Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA DAN KOMUNIKASI BISNIS

“Industri Hijau”

Dosen Pengampu : Moch. Noerhadi Sudjoni, I

Disusun Oleh :

Kharisma Semesta Putri Sembiring (22101032070)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2022
BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Industri merupakan satu sektor ekonomi yang sangat penting bagi sebuah
negara, karena memiliki berbagai manfaat antara lain sebagai salah satu sarana
penanaman modal yang cukup besar, menyerap tenaga kerja yang banyak,
menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai komoditi
yang dihasilkan, sebagai sarana pemenuhan kebutuhan dalam negeri, dan
meningkatkan ekspor.

Di Indonesia kehadiran industri juga telah mampu menggeser sektor pertanian


dan mampu berperan dalam pengembangan ekonomi bangsa, hal ini dapat dilihat pada
sumbangan sektor industri pada Produk Domestic Bruto (PDB), karena PDB
merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu bangsa, hal tersebut dapat
terlihat pada tahun 2011 yaitu kontribusi sektor industri terhadap PDB mencapai.
20,92%, merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan sektorsektor lainnya.
Berdasarkan data terakhir memberikan kontribusi pada PDB yang terbesar yaitu 22 %
pada tahun 2017.

sektor industri juga masih dianggap factor yang sangat penting bagi
pengembangan ekonomi bangsa, sehingga industri dimasukkan sebagai salah satu
prioritas dan menduduki urutan ke 4 (empat) dari 5 (lima) sektor prioritas lainnya.
Kelima prioritas tersebut dijadikan sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi.
Lima sektor tesebut antara lain sektor pertanian, sektor perikanan dan kelautan, sektor
energy, sektor industri dan sektor pariwisata, hal ini menandakan bahwa industri
sampai saat ini masih merupakan hal yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi
Indonesia.

Di tingkat nasional sektor Industri disamping memiliki manfaat bagi


pembangunan ekonomi negara Indonesia seperti yang telah diuraikan di atas, industri
juga menimbulkan berbagai dampak negatif antara lain dampak terhadap terhadap
lingkungan. Dampak terhadap lingkungan seringkali muncul dari adanya proses
produksi yang mengakibatkan penipisan SDA sehingga ketergantungan bahan baku
import, kerusakan dan atau pencemaran lingkungan (air dan udara).
Green Industry menjadi salah satu pilihan rasional untuk mengatasi masalah
tersebut. Green Industry telah menjadi fenomena global dalam pembangunan sektor
industri negara-negara di dunia, utamanya bagi negara-negara maju. Namun bagi
Indonesia, konsep ‘Green’ sendiri secara umum mulai mengemuka baru beberapa
tahun belakangan ini walaupun baru sebatas slogan dan alat marketing (Lestari dan
Yodi, 2011).

Konsep Green merupakan turunan dari prinsip Sustainability (keberlanjutan),


yaitu kemampuan berbagai macam sumber daya yang ada di bumi ini berinteraksi
dengan sistem budaya manusia dan ekonomi serta daya adaptasinya dalam
menghadapi kondisi lingkungan yang pastinya terus berubah. Pembangunan
berkelanjutan tidak menafikan pentingnya pertumbuhan ekonomi. Namun
pertumbuhan ekonomi yang harus dikembangkan adalah pertumbuhan yang dapat
memastikan ketersedian kebutuhan pokok manusia pada saat ini dan pada masa yang
akan datang, yang dalam perkembanganya dikenal dengan paradigma pertumbuhan
“Green Growth”. Green Growth dianggap sebagai sebuah paradigma yang
revolusioner, karena kerangka berpikir ini mengkritisi kerangka berpikir lama tentang
pembangunan secara menyeluruh. Perubahan cara berpikir ini harus menyentuh
seluruh sisi, termasuk sisi industri dan rumah tangga (Theresia Vera Yuliastanti,
2014).

2. Tujuan
1) Memahami pengertian Industri Hijau secara lengkap
2) Memahami permasalahan Industri Hijau dalam islam
3) Memahami pengimplementasian Industri Hijau dalam kehidupan sehari-hari
BAB II

Pembahasan
1. Pengertian Industri Hijau
Konsep industri hijau adalah hasil penggabungan konsep pengelolaan limbah
konservatif dan konsep lingkungan dalam pendekatan ekologi.
Dalam definisinya, Industri hijau atau industri ramah lingkungan
merupakan industri yang dalam proses produksinya mengutamakan efisiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sehingga mampu
menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
Dalam Undang-Undang RI NO. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian,
disebutkan bahwa “Industri Hijau adalah Industri yang dalam proses produksinya
mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat”.
Boston Consulting Group menjelaskan 4 konsep dasar industri Hijau
(Gangsar, 2014) yaitu: pertama, secara prinsip, industri tersebut mempunyai visi yang
xpro lingkungan. Kedua, proses industrinya telah mengaplikasikan proses produksi
yang ramah lingkungan. Ketiga, produk yang dihasilkan adalah produk yang tidak
merusak lingkungan, dan keempat, promosi yang dijalankan dengan mengampanyekan
posisi perusahaan atas praktek pro lingkungan. Lebih jauh dalam Gansar dijelaskan
bahwa industri hijau dalam menjalankan proses industrinya menekankan beberapa
prinsip penting yaitu: efisiensi energy, penggunaan energi terbarukan, efisiensi
pemanfaatan sumber daya, siklus materi, dan keterkaitan sistem alam dan manusia.
Berikut ayat yang sesuai dengan industri Hijau

QS. Al-A'raf Ayat 56-58

َ‫ض بَ ْع َد اِصْ اَل ِحهَا َوا ْد ُعوْ هُ خَ وْ فًا َّوطَ َمع ًۗا اِ َّن َرحْ َمتَ هّٰللا ِ قَ ِريْبٌ ِّمن‬
ِ ْ‫َواَل تُ ْف ِس ُدوْ ا فِى ااْل َر‬
)56( َ‫ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬

ْ ‫ت فَا َ ْن‬
‫زَلنَا‬ ْ َّ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ يُرْ ِس ُل الرِّ ٰي َح بُ ْشر ًۢا بَ ْينَ َي َديْ َرحْ َمتِ ٖ ۗه َح ٰتّٓى اِ َذٓا اَقَل‬
ٍ ِّ‫ت َس َحابًا ثِقَااًل ُس ْق ٰنهُ لِبَلَ ٍد َّمي‬
)57( َ‫ت َك ٰذلِكَ نُ ْخ ِر ُج ْال َموْ ٰتى لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬ ِ ۗ ‫بِ ِه ْال َم ۤا َء فَا َ ْخ َرجْ نَا’ بِ ٖه ِم ْن ُكلِّ الثَّ َم ٰر‬
ِ ‫رِّف ااْل ٰ ٰي‬
‫ت لِقَوْ ٍم‬ ُ ‫ص‬ َ ُ‫ُث اَل يَ ْخ ُر ُج اِاَّل نَ ِكد ًۗا َك ٰذلِكَ ن‬
َ ‫َو ْالبَلَ ُد الطَّيِّبُ يَ ْخ ُر ُج نَبَاتُهٗ بِاِ ْذ ِن َرب ٖ ِّۚه َوالَّ ِذيْ خَ ب‬
)58(ࣖ َ‫يَّ ْش ُكرُوْ ن‬

56) Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik,
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah
sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. (57) Dialah yang meniupkan angin
sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan),
sehingga apabila angin itu membawa awam mendung, kami halau ke suatu daerah yang
tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian kami tumbuhkan dengan
hujan itu berbagai macam buah-buahan seperti itulah kami membangkitkan orang yang
telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (58) Dan tanah yang baik,
tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin tuhan, dan tanah yang buruk, tanaman-
tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah kami menjelaskan berulang-ulang
tanda-tanda (kebesaran kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”

2. Model industri hijau


1) Model industri hijau green planning

Green planning mencakup 5 nilai lingkungan yaitu in front of process, life


cycle assessment LCA, ruang terbuka hijau (RTH), analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL), dan asuransi lingkungan

I. In front of the proces yaitu tindakan pengelolaan limbah yang bersifat


pencegahan antara lain 3R dan ekoefisiensi.
II. Life cycle assessment LCA, menurut environment Australia 1999 life cycle
assessment adalah alat bagi penanganan dampak lingkungan dari produk,
proses, dan aktivitas seluruh tahapan siklus hidup mulai dari ekstraksi bahan
mentah proses transportasi penggunaan hingga pembuangan air disposal.
LCA adalah proses mengevaluasi dampak yang dimiliki produk terhadap
lingkungan di seluruh periode hidupnya yang mampu meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya dan menurunkan pertanggungan liability selain itu
dapat digunakan juga untuk mempelajari dampak lingkungan pada produk atau
fungsi produk yang di desain untuk bekerja.
III. Ruang terbuka hijau, menurut peraturan menteri Dalam negeri nomor 1 tahun
2007 ruang terbuka hijau di perkotaan adalah ruang ruang dalam kota atau
wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area atau kawasan maupun bentuk
area memanjang atau jalur dimana Dalam penggunaannya lebih bersifat
terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
Menurut Simond dan Starke (2006), ruang terbuka hijau mempunyai
peran yang penting dalam suatu kawasan terutama karena fungsi serta
manfaatnya yang tinggi dalam memperbaiki meningkatkan kualitas
lingkungan alami ruang terbuka hijau adalah bagian dari ruang ruang terbuka
suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan dan vegetasi (endemic, introduksi)
yang berfungsi mendukung manfaat langsung dan atau tidak langsung yang
dihasilkan oleh ruang terbuka hijau tersebut yaitu keamanan kenyamanan
kesegaran kesejahteraan dan keindahan wilayah yang bersangkutan.
Ruang terbuka hijau didefinisikan sebagai ruang terbuka yang
manfaatnya lebih bersifat pengisian hijauan tanaman, baik bersifat alamiah
atau budidaya tanaman dan sebagainya (Inmendagri nomor 14 tahun 1988).
Menurut Box dan Harisson (1993), ruang terbuka hijau kota adalah
tanah air dan bentuk kan geologi yang terdiri atas tanaman an-nas secara alami
dan dapat dicapai dengan berjalan kaki bagi sebagian besar penduduk.
Nurisjah dan Pramukanto (1995), menyatakan bahwa ruang terbuka hijau
merupakan areal bagian dari suatu ruang terbuka open space kota yang
optimal digunakan sebagai daerah penghijauan dan berfungsi sebagai secara
langsung maupun tidak langsung untuk kehidupan sejahteraan warga kotanya.
Ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan merupakan salah satu bagian dari
ruang kota yang sangat penting nilainya, tidak hanya ditinjau dari segi fisik
dan sosial, tetapi juga penilaian ekonomi dan ekologis.
IV. Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Amdal adalah hasil studi
mengenai dampak besar dan penting dari suatu usaha dan atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan di Indonesia.
(peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak
lingkungan).
AMDAL dibuat ketika perencanaan suatu proyek diperkirakan akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya seperti aspek
abiotik biotik dan multicultural. Sejarah AMDAL dimulai tahun 1969 di
Amerika serikat the national environmental policy act of 1969 (NEPA 1969)
diperkenalkan sebagai sebuah instrumen untuk mengendalikan dampak segala
macam kegiatan yang bisa merusak kelestarian lingkungan yang berbentuk
regulasi. AMDAL diperlukan karena terikat undang-undang dan peraturan
dibawahnya yang menghendaki adanya andal dilakukan pada proyek-proyek
yang akan dibangun. Selain itu, AMDAL juga harus dilakukan agar kualitas
lingkungan tidak rusak akibat proyek-proyek pembangunan.
V. Asuransi lingkungan, Asuransi lingkungan merupakan salah satu instrumen
ekonomi yang dapat diterapkan untuk mendukung penerapan prinsip
tanggung jawab mutlak strike liability sehingga dapat menjamin
terpenuhinya tanggung jawab pencemar atau perusakan lingkungan
Asuransi lingkungan dapat membantu pihak industri dalam
menyediakan dana yang dapat digunakan untuk menghadapi risiko
pencemaran atau kerusakan lingkungan serta ganti rugi dari pihak atau
masyarakat sekitar yang dicemari.Namun pihak industri masih enggan
menerapkan konsep-konsep ansuransi karena akan menambah biaya. selain
itu akibat dari suatu kerusakan lingkungan biasanya baru terlihat dalam
waktu yang lama dan sulit dinyatakan dalam parameter ekonomi oleh karena
itu banyak terjadi kesulitan dalam menentukan besar ada macam penggantian
kerugian serta premi yang harus dibayar.
2) Green process
Green proses mencakup lima nilai-nilai lingkungan yaitu produksi bersih
efisiensi energi alternatif minimisasi dan Reuse
I. Produksi bersih, yaitu salah satu metode mengurangi jumlah dan kandungan
racun dalam limbah industri menurut sejarah produksi bersih pertama kali di
canangkan oleh PBB program lingkungan tahun 1989. Namun di Indonesia
sendiri produksi bersih berkembang dewasa ini. Produksi bersih merupakan
aplikasi berkelanjutan dari strategis pencegahan lingkungan yang terintegrasi
dan diaplikasikan dalam proses produk dan pelayanan untuk meningkatkan
efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko pada manusia dan
lingkungan.
Menurut Indonesia cleaner industrial production, produksi bersih
adalah segala upaya yang dapat mengurangi jumlah bahan-bahan berbahaya,
polutan atau kontaminan yang terbuang melalui saluran pembuangan limbah
atau terlepas ke lingkungan termasuk emisi emisi yang cepat menguap di
udara sebelum didaur ulang, diolah atau dibuang.
Sementara menurut UNIPE (2003), definisi produksi bersih
(cleaner production atau CP) adalah produksi bersih merupakan strategi
pengolahan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu
diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produk
dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan titik
tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada
penggunaan bahan mentah energi dan air, mendorong performa lingkungan
yang lebih baik, melalui pengurangan sumber sumber pembangkit limbah
dan misi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan.
Sementara menurut thorpe 1999 produksi bersih adalah suatu
konsep konsep holistik bagaimana suatu produk dirancang dan dikonsumsi
secara besar benar tanpa mengakibatkan kerusakan lingkungan. produksi
Persib berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah yang menjadi
salah satu indikator efisiensi. strategi produksi bersih menekankan pada
upaya pengelolaan lingkungan secara terus-menerus menurut industri dan
Fauzi, keberhasilan atau pencapaian target mengelola lingkungan bukan
merupakan akhir suatu upaya melainkan menjadi informasi siklus upaya
pengelolaan lingkungan berikutnya.
II. Eko efisiensi merupakan suatu proses produksi yang dijalankan dengan
meminimalkan penggunaan bahan baku, air, dan energi, serta dampak
lingkungan pada unit produk. Istilah eco-efficiency atau dalam bahasa
Inggris disebut eco-efficiency terdiri atas 2 kata yaitu Eko dan efisiens (i
desimon dan popoff 1997). Eko diartikan sebagai ekological resource dan
ekonomi resource sedangkan efisiensi berarti harus menggunakan kedua
resource tersebut secara optimal.
Eko efisiensi didefinisikan sebagai penyediaan barang barang atau jasa
secara kompetitif yang memuaskan kebutuhan manusia dan meningkatkan
kualitas hidup, juga secara progresif mengurangi dampak ekologis dan
intensitas penggunaan sumber daya di seluruh siklus hidup menuju tingkat
yang relatif sama dengan estimasi kapasitas daya dukung bumi. menurut
kamus lingkungan hidup dari kementerian lingkungan hidup republik
Indonesia. Efisiensi berarti suatu konsep efisiensi yang memasukkan aspek
sumber daya alam dan energi atau suatu proses produksi yang meminimalkan
penggunaan bahan baku air dan energi serta dampak lingkungan unit produk.
ekoefisiensi merupakan konsep produksi bersih yang mengikutsertakan aspek
ekonomi dalam proses penerapannya bersamaan dengan konsep ekologi.
Ekoefisiensi merupakan strategi untuk mengurangi dampak lingkungan
dan meningkatkan nilai produks.jadi ekoefisiensi akan memberikan motivasi
mengenai cara mengurangi dampak lingkungan sekaligus tempat pula
berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Ekoefisiensi menurut
fiksel (1996) adalah suatu upaya manajemen perusahaan untuk mencari titik
temu antara aspek biaya produksi dan kualitas produk dengan performa
tujuan perusahaan, yaitu meminimalkan kerugian lingkungan, menggunakan
material yang dapat diperbarui, serta mengoptimalkan konservasi SDA dan
lingkungan.
Sementara, Desimond dan Poppof (1997), mengungkapkan bahwa
industri yang ekoefisiensi memiliki ciri-ciri seperti mampu menerapkan
bersih lingkungan mereduksi limbah dan risiko pada produk dan proses,
menghemat biaya dan memperbaiki mutu produk, menyelamatkan manusia
dan lingkungan, memperbaiki bangsa-bangsa pasar selalu mencari solusi
bersih atau cleanner and green solution
III. Energi alternatif sebagai pengganti energi sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaruikan. Energi alternatif memiliki karakteristik:
1. Dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian energi fosil
khususnya minyak bumi.
2. Dapat menyediakan energi listrik skala lokal maupun regional
3. Mampu memanfaatkan potensi sumber daya energi setempat
4. Ramah lingkungan dalam antrian proses produksi distribusi dan
pembuangan hasil produksinya tidak merusak lingkungan hidup di
sekitarnya.
IV. Minimisasi atau reduksi, yaitu dapat diartikan sebagai proses mengurangi
material input energi ataupun bahan berbahaya dan beracun agar jumlah
limbah dan SDA yang digunakan sebagian dikit. Minimisasi merupakan
proses yang penting dijalani oleh sebuah industri jika perencanaan produk
didasarkan hanya pada prediksi permintaan tanpa memperhatikan konsep
minimisasi maka produksi tersebut nantinya akan menjadi sampah dan
membebani lingkungan beberapa contoh produk yang diproduksinya
melebihi kebutuhan sehingga hanya menjadi sampah adalah barang
elektronik seperti televisi dan telepon seluler.
V. Reuse, yaitu penggunaan kembali suatu barang lebih dari sekali, termasuk
penggunaan kembali secara konvensional yaitu barang yang dipakai lagi
dengan fungsi yang sama dan penggunaan kembali yaitu barang yang
dipergunakan dengan fungsi yang berbeda. Contoh Reuse dalam bidang
industri adalah pusat penukaran barang bekas.
Contoh lain penggunaan kembali atau Reuse adalah perakitan kembali
barang-barang yang masih memiliki nilai dan fungsi seperti mesin, komputer
ke cetak dan sebagainya titik meski demikian penggunaan kembali tidak
selalu berarti memanfaatkan barang dengan fungsi yang sama. Contohnya
abu dari proses pembakaran dan pembangkit listrik yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan campuran untuk beton yang berfungsi memperkuat beton.
memiliki beberapa manfaat titik bagi perusahaan dapat menghemat bahan
mentah dan energi serta mengurangi kebutuhan akan tempat sampah dan
biaya pengelolaannya. Reuse juga potensi membuka lapangan pekerjaan
yang berkelanjutan. Di sisi lain bagi pelanggan, manfaat yang dapat dipetik
dari Reuse adalah menghemat uang karena barang yang digunakan kembali
umumnya dijual dengan harga lebih murah.
Di samping manfaatnya, Reuse juga menyimpan kemungkinan
kerugian, yaitu membutuhkan proses pembersihan dan transportasi titik
kemudian sejumlah produk berbahaya seperti beberapa jenis plastik untuk
kemasan makanan, tidak direkomendasikan untuk digunakan kembali karena
resiko zat plastik yang berdifusi ke dalam makanan titik Dengan demikian
barang yang digunakan kembali harusnya lebih tahan lama. Ini berarti dalam
proses produksi awal, barang tersebut akan membutuhkan lebih banyak
material.
3) Green produk dan pengolahan limbah

Green produk dan pengolahan limbah mencakup 2 nilai lingkungan yaitu


terkait produk green product dan limbah (cradle to grave dan recycle).

I. Green product. Menurut Peattie (1995), green product adalah produk atau
jasa berwawasan lingkungan yang secara signifikan lebih baik dari produk
konvensional lainnya yang bersaing di pasaran titik aktivitas-aktivitas
hijau sering disebut sebagai green practice, green proses atau cleaner
production.
Nugrahadi (2002) juga menyebutkan bahwa green product adalah
produk yang berwawasan lingkungan serta dirancang dan diproses dengan
suatu cara mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan baik
dalam produksi pendistribusian, maupun pengonsumsian nya.
Produk hijau adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan
lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah
berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang (Kasali, 2005).
D'Souza dkk, 2006, menjelaskan bahwa produk hijau adalah produk yang
memiliki manfaat bagi konsumen dan juga memiliki manfaat sosial yang
dirasakan oleh konsumen seperti ramah terhadap lingkungan.
II. Limbah cradle to Grace dan recycle,
Cradle to grave yaitu pencegahan pencemaran yang dilakukan dari
sejak dihasilkannya limbah B3 sampai dengan ditimbun atau dikubur
dihasilkan, dikemas, digudangkan transportasikan, 36, diolah dan
ditimbun, atau di kubur. Tujuan pengolahan limbah adalah untuk
mengurangi biological oxygen demand (BOD), partikel tersuspensi, serta
membunuh organisme patogen selain itu untuk menghilangkan bahan
nutrisi komponen beracun serta bahan yang tidak dapat didegradasi kan
agar konsentrasi yang ada menjadi rendah Sugiharto 1987.
Recycle atau mengolah kembali adalah kegiatan memanfaatkan barang
bekas dengan cara mengolah materinya untuk digunakan lebih lanjut
contohnya kertas atau sampah bekas pecah-pecahan gelas atau kaca, besi
atau logam bekas sampah organik yang berasal dari dapur atau fase yang
dapat didaur ulang menjadi kompos pupuk titik proses recycle juga dapat
mengubah sampah menjadi energi panas yang dikenal sebagai proses
insinerasi. insinerasi sederhana telah dilakukan oleh beberapa industri
salah satunya di Jakarta yaitu menggunakan limbah padat dalam bentuk
lumpur titik hasil akhir pengolahan air limbahnya tidak dibuang ke tanah
tapi digunakan sebagai bahan bakar setelah mengalami pengeringan.
4) Green selling yaitu polluter pays principle (prinsip pencemar membayar)
Menurut suparmoko (2020), pada dasarnya pencemar harus menanggung
biaya pencemaran sehingga limbah yang dibuang buang akan sesuai baku mutu yang
ditetapkan. Ada dua interpretasi terhadap prinsip pencemaran membayar:
1 interprestasi Dasar atau sempit prinsip pencemar membayar memberikan
suatu hak untuk membuang limbah ke lingkungan sampai jumlah tertentu bebas dari
pungutan
2. Inprestasi luas Jatim pencemar tidak lagi diizinkan membuang limbah
sampai batas tertentu bebas tanpa bayaran tetapi ia harus membayar biaya
pengendalian dan kerusakan lingkungan titik interprestasi luas menghendaki adanya
pungutan sebagai suatu insentif, yaitu pencemar harus membayar nilai bersih limbah
buangan yang diizinkan titik pungutan sebagai insentif tinggi memiliki keuntungan
yaitu dapat mendorong pencemaran agar mengurangi tingkat pencemaran.
5) Green customer service
Green customer service, mencakup lima nilai lingkungan yaitu baku mutu
lingkungan, audit lingkungan sistem manajemen lingkungan SML ISO 14001
koma, komplek social responsibility CSR
I. Baku mutu lingkungan menurut undang-undang nomor 32 tahun 2009
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baku mutu
lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup zat energi atau
komponen yang ada harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup titik dengan kata lain, baku mutu lingkungan merupakan
ambang batas atau batas kadar maksimum suatu zat atau komponen yang
diperbolehkan berada di lingkungan agar tidak menimbulkan dampak
negatif titik baku mutu lingkungan cakup baku mutu limbah pada
dokumen mutu air laut, baku mutu emisi, baku mutu limbah cair dan baku
mutu air pada sumber air baku mutu lingkungan berfungsi sebagai
penentu terjadinya pencemaran lingkungan hidup.
II. Audit lingkungan, berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2009,
audit lingkungan adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan penanggung
jawab usaha dan atau kegiatan yang untuk menilai tingkat ketaatan
terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan atau kebijaksanaan dan
standar yang ditetapkan oleh tolong jawab usaha atau kegiatan yang
bersangkutan.
Audit lingkungan menurut peraturan menteri lingkungan hidup nomor
3 tahun 2013, tentang audit lingkungan hidup kemarau di lingkungan
hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung
jawab usaha atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Selain itu, menurut keputusan menteri negara lingkungan hidup nomor
42 tahun 1994, audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang
mencakup evaluasi secara sistematik dokumentasi, periodik dan objektif
tentang bagaimana suatu kerja perusahaan sistem manajemen dan
peralatan yang digunakan dengan tujuan manfaat fungsi pengendalian
manajemen terhadap upaya pengaturan dampak lingkungan dan
pengkajian penataan kebijaksanaan usaha atau kegiatan terhadap
peraturan perpu terhadap pengelolaan lingkungan.
Menurut international Chamber of commerce 1989, audit lingkungan
merupakan pengujian yang sistematis dari interaksi antara setiap operasi
usaha dengan keadaan sekitarnya. Menurut US EPA, audit lingkungan
sebagai suatu pemeriksaan yang sistematis produk fermentasi periodik dan
objektif terhadap berdasarkan aturan yang tersedia terhadap fasilitas
operasi dan praktik yang berkaitan dengan penataan kebutuhan
lingkungan fisik
Menurut British standard BS-5750, audit lingkungan adalah suatu
evaluasi yang sistematis untuk menentukan apakah sistem pengelolaan
lingkungan dan kinerja telah sesuai dengan yang direncanakan semula
audit lingkungan juga digunakan untuk menentukan apakah sistem
tersebut telah diimplementasikan secara efektif serta apakah sistem
tersebut telah sesuai untuk memenuhi kebutuhan lingkungan perusahaan
yang bersangkutan.
III. Sistem manajemen lingkungan (SML) international standard organization
(ISO) 14001, ialah dasar bagi perusahaan dalam menggunakan sumber
daya perusahaan dengan memperhatikan dampak pada lingkungan
penerapannya dilakukan untuk memenuhi peraturan dan tanggung jawab
dalam mendukung perlindungan lingkungan mencegah pencemaran dan
mendapatkan keuntungan ekonomi melalui perbaikan kinerja lingkungan
secara keseluruhan selain itu membantu memanajemenkan industri dalam
mengenal dan mengukur kinerja lingkungan terkait aspek lingkungan dan
aktivitas produk serta jasa yang dihasilkan
ISO 14001 merupakan standar internasional yang memerintah
persyaratan bagi suatu sistem manajemen lingkungan untuk
memungkinkan sebuah perusahaan merumuskan kebijakan dan sasaran
dengan memperhatikan persyaratan perundang-undangan dan informasi
tentang dampak lingkungan yang penting.
Ada beberapa definisi mengenai sistem manajemen lingkungan.
Pertama menurut Bishop. 2001, SML didefinisikan bagian dari
keseluruhan sistem manajemen, termasuk struktur organisasi, perencanaan
kegiatan, tanggung jawab produser prosedur proses dan pengembangan
sumber daya alam, implementasi, belajar spasi, peninjauan, penyediaan
kebijakan lingkungan.
Kedua berdasarkan undang-undang lingkungan hidup nomor 32 tahun
2009 pasal 1, SML adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan
untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan
hukum di antara sistem manajemen lingkungan atau environmental
management system merupakan bagian dari keseluruhan sistem
manajemen yang meliputi struktur organisasi rencana kegiatan, tanggung
jawab ama latihan atau praktik, prosedur proses dan sumber daya untuk
mengembangkan konsep penerapan evaluasi pemeliharaan kebijakan
lingkungan.
IV. Program penilaian peringkat kinerja perusahaan atau proper yaitu program
penilaian terhadap upaya perang Jawa usaha atau kegiatan dalam
mengendalikan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup serta
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang diatur dalam
peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 6 tahun 2013 tentang
program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
V. Compared social responsibility yaitu konsep tanggung jawab sosial yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan
kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan mendatang dengan
kata lain CSR akan menjadi investasi masa depan perusahaan guna
menciptakan pembangunan berkelanjutan.sir suka dikemukakan oleh
elkington 1997 melalui bukunya cannibal what's the triple bottom line of
the 21st Century business yang mendefinisikan sir sebagai sebuah
perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya dan memberi
perhatian secara berimbang pada 3 p, yaitu profit people dan planet profit
berarti peningkatan kualitas perusahaan sebagai masyarakat khususnya
komunitas sekitar dan planet yang memiliki makna lingkungan hidup..

3. Implementasi Industri Hijau


pengembangan industri hijau dapat dilakukan melalui beberapa penerapan
seperti produksi bersih (cleaner production), konservasi energi (energy efficiency),
efisiensi sumberdaya (resource efficiency eco-design), proses daur ulang, dan low-
carbon technology. Melalui penerapan industri hijau akan terjadi efisiensi pemakaian
bahan baku, energi dan air, sehingga limbah maupun emisi yang dihasilkan menjadi
minimal dan proses produksi akan menjadi lebih efisien yang dapat meningkatkan
daya saing produk industri nasional.
parameter untuk mengukur seberapa baik penerapan industri hijau dalam
sebuah industri akan ditentukan beberapa hal yaitu:
1) Proses Produksinya: Kriteria dalam aspek produksi adalah jenis bahan baku dan
bahan penolong, energi, air, teknologi proses, produk, sumber daya manusia (SDM),
dan lingkungan kerja.
2) Manajemen Perusahaan: Kriteria dalam aspek manajemen adalah efisiensi produksi,
CD/CSR, penghargaan terkait industri hijau, dan sistem manajemen.
3) Pengelolaan Lingkungan: Kriteria dalam aspek pengelolaan lingkungan adalah
pemenuhan baku mutu lingkungan, sarana pengelolaan limbah dan emisi, dan
PROPER.
Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa variable penting dalam melihat
implementasi industri hijau, yaitu:
 Efisiensi dan efektivitas penggunaan Sumber Daya secara berkelanjutan -
Efektivitas penggunaan Energi secara berkelanjutan
 Penggunaan Energi terbarukan
 Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Proses Industri: input-proses-ouput
memperhatikan aspek kualitas lingkungan (masa kini dan masa datang).

Green industry mempromosikan pola produksi dan konsumsi yang


berkelanjutan dengan karakteristiknya adalah resource and energy efficient, low-
carbon and low waste, non-polluting and safe, and which produce products that are
responsibly managed throughout their lifecycle. Agenda the Green industry meliputi:
pertama, the greening of industries, artinya seluruh industri secara terus menerus
meningkatkan produktivitas sumber dayanya dengan tetap menjaga kualitas
lingkungan. Kedua, to deliver environmental goods and services in an industrial
manner, artinya industri dalam menghasilkan barang dan jasa harus ramah
lingkungan dalam pengelolaan industrinya, seperti waste management and recycling
services, renewable energy technologies, and environmental analytical and advisory
services.

Pengembangan industri hijau yang dilakukan melalui beberapa penerapan


seperti produksi bersih, konservasi energi, efisiensi sumber daya, proses daur ulang,
dan low carbon energy, program industri hijau diharapkan akan terjadi efisiensi
pemakaian bahan baku, energi dan air, sehingga limbah maupun emisi yang
dihasilkan menjadi minimal, maka proses produksi akan menjadi lebih efisien yang
tentunya akan meningkatkan daya saing produk industri. Di samping itu
pengembangan industri hijau merupakan salah satu usaha untuk mendukung
komitmen Pemerintah Indonesia dalam menurunkan Gas Rumah Kaca sebagai upaya
mengatasi pemanasan global yang telah terjadi sampai saat ini.
Surat Ar Rum [30] ayat 41-42 tentang Larangan Membuat Kerusakan di Muka Bumi,

( َ‫ْض الَّ ِذيْ َع ِملُ’’وْ ا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِج ُع’’وْ ن‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِى ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َم’’ا َك َس’ب‬
ِ َّ‫ت اَ ْي’ ِدى الن‬
َ ‫اس لِيُ’ ِذ ْيقَهُ ْم بَع‬
)41

)42( َ‫ض فَا ْنظُرُوْ ا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْب ۗ ُل َكانَ اَ ْكثَ ُرهُ ْم ُّم ْش ِر ِك ْين‬
ِ ْ‫قُلْ ِس ْيرُوْ ا فِى ااْل َر‬
artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakanlah
perjalanandimuka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan
(Allah)."

4. Standarisasi Industri Hijau

Standarisasi industri hijau hal tersebut telah diatur pada pasal 77 hingga
82 Pemerintah dalam melaksanakan industri hijau melakukan: a. perumusan
kebijakan; b. penguatan kapasitas kelembagaan; c. standardisasi; dan d. pemberian
fasilitas.
Standar industri hijau paling sedikit memuat: bahan baku, bahan
penolong, dan energi; proses produksi; produk; manajemen pengusahaan; dan
pengelolaan limbah.

Dalam penyusunan standar industri hijau, dilakukan dengan cara:


memperhatikan sistem standardisasi nasional dan/atau sistem standar lain yang
berlaku; dan berkoordinasi dengan kementerian dan/atau lembaga pemerintah non
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan
hidup, bidang riset dan teknologi, bidang standardisasi, serta berkoordinasi dengan
asosiasi industri, Perusahaan Industri, dan lembaga terkait.

Standar Industri Hijau yang telah ditetapkan oleh Menteri tersebut


menjadi pedoman bagi Perusahaan Industri. Dalam penerapan standar Industri Hijau
pemberlakukan wajib bagi Industri dilakukan secara bertahap. Pemberlakuan tersebut
ditetapkan oleh Menteri. Oleh karenanya semua perusahaan wajib memenuhi standar
Industri Hijau tersebut. Apabila ada perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan
standar Industri Hijau dikenai sanksi administratif berupa: peringatan tertulis; denda
administratif; penutupan sementara; pembekuan izin usaha Industri; dan/atau
pencabutan izin usaha Industri.

Perusahaan industri dapat dikategorikan sebagai industri hijau apabila


telah memenuhi standar Inggris hijau perusahaan industri yang telah memenuhi
standar yang diberi jawaban diberikan sertifikat industri hijau sertifikat itu dilakukan
oleh lembaga sertifikasi industri hijau yang dan ditunjuk oleh menteri namun apabila
belum terdapat lembaga sertifikasi industri yang terakreditasi menteri dapat
membentuk lembaga sertifikasi industri hijau.

Dalam perwujudan perusahaan industri hijau secara bertahap hendaknya


melakukan hal-hal berikut Untuk mewujudkan industri hijau, Perusahaan Industri
secara bertahap perlu melakukan beberapa hal yaitu: membangun komitmen bersama
dan menyusun kebijakan perusahaan untuk pembangunan industri hijau; menerapkan
kebijakan pembangunan industri hijau; menerapkan sistem manajemen ramah
lingkungan; dan mengembangkan jaringan bisnis dalam rangka memperoleh bahan
baku, bahan penolong, dan teknologi ramah lingkungan.

5. Faktor-faktor yang Menjadi Penghambat Pelaksanaan Program Industri Hijau


Analisis faktor penghambat ini menggunakan teori dari Soeryono Soekanto. Menurut
Soejono Soekanto masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-
faktor yang mungkin mempengaruhi. faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral,
sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor hukumnya sendiri (UndangUndang).
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak pihak yang membentuk maupun menerapkan
hukum.
3. Faktor Sarana maupun Fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan
esensi dan penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektifitas penegakan
hukum.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Program industri hijau adalah komitmen, Indonesia pada Manila Declaration
on Green Industry di Filipina pada September 2009, yaitu Indonesia mendorong
pergeseran ke arah industri yang efisien dan rendah karbon .Dasar kebijakan Industri
Hijau telah ditetapkan di era Presiden Susilo Bambang Yudoyono, dengan
ditetapkannya UU Nomor 3 tahun 2014 tentang perindustrian, yang ditindaklanjuti
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015–2035. Dua produk
peraturan perundangan ini menjadi pijakan bagi pemerintah Jokowi dalam
membangun industri hijau. Era Presiden Jokowi, pembangunan industri hijau tetap
dilanjutkan dan dikuatkan. Setidaknya 3 hal penting yang ditindaklanjuti adalah
Standardisasi Industri Hijau, fasilitasi industri hijau, dan Penggunaan Produk Industri
Hijau. Yang perlu mendapat perhatian di masa yang akan datang adalah tentang
konsistensi dalam penegakan berbagai peraturan perundangan yang telah dibuat dan
dukungan pemerintah dalam memberikan fasilitasi kepada perusahaan dan juga
komitmen perusahaan untuk membangun industri hijau.
Daftar Pustaka

Zulkifli, Alif. 2018. Green Industry. Penerbitan Salemba Teknika. Hal 10-12

Kementerian Perindustrian, “Kebijakan Pengembangan Industri Hijau (Green Industri)”,


http://greenlistingindonesia.com/berita-147-kebijakan-pengembangan-industrihijau-
green-industri-kementerian-perindustrian.html, [diakses tanggal 20 april 2022].

Pratama, Andika Eka. "Bumi dan Lingkungan di dalam Al-Qur'an". 2019.


https://www.kompasiana.com/dikaeka/5520802d8133114e7419f8b3/bumi-dan-
lingkungan-di-dalam-alquran. di akses tanggal 20 april 2022

https://economy.okezone.com/read/2017/11/02/320/1807384/menperin-kontribusi-sektor-
industri-ke-pdbtembus-22-kalahkan-amerika , di akses tanggal 18 april 2022

Anda mungkin juga menyukai