Anda di halaman 1dari 38

MODUL

Proses Produksi dan


Pengujian Prototype

Penulis
Nova Suparmanto
Teknopreneur & Konsultan

Agustus 2018
DAFTAR
ISI
PERENCANAAN PRODUKSI MASAL.............................................................1

1. Pengertian Produk dan Produksi..................................................................................1


2. Standardisasi Kualitas Produk........................................................................................2

PROSES PRODUKSI MASAL....................................................................................6

1. Aspek Bentuk Produk yang Akan Dibuat (What).............................................7


2. Aspek Volume Produk (How)..........................................................................................8
3. Aspek Kombinasi Produk.................................................................................................10
4. Perencanaan Produk...........................................................................................................11
5. Proses Perencanaan Produksi......................................................................................13

PERAKITAN PRODUK/JASA...............................................................................30

1. Pengertian & Prinsip Perakitan...................................................................................30


2. Metode Perakitan..................................................................................................................31
3. Macam dan jenis perakitan...........................................................................................32
4. Pengujian Produk/Jasa......................................................................................................33
REFERENSI................................................................................................................................35
PERENCANAAN
PRODUKSI
MASAL

1. PENGERTIAN PRODUK DAN PRODUKSI

Kegiatan produksi menunjukkan cara/metode atau teknik


menciptakan atau menambah nilai guna barang/jasa dengan
menggunakan sumber-sumber ekonomi. Kegiatan produksi yang
melibatkan alat dan mesin dengan skala besar disebut industri.
Manfaat (utility) yang diciptakan melalui proses produksi terdiri
atas manfaat bentuk, manfaat tempat, maupun manfaat waktu.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
a. Manfaat bentuk (form utility), seorang wirausaha membuka
usaha pengolahan limbah plastik menjadi berbagai pot bunga
plastik, mengolah sampah rumah tangga menjadi makanan
ternak, atau mengolah singkong menjadi keripik.
b. Manfaat tempat (place utility), seorang wirausaha membuka
usaha penjualan batu-batu kali yang diambil dari sungai/kali di
desa dan cljual di daerah perkotaan, atau seorang petani
membawa hasil kebunnya untuk dual di pasar kota.
c. Manfaat waktu (time utility), seorang wirausaha melakukan
kegiatan menyimpan sebagian padi hasil panennya untuk
dimanfaatkan pada musim paceklik, atau seseorang yang membuka
usaha pembuatan jas hujan untuk dijual pada saat musim hujan.

Setiap kegiatan produksi menghasilkan produk berupa barang atau


jasa. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan
produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan,
atau dikonsumsi pasar guna memenuhi kebutuhan. Jadi, produk
adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi.

2. STANDARDISASI KUALITAS PRODUK

Memperbaiki proses penyampaian produk ke tangan konsumen


akan meningkatkan homogenitas produk dan mengurangi
pemborosan. Artinya dengan cara memperbaiki proses distribusi
akan meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan posisi bersaing,
serta menambah kepuasan konsumen. Dalam bisnis produk yang
berkualitas tidak selamanya disertai biaya besar. Biaya kecil yang
diperoleh dari efisiensi juga menjadi satu senjata perang harga.
Meskipun kita memutuskan untuk tidak ikut dalam perang harga,
namun kemampuan efisiensi tetap dikejar karena memberikan
keuntungan bagi produsen. Jika produsen mampu menghasilkan
produk dengan biaya rendah, hubungan antara kualitas dengan
biaya dimungkinkan berbanding terbalik.

2
Yang dimaksud dengan standardisasi adalah penentuan spesifikasi
baik produk, bahan, maupun proses. spesifikasi ini pada akhirnya
menentukan kualitas suatu produk. kualitas menunjukkan atribut
yang melekat pada suatu produk sehingga produk tersebut dikenal
dan memiliki nilai. Atribut atau sifat yang melekat tersebut,
misalnya berupa bentuk, rasa, warna, desain, dan kenyamanan
produk. Standar dan kualitas suatu produk merupakan dua hal
yang selalu berkaitan karena penyesuaian produk dengan standar
yang telah ditetapkan merupakan bagian dari pengendalian
kualitas. Tujuan standardisasi ini selain untuk memuaskan
konsumen, juga sekaligus untuk menekan biaya (efisiensi).

Dalam setiap rangkaian proses produksi, standardisasi sangat


diperlukan. Hal ini dikarenakan standardisasi memberikan
keuntungan sebagai berikut.
a. Jumlah bahan (baku dan penolong) yang dibutuhkan sudah
dapat diperhitungkan sehingga perusahaan dapat menentukan
jumlah persediaan bahan baku yang optimal.
b. Memudahkan proses produksi dan pengawasan jalannya proses
produksi.
c. Mendorong semangat kerja para pekerja. Hal ini disebabkan
mereka tahu apa yang akan mereka kerjakan sehingga mereka
termotivasi untuk membuat produk yang berkualitas.
d. Adanya efisiensi, baik bahan, waktu, maupun tenaga selama
proses produksi maupun pemasaran.

Pengendalian kualitas bertujuan untuk mencegah terjadinya


penyimpangan-penyimpangan, baik bahan, tenaga, waktu, maupun
kualitas barang jadi.

3
Pengendalian kualitas juga dimaksudkan untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi dalam proses produksi.
Agar pengendalian kualitas produk dapat dilakukan dengan baik,
pihak perusahaan perlu menyediakan beberapa komponen berikut.
a. Petugas pengawas kualitas input, proses, dan output.
b. Alat-alat pengukur kualitas dan pedoman kualitas.
c. Tempat pengawasan yang representatif sehingga pengawasan
dapat berjalan sempurna.
d. Batas waktu penyimpanan, baik bahan baku/penolong, bahan
setengah jadi, maupun barang jadi.
e. Jika memungkinkan, pemberian insentif bagi pekerja yang
dapat memenuhi standar kerja yang disyaratkan.

Bagaimana menentukan standar kualitas suatu produk?


