Anda di halaman 1dari 19

MODUL 3

Penilaian Kelayakan
Finansial Produk Unggulan
KPS/KUPS

Draft Disusun sebagai Bahan Diskusi


dalam Workshop Penyusunan Silabus dan Modul Pelatihan Penguatan
Kapasitas Pengembangan Usaha
bagi 5 KPS/KUPS Target Proyek di Kabupaten Kubu Raya
Tanggal 6-7 Oktober 2022
Daftar Isi
Pengantar Pembelajaran............................................................................................ 2

Deskripsi Modul ......................................................................................................................... 2

Istilah-istilah Perhutanan Sosial .............................................................................................. 3

Tahapan Penilaian Kelayakan Finansial Produk Unggulan KPS/KUPS .................... 4

Analisis Pendapatan Usaha .................................................................................................... 4

Analisis Manfaat dan Biaya .................................................................................................... 7


Nett Present Value (NPV) .............................................................................................................. 7
Discounted Payback Period (DPP) .............................................................................................. 8
Internal Rate Return (IRR) .............................................................................................................. 8
Nett Benefit/Cost Ratio (Nett B/C Ratio) .................................................................................... 9
Contoh Kasus Kelayakan Finansial Usaha ................................................................................... 10

Senarai Pustaka ......................................................................................................... 15

LAMPIRAN ................................................................................................................... 16

Matriks Latihan dan Kerja ...................................................................................................... 16


Latihan 1 ......................................................................................................................................... 16
Latihan 2 ......................................................................................................................................... 17

1
Pengantar Pembelajaran
Deskripsi Modul
Nama Modul Kelayakan Finansial Produk Unggulan KPS/KUPS
Ruang lingkup Modul ini dibuat dan didesain untuk memberikan pengetahuan
dan wawasan terkait penilaian kelayakan finansial produk
unggulan pada skala KPS/KUPS (lanskap) yang dimulai dari analisis
pendapatan usaha dan analisis kelayakan finansial
Kaitan dengan Modul ini merupakan upaya dalam untuk memahami produk
modul lainnya yang layak secara finansial dan memiliki nilai keekonomian yan
baik. Modul ini merupakan lanjutan dari Modul 2 - penentuan
produk dalam skala KPS dan KUPS.
Tujuan Memberikan pemahaman dan ketrampilan dalam menilai
Pembelajaran kelayakan usaha yang akan dikembangkan dalam skala
KPS/KUPS.
Luaran Setelah menyelesaikan modul ini, peserta dapat melakukan
Pembelajaran penilaian kelayakan finansial produk unggulan di KPS/KUPS
(lanskap) lokasi masing-masing.
Metode dan Metode pembelajaran yang diberikan adalah pengantar konsep
waktu dan teori serta praktik dan diskusi dengan waktu belajar 4 x 90
pembelajaran menit.
Prasyarat awal Peserta memiliki pemahaman awal terkait produk dan informasi-
informasi ekonomi produk yang sudah dan akan dikembangkan

2
Istilah-istilah Perhutanan Sosial
Perhutanan Sosial (PS) adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan
dalam KPS/KUPS negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh
Masyarakat Setempat atau Masyarakat Hukum Adat sebagai pelaku utama untuk
meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial
budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat,
Hutan Adat dan kemitraan kehutanan
Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan, memanfaatkan
jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu, memungut hasil
hutan kayu dan bukan kayu, serta mengolah dan memasarkan hasil hutan secara
optimal dan adil untuk kesejahteraan Masyarakat dengan tetap menjaga
kelestariannya.
Lembaga Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh kepala desa melalui musyawarah
desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk melakukan
pengelolaan HD, bagi sebesar-besarnya kesejahteraan Masyarakat desa.
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi
pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien, efektif dan lestari.
Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial (Pokja PPS) adalah kelompok kerja
provinsi yang membantu kegiatan percepatan akses dan peningkatan kualitas
Pengelolaan Perhutanan Sosial.
Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) adalah kelompok tani hutan dan/atau kelompok
Masyarakat dan/atau koperasi pemegang Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial
serta MHA termasuk kelompok tani dan/atau kelompok Masyarakat pengelola Hutan
Rakyat.
Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) adalah kelompok usaha yang dibentuk oleh
KPS yang akan dan/atau telah melakukan usaha.
Rencana Kelola Perhutanan Sosial (RKPS) adalah dokumen yang memuat rencana
penguatan kelembagaan, rencana Pemanfaatan Hutan, rencana kerja usaha, dan
rencana monitoring dan evaluasi.
Rencana Kerja Tahunan (RKT) adalah penjabaran detail dan tata waktu pelaksanaan
dari dokumen RKPS untuk setiap tahun.

3
Tahapan Penilaian
Kelayakan Finansial
Produk Unggulan
KPS/KUPS
Tujuan dari penilaian produk kelayakan finansial produk unggulan KPS/KUPS
adalah untuk mengetahui apakah usaha yang akan dikembangkan KPS/KUPS
tersebut layak secara finansial dalam jangka panjang dan memberikan
keuntungan yang memadai.
Dalam penilaian kelayakan bisnis, salah satu aspek yang penting untuk di nilai
adalah aspek finansial. Penilaian kelayakan finansial dilakukan agar kita
mendapatkan gambaran apakah usaha yang akan dijalankan tersebut dapat
memberikan keuntungan yang berkelanjutan (layak) atau tidak. Dua metode
yang biasa digunakan secara bersamaan adalah Analisa Penghasilan Usaha
dan Analisa Manfaat dan Biaya.

Analisis Pendapatan Usaha


Untuk menganalisa penghasilan dari usaha berbasis komoditas maupun jasa,
perhitungan yang digunakan adalah rumus penghasilan usaha untuk kegiatan
pertanian atau bisnis lainnya. Penghasilan dari kegiatan usaha berbasis
komoditas di hitung dari total pendapatan dikurangi biaya produksi termasuk
bahan baku, tenaga kerja, overhead dan biaya-biaya sosial. Perhitungan
penghasilan usaha berbasis komoditas menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana I—Penghasilan bersih; n — Jenis produk; 𝒑𝒊 —Harga produk n pada tahun


i; 𝒚𝒊—Jumlah produk n pada tahun i; m—Jenis input produksi; 𝒒𝒋—Harga input
4
produksi m pada variabel j; 𝒗𝒋— Jumlah input produksi m pada variable j.
Tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Identifikasikan semua tahapan produksi termasuk biaya-biaya sosial dan
lingkungan yang dikeluarkan (jika ada).
2. Identifikasikan jenis input produksi (m) di setiap tahapan produksi dan jumlah
input produksi 𝒗𝒋 yang digunakan setiap jenisnya. Kemudian, identifikasikan
harga (𝒒𝒋)setiap jenis input produksi tersebut.
3. Identifikasikan jenis produk (n), kapasitas/volume produksi (𝒚𝒊) dan harga jual
(𝒑𝒊).
4. Lakukan perhitungan yaitu omset penjualan (𝒑𝒊. 𝒚𝒊) dikurangi biaya-biaya (𝒒𝒋.
𝒗𝒋) per bulan selama 1 tahun.
Catatan: di setiap tempat tentunya akan berbeda penggunaan input produksi, harga, jumlah
produksi dan biaya-biaya sosial dan lingkungan, tergantung dengan kondisi masyarakat dan
kultur yang berkembang.

Contoh Kasus. Penghasilan usaha Kopi Robusta di Cibulao, Puncak-Bogor

Di dalam proses produksi, terdapat 2 (dua) jenis produk kopi yang dihasilkan oleh
petani yaitu kopi basah (cheery) dan beras kopi (green bean). Dalam kasus Cibulao,
input atau biaya-biaya produksi kopi tergolong murah karena hanya dibebankan
pada biaya tenaga kerja saja dan bahkan tenaga kerja juga melibatkan istri dan
anak. Biaya distribusi kopi hampir bisa dipastikan tidak ada karena para pembeli dari
luar kota mengambil sendiri produk kopi petani.
Perhitungan input produk mengacu pada jumlah hari orang kerja yang dibutuhkan
selama produksi kopi dan besaran upah harian yang berlaku di daerah Cibulao dan
sekitarnya. Untuk harga jual kopi basah dan beras kopi, harga yang digunakan
mengacu pada harga pasar yang berlaku di Cibulao dan area puncak, Kabupaten
Bogor. Jumlah panen kopi basah sekitar 750 Kg/hektar. Untuk proses pengolahan
pasca panen menjadi beras kopi, jumlahnya menyusut menjadi 25% dari total jumlah
panen kopi basah.
Untuk kopi basah (cherry) input produksi hanya berupa biaya tenaga kerja pada
tahapan pembersihan lahan, pemangkasan dan pemanenan. Sedangkan untuk
beras kopi (green bean), input produksinya meliputi biaya produksi kopi basah
ditambah biaya tenaga kerja untuk tahapan pengeringan, pengupasan kulit kopi,
sortir dan grading, serta kebutuhan bahan bakar untuk mesin-mesin. Berikut adalah
tabel perhitungannya:

5
Contoh Kasus. Penghasilan usaha Kopi Robusta di Cibulao, Puncak-Bogor
(lanjutan)

Perhitungan Penghasilan dari Kopi Basah (Cherry)

Perhitungan Penghasilan dari Produk Beras Kopi (Green beans)

6
Analisis Manfaat dan Biaya
Dalam metode analisis manfaat dan biaya ini yang disebut dengan kondisi
menguntungkan adalah apabila manfaat yang dihasilkan dari usaha tersebut
lebih besar dari biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan. Analisis untuk
mengetahui efisiensi (tingkat keuntungan) suatu proses produksi ini yang disebut
sebagai analisis manfaat-biaya.
Analisis finansial adalah suatu analisis yang hanya membatasi manfaat (benefit)
dan pengorbanan (cost) dalam usaha hanya dari sudut pandang pengelola
usaha (KPS/KUPS) tersebut. Analisis finansial dalam evaluasi kelayakan usaha
lebih bersifat analisis tentang arus dana dalam usaha. Pengelola usaha sendiri
menjadi sumber dana untuk investasi dalam suatu usaha tersebut. Sumber dana
dari KPS/KUPS tersebut dapat berupa dana penyusutan dan laba yang ditahan.
Namun tidak menutup kemungkinan untuk mendapat sumber pendanaan
usaha dari luar KPS/KUPS tersebut. Sumber pendanaan usaha yang berasal dari
eksternal KPS/KUPS tersebut contohnya adalah kredit bank, penjualan saham,
penjualan obligasi, dan lain sebagainya.
Analisis finansial menggunakan ukuran-ukuran arus tunai berdiskonto dalam
mengestimasi hasil (returns) yang akan diterima oleh peserta usaha. Analisis
finansial manfaat dan biaya menggunakan beberapa metode pengukuran
diantaranya yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Discounted Payback Periods dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio).
Kesemua metode ini digunakan secara bersamaan dan saling terkait satu
dengan yang lainnya.

Nett Present Value (NPV)


NPV di dapat dari selisih arus penerimaan dan pengeluaran selama umur usaha
yang sudah dihitung nilai sekarangnya melalui teknik present value dengan
menggunakan discount factor. Umur usaha sendiri merupakan masa waktu
pembangunan usaha yang ditambah masa operasional usaha selama umur
ekonomi usaha tersebut. Kriteria penggunaan NPV dalam penilaian kelayakan
finansial suatu usaha, yaitu: 1) Apabila total NPV lebih kecil dari nol maka investasi
yang akan dilakukan terhadap suatu bisnis/usaha adalah tidak layak atau tidak
menguntungkan, hal ini berarti rencana investasi tersebut ditolak untuk
dilaksanakan. 2) Namun apabila NPV sama atau lebih besar dari nol (NPV ≥ 0)
maka investasi yang akan dilakukan tersebut adalah layak untuk dikerjakan, hal

7
ini berarti rencana investasi tersebut disetujui untuk dilaksanakan. Rumus NPV
adalah sebagai berikut:

Dimana n—periode umur investasi; CIt —Arus kas masuk pada tahun ke-t; COt—
Arus kas keluar pada tahun ke- t; i—suku bunga.

Discounted Payback Period (DPP)


Payback period adalah sebuah metode untuk menghitung seberapa cepat
waktu yang diperlukan untuk pengembalian usaha yang diperoleh dari
keuntungan sebuah usaha. Metode payback period akan sangat fokus pada
arus kas sebuah usaha yang memberikan gambaran likuiditas usaha tersebut.
Discounted Payback period (DPP) adalah sebuah metode perhitungan
pengembalian investasi dengan mempertimbangkan present value (PV) dan
discount factor di masa mendatang.

DPP = n + (a-b) /(c-b) x 1 tahun

n= Tahun terakhir dimana jumlah arus kas (PV kas masuk) masih belum bisa
menutup investasi awal.
a = Jumlah investasi awal.
b= Jumlah kumulatif PV kas masuk pada tahun ke– n
c = Jumlah kumulatif PV kas masuk pada tahun ke n + 1

Internal Rate Return (IRR)


IRR menghitung tingkat bunga yang menyamakan present value dari investasi
dengan present value dari penerimaan kas bersih di masa mendatang. Apabila
IRR lebih kecil dari tingkat discount rate yang berlaku maka rencana investasi
terhadap bisnis atau usaha yang akan dilaksanakan tersebut ditolak atau tidak
layak dijalankan. Sebaliknya, apabila IRR lebih besar atau sama dengan tingkat
discount rate yang berlaku, maka investasi terhadap usaha yang akan
8
dilaksanakan tersebut dianggap layak atau menguntungkan untuk
dilaksanakan.
Besarnya perbedaan IRR di atas tingkat bunga yang berlaku, bergantung
kepada besarnya kemungkinan risiko atas usaha tersebut dan juga berapa lama
investasi (discounted payback periods) kembali berdasarkan cash flow
perusahaan. Keuntungan penggunaan kriteria IRR adalah dapat mengetahui
kemampuan usaha tersebut dalam menghasilkan persentase keuntungan bersih
rata-rata tiap tahun sepanjang umur ekonomis usaha dan nilai sisa (salvage
value) dari barang-barang modal yang diperhitungkan dalam arus benefit atau
penerimaan. Rumus IRR adalah sebagai berikut:

Dimana 𝑖1— Suku bunga yang menghasilkan nilai positif; 𝑖2 — Suku bunga yang
menghasilkan nilai negatif; 𝑁𝑃𝑉1— NPV dengan nilai positif; 𝑁𝑃𝑉2— NPV dengan nilai
negatif.

Nett Benefit/Cost Ratio (Nett B/C Ratio)


Net B/C ratio merupakan hasil dari perbandingan antara total present value
yang bernilai positif sebagai pembilang dengan total present value yang bernilai
negatif sebagai penyebut. Apabila Net B/C ratio bernilai kurang dari 1 maka
rencana investasi terhadap usaha yang akan dilaksanakan tersebut ditolak atau
dengan kata lain tidak layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, apabila Net B/C
ratio bernilai lebih besar sama dengan 1, maka investasi tersebut dianggap layak
atau menguntungkan untuk dilaksanakan. Rumus Nett B/C ratio adalah sebagai
berikut:

Dimana n—number of period; Bt —Manfaat produk pada tahun ke-t; i—Suku Bungan;
Ct—Biaya produksi pada tahun ke- t.

9
Contoh Kasus Kelayakan Finansial Usaha

Usaha kopi Robusta di Cibulao, Puncak-Bogor


Analisa kelayakan finansial pengelolaan kopi di Cibulao menggunakan data
luasan kebun kopi 4 hektar, dan data produksi kopi Robusta di tahun 2017
sebagai data dasar. Dari data tersebut, kebutuhan investasi awal adalah Rp
50.000.000,-. Dari total investasi tersebut, Rp 36.000.000,- digunakan untuk
pembelian bibit (8.000 pohon) dan Rp 14.000.000,- digunakan untuk perawatan
dan pembelian pupuk kompos selama 3 (tiga) tahun pertama. Umur investasi
diperkirakan selama 10 tahun. Omset penjualan kopi adalah Rp 18.000.000,- (kopi
basah/cherry) dan Rp 45.000.000,- (beras kopi/green bean) yang di mulai pada
tahun ke-3. Suku bunga 7% mengacu pada suku bunga Kredit Usaha Rakyat
(KUR). Tarif pajak untuk UMKM sebesar 1% dari omset penjualan. Porsi
pendapatan omset penjualan 75% mengacu pada bagi hasil PHBM (25% untuk
Perum Perhutani). Biaya operasional sebesar Rp 6.080.000,- (kopi basah) dan Rp
10.605.000,- (beras kopi). Rincian biaya operasional atau input produk dapat
dilihat pada tabel 3 dan Tabel 4 dalam Kasus 2. Pada kasus ini, diasumsikan
bahwa harga, produktivitas, dan biaya operasional adalah stabil/konstan. Ini
berarti, omset penjualan per tahunnya juga konstan atau stabil.

Nett Present Value (NPV)


1) Menghitung kas masuk (cash inflows) per tahun selama 10 tahun. Pada tahun
ke-1 dan ke-2 kas tidak ada kas masuk dikarenakan panen pertama pada
tahun ke-3.
Dasar perhitungan usaha Kopi Robusta di Cibulao
Kopi Basah Beras Kopi
Kas Masuk per tahun (mulai tahun ke-3) Kas Masuk per tahun (mulai tahun ke-3)
Deskripsi Kredit Debet Deskripsi Kredit Debet
Penjualan bruto 18.000.000 Penjualan bruto 45.000.000

Penjualan 13.500.000 Penjualan 33.750.000


netto (75%) netto (75%)
Biaya operasi 6.080.000 Biaya operasi 10.605.000

Depresiasi 5.000.000 Depresiasi 5.000.000


Laba operasi 2.420.000 Laba operasi 18.145.000

Pajak 1% 180.000 Pajak 1% 450.000


Laba bersih 2.240.000 Laba bersih 17.695.000

10
2) Menghitung PV kas masuk (PV cash inflows) per tahun selama 10
tahun. Caranya adalah sebagai berikut:

Kas masuk contoh tahun ke-3: 2.240.000 = 1.828.507 (1 + i)t


(1 + 0,07)3

Perhitungan arus kas masuk dan PV kas masuk usaha kopi Robusta
Kopi Basah Beras Kopi
Kas Masuk per tahun (mulai tahun ke-3) Kas Masuk per tahun (mulai tahun ke-3)
Deskripsi Kas masuk PV Kas Masuk Deskripsi Kas masuk PV Kas Masuk
Tahun ke-1 0 0 Tahun ke-1 0 0
Tahun ke-2 0 0 Tahun ke-2 0 0
Tahun ke-3 2.240.000 1.828.507 Tahun ke-3 17.695.000 14.444.391
Tahun ke-4 2.240.000 1.708.885 Tahun ke-4 17.695.000 13.499.431
Tahun ke-5 2.240.000 1.597.089 Tahun ke-5 17.695.000 12.616.290
Tahun ke-6 2.240.000 1.492.607 Tahun ke-6 17.695.000 11.790.926
Tahun ke-7 2.240.000 1.394.959 Tahun ke-7 17.695.000 11.019.557
Tahun ke-8 2.240.000 1.303.700 Tahun ke-8 17.695.000 10.298.651
Tahun ke-9 2.240.000 1.218.412 Tahun ke-9 17.695.000 9.624.906
Tahun ke-10 2.240.000 1.138.702 Tahun ke-10 17.695.000 8.995.241
Total 11.682.862 Total 92.289.394

3) Menghitung NPV dengan cara sebagai berikut: NPV= Total PV kas masuk -
Nilai investasi awal
NPV= Total PV kas masuk - Nilai investasi awal
NPV Kopi Basah
NPV= 11.682.862 - 50.000.000
NPV = - 38.317.138 atau NPV < 0 (tidak layak)
NPV Beras Kopi
NPV= 92.289.294 - 50.000.000
NPV = 42.299.394 atau NPV > 0 (layak)

Discounted Payback Period (DPP)


1) DPP Kopi Basah (Total PV kas masuk Kopi basah) adalah 11.682.862, maka
dapat dipastikan total pengembalian investasi lebih dari 10 tahun atau
melebihi umur ekonomis investasinya sehingga investasi dinilai tidak layak.

11
2) DPP Beras Kopi
DPP = n + (a-b) /(c-b) x 1 tahun
Jika periode pengembalian investasi diperkirakan selama 5 tahun (n) maka PV
kas masuk selama 5 tahun (nilai b ) adalah:
PV kas masuk tahun ke-1 + tahun ke-2 + tahun ke-5
0+0+14.444.391+13.499.431+12.616.290 = 40.560.112
DPP = n + (a-b) /(c-b) x 1 tahun
Nilai n = 5 (tahun terakhir dimana PV kas masuk mendekati investasi awal - a )
Nilai a = 50.000.000 (investasi awal)
Nilai b = 40.560.112 (kumulatif PV kas masuk sampai tahun ke-5)
Nilai c = 52.351.038 (kumulatif PV kas masuk sampai tahun ke-6 atau n+1 )
DPP = 5 + ((50.000.000-40.560.112)/(52.351.038-40. 560.112))*12
= 5,96 atau 5 tahun 9,6 bulan
Maka periode pengembalian investasi (DPP) adalah 5 tahun 9,6 bulan.

Internal Rate Return (IRR)


1) IRR Kopi Basah
Tidak dapat dihitung karena di bawah 0 %. Secara otomatis, kopi basah tidak
layak karena IRR tidak dapat menutup suku bunga yang berlaku.
2) IRR Beras kopi

Tahap pertama, diketahui tingkat suku bunga yang menghasilkan PV positif (𝑖!)
adalah 7% (bunga acuan). Untuk menghitung tingkat suku bunga yang
menghasilkan PV negatif (𝑖!) adalah dengan mencoba pada suku bunga 20%.
Uji coba suku bunga 20% yang menghasikan PV negatif

Beras Kopi
Suku bunga 20%
Deskripsi Kas Kas masuk PV Kas Masuk
Keluar
Tahun ke-0 50.000.000
Tahun ke-1 0 0
12
Beras Kopi
Suku bunga 20%
Tahun ke-2 0 0
Tahun ke-3 17.695.000 10.240.162
Tahun ke-4 17.695.000 8.533.468
Tahun ke-5 17.695.000 7.111.224
Tahun ke-6 17.695.000 5.926.020
Tahun ke-7 17.695.000 4.938.350
Tahun ke-8 17.695.000 4.115.291
Tahun ke-9 17.695.000 3.429.410
Tahun ke-10 17.695.000 2.857.841
Total 47.151.766

Jika PV kas masuk dikurangi investasi awal maka hasilnya = - 2.848.234.


Tahap kedua, diketahui NPV yang menghasilkan nilai positif (𝑁𝑃𝑉1) adalah
42.289.394 dan NPV yang menghasilkan nilai negatif (𝑁𝑃𝑉2) adalah -2.848.234.
Maka,
IRR = 0,07 + 42.289.394 _ * (0,2-0,07)
42.289.394- (-2.848.234)
IRR = 0,07 + 42.289.394 * (0,13)
45.137.628

IRR = 0,1917 atau 19,17% lebih besar dari suku bunga acuan yaitu 7%. Dengan
demikian maka investasi usaha beras kopi dinilai layak.

Nett B/C ratio

atau
Nett B/C ratio = Total PV kas masuk (positif)
Total PV kas keluar (negatif)

1) Nett B/C ratio Kopi Basah


Nett B/C ratio = 11.682.862 = 0,233 atau < 1 50.000.000
Maka, investasi usaha untuk produk kopi basah tidak layak.
2) Nett B/C ratio Beras Kopi
Nett B/C ratio = 92.289.294 = 1,845 atau > 1 50.000.000

13
Maka, investasi usaha untuk produk beras kopi dinilai layak.

Kesimpulan Analisis Manfaat dan Biaya


Walaupun dari penghasilan penjualan langsung kopi basah robusta, petani
mendapatkan keuntungan, namun, usaha tersebut tidak akan bertahan lama.
Hal ini dikarenakan jika perhitungan menggunakan analisa manfaat dan biaya
yang memasukan faktor bunga dan pajak, maka usaha kopi basah robusta tidak
mampu menutupi biaya investasi dan operasionalnya. Dengan demikian berarti
usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak.
Agar dapat menguntungkan dan memberi manfaat yang lebih baik, maka
pilihannya adalah mengolah kopi basah menjadi beras kopi. Keuntungan yang
di dapat sangat signifikan dengan tingkat pengembalian investasi cukup cepat
yaitu selama 5 tahun 9,6 bulan.

14
Senarai Pustaka
Angelsen A and Lund JF. 2011. Measuring Livelihoods and Environmental Dependence:
Methods for Research and Fieldwork. Designing the household questionnaire. eds A
Angelsen, H O Larsen, J F Lund, C Smith-Hall, S Wunder (Washington DC: Earthscan).
Berk J dan DeMarzo P. 2014. Corporate finance - third edition (Boston: Pearson Education
Inc)
Boone LE dan Kurtz DL. 2007. Pengantar Bisnis. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat.
Clark T, Osterwalder A, Pigneur Y. 2012. Business Model You. LLC. USA.
Gaspars-Wieloch H 2017 Cent. Eur. J. Oper. Res. pp 1-19
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta (ID): UI Press.
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL. 1988. Pengantar Evaluasi Proyek.
Jakarta (ID): PT. Gramedia.
Husnan S and Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek - Edisi Keempat .Yogyakarta
(ID): Penerbit UPP AMP YKPN
Northcott D. 1998. Capital Invesment Decision Making. London (UK): International
Thomson Business Press.
Sinaga D. 2009. Studi Kelayakan Bisnis dalam Ekonomi Global. Jakarta (ID): Mitra Wacana
Media.
Veriasa, Thomas Oni, Ernan Rustiadi, Rilus A Kinseng. 2018. Impact of Joint Community
Forest Management (PHBM) on Local Economic Income in Upstream of Ciliwung
Watershed, Bogor Regency-Indonesia. Paper presented at "The 6th International
Conference of JABODETABEK Study Forum", IPB International Convention Center, Bogor.
August 29-30, 2018.

15
LAMPIRAN
Matriks Latihan dan Kerja
Latihan 1
Alat bantu
• Kertas plano, spidol, sticky note (warna-warni)
• Perekam suara dan kamera.
• Daftar Pertanyaan Panduan
Waktu : 180 menit
Proses
1. Peserta menyiapkan table/matrik seperti pada Tabel 1
2. Tentukan produk/komoditas unggulan terpilih yang akan dianalisis.
3. Gali informasi dengan tahapan sebagai berikut pertanyaan berikut:
a) Identifikasikan semua tahapan produksi termasuk biaya-biaya sosial dan
lingkungan yang dikeluarkan (jika ada).
b) Identifikasikan jenis input produksi (m) di setiap tahapan produksi dan jumlah input
produksi 𝒗𝒋 yang digunakan setiap jenisnya. Kemudian, identifikasikan harga
(𝒒𝒋)setiap jenis input produksi tersebut.
c) Identifikasikan jenis produk (n), kapasitas/volume produksi (𝒚𝒊) dan harga jual (𝒑𝒊).
d) Lakukan perhitungan yaitu omset penjualan (𝒑𝒊. 𝒚𝒊) dikurangi biaya-biaya (𝒒𝒋. 𝒗𝒋)
per bulan selama 1 tahun.

Tabel 1. Analisa Penghasilan Usaha


Input Produksi Penjualan Pendapatan
Total
Total Jumlah Pendapatan
Jumlah Harga Penjuala
Upah harian Biaya Produksi bersih
Jenis input produksi (m) Hari kerja jual. (𝒑𝒊 ) n
(𝒒𝒋 ) (IDR) (IDR) (𝒚𝒊 ) (IDR)
(𝒗𝒋 ) (IDR/Kg) (IDR)
(𝒒𝒋 𝒗𝒋 ) (Kg/Ha) (𝒑𝒊 𝒚𝒊 ) - (𝒒𝒋 𝒗𝒋)
(𝒑𝒊 𝒚𝒊 )

Total

16
Latihan 2
Alat bantu
• Matriks dalam file excel
• Komputer
Waktu : 180 menit
Proses
1. Peserta menyiapkan file matriks yang disediakan.
2. Tentukan produk/komoditas unggulan terpilih yang akan dianalisis.
3. Analisis produk dengan NPV, PBP dan B/C Ratio

17

Anda mungkin juga menyukai