Anda di halaman 1dari 20

MAKALA MANAJEMEN OPERASI

DESAIN PRODUK

DIBUAT OLEH :

KELOMPOK 2

NAMA NIM DOSEN PA


APRILIA W. SULLA 1903020139 Drs.Anthonius T.Popo,M.si
ANGGRAINI E. KALE 1903020208 Drs.Anthonius T.Popo,M.si
MARIA SURYANI NAHAK 1903020147 Drs.Anthonius T.Popo,M.si

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021
KATA PENGANTAR

Yang Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan

Hidayah-Nya sehinga kelompok kami dapat menyelesaikan makala yang berjudul

manajemen operassi desain produk ini tepat waktunya.adapun tujuan dan dari

penulisan makala ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dra.Erna Giri M.Si dan

Bapak Drs.Anthonius T.Popo,M.si pada mata kulian manajemen operasi. Selain itu,

makala ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi

penulis.kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.Erna Giri M.Si dan Bapak

Anthonius T. Popo M. Si.selaku dosen pengasuh pada mata kuliah manajemen

operasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan

wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. kami mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat

menyelesaikan makala ini.kami menyadari, makala yang kami tulis ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan

demi kesempurnaan makala ini.

Kupang,7 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….……………………I

Daftar Isi……………………………………………………………….………………….II

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….……….…..1

A. Latar Belakang………………………………………………………….…………...1.1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...1.2

C. Tujuan………………………………………………………………….…………….1.3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..……………...2

A. Proses pengembangan produk baru………………………………………............... 2.1

B. Hambatan pengembangan produk............................................................................ 2.2

C. Siklus hidup produk………………...........................................................................2.3

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….3

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………….. 3.1

B. SARAN...................................................................................................................... 3.2

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam biang manufaktur. Esain

produk yang baik akan dapat meningkatkan jumblah dan harga jual dari produk,sehingga

dapat meningkatkan keuntungan secara optimal.Akan tetapi, desain produk yang gagal

mengakibatkan produk tidak terjual di pasaran.hal ini, akan menimbulkan kerugian tidak

hanya di bidang desain saja, bidang yang lain pun akan terkena imbasnya.

Desain produk yang baik,harus memenuhi 3 aspek penting yang sering disebut segitiga

aspek produk, yaitu kualitas yang baik,biaya rendah,dan jadwal yang tepat.

Selanjutnya segitiga aspek produk di atas dikembangkan menjadi suatu persyaratan

dalam desain, yaitu desain harus dapat di rakit, didaur ulang, diproduksi,diperiksa

hasilnya,bebas korosi, biaya rendah,serta waktu yang tepat.

Untuk itu dalam mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara detail tentang

fungsi-fungsi dari produk yang didesain.guna mengetahui secara rinci tentang fungsi

produk, dapat di lakukan denga beberapa metode pendekatan mikro

(MC,MR,Equilibrium),Linier Programming/Dualitas, dan Manajemen Keuangan (BEP).


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksut pengembangan produk baru

2. Proses-proses pengembangan produk baru

3. Hambatan dalam proses pengembangan produk baru

4. Apa yang di maksut siklus hidup produk

5. Tahapan-Tahapan Siklus Hidup Produk

6. Karakteristik Siklus Hidup Produk

7.Keterkaitan Siklus Hidup Produk Dengan Strategi Pemasaran

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pengembangan produk baru

2. Untuk mengetahui proses pengembangan produk baru

3. Untuk mengetahui hambatan dalam pengembangan produk baru

4. Untuk mengetahui yang di maksut dengan siklus hidup produk

5. Untuk mengetahui tahapan-tahapan yang ada pada siklus hidup produk

6. Untuk mengetahui karakteristik siklus hidup produk

7. Untuk mengetahui keterkaitan Siklus Hidup Produk Dengan Strategi Pemasaran


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses pengembangan produk baru

Banyak perusahaan semakin menyadari bahwa pengembangan produk baru dan

perbaikan produk secara terus menerus merupakan kunci pertumbuhan dan kelangsungan hidup

perusahaan. Dalam kondisi persaingan modern, perusahaan yang tidak melakukan usaha inovasi

aka menghadapi risiko lebih besar untuk kehilangan pasarnya. Konsumen dan industry pemakai

selalu menginginkan produk baru dan produk lebih baik yang dapat meningkatkan pemenuhan

kepuasan mereka.

Masing-masing organisasi mungkin menggunakan pendekatan yang berbeda untuk

mengembangkan produk baru, tetapi langkah-langkah yang diikuti dalam mengembangkan

produk baru biasanya adalah sama. Gambar 2-2 menunjukkan proses pengembangan produk

baru, yang terdiri atas 5 (lima) langkah sebagai berikut:

1. Pencarian gagasan. Sumber utama gagasan-gagasan produk baru adalah dari pasar, lalu
teknologi yang telah ada. Gagasan-gagasan pasar merupakan berbagai kebutuhan dan
keinginan para konsumen (langganan) yang belum terpenuhi. Identifikasi kebutuhan-
kebutuhan pasar ini dapat mengarahkan pengembangan teknologi dan produk baru untuk
memenuhinya. Disamping itu, gagasan produk baru dapat juga berasal oleh observasi
terhadap produk-produk sekarang, pendapat para penyalur, para ahli, pesaing, orang-
orang penjualan, dan manajemen puncak.
2. Seleksi produk. Tidak semua gagasan harus dikembangkan menjadi produk-produk baru.
Gagasan produk baru perlu memenuhi paling tidak tiga kriteria: (1) potensi pasar, (2)
kelayakan finansial, (3) kesesuaian operasi. Sebelum suatu gagasan produk baru
dijadikan disain pendahuluan, maka harus dianalis atas dasar tiga kroteria tersebut.

Gambar 2-2. Proses pengembangan produk baru.

Tujuan analisis seleksi produk adalah untuk menyaring gagasan-gagasan yang

jelek, karena menerima suatu gagasan jelek dan mengembangkannya menjadi suatu

produk akan membuat perusahaan rugi. Setelah pengembangan awal, analisis yang lebih

ekstensif dapat dilakukan melalui uji pasar dan operasi-operasi percobaan sebelum

keputusan final dibuat untuk memperkenalkan produk.

Untuk membantu dalam analisis seleksi produk, beberapa metode telah

dikembangkan. Pertama adalah metode daftar penilaian (scoring) yang menyangkut

penyusunan suatu daftar factor-faktor penimbang dengan setiap factor diberi bobot.

Factor-faktor yang dipertimbangkan antara lain, sebagai contoh, volume penjualan,

perlindungan patent, persaingan, tersedianya bahan mentah, kualitas produk,

risikonteknikal, atau kesesuaian dengan strategi umum perusahaan. Kemudian produk


dikategeorikan dari “sangat baik” sampai “sangat jelak” untuk setiap factor-faktor

tersebut. Produk yang dipilih harus memnuhi standar penilaian perusahaan. Bila total

skor di atas tingkat minimum tetentu, gagasan produk baru dapat dipilih untuk

dikembangkan lebih lanjut. Metode “ scoring” juga dapat digunakan untuk menentukan

ranking beberapa alternative produk.

Bila produk lolos dari prosedu penyaringan, maka analisis finansial yang lebih

teliti terhadap karakteristik biaya dan penghasilannya perlu dilakukan dengan

perhitungan return on investment, atau sering disebut project value in dex. Rumus

perhitungannya adalah sebagai berikut:

Dengan keterangan :

RI = return on investment

PT = probailitas keberhasilan teknikal (0 < PT < 1).

PC = probabilitas keberhasilan komersial dalam pasar (0< PC < 1).

AV = Volume tahunan (penjualan produk total dalam unit)

P= kontribusi laba per unit produk yang dijual dalam rupiah (yaitu, harga minus

biaya).

L= waktu kehidupan produk dalam tahun.

TDC = Biaya pengembangan produk total dalam rupiah.

RI secara sederhana merupakan marjin laba yang diproyeksikan dibagi dengan investasi

total yang diperlikan bagi pengembangan produk.