Standar dan kualitas suatu produk ditetapkan dengan
mempertimbangkan hal-hal seperti berikut ini.
a. Kualitas produk pesaing. sedapat mungkin kualitas produk
Anda lebih baik daripada produk pesaing. Namun, paling tidak
perusahaan menghasilkan produk dengan kualitas yang sama
dengan pesaing.
b. Manfaat/ guna akhir dari produk tersebut. Apakah produk
tersebut sebagai produk akhir (consumer goods) atau barang
perantara untuk diproduksi lebih lanjut (producer goods).
c. Keseimbangan antara harga dan kualitas. Perusahaan harus
menyesuaikan harga jual dengan kualitas produk. Konsumen
tidak akan segan membeli dengan harga tinggi, jika kualitas
dari produk yang dibelinya memang tinggi.

4
Untuk merumuskan pertimbangan tersebut, perlu melibatkan
bagian lain yang ada dalam perusahaan. Misalnya, bagian
pemasaran, bagian teknik, bagian keuangan, dan personalia.

5
PROSES
PRODUKSI
MASAL

Sebelum melakukan kegiatan atau proses produksi, terlebih dahulu


harus membuat rencana produk dan rencana produksinya. Terkait
dengan hal ini, ada persoalan mendasar yang harus dijawab.

- What. Apa operasi-operasi yang sebenarnya diperlukan?


Dapatkah beberapa operasi dihilangkan, dikombinasikan, atau
disederhanakan? Apakah produk harus dirancang kembali untuk
memudahkan produksi?
- Who. Siapa yang akan melaksanakan masing-masing operasi?
Apakah semua karyawan atau hanya beberapa karyawan
tertentu saja? Dapatkah operasi-operasi dikombinasikan untuk
memperluas pekerjaan dan meningkatkan produktivitas?

6
- Where. Dimana masing-masing operasi dilaksanakan? Apakah
pekerjaan hanya dapat dilakukan pada tempat-tempat tertentu
atau dapat dilakukan di tempat-tempat lain? Dapatkah layout
fasilitas diperbaiki untuk mengurangi jarak angkut?
- When. Kapan setiap operasi dilaksanakan? Apakah ada
penundaan atau kelambatan yang berlebihan? Adakah operasi
yang menciptakan kemacetan?
- How. Bagaimana operasi akan dilakukan? Dapatkah
menggunakan metode-metode atau peralatan yang lebih baik?

1. ASPEK BENTUK PRODUK YANG AKAN DIBUAT


(WHAT)

Aspek ini menuntut perusahaan atau wirausaha untuk dapat


memilih salah satu dari dua cara berikut.
a. Market-pull, yaitu memproduksi dan menjual produk atas dasar
pertimbangan "membuat apa yang dapat dijual". Jenis produk yang
akan dihasilkan ditentukan berdasarkan permintaan pasar. Dengan
kata lain, cara ini dilandasi filosofi untuk "memenuhi kebutuhan
masyarakat". Contoh: Perusahaan A melakukan riset pasar untuk
mengetahui produk yang saat ini Dan beberapa waktu ke depan
diminta oleh masyarakat. Produk X ternyata diminta banyak
konsumen dan belum ada perusahaan yang dapat memenuhi
seluruh permintaan pasar. Oleh karena itu, perusahaan A
memutuskan untuk memproduksi produk X tersebut, walaupun
perusahaan harus menyesuaikan teknologi yang dimiliki dan
dikuasainya agar dapat menghasilkan produk X.
b. Technology-push, yaitu memproduksi dan menjual produk atas
dasar pertimbangan "menjual apa yang dapat dibuat". Jenis

7
produk yang akan dihasilkan ditentukan berdasarkan teknologi
yang dimiliki dan dikuasai perusahaan. Dengan perkataan lain,
cara ini dilandasi filosofi untuk "menciptakan kebutuhan
masyarakat". Contoh: Perusahaan T memiliki sumber daya yang
menguasai teknologi produksi pengolahan limbah plastik menjadi
berbagai pot bunga plastik. Perusahaan T memproduksi berbagai
macam pot bunga plastik tanpa mempertimbangkan bagaimana
permintaan pasar terhadap produk tersebut.

2. ASPEK VOLUME PRODUK (HOW)

Aspek ini berhubungan dengan jumlah produk yang akan


dihasilkan/ diproduksi. Pada umumnya dikenal dua cara atau teknik
untuk menentukan jumlah produk yang akan diproduksi. Kedua
cara itu sebagai berikut.

Teknik non statistika atau teknik pertimbangan, yaitu


penentuan volume atau jumlah produk yang harus dibuat akan
dijual dengan didasarkan atas pendapat/ pertimbangan seseorang
atau sekelompok orang, baik manajemen perusahaan maupun dari
luar perusahaan. Teknik yang banyak digunakan antara lain:

a. Pertimbangan tenaga penjual. Tenaga penjual merupakan


pihak yang paling mengetahui kondisi pasar dan permintaan
konsumen. Merupakan tindakan yang tepat jika Anda meminta
informasi kepada tenaga penjual dalam menentukan volume
produksi. Misalnya, A adalah tenaga penjual suatu perusahaan.
A menginformasikan bahwa saat ini dan untuk beberapa waktu
ke depan

8
permintaan konsumen akan produk tersebut tetap banyak dan
bahkan akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya
perusahaan pesaing yang mampu memenuhi permintaan pasar.
Atas dasar informasi ini perusahaan akan memproduksi
setidaknya sama dengan jumlah produksi yang lalu atau dapat
menambah jumlah produksi.
b. Pertimbangan eksekutif. Pihak eksekutif bertugas mengatur
jalannya perusahaan. Pihak eksekutif memiliki wawasan luas,
termasuk tentang kondisi pasar atau permintaan masyarakat.
Oleh karena itu, pertimbangan dari pihak eksekutif perusahaan
patut dipertimbangkan. Dengan wawasan yang dimilikinya,
pihak eksekutif membuat perkiraan jumlah produk yang akan
dihasilkan.
c. Pertimbangan tenaga ahli. Tenaga ahli memiliki tugas
membuat perkiraan mengenai jumlah produk yang akan
diproduksi. Tenaga ahli akan melakukan berbagai hal, misalnya
melakukan survei ke konsumen atau pasar serta mencatat
fluktuasi penjualan. Data-data yang diperoleh kemudian
dianalisis dan dijadikan pedoman untuk menentukan jumlah
produksi.

