proses) dan pengawasan dari
hasil yang telah diselesaikan.
1. Pengawasan selama pengolahan (proses)
Banyak cara-cara pengawasan mutu yang berkenaan dengan proses yang
teratur. Contoh-contoh dari hasil diambil pada jarak waktu yang sama dan
dilanjutkan dengan pengecekan statistik untuk melihat apakah proses
dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah, maka keterangan
kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksana semua untuk
32

menyesuaikan kembali. Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses


produksi haruslah berurutan dan teratur. Pengawasan yang dilakukan hanya
terdapat sebagian dari proses mungkin tidak ada artinya bila tidak diikuti
dengan pengawasan pada bagian lain. Pengawasan terhadap proses ini
termasuk pengawasan atas bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses.
2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan
Walaupun telah diadakan pengawasan mutu dalam tingkat-tingkat proses,
tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak atau
kurang baik ataupun tercampur dengan hasil yang baik, untuk menjaga agar
supaya barang-barang hasil yang cukup baik atau yang paling sedikit
rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/pembeli,
maka diperlukan adanya pengawasan atas barang hasil akhir/produk selesai.
Adanya pengawasan seperti ini tidak dapat mengadakan perbaikan dengan
segera.

2.10 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)


Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian UMKM, asas UMKM
serta Tujuan UMKM.

2.10.1 Pengertian UMKM


Menurut Sri Handini dkk (2019:19) UMKM merupakan suatu bentuk usaha
kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang. Sebagian besar
masyarakat beranggapan bahwa UMKM hanya menguntungkan pihak-pihak
tertentu saja. Padahal sebenarnya UMKM sangat berperan dalam mengurangi
tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. UMKM dapat menyerap banyak
tenaga kerja Indonesia yang masih mengganggur. Selain itu UMKM telah
berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia.
33

2.10.2 Asas UMKM


Menurut Eliada Herwiyanti dkk (2017:4) asas-asas Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) meliputi:
1. Kekeluargaan
2. Demokrasi ekonomi
3. Kebersamaan
4. Efisiensi berkeadilan
5. Berkelanjutan
6. Berwawasan lingkungan
7. Kemandirian
8. Keseimbangan kemajuan
9. Kesatuan ekonomi nasional

2.10.3 Tujuan UMKM


Menurut Eliada Herwiyanti dkk (2017:4) tujuan UMKM yaitu
menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
Sedangkan menurut Puji Hastuti dkk (2020:158) Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas
lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat.
UMKM mampu berperan dalam proses pemerataan dan meningkatkan pendapatan
masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional.

2.10.4 Kriteria UMKM


Menurut Sri Handini dkk (2019:22) Kriteria UMKM dapat dikelompokkan
berdasarkan jumlah aset dan omzet yang dimiliki masing-masing badan usaha
sebagaimana rumusan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM,
sedangkan pengelompokan berdasarkan jumlah karyawan yang terlibat dalam
sebuah usaha tidak dirumuskan dalam undang-undang tersebut. Kriteria UMKM
34

yang ditentukan berdasarkan aset dan omzet yang dimiliki dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.1. Kriteria UMKM Berdasarkan Aset dan Omzet yang Dimiliki

No Uraian Aset Omset


1 Usaha mikro Maksimum Rp 50 juta Maksimum Rp 300 juta
2 Usaha kecil >Rp 50jt – 500 jt >Rp 300 juta – 2,5 miliar
3 Usaha Menengah >Rp 500 jt - < 1 milyar >Rp 2,5 miliar – 50 miliar
Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dalam Sri Handini dkk, 2019

Sementara itu, BPS (Badan Pusat Statistik) merumuskan kriteria UMKM


berdasarkan jumlah tenaga kerja seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2. Kriteria UMKM Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
No Kelompok UMKM Jumlah Tenaga Kerja
1 Usaha mikro Kurang dari 4 orang
2 Usaha kecil 5 sampai dengan 19 orang
3 Usaha menengah 20 sampai dengan 99 orang
Sumber: Badan Pusat Statistik dalam Sri Handini dkk, 2019

2.11 Bagan Alir (Flowmap)


Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian bagan alir (Flowmap),
dan simbol-simbol dalam bagan alir (flowmap).