Kedua metode diatas harus digunakan dengan hati-hati karena estima-estimasinya

cenderung bersifat sangat subyektif. Manajemen senantiasa juga perlu mengajukan


pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pengecekan atas keputusan-keputusan penyaringan

produk baru, karena semakin dikenalnya metode di seluruh organisasi, maka hampir

semua produk baru secara rutin akan lolos uji penyaringan ini.

3. Disain produk pendahuluan. Tahap proses disain produk ini bersangkutang dengan
pengembangan disain terbaik bagi gagasan produk baru. Apakah hal ini merupakan tahap
terpisah dalam urutan kegiatan-kegiatan disain atau tidak, disain pendahuluan biasanya
dicurahkan untuk pengembangan beberapa alternative disain yang memenuhi ciri-ciri
konseptual produk terpilih. Sebagai contoh, bila perusahaan manufaktur memutuskan
untuk memproduksi lemari es, pertanya-pertanyaan tentang model, kapasitas
penyimpanan, ukuran motor, dan sebagainya, akan dihadapinya. Selain disain
pendahuluan, perusahaan juga perlu menetapkan atribut-atribut kunci produk, yaitu
reliabilitas (frekuensi kerusakan komponen-komponen), maintainability (kemudahan
untuk reparasi dan pemeliharaan), dan umur kehidupan produk (antipasi periode
penggunaan).

Bila disain pendahuluan disetujui, bagian penelitian dan pengembangan produk

perusahaan kemudian perlu membuat prototype-prototype untuk pengujian dan analisis

selanjutnya. Dalam hal ini, perusahaan akan menghadapi “tradeoffs” antara biaya,

kualitas dan nilai produk. Hasilnya seharusnya berupa disain produk yang dapat bersaing

di pasar dan dapat diproduksi melalui operasi-operasi perusahaan.

4. Pengujian (testing). Pengujian terhadap prototype-prototype ditujukan pada pengujian


pemasaran dan kemampuan teknikal produk. Satu cara untuk menilai potensi pemasaran
adalah dengan melekukan uji pasar. Prototype produk baru di lempar ke sekelompok
konsumen untuk dicoba, guna mengetahui pendapat mereka. Maksud uji pasar ini adalah
untuk mendapatkan data kuantitatif tentang pendapat data kuantitatif tentang pendapat
konsumen terhadap satu produk baru.

Di samping itu, prototype juga harus diuji secara teknik untuk mengetahui

kemmapuan teknikal produk baru sebelum manajemen menyetujui disain produksi akhir.

5. Disain akhir (final). Dalam tahap disain akhir, spesifikasi-spesifikasi produk dan
komponen-komponenya dan gambar-gambar perakitan disusun, yang memberikan basis
bagi proses produksinya. Sebagai hasil pengujian prototype, perubahan-perubahan
tertentu mungkin perlu dimasukkan dalam disain akhir. Bila perubahan-perubahan
dilakukan, produk hendaknya diuji kembali untuk menjamin nilai produk.
Bagi perusahaan-perusahaan jasa, tahap disain akhir bersangkutan dengan

penetapan standar-standar dan prosedur-prosedur pelayanan. Sebagai contoh, salam

sebuah kasus bank, standar waktu tunggu untuk berbagai tipe pelayanan bank dapat

ditentukan.

2.2 Pengembangan produk baru ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena adanya berbagai

hambatan, antara lain:

1. Kurangnya gagasan (idea) pengembangan produk baru yang baik.


2. Kondisi pasar yang semakin bersaing, krena banyaknya pesaing dan berbagai produk
substitusi.
3. Batasan-batasan yang semakin bertambah dari masyarakat dan pemerintah. Sebagai
contoh, perlindungan akan keselamatan lingkungan, dan keamanan pemakaian produk.
4. Biaya proses pengembangan produk baru yang sangat mahal; karena untuk dapat
menghasilkan beberapa produk baru, perusahaan harus mengembangkan sejumlah besar
gagasan produk baru. Dan dari sejumlah besar gagasan ini hanya sedikit yang sukses
diperkenalkan ke pasar sebagai produk. David Umam telah menggambarkan proses
eliminasi ini secara grafik dalam gambar 2-3. Studinya tentang mortalitas (keguguran)
gagasan-gagasan produk baru pada 51 perusahaan menunjukkan bahwa hanya ada satu
dari 60 gagasan produk baru yang sukses. Pengurangan gagasan-gagasan terbesar terjadi
sebelum disain pendahuluan mulai. Jadi, perusahaan harus lebih menitik beratkan
perhatiannya pada tahap seleksi produk awal dan analisis yang berhubungan dengan
tahap ini.
5. Tingginya tingkat kegagalan produk baru dalam pemasarannya, karena ternyata tidak
memenuhi oengahrapan konsumen atau tidak dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen.
6. Jangka waktu kehidupan produk baru yang pendek, karena setelah produk baru secara
komersial sekses, maka dalam waktu singkat banyak perusahaan lain meniru dan
membanjiri pasar dengan produk mereka.
2.3 Siklus hidup produk

A. Tahapan-Tahapan Siklus Hidup Produk

Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang
dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, suatu produk juga memiliki
siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang
menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar .
Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini merupakan konsep yang penting dalam pemasaran
karena memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk.
Konsep ini dipopulerkan oleh levitt (1978) yang kemudian penggunaannya dikembangkan dan
diperluas oleh para ahli lainnya.

Ada berbagai pendapatan mengenai tahap – tahap yang ada dalam Siklus Hidup Produk (Product
Life Cycle) suatu produk. Terdapat yang menggolongkannya menjadi

 Introduction
 Growth
 Maturity
 Decline
 Termination

Sementara itu ada juga yang menggemukakan bahwa keseluruhan tahap – tahapan dalam Siklus
Hidup Produk (Product Life Cycle) itu terdiri atas
 Introduction (pioneering)
 Rapid growth (market acceptance)
 Slow growth (turbulance)
 Maturity (saturation)
 Decline (obsolescence).

Walaupun demikian pada dasarnya yang digunakan ialah penggolongan ke dalam empat tahapan,
yakni :

 Introduction
 Growth
 Maturity
 Decline

1. Tahap Pengenalan – (Introduction)

Ciri-ciri umum tahap ini adalah penjualan yang masih rendah, volume pasar berkembang
lambat (karena tingginya market resistance), persaingan yang masih relatif kecil, tingkat
kegagalan relatif tinggi, masih banyak dilakukan modifikasi produk dalam pengujian dan
pengembangannya (karena problem yang timbul tidak seperti yang diramalkan dan mungkin pula
disebabkan pemahaman yang keliru tentang pasar), biaya produksi dan pemasaran sangat tinggi,
serta distribusi yang masih terbatas.

Dalam tahap perkenalan , barang mulai dipasarkan kedalam jumlah yang besar meskipun
volume penjualannya belum sesuai . Barang yang di jual dasarnya barang baru (yang betul-betul
baru) dikarenakan masih berada ditahap permulaan, dan biasanya ongkos yang dikeluarkan ini
juga tinggi terutama biaya periklanan (Promosi). Promosi yang dilakukan tersebut memang harus
agresif serta juga mengarah kepada merek penjual. Di samping hal itu distribusi barang itu juga
masih terbatas serta laba yang diperoleh juga masih rendah

2. Tahap Pertumbuhan – (Growth)

Dalam tahap ini, penjualan serta juga laba akan meningkat dengan sangat cepat. disebabkan
permintaan sudah sangat meningkat serta juga masyarakat sekitara sudah mengetahui produk
bersangkutan, maka dari usaha promosi yang dilakukan oleh suatu perusahaan tersebut tidak
seagresif tahap sebelumnya. Di dalam tahap ini lahan pesaing sudah mulai memasuki pasar
sehingga terdapat persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk dapat
memperluas serta juga meningkatkan distribusinya adalah dengan cara menurunkan harga
jualnya.

3. Tahap Kedewasaan – (Maturity)

Tahap ini ditandai dengan tercapainya titik tertinggi dalam penjualan perusahaan.
Normalnya tahap ini merupakan tahap terlama dalam siklus hidup produk. Hal ini disebabkan
pada tahap ini pemenuhan inti kebutuhan oleh produk yang bersangkutan tetap ada. Sebagian
besar produk yang ada saat ini berada dalam tahap ini, karena itu sebagian besar strategi
pemasaran ditujukan untuk produk-produk dalam tahap ini. Strategi pemasaran kreatif yang
digunakan untuk memperpanjang daur hidup suatu produk disebut innovative maturity.
Penjualan dalam tahap ini sangat sensitif terhadap perubahan perekonomian. Pasar semakin
tersegmentasi, sehingga untuk masing masing segmen diperlukan promosi yang berbeda dengan
lainnya.

Umumnya tahap ini terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:

 Tingkat Growth Maturity, yaitu pertumbuhan penjualan mulai berkurang yang


disebabkan oleh dewasanya distribusi. Tidak ada lagi saluran distribusi baru yang bisa
ditambah.
 Tiingkat Stable Maturity, penjualan menjadi mendatar yang disebabkan oleh jenuhnya
pasar. Sebagian konsumen potensial telah mencoba produk baru yang ditawarkan
perusahaan.
 Pada tingkat ketiga, Decaying Maturity, penjualan mulai menurun dan konsumen mulai
bergerak ke produk lain atau produk substitusi.

4. Tahap Penurunan – (Decline)

Penjualan perusahaan yang semakin bergerak ke arah penurunan merupakan gejala tahap decline
dalam siklus hidup produk. Penurunan penjualan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti
perubahan selera pasar, pasar merasa jenuh terhadap produk yang ada. produk substitusi diterima
konsumen (baik dan dalam negeri maupun dan luar negeri), dan perubahan teknologi. Sejumlah
alternatif dapat dilakukan pada tahap akhir siklus hidup produk ini. Namun perlu diperhatikan
bahwa pilihan alternatif haruslah didasarkan pada kekuatan dan kelemahan perusahaan serta
daya tarik industri bagi perusahaan. Contoh produk elektronik yang sedang mengalami
penurunan adalah CPU atau personal komputer yang saat ini sudah hampir terlibas oleh laptop.

B. Karakteristik Tahap-Tahap Dalam Siklus Hidup Produk

Pada tiap tahap tersebut terdapat peluang dan masalah yang berbeda-beda dalam
kaitannya dengan strategi pemasaran dan potensi laba. Dengan mengenali tahap di mana suatu
produk sedang berada, atau yang akan dituju, pihak manajemen dapat merumuskan rencana dan
strategi pemasaran yang tepat. Selain karakteristik di atas, siklus hidup produk juga memiliki
beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Tidak setiap produk melalui semua tahapan. Beberapa produk bahkan ada yang tidak
pernah melewati tahap perkenalan. Umumnya produk yang gagal memasuki semua
tahapan ini adalah produk-produk yang berkaitan dengan teknologi dan mode (fad).
2. Panjang suatu tahap PLC untuk tiap produk sangat bervariasi. Product category memiliki
PLC yang paling lama, product form cenderung mengikuti pola PLC standar (bentuk S),
sedangkan merek memiliki PLC yang paling pendek. Kenyataan membuktikan tidak
semua produk memiliki PLC yang berbentuk S, seperti yang disajikan di kebanyakan
buku teks. Sementara itu, style life cycle mempunyai daur hidup yang panjang,
sedangkan fad life cycle hanya berlangsung singkat.
3. PLC dapat diperpanjang dengan inovasi dan repositioning. Banyak contoh perusahaan-
perusahaan yang berhasil memperpanjang PLC produknya sehingga penjualannya tidak
menurun tetapi malahan terus meningkat.

Untuk contoh Indonesia, misalnya Rinso yang berhasil memperpanjang PLC-nya dengan
memperkenalkan Rinso Baru, Rinso Ultra, Rinso Formula Plus, serta Rinso Warna. Demikian
pula halnya dengan Pepsodent yang memperkenalkan Pepsodent yang khusus memelihara
kesehatan gusi, Pepspdent Sensitive, dll.

C. Keterkaitan Siklus Hidup Produk Dengan Strategi Pemasaran

Kurva penjualan untuk masing-masing produk akan bervariasi tergantung tahapan yang
dicapai dalam siklus kehidupannya. Bila Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) dianggap
sebagai nilai strategik bagi suatu perusahaan, maka manajernya harus dapat menentukan dimana
posisi Siklus Hidup Produk produknya. Identifikasi tahapan Siklus Hidup Produk (Product Life
Cycle) ini dapat ditentukan dengan kombinasi tiga faktor yang menunjukan ciri status produk
dan membandingkan hasilnya dengan pola yang umum. Tahap Siklus Hidup Produk suatu
produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan statusnya dalam market volume, rate of
change of market volume. Dalam keempat tahap dari analisa Siklus Hidup Produk (Product Life
Cycle) ini memiliki beberapa strategi yaitu :

1.  Tahap Pengenalan – (Introduction)

Strategi pemasaran pada tahap ini ditujukan untuk membangun kesadaran akan produk
secara meluas dan mendorong konsumen untuk mencoba. Atau dengan kata lain adalah
menciptakan primary demand (permintaan untuk produk baru). Untuk kepentingan ini produk
biasanya didesain dengan model yang terbatas guna menghindari terjadinya kebingungan pada
calon pembeli dan memudahkan mereka mengenal ciri produk dengan cepat. Strategi yang
umum pada tahap ini adalah mengkombinasi penetapan harga dan kegiatan promosi. Strategi ini
ada empat bentuk, yaitu :

 Strategi Peluncuran Cepat (Rapid Skimming Strategy)


Strategi ini dilaksanakan dengan jalan menetapkan harga yang tinggi untuk
memperoleh laba kotor per unit sebanyak mungkin, serta dengan melakukan promosi yang
gencar untuk meyakinkan konsumen tentang kualitas produk walau harganya mahal. Cara ini
biasanya dipakai untuk mempercepat laju penerobosan pasar. Strategi ini akan berhasil jika
sebagian besar pasar belum mengetahui keberadaan produk, konsumen bersedia membayar
pada harga berapa pun, dan perusahaan menghadapi pesaing potensial serta ingin
membangun preferensi pada mereknya

 Strategi Peluncuran Lambat (Slow Skimming Strategy)

Strategi dijalankan dengan menetapkan harga yang tinggi untuk memperoleh laba
kotor per unit sebanyak mungkin dan promosi yang rendah agar biaya pemasaran tidak
terlalu tinggi. Strategi ini akan berhasil jika besarnya pasar terbatas, sebagian besar
konsumen mengetahui keberadaan produk, konsumen mau membeli dengan harga tinggi, dan
pesaing potensial belum muncul.

 Strategi Penetras Cepat (Rapid Penetration Strategy)

Strategi ini dilakukan dengan menetapkan harga yang rendah dan promosi yang
agresif. Tujuan dari strategi ini adalah untuk memperoleh penerimaan pasar yang cepat dan
memperoleh pangsa pasar yang besar. Strategi ini akan berhasil jika pasar sangat luas,
konsumen belum mengetahui keberadaan produk, konsumen sangat peka terhadap harga, dan
terdapat indikasi persaingan potensial yang besar.

 Strategi Penetrasi Lambat (Slow Penetration Strategy)

Strategi ini dijalankan dengan menetapkan harga yang rendah untuk memperoleh
penerimaan yang besar dari konsumen dan promosi yang rendah agar biaya pemasaran tidak
membengkak. Keberhasilan strategi ini biasanya harus didukung dengan pasar yang sangat
luas, konsumen mengetahui keberadaan produk, konsumen peka terhadap harga, dan
persaingan potensial sangat rendah. Contoh produk yang ada pada tahap ini untuk barang
elektronik misalnya iPad.

2.  Tahap Pertumbuhan – (Growth)

Bila suatu produk telah melewati tahap perkenalan dengan baik, maka selanjutnya akan
memasuki tahap pertumbuhan. Tahap ini sendiri dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
rapid growth dan slow growth.

 Pertumbuhan Cepat (Rapid Growth)

Tahap rapid growth ini ditandai dengan melonjaknya tingkat penjualan perusahaan
dengan cepat karena produk telah diterima dan diminta oleh pasar. Tidak semua produk baru
dapat mencapai tahap ini, bahkan tidak sedikit produk baru yang gagal di tahap awal. Namun
jika produk baru itu berhasil, sesuai dengan kebutuhan konsumen, maka keadaan ini akan
menarik pesaing untuk memasuki industri tersebut dengan produk tiruan. Strategi pemasaran
pada tahap ini ditujukan terutama untuk membangun pasar yang kuat dan mengkhususkan
distribusi. Mutu produk ditingkatkan dan lini produk diperluas untuk menarik segmen pasar
baru.

 Pertumbuhan Lambat (Slow Growth)

Pada tahap ini penjualan masih meningkat, namun dengan pertumbuhan yang
semakin menurun. Sebagian besar pasar telah dijangkau, karena produk perusahaan telah
digunakan oleh mayoritas konsumen. Situasi ini akan menyebabkan perusahaan mulai
memperbarui produknya agar dapat mempertahankan penjualannya. Pada umumnya
dilakukan usaha modifikasi produk dengan menyempurnakan model (style improvement)
guna memantapkan posisi produknya di pasar. Laba akan semakin sulit diperoleh perusahaan
dan penyalur karena persaingan harga akan cenderung menyebabkan penurunan harga.
Pesaing semakin banyak yang keluar dari pasar disebabkan oleh semakin berkurangnya
keuntungan/daya tarik industri. Contoh produk elektronik yang ada pada tahap ini adalah
laptop dimana pasar laptop saat ini sedang tumbuh pesat.

3. Tahap Kedewasaan – (Maturity)

Tahap ini ditandai dengan tercapainya titik tertinggi dalam penjualan perusahaan. Ada dua
strategi utama yang dapat diterapkan pada tahap kedewasaan yaitu :

 Strategi Bertahan (Defensive Strategy)

Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar dari pesaing dan menjaga
kelompok produk (product category) dari serangan produk substitusi. Bentuk strategi ini
adalah berupa modifikasi bauran pemasaran (product, price, place, & promotion) untuk
memperoleh tambahan penjualan. Strategi bertahan ini lebih menitikberatkan pada
penekanan/pengurangan biaya produksi dan menghilangkan kelemahan produk.

 Strategi Menyerang (Offensive Strategy)

Strategi ini lebih menitikberatkan pada usaha perubahan untuk mencapai tingkat yang
lebih baik. Bentuk strategi ini dapat berupa modifikasi pasar, yaitu dengan menggaet
kelompok bukan pemakai (non-user), mengintensifkan penawaran produk kepada non-user,
dan merebut konsumen pesaing. Bentuk lain dari strategi menyerang adalah modifikasi
produk, yaitu mengubah karakteristik produk sedemikian rupa sehingga semakin menarik
konsumen saat ini untuk membeli, dengan cara menawarkan manfaat baru dari suatu produk
kepada konsumen sekarang untuk mendorong pembelian yang lebih banyak dan pemakaian
yang lebih sering (usaha seperti ini sering disebut dengan product relaunching). Contoh
produk elektronik yang ada pada tahap ini adalah handphone. Penjualan handphone saat ini
mencapai posisi tertinggi dan mulai tergerus oleh teknologi yang lain.

4.   Tahap Penurunan – (Decline)


Penjualan perusahaan yang semakin bergerak ke arah penurunan merupakan gejala tahap
decline dalam PLC. Penurunan penjualan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan
selera pasar, produk substitusi diterima konsumen (baik dan dalam negeri maupun dan luar
negeri), dan perubahan teknologi. Sejumlah alternatif dapat dilakukan pada tahap akhir PLC ini.
Namun perlu diperhatikan bahwa pilihan alternatif haruslah didasarkan pada kekuatan dan
kelemahan perusahaan serta daya tarik industri bagi perusahaan. Alternatif-alternatif tersebut di
antaranya adalah :

1. Menambah investasi agar dapat mendominasi atau menempati posisi persaingan yang
baik.
2. Mengubah produk atau mencari penggunaan/manfaat baru pada produk.
3. Mencari pasar baru.
4. Tetap pada tingkat investasi perusahaan saat ini sampai ketidakpastian industri dapat
diatasi.
5. Mengurangi investasi perusahaan secara selektif dengan cara meninggalkan konsumen
yang kurang menguntungkan, tetapi menambah investasi untuk kelompok kecil
konsumen yang masih setia dan menguntungkan.
6. Harvesting strategy untuk mewujudkan pengembalian uang tunai dengan cepat.
7. Meninggalkan bisnis tersebut dan menjual aset perusahaan.

Contoh produk elektronik yang sedang mengalami penurunan adalah CPU atau personal
komputer yang saat ini sudah hampir terlibas oleh laptop.

Setiap produk biasanya mengalami kelahiran dan kematian baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Suatu produk bisa saja pada suatu waktu sangat disukai banyak orang dan laku
keras, namun di lain waktu produk itu tidak laku lagi dijual. Jadi pengertian daur hidup produk
yaitu tahapan suatu produk mulai dari lahir, tumbuh, dewasa dan mati.

Setiap produk memiliki masa daur hidup produk yang berbeda. Produk elektronik biasanya
memiliki rentang waktu yang sempit alias cepat mati sedangkan produk seperti makanan dapat
bertahan lebih lama. Contohnya handphone Samsung tipe tertentu akan dibatasi jumlah yang
dibuat dalam beberapa tahun, lalu membuat tipe hp lainnya. Minuman aqua sudah puluhan tahun
memimpin pasar dan masih berada dalam kondisi antara pertumbuhan dengan dewasa.

Beberapa teknik atau cara untuk memperpanjang daur hidup produk :

1. Meningkatkan Konsumsi dengan cara membujuk konsumen untuk meningkatkan


penggunaan produknya dengan berbagai manfaat yang ditawarkan. Contoh : untuk hasil
maksimal gunakan pasta gigi sepanjang bulu sikat, apa pun makannya minumnya teh
botol sosro, memakai sampo setiap hari membuat rambut sehat, dsb.
2. Mencari fungsi lain produk dari biasanya. Contoh seperti teh tidak hanya untuk ngeteh
saja tapi dapat dibuat kreasi menjadi minuman yang lebih kompleks.
3. Memodifikasi produk agar tampil baru dan segar baik dari segi isi, kemasan, takaran,
ukuran, manfaat, dan lain sebagainya. Contoh misal seperti produk unilever yang
biasanya terus menerus mengganti isi pepsodent beserta kemasannya agar selalu tampil
baru dan segar.
4. Mencari target konsumen baru. Jika pasar yang sudah ada sudah tidak dapat diandalkan
untuk meningkatkan penjualan maka dapat ditempuh jalan dengan cara membidik
segmen pasar baru untuk dibujuk untuk menjadi pelanggan. Contoh : rokok sampoerna
hijau yang tadinya membidik golongan menengah ke bawah kini mulai membidik
golongan menengah ke atas untuk memperluas segmen pasar.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang sudah kami paparkan diatas maka kami dapat menarik kesimpulan

bahwa Banyak perusahaan semakin menyadari bahwa pengembangan produk baru dan perbaikan

produk secara terus menerus merupakan kunci pertumbuhan dan kelangsungan hidup

perusahaan. Dalam kondisi persaingan modern, perusahaan yang tidak melakukan usaha inovasi

aka menghadapi risiko lebih besar untuk kehilangan pasarnya. Konsumen dan industry pemakai

selalu menginginkan produk baru dan produk lebih baik yang dapat meningkatkan pemenuhan

kepuasan mereka.Adapun tahapan-tahapan dapa siklus hidup produk yakni tahapan pengenalan,

pertumbuhan, pendewasaan, penurunan. .

Pada tiap tahap tersebut terdapat peluang dan masalah yang berbeda-beda dalam kaitannya

dengan strategi pemasaran dan potensi laba. Dengan mengenali tahap di mana suatu produk

sedang berada, atau yang akan dituju, pihak manajemen dapat merumuskan rencana dan strategi

pemasaran yang tepat.

3.2 Saran

Berdasarkan Pembahasan dan kesimpulan yang telah ditulis dan di paparkan dalam makalah
tersebut, saran adalah diharapakan kepada temam-teman,Mahasiswa/Mahasiswi untuk dapat
memahami materi menyangkut dengan desain produk. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

T. Hani Handoko. Dasar-dasar manajemen produksi dan operasi. Edisi 1.Yogyakarta


https:/kuliahmarket.wordpress.com/2015/08/28/siklus-hidup-produk-life-cycle

Anda mungkin juga menyukai