Teknik statistika atau teknik analisis kuantitatif, yaitu


penentuan volume produksi berdasarkan atas analisis kuantitatif
terhadap data-data masa lalu dan proyeksi masa yang akan datang
dengan menggunakan rumus-rumus statistika tertentu. Biasanya
perusahaan menggunakan rumus regresi matematik. Teknik ini
membutuhkan data-data kuantitatif mengenai produksi dan
penjualan sebelumnya untuk dapat

9
membuat perkiraan bagi produksi dan penjualan yang akan
datang.

3. ASPEK KOMBINASI PRODUK

Aspek ini berhubungan dengan masalah jumlah produk yang akan


diproduksi untuk setiap jenisnya. suatu perusahaan mungkin saja
memproduksi lebih dari satu jenis produk. Misalnya, produk f dan
G. Karena sumber daya yang dimiliki perusahaan terbatas, maka
wirausaha harus menentukan kombinasi produksi yang tepat:
berapa jumlah F yang diproduksi dan berapa jumlah Q yang akan
diproduksi. Untuk menjawab kombinasi yang tepat tersebut
biasanya menggunakan teknik linier programming.

Misalnya perusahaan "Dunia Usaha" akan memproduksi sepatu


anak (A) dengan sepatu dewasa (D). Kedua macam barang
tersebut menggunakan sumber/ faktor produksi yang sama, baik
bahan baku maupun tenaga kerja. Memproduksi satu unit sepatu
anak tentu memerlukan bahan baku dan tenaga kerja yang lebih
sedikit dibanding dengan sepatu dewasa. Masing-masing sepatu
memberi keuntungan yang berbeda. sepatu anak
(A) memberi keuntungan sebesar Rp 12.000,00 per unit,
sedangkan sepatu dewasa memberi keuntungan sebesar Rp
10.000,00 per unit. Bahan baku utama yang digunakan terdiri atas
kulit (K), benang (B), lem (L), dengan rincian penggunaan sebagai
berikut.

Berdasarkan data di muka, perusahaan perlu menghitung:


a. Dengan persediaan dan penggunaan input seperti di muka maka
bagaimanakah kombinasi produksi antara produk A dan D?

10
b. Berapa keuntungan optimal yang akan diperoleh perusahaan
"Dunia Usaha" apabila memproduksi dengan kombinasi tersebut?

Jawab:
Misalnya, perusahaan akan memproduksi A sebanyak X buah dan
D sebanyak Y buah, maka laba yang diperoleh adalah: Laba =
12.000 X + 10.000 Y
— Penggunaan bahan baku K 2A + 2D = 100 (persamaan 1)
— Penggunaan bahan baku B 1A + 2D = 70 (persamaan 2)
— Penggunaan bahan baku L : 0,s A + 1D = 40 (persamaan 3)
1) Maka dari persamaan 1 dan 2, diperoleh: 2A + 2D =
100 lA+2D=70(—)
A=30
Untuk menentukan berapa D:
1A + 2D = 70
1 (30) + 2D = 70
2D = 70 —
30 D=20
Dengan demikian kombinasi produksinya adalah 30 unit produk
A (sepatu anak) dan 20 unit produk D (sepatu dewasa).
2) Keuntungan optimal yang diperoleh dengan kombinasi produksi
di atas adalah: (30 x Rp 12.000,00) + (20 x Rp10.000,00) =
Rp 560.000,00.

4. PERENCANAAN PRODUK

Perencanaan produk bersifat lebih luas dari perencanaan produksi.


Perencanaan produk menunjukkan kebijakan perusahaan yang
bersifat jangka panjang dan umum, sedangkan perencanaan
produksi bersifat taktis dan jangka pendek.

11
Perusahaan baru memiliki perencanaan produk dan perencanaan
produksi yang berbeda dengan perusahaan yang telah ada.
Perusahaan baru belum memiliki banyak pengalaman mengenai
produk/ jasa yang dihasilkan.
Sukses tidaknya seorang pengusaha dalam kegiatan produksi
sangat bergantung pada pemahamannya mengenai pengendalian
produksi mulai dari perencanaan produksi (pra produksi), proses
produksi, hingga selepas kegiatan produksi selesai (paska
produksi). Proses pengambilan keputusan pengendalian produksi
digambarkan oleh John E. Biegel sebagai berikut.

Menghitung Kebutuhan dan Persediaan Bahan Baku


Bahan baku sangat dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan
kegiatan operasionalnya. Persediaan merupakan suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode usaha yang normal, serta persediaan
barang-barang yang masih dalam proses ataupun persediaan
bahan baku. Persediaan merupakan salah satu aset paling mahal
(40% dari total investasi). Pada perusahaan manufaktur,
persediaan terdiri atas persediaan bahan baku, barang dalam
proses, dan persediaan barang jadi.
Manajemen persediaan diperlukan untuk tetap menjaga
keunggulan kompetitif jangka panjang. Kebijakan manajemen
persediaan menjadi sebuah senjata untuk memenangkan
kompetitif. Manajemen persediaan yang akan dibahas di sini lebih
difokuskan pada manajemen persediaan bahan baku. Manajemen
persediaan bahan baku bertujuan agar tingkat persediaan bahan
baku cukup, tidak terlalu banyak juga tidak terlalu sedikit. Dengan
demikian, biaya bahan baku menjadi ekonomis dan perusahaan

12
tidak kehilangan kesempatan untuk melayani penjualan karena
kurangnya persediaan bahan baku.

5. PROSES PERENCANAAN PRODUKSI

a. Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan dalam Perencanaan


Produksi!
Sebelum menetapkan langkah-langkah perencanaan produksi,
sebagai pelaku usaha selayaknya mempertimbangkan hal-hal
berikut.
1) Jumlah kebutuhan produksi per produk selama periode
tertentu.
2) Kebijakan persediaan terhadap jumlah persediaan bahan
baku/ penolong, bahan setengah jadi, dan barang jadi.
3) Kebijakan kapasitas mesin atau kapasitas produksi.
4) Tersedianya fasilitas produksi seandainya terjadi
penambahan kapasitas produksi.
5) Tersedianya bahan baku dan bahan penolong serta tenaga
kerja.
6) Jumlah produksi yang ekonomis.
7) Jadwal produksi dalam satu periode anggaran tertentu.
8) Skala produksi dan karakteristik proses produksi.
9) Dampak dari lamanya proses produksi.

b. Langkah-Langkah Perencanaan Produksi


Setiap wirausaha perlu melakukan langkah-langkah
perencanaan produksi sebagai berikut.
1) Penelitian dan pengembangan produk

13
Bagi wirausaha, penelitian produk yang dilakukan dibedakan
atas penelitian terhadap proses produksi dan pada produk
yang dihasilkan.
a) Penelitian proses produksi. Penelitian proses produksi
dimaksudkan untuk memperbaiki proses produksi.
Perbaikan dilakukan terhadap produksi yang sedang
berjalan maupun produksi barang baru. Contoh: penelitian
terhadap proses produksi dodol dimaksudkan agar proses
pembuatan dodol berjalan lebih baik sehingga memenuhi
standar produk yang telah ditetapkan.
b) Penelitian produk. Penelitian produk ditujukan untuk
perubahan/perbaikan produk yang sudah ada disesuaikan
dengan selera konsumen. Contoh: penelitian terhadap
produk dodol yang sudah ada. Misalnya dari segi rasa,
dodol tersebut akan divariasikan dengan buah-buahan
tertentu (misalnya dodol rasa strawberry, rasa nangka,
dan sebagainya), atau mengubah ukuran dan kemasan
sesuai dengan selera atau permintaan konsumen.

2) Mencari gagasan dan seleksi produk.


Dari penelitian yang dilakukan baik terhadap proses
produksi maupun terhadap produk, selanjutnya
melaksanakan hasil penelitian dan pengembangan tersebut.
Pelaksanaan tadi dilakukan dengan tahapan:
a) Mencari gagasan, yaitu mencari gagasan-gagasan guna
mengembangkan produk. Gagasan ini dapat berasal dari
pasar/konsumen, teknologi yang digunakan, dan dari
pihak ketiga.

14
b) Seleksi produk, yaitu memilih gagasan-gagasan yang
terbaik berkaitan dengan pengembangan produk.
Gagasan yang dimanfaatkan adalah gagasan-gagasan
yang tidak akan merugikan perusahaan.

Ada tiga alat yang digunakan untuk menguji kemungkinan


pengembangan suatu gagasan. Ketiga alat tersebut yaitu:
a) Kelayakan finansial
Melalui alat yang dinamakan "Project Value Index", Anda
dapat mengetahui apakah suatu gagasan memenuhi
kelayanan finansial atau tidak. Project Value Index ini
menggunakan formulasi Return on Investment (ROI)
sebagai berikut.

ROI =Pt x Pc x AV x p x L atau ROI = PM x100%


TDC TC

Keterangan:
Pt : Technical probability atau kemungkinan
keberhasilan teknik (0 < Pt < 1)
Pc : Commercial probability atau kemungkinan
keberhasilan komersial (0 < Pc < 1)
AV : Annual Volume, yakni total penjualan produk dalam
unit/ tahun.
p : Profit, yaitu laba yang diperoleh per unit = Hasil —
Biaya (Revenue —Cost).
L : Life, yaitu waktu kehidupan/ tahun.
TDC: Total Development Cost, yaitu jumlah seluruh
biaya pengembangan produk.

15
PM : Profit Margin, yaitu margin laba yang diproyeksikan
atau tingkat laba yang diinginkan.
TC Total Cost, yaitu total biaya pengembangan produk.

Kriteria:
Bila ROI > Tingkat bunga umum (r) berarti gagasan
memiliki kelayakan finansial.
Bila ROI < Tingkat bunga umum (r) berarti gagasan
tidak memiliki kelayakan finansial.

Contoh:
Perusahaan PT. PMCT dalam setahun berharap
memperoleh laba sebesar Rp25.000.000,00 dengan
biaya operasional sebesar Rp10.000.000,00 dan tingkat
bunga bank 15 %. Dengan menggunakan rumus ROI
yang sederhana, diperoleh:

ROI =25,000.000 x100%=16,67%


150.000.000
ROI > r (16,67 % > 15 %), artinya gagasan tersebut
memiliki kelayakan finansial.

b) Kesesuaian operasi
Bagi perusahaan yang telah berproduksi, suatu gagasan
yang memiliki kelayakan finansial bukan berarti dapat
langsung dikembangkan. Apabila operasi dari produk
yang akan dikembangkan berbeda dengan produk yang
sudah ada, perusahaan harus bersiap mengadakan
perubahan.

16
Misalnya, mengubah layout line produksi dan menambah
biaya produksi. Oleh karena itu, pengembangan suatu
gagasan tidak hanya ditentukan oleh kelayakan finansial
melainkan juga ditentukan oleh kesesuaian operasi.

c) Potensi pasar
Pengembangan suatu produk ditentukan pula oleh
potensi pasar dari produk tersebut. Apabila potensi
pasarnya belum jelas, pengembangan produk tersebut
perlu dipertimbangkan masak-masak.
Dalam mengembangkan produk, Anda harus
memerhatikan beberapa faktor berikut.
o Persaingan. Apakah perusahaan pesaing telah
melakukan pengembangan produknya? Kalau iya,
bagaimana bentuk pengembangan produknya?
o Persediaan bahan, baik bahan baku maupun bahan
penolong. Apakah bahan baku dan bahan penolong
tersedia dalam jumlah yang cukup untuk jangka
panjang?
o Kualitas produk yang diinginkan. Apakah perusahaan
akan mempertahankan kualitas produk atau akan
memperbaiki kualitasnya?
o Risiko teknik. Apakah dengan pengembangan produk
yang direncanakan berakibat pada proses secara
teknis, misalnya perlunya mesin atau peralatan yang
baru dan tenaga ahli yang baru?
o Volume penjualan yang diharapkan. Apakah dengan
pengembangan produk dapat meningkatkan volume
penjualan?

17
o Strategi perusahaan. Apakah perusahaan telah slap
dengan strategi tertentu guna mengembangkan
produk dan mempromosikannya? Bagaimana bentuk
strategi pemasaran yang tepat?

Faktor-faktor di atas harus mendapat perhatian dari pihak


perusahaan (pengusaha/ wirausaha), agar rencana
pengembangan produk benar-benar mendatangkan
keuntungan sesuai dengan harapan. Dengan demikian,
pengembangan produk harus dilakukan dengan
pertimbangan dan perhitungan rasional—ekonomis (motif
ekonomis), bukan hanya sekedar didorong oleh keinginan
agar dianggap sebagai perusahaan yang maju, atau karena
faktor prestise (motif psikologis).

3) Desain produk pendahuluan


Sebelum menetapkan desain produk/ jasa yang akan
dikembangkan, ada beberapa hal yang harus dilakukan.
a) Penentuan bentuk serta fungsi produk baru yang akan
diproduksi.
b) Pemilihan bahan yang akan digunakan dengan
mempertimbangkan:
o kebutuhan jenis (spesifikasi) produk atau bagian dari
produk,
o harga dari bahan yang akan digunakan, serta
o biaya proses produksi.
c) Kesempatan diversifikasi. Yaitu peluang untuk
menambah atau memperbanyak jenis produk yang
akan dihasilkan.

18
Misalnya:
• Semula hanya menghasilkan produk jasa angkutan,
sekarang ditambah dengan produk jasa cuci mobil/
motor.
• Dari menghasilkan mesin pemotong rumput,
dikembangkan dengan menghasilkan mesin
penggiling rumput untuk makanan ternak.

Bila telah diputuskan produk mana yang akan


dikembangkan atau dihasilkan, selanjutnya membuat desain
produk pendahuluan. Desain produk pendahuluan yang
dikembangkan dalam bentuk prototipe diperlukan agar
perusahaan mengetahui tanggapan konsumen atas produk
itu sebelum produk tersebut diproduksi secara massal.
Selain itu, pembuatan prototipe memungkinkan perusahaan
menguji kualitas bahan dan produk. Untuk itu ada tiga
faktor yang harus diperhatikan dalam menguji desain
produk pendahuluan ini, yaitu:
• Frekuensi kerusakan komponen (reliability),
• Kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan
(maintainability), serta
• Umur produk.
• Pengujian, dimaksudkan untuk menguji apakah produk
layak dikembangkan atau tidak, baik dilihat dari potensi
pasar maupun secara teknik.
• Desain akhir. Apabila hasil pengujian produk
menyimpulkan bahwa produk tersebut layak untuk
dikembangkan, dibuatlah desain akhir. Apabila pengujian
merekomendasikan adanya perbaikan-perbaikan maka

19
sebelum diproduksi, perlu dibuat prototipe baru untuk
diuji kembali. Pengujian ulang dilakukan sampai produk
tersebut lolos uji secara teknik maupun potensi pasar.

4) Menetapkan Skala Produksi


Apabila telah ditetapkan jenis produk yang akan dihasilkan,
selanjutnya Anda menetapkan skala produksi. Yang diatur
dalam skala produksi meliputi hal-hal berikut.
a. Penetapan waktu, yaitu kapan kegiatan proses produksi
akan dilakukan.
b. Penetapan kuantitas produk, yaitu jumlah (volume)
produk yang akan dihasilkan.
c. Menghitung keperluan biaya, yaitu berapa besar jumlah
biaya yang dibutuhkan.
d. Penetapan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan.
e. Penetapan peralatan yang akan digunakan.
f. Penetapan persediaan bahan baku yang optimal yang
sesuai dengan kebutuhan.

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam


menetapkan skala produksi. Tahapan tersebut sebagai
berikut.
a. Routing, yaitu tahap menetapkan dan menentukan urutan-
urutan proses produksi dari bahan baku sampai menjadi
barang jadi. Tahap ini termasuk penyusunan alat-alat/
fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi.
b. Scheduling, yaitu tahap menetapkan dan menentukan
jadwal kegiatan operasi produksi, sebagai satu kesatuan
dari seluruh kegiatan produksi.

20
c. Dispaching, yaitu tahap menetapkan dan menentukan
proses pemberian perintah untuk mulai melakukan
kegiatan proses produksi sesuai dengan routing dan
scheduling.
d. Follow-up, yaitu tahap menetapkan dan menentukan
berbagai kegiatan agar tidak terjadi penundaan dan
mengkoordinasi seluruh perencanaan kegiatan proses
produksi.

Dalam menetapkan skala produksi, harus memerhatikan


prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Skala produksi harus sesuai dengan tujuan perusahaan
atau tujuan usaha. Artinya jangan sampai tujuan
perusahaan harus diubah dan disesuaikan dengan skala
produksi yang terlanjur telah ditetapkan.
b. Memerhatikan prinsip praktis dan kesederhanaan.
Artinya skala produksi harus mudah dilaksanakan oleh
siapa pun dan bersifat sederhana.
c. Skala usaha bermanfaat dalam memberikan analisis dan
klasifikasi mengenai kegiatan proses produksi.

Dalam menetapkan skala produksi, perusahaan harus


mempertimbangkan faktor-faktor berikut.
a) Sifat Proses Produksi
Coba ingat kembali materi mengenai perencanaan
produksi. Ketika berbicara mengenai perencanaan
produksi, sebenarnya Anda juga membicarakan masalah
pemilihan proses produksi. Dalam tahap ini, Anda memilih

21
salah satu antara proses produksi atas dasar pesanan
(job order) dan produksi massal (mass production).

1) Produksi atas dasar pesanan (job order)


Proses ini pada dasarnya memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa atas dasar permintaan atau
pesanan pelanggan. Kegiatan produksinya
menyesuaikan dengan spesifikasi yang dikehendaki
pelanggan. Spesifikasi produk yang dipesan biasanya
tidak distandarisasi. Faktor penting yang
diperhatikan dalam pelaksanaan operasi proses
produksi untuk pesanan adalah waktu penyelesaian.
Jika perusahaan menggunakan proses produksi atas
dasar pesanan, maka spesifikasi (jenis) maupun
jumlah (kuantitas) produk didasarkan atas pesanan
yang masuk. Berikut ini ciri utama produksi atas
dasar pesanan.
(a) Produk tidak dijual secara bebas di pasar (given
market). Produk hanya diproduksi dalam jumlah
terbatas atau sesuai jumlah pesanan.
(b) Perusahaan tidak perlu mengadakan persediaan
(zero inventory). Itarena memproduksi sebanyak
yang dipesan, jumlah produksi selalu habis terjual.
Oleh karena itu, perusahaan tidak perlu memiliki
persediaan. Perusahaan baru akan memproduksi
bila ada pesanan dari pelanggan/konsumen.

2) Produksi massal (mass production)

22
Jika perusahaan menggunakan proses produksi massal
maka jenis maupun jumlah produksi tidak didasarkan
atas pesanan, melainkan atas keputusan perusahaan.
Biasanya keputusan diambil berdasarkan pertimbangan
volume produksi dan volume penjualan sebelumnya,
atau atas dasar pertimbangan pihak-pihak tertentu
(misalnya tenaga penjual, manajemen perusahaan,
atau pihak lainnya).

Produksi massal memiliki ciri utama:


(a) produk dihasilkan dalam jumlah besar (produksi
besar-besaran),
(b) tujuan produksi adalah untuk menguasai pasar,
(c) produk dijual di pasar bebas (free market),
(d) variasi produk kecil, serta
(e) harus ada persediaan untuk memenuhi
permintaan pada masa tunggu (lead time).

Keputusan untuk memilih apakah perusahaan akan


melakukan proses produksi pesanan atau produksi
massal, sangat tergantung pada kemungkinan
keuntungan yang akan diraih perusahaan. Perusahaan
akan mempertimbangkan kemampuannya dalam
menguasai pasar. sebelum memilih proses produksi
massal, perusahaan terlebih dahulu perlu melakukan
analisis pasar tentang situasi dan kondisi pasar.
Mereka juga harus memperhitungkan kemampuan
pesaing. Hal ini diperlukan untuk menyusun peramalan

23
penjualan, yaitu perkiraan tentang penjualan barang
hasil produksi pada masa yang akan datang.
Perusahaan dapat memilih kombinasi dari kedua proses
produksi tersebut. Di samping menjalankan proses
produksi massal pada lini produk tertentu, perusahaan juga
menerima pesanan khusus (job order) untuk lini produk
lainnya. Ini biasa dilakukan oleh perusahaan yang telah
memiliki pengalaman produksi dan penjualan. sebaliknya,
perusahaan yang baru masih sulit melakukan produksi atas
dasar pesanan karena belum dikenal luas.

Contoh:
Perusahaan konveksi MORO memproduksi secara massal
kemeja pria dewasa dengan ukuran umum s, M, dan L.
Karena sudah dikenal luas, perusahaan juga
memproduksi kemeja atas dasar pesanan. Mereka
membuat kemeja dengan desain khusus sesuai
permintaan konsumen, serta kemeja dengan ukuran
ekstra.

b) Jenis dan Mutu Produk yang Akan Diproduksi


Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh
perusahaan berkaitan dengan jenis dan mutu produk
yang akan diproduksi sebagai berikut.
(1) Sifat produk: apakah termasuk barang habis pakai
(undurablegoods) atau apakah barang tahan lama
(durable goods).

24
(2) Kegunaan produk: apakah termasuk barang
konsumsi (consumer's goods) atau barang produksi
(producer's goods).
(3) Pembiayaan: apakah produk tersebut tergantung
pada biaya satuan atau biaya total.
(4) Sifat permintaan: apakah produk tersebut diproduksi
atas permintaan musiman atau rutin.

c) Pola/Kebijakan Produksi
Pola produksi berkaitan dengan pendistribusian produksi
untuk masa produksi tertentu (biasanya satu tahun) ke
dalam periode yang lebih kecil (misalnya tengah tahunan,
triwulan atau bulanan). Pola produksi diperlukan
perusahaan karena mereka Bering mengalami fluktuasi
penjualan produk. Akibatnya, terjadilah fluktuasi
persediaan awal dan persediaan akhir produk.

Tiga macam pola/ kebjakan produksi yang dikenal


sebagai berikut.
(1) Pola produksi konstan
Pola produksi konstan yaitu distribusi produk dari
tahunan ke bulanan yang relatif sama besar
(konstan) setiap bulannya. Dengan pola seperti ini,
akan terdapat persediaan. Dengan adanya
persediaan, kekurangan dan kelebihan penjualan
akan diseimbangkan oleh kelebihan dan kekurangan
persediaan yang dimiliki. Kondisi ini akan terjadi
terus-menerus kecuali pada keadaan tertentu,
Misalnya saat terjadi permintaan besar-besaran.

25
Contoh:
- Jumlah produksi setiap bulan sebanyak 1.500 unit.
- Misalnya, bulan Juni terjual sebanyak 1.350 unit,
berarti perusahaan memiliki persediaan sebanyak
150 unit.
- Bulan Juli perusahaan mampu menjual sebanyak
1.600 unit, padahal perusahaan
hanya memproduksi sebanyak 1.500 unit.
kekurangan barang produksi ditutup atau dipenuhi
dari persediaan bulan sebelumnya (150 unit).
Berarti perusahaan masih memiliki persediaan
sebanyak 50 unit.

(2) Pola Produksi Bergelombang


Pola produksi bergelombang yaitu distribusi produk
tahunan ke bulanan, dengan jumlah produksi dari
bulan ke bulan tidak sama besar, tergantung pada
besar kecilnya penjualan. Dengan pola produksi
demikian, jumlah produk yang diproduksikan naik
turun. Namun, kondisi persediaan relatif stabil. Bila
penjualan naik maka produksi akan naik pula.
sebaliknya, bila penjualan turun, maka produksi akan
turun pula.
Contoh:
- Misalnya jumlah produksi suatu perusahaan
sebanyak 1.500 unit dengan perse-
diaan sebanyak 100 unit.

26
- Bulan Juni diperkirakan penjualan sebanyak 1.800
unit maka perusahaan akan mempro-duksi
sebanyak 1.800 unit.
- Bulan Juli diperkirakan penjualan sebanyak 1.600
unit maka perusahaan akan memproduksi
sebanyak 1.600 unit.
- Dengan demikian, persediaan akan relatif stabil =
100 unit.

(3) Pola Produksi Moderat


Pola produksi moderat yaitu distribusi produk tahunan
ke bulanan, dengan jurnlah produksi dan persediaan
yang berubah-ubah tergantung pada naik turunnya
penjualan.
Artinya, naik turunnya penjualan akan berakibat
langsung pada naik turunnya produksi maupun
persediaan.
Contoh:
- Misalnya, jumlah produksi suatu perusahaan
sebanyak 1.500 unit dengan persediaan sebanyak
100 unit.
- Bulan Juni produksi sebanyak 1.600 unit dan
penjualan sebanyak 1.400 unit, maka persediaan
menjadi 300 unit. (1.600 + 100 - 1.400 = 300
unit)
- Bulan Juli produksi sebanyak 1.300 unit dan
penjualan sebanyak 1.000 unit, maka persediaan
menjadi 600 unit. (1.300 + 300 - 1.000 = 600
unit).

27
Dari ketiga pola atau kebijakan produksi di atas, pola
produksi konstan dianggap lebih unggul. Pola produksi
konstan memiliki tiga keuntungan sebagai berikut.
a) Penggunaan fasilitas pabrik yang lebih baik
- Mengurangi kapasitas yang diperlukan pada musim
ramai.
- Menghinclari kapasitas menganggur pada saat
musim sepi.
b) Stabilitas tenaga kerja
- Memperbaiki moral dan efisiensi tenaga kerja
- Mengurangi perputaran tenaga kerja
- Menarik tenaga kerja yang lebih terampil dan
berpengalaman
- Mengurangi biaya latihan tenaga kerja baru
c) Pembelian bahan baku yang lebih ekonomis sebagai
akibat dari:
- Tersedianya bahan baku -secara merata.
- Diperolehnya potongan pembelian.
- Kebutuhan modal yang merata.
- Penyederhanaan masalah penyimpanan.
- Mengurangi risiko persediaan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa yang dimaksud


dengan perencanaan proses produksi adalah
perencanaan sekumpulan aktivitas produksi akan
berlangsung mulai dari input, pemrosesan, sampai
menghasilkan produk (output).

28
d) Proses Produksi Atas Dasar Karakteristik Aliran
Prosesnya
a. Aliran Garis/ Repetitive Process
Proses produksi dengan aliran yang selalu tetap dari
input sampai dengan output. Perhatikan bagan
berikut. Apabila dikaitkan dengan perencanaan tata
letak (layout) tampaklah bahwa aliran garis ini timbul
sebagai konsekuensi dari tata letak produk yang
menyerupai garis. Contoh: produksi mi instan dan
Surat kabar.
b. Aliran Intermiten
Yaitu proses produksi dengan kumpulan/kelompok
produk yang sejenis dan dengan waktu yang
terputus-putus. Apabila dikaitkan dengan
perencanaan tata letak (layout) tampaklah bahwa
aliran proses intermiten ini timbul sebagai
konsekuensi dari tata letak fungsional. Proses
produksi tidak harus berlangsung terus-menerus dan
semua peralatan sejenis diletakkan dalam sebuah
departemen atau ruangan yang sama. Contoh:
produksi furnitur dan kerajinan lainnya.
c. Aliran Proyek
Yaitu proses produksi dengan pesanan khusus/ unik.
Apabila dikaitkan dengan perencanaan tata letak
(layout), tampak bahwa aliran proses proyek ini
timbul sebagai konsekuensi dari tata letak posisi
tetap. Contoh dari aliran proyek ini antara lain
industri pesawat terbang, kapal, kereta api,
pembuatan jembatan dan gedung.

29
PERAKITAN
PRODUK/JASA

1. PENGERTIAN & PRINSIP PERAKITAN


Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan
beberapa bagian komponen menjadi suatu alat atau mesin yang
mempunyai fungsi tertentu. Pekerjaan perakitan dimulai bila
obyek sudah siap untuk dipasang dan berakhir bila obyek
tersebut telah bergabung secara sempurna. Perakitan juga dapat
diartikan penggabungan antara bagian yang satu terhadap
bagian yang lain atau pasangannya.
Pada prinsipnya perakitan dalam proses manufaktur terdiri dari
pasangan semua bagian-bagian komponen menjadi suatu
produk, proses pengencangan, proses inspeksi dan pengujian
fungsional, pemberian nama atau label, pemisahan hasil
perakitan yang baik dan hasil perakitan yang buruk, serta
pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian akhir.

30
Perakitan merupakan proses khusus bila dibandingkan dengan
proses manufaktur lainnya, misalnya proses permesinan (frais,
bubut, bor, dan gerinda) dan pengelasan yang sebagian
pelaksanaannya hanya meliputi satu proses saja. Sementara
dalam perakitan bisa meliputi berbagai proses manufaktur.

2. METODE PERAKITAN
Dalam produksi massal, proses perakitan dapat dilakukan
dengan cara otomatis, misalnya proses pengikatan, pengelingan,
pengelasan, penyekrupan, dan lain-lain dalam urutan rangkaian
proses produksi. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan hasil
pada setiap produk dengan bentuk yang standar.

Dalam perakitan terdapat beberapa metode yang dapat


diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Metode-metode tersebut
adalah :
a. Metode perakitan yang dapat ditukar tukar.
Pada metode ini, bagian-bagian yang akan dirakit dapat
ditukarkan satu sama lain ( interchangeable ), karena bagian
tersebut dibuat oleh suatu pabrik secara massal dan sudah
distandarkan baik menurut ISO, DIN, JIS, dan lain
sebagainya. Keuntungan bila kita menggunakan bagian atau
komponen yang telah distandarkan adalah waktu perakitan
komponen yang lebih cepat dan dalam penggantian
komponen yang rusak dapat diganti dengan komponen yang
sejenis yang ada di pasaran. Akan tetapi tetap mempunyai
kerugian yaitu kita harus membeli komponen tersebut
dengan harga yang relatif lebih mahal.

31
b. Perakitan dengan pemilihan.
Pada metode perakitan dengan metode pemilihan,
komponen-komponennya juga dihasilkan dengan produksi
massal yang pengukuran-pengukurannya tersendiri menurut
batasan-batasan ukuran.
c. Perakitan secara individual.
Perakitan secara individual dalam pengerjaannya tidak dapat
kita pisahkan antara pasangan satu dengan pasangannya.
karena dalam pengerjaannya harus berurutan tergantung
bagian yang sebelumnya. Salah satu komponen yang
berpasangan tersebut kita selesaikan terlebih dahulu,
kemudian pasangan lainnya menyusul dengan ukuran
patokan yang diambil dari komponen yang pertama.

3. MACAM DAN JENIS PERAKITAN


Ada beberapa macam jenis perakitan yang sering digunakan di
dunia industri, hal ini tergantung pada pekerjaan yang akan
dilakukan. Biasanya faktor bentuk dan jumlah produk yang akan
dihasilkan sangat menentukan. Pada umumnya ada dua macam
jenis perakitan yaitu:
a. Perakitan Manual yaitu; perakitan yang sebagian besar
proses dikerjakan secara konvensional atau menggunakan
tenaga manusia dengan peralatan yang sederhana tanpa
alat-alat bantu yang spesifik atau khusus.
b. Perakitan otomatis yaitu; perakitan yang dikerjakan
dengan sistem otomatis seperti otomasi, elektronik, mekanik,
gabungan mekanik dan elektronik (mekatronik), dan
membutuhkan alat bantu yang lebih khusus.

32
Sedangkan untuk jenis perakitan dapat dibedakan menurut jenis
produk yang akan dilakukan perakitan yaitu;
a. Produk tunggal Jenis perakitan tunggal yaitu perakitan
dengan produk hanya satu jenis saja
b. Produk seri Jenis perakitan produk seri adalah bila
perakitan dilakukan dalam jumlah massal dalam bentuk dan
ukuran yang sama. Contohnya proses perakitan produk
elektronik, perakitan mobil, perakitan motor dan lain-lain.

4. PENGUJIAN PRODUK/JASA
Tujuan tahap ini adalah untuk:
a. memberikan penilaian yang lebih rinci mengenai peluang
sukses produk baru,
b. mengidentifikasi penyesuaian-penyesuaian akhir yang
dibutuhkan untuk produk, dan
c. menetapkan elemen-elemen penting dalam program
pemasaran yang akan digunakan untuk memperkenalkan
produk di pasar.

Secara garis besar, terdapat 4 kegiatan dalam pengujian pasar/


produk:
a. Pengujian teknis (technical testing) dengan cara membuat
prototipe yang merupakan approximation produk akhir.
Sebagai contoh estimasi usia pajang produk dapat
mempengaruhi frekuensi dan biaya pengiriman.
Kemungkinan timbulnya masalah pemakaian yang signifikan
dapat mengakibatkan diperlukannya tambahan informasi
periklanan, labeling, atau point-of-sale.

33
b. Pengujian preferensi dan kepuasan (preference and
satisfaction testing) yang digunakan untuk menetapkan
elemen-elemen yang akan dirancang dalam rencana
pemasaran dan untuk membuat ramalan penjualan awal dari
produk baru. Secara umum ada dua cara utama untuk
keperluan tipe pengujian ini.
- Pendekatan pertama adalah meminta konsumen untuk
memakai suatu produk selama jangka waktu tertentu, lalu
kemudian mereka diminta untuk menjawab sejumlah
pertanyaan berkaitan dengan preferensi dan kepuasan
mereka.
- Pendekatan kedua adalah melakukan “blind test”
sedemikian rupa sehingga konsumen membandingkan
berbagai alternatif produk tanpa, mengetahui nama merek
atau produsennya. Tujuan dan metode pengujian
preferensi dan kepuasan.
c. Pengujian pasar simulasi (simulated test markets atau
laboratory test markets), merupakan prosedur riset
pemasaran yang dirancang untuk memberikan gambaran
yang cepat dan murah mengenai pangsa pasar yang dapat
diharapkan dari produk baru. Beberapa model yang dapat
digunakan adalah BASES, ASSESSOR, LITMUS, dan
DESIGNOR.
d. Pengujian pasar (test markets)
Dalam uji pasar, perusahaan menawarkan suatu produk
untuk dijual di wilayah pasar yang terbatas yang sedapat
mungkin mewakili keseluruhan pasar di mana produk
tersebut nantinya akan dijual. Keputusan untuk melakukan
pengujian pasar atau tidak ditentukan oleh sejumlah faktor.

34
REFERENSI

Budiwati, N. (2004). Modul 13 Kewirausahaan SMK – Pengelolaan


Proses Produksi/ Jasa. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Direktorat Pembinaan Khusus dan Kelembagaan Direktorat Jenderal


Pendidikan Formal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional.
(2010). Manajemen Usaha Kecil – Modul 3. Jakarta : Kemendiknas.

______. (2010). Perencanaan Usaha – Modul 5. Jakarta : Kemendiknas.

Khoiruddin, A.M. Produk Kreatif dan Kewirausahaan SMK.

Suparmanto, N. & Tim. (2018). From Research to Technopreneur.


Yogyakarta : Inkubator PPTI.

Suryana. (2004). Modul 20 Kewirausahaan SMK – Evaluasi dan


Pengembangan Usaha. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Ulrich, K. T. & Eppinger, S. D. (1995). Product design and development.


New York: Mc Graw-Hill.

35

Anda mungkin juga menyukai