2.11.1 Pengertian Bagan Alir (Flowmap)


Menurut Aneu Yulianeu dan Muhamad Sodik (2019:23) Flowmap
merupakan suatu bagan untuk menggambarkan aliran data atau informasi antara
bagian-bagian dalam sistem. Penggambaran sistem dengan menggunakan flowmap
ini lebih menekan pada urutan aktifitas yang terjadi diantara bagian-bagian dalam
sistem.
Menurut Ahsanul Husna lubis (2017:1536), bagan alir merupakan teknik
analitis yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek aplikasi secara jelas, tepat
dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol standar untuk menguraikan
35

prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan, sekaligus


menguraikan aliran data dalam sebuah sistem.

2.11.2 Simbol-Simbol Dalam Bagan Alir (Flowmap)


Simbol-simbol yang digunakan untuk membuat bagan alir secara lengkap
dapat dilihat pada simbol menunjukkan dan menguraikan kegiatan yang
dilaksanakan, menunjukkan input, output, pemrosesan dan media penyimpanan.
Simbol-simbol ini dapat dibuat dengan menggunakan program komputer atau
menggunakan template, yaitu penggaris khusus untuk membuat simbol-simbol
bagan alir. Secara garis besar, simbol dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok sebagai berikut:
1. Input/Output: yaitu simbol menggambarkan alat atau media yang
memberikan input kepada atau merekam output dari kegiatan pengolahan
data.
2. Processing: merupakan simbol yang menunjukkan jenis alat yang
digunakan untuk mengolah data (dengan komputer atau dikerjakan secara
manual).
3. Storage: merupakan simbol yang menggambarkan alat yang digunakan
untuk menyimpan data yang saat ini tidak dipakai oleh sistem dan lain-lain.
Berikut keterangan simbol diagram alir (flowmap) untuk lebih detail
terdapat pada tabel 2.1

Tabel 2.1
Simbol dan Nama Flowmap
No Nama Simbol Aplikasi
1. Dokumen Digunakan untuk
menggambarkan semua jenis
dokumen yang merupakan
formulir yang digunakan
untuk merekam data.
36

No Nama Simbol Aplikasi


2. Proses online Kegiatan proses dari operasi
komputer program komputer

3. Proses manual Proses manual pada


Flowmap.

4. File Harddisk Media penyimpanan dari


proses entry data dan proses
komputerisasi
5. Arsip Permanen Tempat penyimpanan
dokumen yang tidak akan
diproses lagi.
6. Decision Untuk menggambarkan
keputusan yang harus dibuat
dalam proses pengolahan
data.
7. Online Storage Untuk menggambarkan arsip
komputer yang berbentuk
online (di dalam memori
komputer).
8. Terminator Untuk mulai atau selesai.

9. Garis Alir Menunjukkan arus data antar


simbol/ proses.

10. Arsip Sementara Untuk mulai atau selesai.


Tempat penyimpanan data
berupa arsip
37

No Nama Simbol Aplikasi


11. Terminator Proses penyimpanan
Keyboard menggunakan keyboard.

12. On-page connector Penghubung pada halaman


yang sama.

14. Off-page connector Penghubung pada halaman


yang berbeda.

15. Pita magnetik Untuk menggambarkan arsip


komputer yang berbentuk pita
magnetik.
16. Predefined Process Lambang fungsi atau sub-
fungsi.

17. Display Lambang untuk mencetak


keluaran dalam layar monitor.

18. Input/Output Menyatakan proses input atau


output tanpa tergantung jenis
peralatannya
Sumber: Ahsanul Husna Lubis, 2017.

2.12 Kerupuk
Menurut Okka Adiyanto, dkk. (2017:1) Kerupuk merupakan salah satu
makanan ringan yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dan sering
dijadikan sebagai pelengkap berbagai sajian makanan atau sebagai lauk pauk,
sehingga dapat dikatakan kerupuk merupakan makanan ringan yang tidak bisa lepas
dari kehidupan masyarakat.
38

Menurut Anonymous dalam Melda Sari (2018:168) Kerupuk pada


umumnya adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur
bahan perasa seperti udang dan ikan. Kerupuk merupakan makanan ringan (snack)
di beberapa negara Asia.
Menurut Melda Sari (2018:168) kerupuk bertekstur garing dan dijadikan
sebagai makanan selingan, pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti
nasi goreng, gado-gado, soto, rawon, bubur ayam dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai