Oleh
Kelompok 7
Dosen Pengampu
Akhir-akhir ini studi kelayakan bisnis telah dikenal luas dikalangan masyarakat
yang bergerak di dalam bidang usaha, bisnis dan industri. Adanya peluang dan
kesempatan yang beragam dalam menjalankan kegiatan usaha menuntut pelaku
usaha untuk menilai seberapa besar kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat,
jika usaha dijalankan. Studi kelayakan ini dijadikan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan suatu keputusan, apakah suatu usulan ide usaha tersebut dapat
diterima atau ditolak. Studi kelayakan usaha ini digunakan sebagai penelitian
tentang layak atau tidak usaha yang akan dilaksanakan dan menghasilkan
keuntungan atau laba secara terus menerus. Studi ini pada dasarnya membahas
konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek
usaha agar dapat memberikan manfaat secara ekonomis dan sosial sepanjang
waktu. Proyek-proyek atau usaha yang dinilai dari segi ekonomis dan sosial yaitu
proyek-proyek atau usaha yang keuntungannya dinilai dari segi manfaat yang
diberikan usaha-usaha terhadap perkembangan perekonomian masyarakat secara
menyeluruh. Kegiatan usaha yang dinilai dari segi ekonomis (keuntungan
finansial) yaitu usaha-usaha yang dinilai dari segi penanaman investasi atau modal
yang diberikan untuk melaksanakan usaha tersebut (Ibrahim, 2003).
I.3 Tujuan
Strategi memilih lokasi usaha yang strategis menjadi hal yang penting sebelum
membukan usaha. Adanya pemilihan lokasi usaha ini dapat dijadikan sebagai
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan pemasaran dari sebuah
usaha, bisnis atau industri. Semakin strategis lokasi yang dipilih, maka semakin
tinggi tingkat penjualan dan dapat mempengaruhi kesuksesan usaha yang
dijalankan. Lokasi usaha untuk pabrik sosis ini yaitu di daerah sekitar Desa
Tanjung Anom, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah,
Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi pabrik ini berdasarkan pendekatan pabrik
dalam memperoleh bahan baku. Lokasi tersebut dipilih karena lingkungan
masyarakat di daerah sekitar desa Tanjung Anom merupakan peternak sapi dan
peternak ayam, dengan begitu para peternak dapat menjadi mitra perusahaan
pabrik sosis dan pendirian pabrik dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
disekitar dengan membukan lapangan pekerjaan baru.
Tipe tata letak yang digunakan adalah Tipe Product Layout. Tipe ini dipilih
karena pengaturan tata letaknya disesuaikan dengan urutan proses atau kegiatan
pembuatan sosis dan dilakukan secara kontinyu dengan hasil yang standar dan
dibuat untuk stok sehingga produksinya bervolume tinggi. Mesin yang digunakan
juga mesin-mesin yang khsusus atau sesuai dengan fungsinya saja.
Pola aliran bahan yang digunakan adalah pola aliran zigzag, karena pola aliran
seperti huruf “S” sangat baik diterapkan bilamana aliran proses produksi lebih
panjang dibandingkan dengan panjang area yang tersedia, aliran bahan dibelokkan
untuk mengurangi panjangnya garis aliran yang ada. Maka pada pembuatan sosis
ini digunakan pola aliran bahan ini, karena pada proses pembuatan sosis lumayan
panjang dan mesin yang digunakan berbeda-beda.
II.2.3Diagram Keterkaitan Mesin/Proses Pembuatan Sosis dan Bagan
Keterkaitan Mesin atau Proses
Gambar 1. Diagram Keterkaitan Mesin / Proses Pembuatan Sosis dan Bagan Keterkaitan Mesin
atau Proses
(Penjelasan)
(Penjelasan)
(Penjelasan)
Alat alat yang digunakan dalam pembuatan sosis adalah sebagai berikut:
1. Cubber Meat
Proses pencabikan daging dilakukan dengan cubber meat. Cubber meat terdiri
dari sebuah tabung horizontal dengan 10 bagian pisau yang berputar cepat.
Cubber meat berfungsi untuk mengecilkan ukuran daging beku sehingga
mempermudah proses berikutnya. Maka dapat diasumsikan bahwa untuk
pengecilan ukuran membutuhkan waktu 15 menit dan didapat nilai:
Kapasitas mesin : 300kg/jam
Efesiensi mesin : 98%
Faktor scrap : 2% (sisa daging yang menempel di mesin).
2. Mincer
Daging yang telah diperkecil ukurannya kemudian diproses lebih lanjut
dengan menggunakan mincer.Mincer terdiri dari sebuah ulir yang berputar,
tiga buah piringan (plate), dan dua buah pisau. Daging yang telah dimasukkan
ke dalam mincer akan bergerak dengan cara didorong oleh ulir yang berputar
searah jarum jam. Maka dapat diasumsikan bahwa untuk penggilingan daging
membutuhkan waktu 20 menit dan didapat nilai:
Kapasitas mesin : 1500 kg/jam
Efesiensi mesin : 98%
Faktor scrap : 0,4% (sisa daging yang menempel di mesin )
3. Ruang Curing
Daging giling hasil penggilingan menggunakan mincer kemudian
dimasukkan ke dalam ruang curing selama 24 jam dengan suhu 0 °C. Curing
dilakukan dengan cara menambahkan NPS (Nitrit Pocalt Salt) ke dalam
daging giling. Curing bertujuan untuk menstabilkan warna merah pada
daging, mengawetkan, dan menghasilkan flavour khas dari daging tersebut.
Maka dapat diasumsikan dan didapat nilai :
Kapasitas mesin : 1500 kg/jam
Efesiensi mesin : 98%
Faktor scrap : 0,4% (sisaandaging di ruang curing).
4. Bowl Cutter
Proses mixing dilakukan dengan bowl cutter yang terdiri dari sebuah
mangkok berputar yang memiliki diameter 1 meter dan pada bagian dalamnya
terdapat sebuah pisau yang memiliki enam buah mata pisau.lama
pencampuran 15 menit dengan suhu 3-120C. Maka dapat diasumsikan dan
didapat nilai :
Kapasitas mesin : 1000 kg/jam
Efesiensi mesin : 98 %
Faktor scrap : 0,4 % (sisa bahan)
5. Mesin filler
Proses filling atau pengisian adonan ke dalam casing dilakukan dengan
menggunakan mesin filler yang bentuk corong pada bagian atas. Mulamula
daging masuk dari corong kerucut, bergerak ke bawah dengan dibantu oleh
sebuah pengaduk dengan arah putaran berlawanan jarum jam, kemudian
adonan dimasukkan ke dalam casing.suhu pada proses pengisian 0-30C. Maka
dapat diasumsikan bahwa untuk proses pengisian sosis membutuhkan waktu
10 detik dan didapat nilai :
Kapasitas mesin : 300 kg kg/jam
Efesiensi mesin : 98 %
Faktor scrap : 0,3 % (pengisian yang tidak sesuai)
6. Washer
Sebelum sosis dimasak dilakukan penyiraman dengan air selama 10 menit
dengan sushu 50C.Penyiraman awal bertujuan untuk menghilangkan kotoran
dan lemak pada permukaan sosis.Penyiraman dilakukan dengan kran yang
dapat berputar dan terletak di atas sehingga penyiraman air dapat merata dan
mengenai seluruh permukaan sosis. Maka dapat diasumsikan dan didapat
nilai :
Kapasitas mesin : 5000 L/jam
Efesiensi mesin : 98 %
Faktor scrap : 0 % (tidak ada perlakuan khusus pada mesin)
7. Smoke House
Smoke house merupakan modifikasi teknik pengasapan dengan
menggunakanalat. Cara kerja smokehouse dengan menggunakan smoke
generator. Smoke generator merupakan suatu wadah yang digunakan untuk
menghasilkan asap dengan cara membakar chip kayu. Untuk Proses Drying,
Cooking dan Smooking. Waktu proses drying 30-45 menit,smooking 12
menit dan cooking 25 menit. Maka dapat diasumsikan dan didapat nilai :
Kapasitas mesin : 1000 kg/jam
Efesiensi mesin : 98%
Faktor scrap : 0,1% (sosis rusak saat proses smoking, cooking, drying)
8. Cooling Chamber
Merupakan proses pendinginan dengan menggunakan Cooling Chamber. Alat
ini digunakan untuk proses pendinginan terhadap produk sosis yang telah
melalui proses cooking. Pendinginan Cepat ini memerlukan waktu ± 2 menit
untuk setiap lot produk. Setelah didinginkan cepat, sosis disimpan dalam cold
room bersuhu Chiller (0 oC – 5 oC), Chiller Room ini memiliki spesifikasi
khusus, yaitu memiliki hembusan angin blower pada evaporator yang sangat
kuat. Maka dapat diasumsikan dan didapat nilai :
Kapasitas mesin : 1500 kg/jam
Efesiensi mesin : 98%
Faktor scrap : 0 % (tidak ada perlakuan khusus pada mesin).
9. Mesin Cutter
Proses cutting ini menggunakan jenis mesin sosis cutter mesin ini digunakan
untuk memotong sosis per pieces yang masih terikat di masingmasing
ujungnya, dengan tipe sosis (P = 2x10 cm).
Kapasitas mesin : 500kg/jam
Efisiensi mesin : 98 %
Faktor Scrap : 0,3 % (sosis yang tidak sesuai yang di mau)
II.6.1Produk Sosis
Sosis didefinisikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang dicacah dan
dibumbui serta dibungkus dalam casing menjadi bentuk silinder yang simetris
(Kramlich, 1971). Sosis daging adalah produk makanan yang diperoleh dari
campuran daging halus (mengandung daging tidak kurang dari 75%) dengan
tepung atau pati dengan atau tanpa penambahan bumbu dan bahan tambahan
makanan lain yang diizinkan dan dimasukkan ke dalam selubung sosis. Bahan
baku utama dalam pembuatan sosis yaitu daging sapi, dimana daging tersebut
diterima dalam keadaan beku dan terbungkus plastik di dalam kotak karton.
Daging yang digunakan untuk pembuatan sosis sebaiknya daging pre rigor, yaitu
daging dengan pH sekitar 6.2 - 6.8 karena pada pH tersebut protein daging masih
belum terlalu banyak yang terdenaturasi sehingga daya mengikatnya airnya masih
bagus (Xiong dan Mikel, 2001).
2. Air/Es
Pada saat keadaan normal air tidak berbau, tidak berwarna juga tidak berasa.
Zat kimia yang terdapat pada air merupakan suatu pelarut memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula,
asam dan lainnya seperti jenis gas maupun molekul organik.
3. Bahan Pengikat dan Bahan Pengisi
Bahan pengikat adalah material bukan daging yang dapat meningkatkan daya
ikat air-daging dan emulsifikasi lemak. Bahan pengisi adalah bahan yang
mampu mengikat sejumlah air tetapi mempunyai pengaruh kecil terhadap
emulsifikasi (Soeparno, 2005).
4. Bahan pengikat yang umum digunakan pada pembuatan sosis adalah isolat
protein.
Isolat Soy Protein (ISP) dengan nama lain isolat protein kedelai merupakan
produk dari protein kedelai yang berlemak rendah, protein ini diolah
sedemikian rupa sehingga memiliki kandungan protein yang tinggi. Tapioka
sering digunakan dalam pembuatan sosis karena selain harganya yang murah
juga memberikan citarasa netral serta warna terang pada produk sosis.
Keberadaan granula pati yang mengembang selama gelatinisasi pati tidak
meningkatkan elestisitas gel.
5. Fosfat
Fosfat berfungsi untuk meningkatkan daya ikat air oleh protein daging,
mereduksi pengerutan daging, menghambat ransiditas oksidatif bersamasama
asam askorbat, dan dapat memperbaiki tekstur. Fosfat meningkatkan kadar
keempukan dan kadar jus daging cured, meningkatkan daya terima warna,
uniformitas dan stabilitas produk, dan melindungi dari kemungkinan
pencoklatan selama penyimpanan (Soeparno, 2005). Jumlah penambahan
fosfat dalam curing tidak boleh lebih dari 5% dan produk akhir harus
mengandung fosfat kurang dari 0,5 % .Penambahan polifosfat pada produk
olahan daging dalam bentuk kering rata- rata 0,3 %.
6. Lemak
Penambahan lemak dalam pembuatan sosis bertujuan untuk membentuk sosis
yang kompak, empuk, dan lezat. Lemak yang ditambahkan pada sosis dapat
berupa lemak nabati maupun lemak hewani, dengan kadar berkisar antara 5-
25%.
7. Bumbu-bumbu
Bumbu-bumbu yang dipakai dalam pembuatan sosis adalah bawang putih,
bawang merah, biji pala, gula, jahe, merica, MSG, dan lain-lain. Penambahan
bahan penyedap dan bumbu ditujukan terutama untuk menambah atau
meningkatkan rasa, karena bahan penyedap dapat meningkatkan dan
memodifikasi rasa yang berbeda (Soeparno, 2005).
8. Casing
Casing merupakan wadah produk sosis yang berfungsi untuk menentukan
bentuk dan ukuran sosis serta pelindung dari kerusakan fisik, mikrobiologi
maupun kimia. Casing untuk sosis ada dua tipe, yaitu casing alami dan casing
buatan. Casing alami terutama berasal dari saluran pencernaan ternak,
misalnya sapi, babi, domba atau kambing. Casing alami mudah mengalami
kerusakan oleh mikroorganisme, sehingga setelah dibersihkan perlu
dikeringkan atau digarami. Casing buatan terdiri dari empat kelompok, yaitu:
selulosa, kolagen yang dapat dimakan, kolagen yang tidak layak dimakan, dan
plastik. Casing buatan mempunya kekuatan yang lebih besar dibandingkan
casing alami (Soeparno, 2005).
Tipe proses produksi yang digunakan yaitu operasi runtut (kontinyu). Karena
volume produksi cukup tinggi, peralatan yang digunakan juga sesuai dengan
kegunaan khusus. Aliran produk juga tidak terputus karena merupakan produksi
yang harus dikerjakan dalam satu waktu dengan urutan yang tidak berubah.
Variasi produk juga sangat kecil karena hanya memproduksi sosis sapi saja dan
produknya standar.
II.6.3Proses Pembuatan
Lubang pada piring tersebut memiliki sisi-sisi yang tajam sehingga dapat
memperkecil ukuran daging. Kemudian daging menuju ke pisau berputar
yang memiliki empat buah mata pisau yang tajam. Selanjutnya daging masuk
ke piringan kedua yang terdiri dari 12 lubang berdiameter 20 mm. Daging
lalu menuju pisau yang kedua untuk diperkecil kembali ukurannya dan
terakhir masuk ke piringan ketiga. Setelah keluar dari piringan ketiga, daging
akan berbentuk silinder dengan diameter 3 mm.
4. Curing
Daging giling hasil penggilingan menggunakan mincer kemudian
dimasukkan ke dalam ruang curing selama 24 jam dengan suhu 0 °C. Curing
dilakukan dengan cara menambahkan NPS (Nitrit Pocalt Salt) ke dalam
daging giling. Curing bertujuan untuk menstabilkan warna merah pada
daging, mengawetkan, dan menghasilkan flavour khas dari daging tersebut.
5. Pencampuran (Mixing)
Proses mixing dilakukan dengan bowl cutter yang terdiri dari sebuah
mangkok berputar yang memiliki diameter 1 meter dan pada bagian dalamnya
terdapat sebuah pisau yang memiliki enam buah mata pisau.lama
pencampuran 15 menit dengan suhu 3-120C.
6. Pengisian (Filling)
Proses filling atau pengisian adonan ke dalam casing dilakukan dengan
menggunakan mesin filler yang bentuk corong pada bagian atas. Mula-mula
daging masuk dari corong kerucut, bergerak ke bawah dengan dibantu oleh
sebuah pengaduk dengan arah putaran berlawanan jarum jam, kemudian
adonan dimasukkan ke dalam casing.suhu pada proses pengisian 0-30C.
9. Pendinginan (Cooling)
Merupakan proses pendinginan dengan menggunakan Cooling Chamber. Alat
ini digunakan untuk proses pendinginan terhadap produk sosis yang telah
melalui proses cooking. Di dalamnya terdapat aliran air dingin yang telah
disterilkan (air ozon) yang nantinya akan disemprotkan secara cepat ke
produk untuk menurunkan suhu produk. Pendinginan Cepat ini memerlukan
waktu ± 2 menit untuk setiap lot produk. Setelah didinginkan cepat, sosis
disimpan dalam cold room bersuhu Chiller ( 0-5 oC ), Chiller Room ini
memiliki spesifikasi khusus, yaitu memiliki hembusan angin blower pada
evaporator yang sangat kuat.
10. Cutting
Proses cutting ini menggunakan jenis mesin sosis cutter. Mesin ini digunakan
untuk memotong sosis per pcs yang masih terikat di masing-masing
ujungnya, dengan tipe sosis P= 2x10 cm. Terdapat beberapa type sosis cutter
dengan mekanisme potong yang berbeda-beda. Mesin yang sistem potongnya
dilengkapi dengan sensor proximity yang akan memberikan sinyal pada
sistem cutting untuk melakukan proses pemotongan menghasilkan output
yang lebih presisi.
13. Distribusi
Distribusi produk ke berbagai kota dilakukan menggunakan mobil
pengangkut (container) yang dilengkapi dengan pendingin yang dapat diatur
suhunya untuk mempertahankan suhu produk selama proses distribusi agar
tidak mengalami kerusakan.
II.7 Perencannaan Produksi
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menganalisis suatu usaha adalah
dengan menggunakan BEP. Break Even Point merupakan suatu teknik analisa
untuk mempelajari hubungan antara Biaya Tetap, atau suatu keadaan dimana
dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas
(penghasilan = total biaya). Break Event Point menyatakan volume penjualan
dimana total penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga
perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian.
Perhitungan BEP
BEP per unit?
Harga jual per unit(SP) = Rp. 3.500
Biaya variable per unit (VC) = Total biaya variable/ produksi per hari
Berdasarkan perhitungan diatas, produksi sosis akan mencapai titik impas (BEP)
ketika sudah terjual 523.000 pcs. Apabila kapasitas produksi per hari adalah
25.000 pcs maka BEP akan terjadi setelah 21 hari. BEP dalam rupiah yang harus
dicapai adalah sebesar Rp. 1.613.565,217. Perhitungan besarnya contribution
margin diperoleh dari hasil penjualan 87.500.000-biaya variable (76.855.967) =
Rp. 10.644.033.
III. KESIMPULAN
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.