Anda di halaman 1dari 9

TUGAS STUDI KELAYAKAN DAN EVALUASI PROYEK PETERNAKAN

RESUME
“ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
PADA PETERNAKAN BAPAK SARNO DESA CITAPEN CIAWI
KABUPATEN BOGOR”

Dosen Pembimbing : drh. Endang Tri Rahayu, M.P.

Disusun oleh :
Kelompok II
1. Mohammad Husni A. H0514061
2. Muhamad Bayuadam H0514062
3. Aisyah H0515008
4. Chairul Huda H0515025

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
PADA PETERNAKAN BAPAK SARNO DESA CITAPEN CIAWI
KABUPATEN BOGOR

Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah


suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Dalam
membangun usaha baru sangat diperlukan studi kelayakan bisnis, sehingga dalam
proses perencanaan pembangunannya nanti dapat dilakukan kajian yang cukup
mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan
dilakukan itu layak atau tidak layak. Pertimbangan tersebut dapat digunakan
dalam rangka melihat apakah perusahaan mendapatkan keuntungan jika
menjalankan usaha. Studi Kelayakan bisnis perlu dilakukan sebelum suatu usaha
atau proyek dijalankan. Intinya agar usaha atau proyek ini dijalankan tidak akan
sia-sia, tidak membuang waktu, uang, tenaga dan pikiran secara percuma.
Setidaknya ada lima tujuan penting dengan dilakukannya studi kelayakan sebelum
suatu proyek dijalankan :
1. Menghindari risiko
2. Memudahkan perencanaan
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
4. Memudahkan pengawasan
5. Memudahkan pengendalian
Kriteria kelayakan suatu bisnis ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
diantaranya aspek finansial dan aspek non finansial dan masing-masing aspek
tersebut saling berkaitan dalam memenuhi kriteria kelayakan suatu bisnis.
A. KEGIATAN USAHA
Jenis usaha penggemukan sapi potong dalam peternakan ini adalah
peternakan rakyat. Sistem penggemukan ternak sapi potong yang digunakan
adalah sistem kereman. Usaha ini bisa dilakukan sepanjang tahun, selama harga
bakalan terjangkau dan sesuai standar pasar, maka peternak membeli bakalan
untuk digemukkan. Pakan yang diberikan berupa rumput yang diperoleh dari
daerah sekitar, selain itu ternak sapi potong diberi pakan tambahan berupa
konsentrat (dibeli dari pabrik).
B. ANALISIS ASPEK NONFINANSIAL DAN ASPEK FINANSIAL
1. Analisis Aspek Nonfinansial
a. Aspek Pasar
Peluang pasar untuk usaha penggemukan sapi potong sangat terbuka hal ini
dapat diketahui dari permintaan sapi potong dalam tiga tahun terakhir tidak
mampu dipenuhi semuanya. Setelah diketahui besarnya peluang pasar untuk
daging sapi potong, maka langkah selanjutnya yaitu penentuan strategi pemasaran.
Strategi pemasaran yang dilakukan adalah bauran pemasaran atau 4P yang
meliputi product (produk), price (harga), place (tempat) dan promotion (promosi).
Produk
Hasil akhir dari dari usaha penggemukan sapi potong adalah tingkat
kegemukan sapi pada waktu akan dijual. Produk sapi yang dihasilkan dari
peternakan ini dianggap baik bila emncapai bobot akhir 300kg dan dapat
menghasilkan karkas sebesar 60% dari bobot tubuh dan recahan sebanyak 40%.
Harga
Harga sapi potong yang ditawarkan pada usaha ini yaitu berdasarkan bobot
hidup ternak sapi potong. Yaitu Rp. 50.000,00/kg bobot hidup.
Tempat
Distribusi saluran pemasaran yang dilakukan pada usaha ini merupakan
penyaluran ternak sapi potong sampai pada target pasar atau konsumen.
Konsumen datang langsung ke peternakan untuk melakukan transaksi pembelian.
Promosi
Promosi yang dilakukana dalah promosi melalui mulut ke mulut(word by
mouth). Dari konsumen yang merasa puas dengan kuantitas dan kualitas daging
akan menginformasikannya ke orang lain atau calon pembeli.
b. Aspek Teknis
Lokasi Usaha
Lokasi usahaterletak di Desa Citapen, lokasi ini dipilih mengingat jarak
antara lokasi usaha tidak berada di tengah kota yang penduduknya padat. Jarak
peternakan dengan penduduk tidak mengganggu kenyamanan penduduk sekitar
terutama dalam hal pencemaran udara. Pemilihan lokasi didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Letak pasar yang dituju
2. Ketersediaan Bahan Baku, Listrik dan Air
3. Suplai tenaga kerja
4. Iklim
5. Fasilitas Transportasi
Skala Usaha
Luas lahan sekitar 800m2, usaha ini memiliki ternak sapi dengan kapasitas
produksi 25 ekor setiap periode produksi (tiga bulan). Skala usaha ini dalam
memproduksi sapi potong masih tergolong kecil.
Proses Produksi
Proses prodduksi meliputi tata laksana pemeliharaan, tata laksana pemberian
pakan, air minum dan kontrol kesehatan
Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan bahwa secara teknis tidak ada
kendala yang menghambatnya jalan usaha. Pemilihan lokasi usaha, skala usaha,
proses produksi, layout dan pemilihan teknologi mampu menghasilkan produk
secara optimal dan mendukung untuk dilakukan pengembangan usaha. Sehingga
secara teknis proses produksi dalam usaha ini layak untuk dijalankan dan
dikembangkan.
c. Aspek Manajemen dan Hukum
Hasil Analisis Manajemen dan Hukum
Berdasarkan analisis terhadap aspek manajemen dan hukum, usaha ini
layak. Aspek manajemen dengan organisasi yang digunakan masih sederhana,
namun mampu mengorganisir kegiatan produksi dengan baik, karena pemilik
merupakan orang yang mampu memimpin dalam usaha yang dijalankannya.
Kegiatan usaha yang dilakukan tidak menentang hukum dan izin usaha dari pihak
Ketua RT, ini menunjukkan bahwa berdasarkan aspek hukum pengembangan
usaha ini layak dijalankan. Berdasarkan analisis aspek manajemen dan hukum,
kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan dikembangkan.
d. Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya dan Lingkungan
Aspek sosial dapat dinilai dari segi manfaat yang diberikan usaha terhadap
perkembangan masyarakat secara keseluruhan seperti terbukanya lapangan
pekerjaan, bertambahnya sarana dan prasarana di daerah sekitar lokasi usaha.
Keberadaan usaha ini berdampak baik terhadap masyarakat setempat karena
keberadaan usaha dilokasi ini dapat menyerap tenaga kerja sehingga aktiftas
ekonomi desa berjalan dengan baik.
2. Analisis Aspek Finansial
Analisis aspek finansial dikaji secara kuantitatif. Analisis finansial usaha
ini dilakukan setelah pengembangan usaha yang dilakukan yakni menambah satu
kandang baru. Dari analisis aspek finansial akan dikaji analisis biaya dan manfaat,
laba rugi serta kriteria investasinya. Analisis biaya dan manfaat dilakukan untuk
mengidentifikasi berbagai biaya yang dikeluarkan serta manfaat yang akan
diterima selama usaha dijalankan. Hasil analisis tersebut akan diolah dan dapat
menghasilkan analisis laba rugi.
a. Arus Penerimaan (Inflow)
Arus penerimaan merupakan aliran kas masuk ke usaha dan pendapatan bagi
usaha. Penerimaan diperoleh dari penjualan sapi potong, kotoran sapi dan nilai
sisa investasi. total penerimaan usaha ini sebesar Rp270.000.000 pada tahun
pertama dan Rp570.000.000 pada tahun kedua dan tahun selanjutnya. Perbedaan
ini terjadi karena pada tahun pertama usaha ini berproduksi dengan persentase
tingkat kelangsungan hidup Survival Rate (SR) sebesar 90% sedangkan dari tahun
ke-2 sampai ke-10 berproduksi dengan SR 95%. Hal ini disebabkan oleh keadaan
kandang yang baru dimana ternak sapi harus beradaptasi dengan kegiatan usaha
yang baru dimulai.
b. Penerimaan Penjualan Kotoran Sapi
Dalam satu hari kotoran yang dihasilkan oleh 25 ekor ternak sapi potong
adalah 20kg. Hal ini diasumsikan dengan jumlah ternak sapi 25 ekor per
periodenya. Rata-rata ternak sapi menghasilkan kotoran 1kg tiap harinya dan
mengalami penyusutan 0,2kg sehingga pada saat dijual berat kotoran yang
dihasilkan tiap ekor ternak sapi adalah 0,8kg.

c. Nilai Sisa (Salvage Value)


Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha
berjalan. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara penaksiran. Nilai sisa
tersebut menjadi tambahan manfaat bagi usaha. Beberapa barang yang memiliki
nilai sisa diantaranya yaitu mobil, motor pakan dan mesin pemotong rumput.
d. Arus Biaya (Outflow)
Arus biaya (outflow) adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh usaha. Arus
biaya pada usaha ini terdiri dari biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya
operasional dan pajak penghasilan. Biaya-biaya yang dikeluarkan merupakan
biaya yang dikeluarkan dalam mengembangkan usaha dan menjalankan
operasional usaha ini selama umur usaha. Meliputi biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi usaha ini sebesar Rp. 256.850.000. Biaya operasional
meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam usaha ini pada tahun
pertama sebesar Rp. 47.680.000 dan pada tahun kedua sebesar Rp. 72.042.667.
Biaya variabel pada tahun pertama sebesar Rp. 202.250.000 dan pada tahun kedua
sebesar Rp. 372.200.000.
e. Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun selama
umur usaha dengan jumlah yang tergantung dari besarnya laba usaha yang
diperoleh perusahaan pada setiap tahun usaha. Besarnya pajak dipengaruhi oleh
besarnya laba kotor yang diperoleh usaha ini dengan pengembangan kapasitas
produksi dengan membangun kandang baru yang menggunakan bahan baku paku
konsentrat berupa ampas tahu dan dedak jagung.
f. Analisis Laba Rugi Usaha
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam
kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya
operasional, biaya penyusutan dan biaya lain diluar usaha serta pajak penghasilan
usaha.
g. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial yang digunakan berdasarkan pada kriteria
investasi seperti NetPresentValue (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
Internal Rate of Return, dan Payback Period (PP).

Berdasarkan analisis kelayakan investasi tersebut, diperoleh nilai NPV


sebesar Rp. 658.300.804,94. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang diperoleh
selama 10 tahun dengan tingkat diskonto sebesar 4%. Nilai NPV lebih besar dari
nol, sehingga berdasarkan kriteria NPV maka pengembangan usaha penggemukan
sapi potong ini layak untuk dijalankan. Perhitungan Net B/C menghasilkan nilai
5,13 satuan rupiah. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha ini mendapatkan
keuntungan Rp. 5,13 untuk setiap Rp. 1 yang dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih
besar dari 1, sehingga menurut kriteria Net B/C maka pengembangan usaha
penggemukan sapi potong ini layak untuk dijalankan. Sementara nilai IRR dalam
pengembangan usaha ini sebesar 67,83%. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat
diskonto yang digunakan, yaitu 4%. Maka usaha ini dengan kriteria IRR layak
untuk dijalankan, karena setiap investasi yang ditanamkan pada usaha ini akan
mendapatkan tingkat pengembalian yang menguntungkan dibandingkan
menyimpan dana investasi untuk ditabung atau didepositokan. Nilai Payback
Period (PP) usaha ini selama 3,49 tahun atau 3 tahun 4 bulan 9 hari. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam rencana
pengembangan usaha ini akan dikembalikan pada tahun ketiga, bulan keempat,
hari kesembilan. Hal ini menunjukkan waktu yang kurang dari 10 tahun, sehingga
layak untuk dijalankan. Sehingga jika dilihat dan disimpulkan dari keempat
kriteria kelayakan investasi tersebut maka pengembangan usaha penggemukan
sapi potong ini layak untuk dijalankan secara finansial.
h. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur
perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga
output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan
harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis
masih tetap layak.
i. Hasil Analisis Aspek Finansial
Pengembangan usaha penggemukan sapi potong ini dikatakan layak
karena nilai NPV yang diperoleh Rp. 658.300.804,94 atau lebih besar dari nol.
IRR yang diperoleh pada usaha ini adalah 67,83% atau lebih kecil daripada
discount rate yaitu 5,5%. Sehingga usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Suatu
usaha dikatakan layak apabila Net B/C lebih dari satu. Pada usaha ini perhitungan
Net B/C menghasilkan nilai 1,30 satuan rupiah atau lebih dari satu. Artinya usaha
ini dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Suatu usaha juga dikatakan layak apabila
lamanya waktu pengembalian modal investasi lebih pendek dari umur proyek.
Pada pengembangan usaha ini dalam membiayai investasi mampu
mengembalikan modal dalam waktu 7,14 tahun. Kemudian berdasarkan hasil
analisis switching value, kriteria invetasi menjadi tidak layak dipengaruhi dari
variabel penurunan PBBH dan kenaikan biaya pakan. Penurunan bobot badan sapi
sebesar 15,19% merupakan batas maksimal dari kelayakan usaha atau tidak layak
dilaksanakannya usaha ini. Selain itu juga kenaikan biaya bakalan sebesar 28,38%
menjadikan usaha ini pun tidak layak dilaksanakan.
SUMBER :
Pratama, Yoga A. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong
pada Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen Ciawi Kabupaten Bogor.
Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai