Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI MIKRO

ANALISIS BISNIS LOKAL “ SEVENTIES COFFEE”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Ekonomi Mikro
Dosen Pengampu: Geodita Woro Bramanti, S.T., MengSc.

Disusun oleh:
KELOMPOK 6
1. Nur Andriana (09111840000006)
2. Tania Amalia Diandra (09111840000033)
3. Haris Sholeh Riyanto (09111840000069)
4. Rania Amirah Jannah (09111840000087)
5. Annisa Tiara Zafira (09111840000141)
6. Maria Margaretha Dyah Prasasti Anindyajati (09111840000144)

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN TEKNOLOGI


DEPARTEMEN MANAJEMEN BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
C. Tujuan.......................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
LANDASAN TEORI........................................................................................................5
A. Permintaan................................................................................................................5
B. Penawaran.................................................................................................................6
C. Keseimbangan Pasar dan Surplus Konsumen dan Produsen....................................7
BAB III............................................................................................................................11
HASIL ANALISIS..........................................................................................................11
BAB IV............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan YME, karena
dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
ANALISIS BISNIS LOKAL “SEVENTIES COFFEE”. Walaupun banyak
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaan ini, tetapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami sampaikan
terimakasih kepada dosen pembimbing Ibu Geodita Woro Bramanti, S.T.,
MengSc. yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan tugas
makalah ekonomi mikro ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang bekerja keras untuk melengkapi bahan makalah ini.
Kami menyadari dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini dan kami berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kami yang masih mahasiswa awal dan bagi pembaca
pada umumnya.

Surabaya, 26 November 2018

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sudah sangat banyak bisnis di Indonesia saat ini, dari perusahaan mikro
sampai perusahaan besar, sehingga bisnis saat ini sudah sangat bersaing.
Persaingan dalam menjual produk maupun jasa semakin berkembang dalam
berbagai hal terutama menawarkan produknya dengan berbagai macam cara agar
konsumen tertarik untuk membeli produk atau jasa yang dijual. Banyak
pengusaha yang bersebelahan dengan menjual barang yang sama sehingga
persaingan pun semakin berat. Akan tetapi, tidak semua cara dapat berjalan
dengan lancar sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Banyak
perusahaan yang baru berjalan tetapi tidak lama kemudian perusahaan tersebut
gulung tikar atau bangkrut. Banyak pelaku bisnis yang hanya menginginkan
keuntungan yang besar tanpa membuat perencanaan yang tepat dan memikirkan
resiko-resiko yang mungkin dapat terjadi. Hal-hal tersebut dibahas di dalam
ekonomi mikro. Di dalam makalah ini, kami akan memaparkan hasil analisis kami
terhadap sebuah bisnis lokal dari sisi ekonomi mikro, yang di dalamnya termasuk
proses produksi, biaya produksi, pasar persaingan, dan aspek-aspek lainnya.
Bisnis lokal yang kami pilih adalah Seventies Coffee yang merupakan sebuah
bisnis kedai kopi. Di Indonesia sendiri, khususnya di kota-kota besar, jenis bisnis
ini sudah sangat populer dan banyak diminati masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses produksi dari Seventies Coffee dan apa saja teknologi yang
digunakan di dalamnya?
2. Bagaimana anggaran biaya produksi dari Seventies Coffee?
3. Apakah jenis pasar persaingan dari Seventies Coffee?
4. Bagaimana aspek-aspek tersebut mempengaruhi keputusan penentuan harga
dan jumlah produksi oleh Seventies Coffee?
5. Apa saja perubahan yang dapat dilakukan oleh Seventies Coffee yang sekiranya
dapat meningkatkan keuntungan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses produksi dari Seventies Coffee dan teknologi apa saja
yang digunakan di dalamnya

4
2. Untuk mengetahui anggaran biaya produksi dari Seventies Coffee
3. Untuk mengetahui jenis pasar persaingan dari Seventies Coffee
4. Untuk mengetahui bagaimana aspek-aspek tersebut mempengaruhi keputusan
penentuan harga dan jumlah produksi oleh Seventies Coffee
5. Untuk mengetahui perubahan apa saja yang dapat dilakukan oleh Seventies
Coffee yang sekiranya dapat meningkatkan keuntungan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Produksi
Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor
produksi menjadi barang dan/atau jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat
produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap dan faktor
produksi variabel. Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah
penggunaanya tidak tergantung pada jumlah produksi, ada atau tidak adanya
kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia, salah satu contohnya
adalah mesin-mesin pabrik. Sedangkan faktor produksi variabel tergantung pada
tingkat produksinya, makin besar tingkat produksi, makin banyak pula faktor
produksi variabel yang digunakan, salah satu contohnya adalah tenaga kerja.
Dalam produksi jangka pendek, sebagian faktor produksi jumlahnya tetap dan
yang lainnya berubah (misalnya jumlah modal tetap, sedangkan tenaga kerja
berubah). Sementara dalam produksi jangka panjang, semua faktor produksi dapat
berubah dan ditambah sesuai kebutuhan.

Seiring berjalannya waktu, kemajuan teknologi memungkinkan


peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi. Tingkat produksi yang sama
dapat dicapai dengan penggunaan faktor produksi yang lebih sedikit. Namun
teknologi harus melewati tiga tahap sebelum dapat memengaruhi efisiensi. Tahap
pertama dalah penemuan (invention), yang hanya akan berhasil jika para produsen
berani mengaplikasikannya dengan melakukan inovasi (inovation), sehingga dapat
terjadi penyebaran inovasi (spread of innovation), yang menyebabkan tingkat
penerimaan terhadap inovasi (adopting innovation) meningkat.

Seventies Coffee tentunya juga memiliki faktor produksi tetap dan faktor
produksi variabel. Faktor produksi tetapnya adalah mesin-mesin pembuat kopi
yang antara lain terdiri dari; (1) Mesin Espresso, yang digunakan untuk membuat
kopi americano, cappucino, dan latte. Menurut narasumber, teknologi khusus dari
mesin ini adalah dapat mengekstrasi biji kopi dengan cepat, serta dilengkapi
dengan alat steam susu yang dapat digunakan untuk membuat foam kopi
cappucino dan latte, (2) Automatic Grinder bernama Latina, yang digunakan
untuk membuat kopi manual brew. Mesin ini dapat mengatur grind size yang
diinginkan, (3) Paper Filter, alat yang digunakan untuk menyaring kopi, (4) V60,
alat yang digunakan untuk menyeduh kopi, memiliki bentuk menyerupai cangkir,
(5) Cup Sealer, yang merupakan alat pembuat tutup cup. Penggunaan mesin-
mesin yang disebutkan ini cukup membuktikan bahwa Seventies Coffee telah

6
sampai pada tingkat penerimaan terhadap inovasi (spread of innovation).
Kemudian, untuk faktor produksi variabelnya, Seventies Coffee memiliki tenaga
kerja dan juga bahan baku seperti biji kopi, susu, dan sebagainya.

B. Biaya Produksi
Produksi dan biaya produksi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Jika teori produksi berbicara tentang nilai fisik penggunaan faktor produksi, teori
biaya produksi mengukurnya dengan nilai uang. Karena peran uang sangat
penting dalam ekonomi yang sudah modern ini, maka ukuran efisiensi yang paling
baik adalah uang.

1. Konsep Biaya

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi. Konsep biaya sebagai biaya kesempatan dipakai dalam analisis teori
produksi. Berdasarkan konsep tersebut, kita dapat mengenal biaya eksplisit dan
biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang secara fisik terlihat,
terutama melalui laporan keuangan. Sementara biaya implisit adalah biaya-biaya
yang tidak terlihat di laporan keuangan, termasuk di dalamnya biaya kesempatan.

Biaya terbagi menjadi tiga:

A. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan
tenaga kerja per orang per satuan waktu. Harga tenaga kerja adalah upahnya (per
jam atau per hari).

B. Biaya Barang Modal

Ada perbedaan konsep antara ekonom dan akuntan dalam perhitungan biaya
barang modal. Akuntan menggunakan konsep biaya historis. Maka dari itu, dalam
laporan akuntansi, nilai barang modal harus disusutkan. Sementara itu, ekonom
melihat biaya barang modal sebagai biaya implisit. Biaya ekonomi penggunaan
barang modal bukanlah berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk
menggunakannya, melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh bila mesin
disewakan kepada pengusaha lain.

C. Biaya Kewirausahaan

Wirausahawan (pengusaha) adalah orang yang mengombinasikan berbagai faktor


produksi untuk ditranformasikan menjadi output berupa barang dan/atau jasa.
Wirausahawan harus menanggung risiko kegagalan. Semakin besar risikonya,
laba yang diharapkan harus makin besar. Begitu pula sebaliknya.

2. Pendapatan Total, Biaya Total, dan Keuntungan

7
PENDAPATAN TOTAL (Total Revenue) adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari penjualan output.

BIAYA TOTAL (Total Cost) adalah jumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan
suatu perusahaan untuk membeli input.

KEUNTUNGAN (Profit) dinyatakan sebagai pendapatan total dikurangi biaya


total.

Profit = Total Revenue – Total Cost

Keuntungan Akuntansi Versus Keuntungan Ekonom

keuntungan akuntansi = pendapatan total – biaya eksplisit

keuntungan ekonomi = pendapatan total – biaya eksplisit dan biaya implisit

Karena seorang akuntan mengabaikan biaya implisit, maka biasanya keuntungan


akuntansi lebih besar dibandingkan keuntungan ekonomi. Apabila dilihat dari
sudut pandang ekonom, supaya bisnis menguntungkan, maka pendapatan total
harus dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan, baik eksplisit maupun
implisit.

3. Berbagai Ukuran Biaya

Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya Marginal dan Biaya Rata-rata

A. Average Cost (AC) adalah biaya produksi per unit produk yang dihasilkan.

AC = TC/Q

Keterangan:

AC = biaya rata-rata

TC = biaya total

Q = kuantitas

8
B. Marginal Cost (MC) adalah perubahan biaya total dengan adanya perubahan
dalam satu satuan jumlah.

MC = biaya marginal

∆C = perubahan biaya

∆Q = perubahan kuantitas

C. Average Total Cost (ATC) yaitu biaya total dibagi jumlah output.

ATC = TC/Q

ATC = biaya total rata-rata

TC = biaya total

Q = kuantitas

D. Average Fixed Cost (AFC) yaitu total biaya tetap dibagi jumlah output.

AFC = TFC/Q

AFC = biaya tetap rata-rata

TFC = total biaya tetap

Q = kuantitas

E. Average Variable Cost (AVC) yaitu total biaya variable dibagi jumlah output.

AVC = TVC/Q

AVC = biaya variabel rata-rata

TVC = total biaya variabel

Q = kuantitas
Fixed Cost
Mesin espresso: Rp. 67.000.000
Automatic Grinder: Rp. 8.000.000
Paper Filter: Rp. 100.000 / 100 lbr

9
V60: Rp. 120.000 / pcs

Cup Sealer: Rp. 600.000

Variabel Cost

Bahan Baku: +- Rp. 6.000.000 / Bulan

Total Cost

FC + VC : TC

Total Revenue

TR / hari: +- Rp. 800.000 (70 Cup)

C. Pasar Persaingan
Pasar persaingan terdiri dari pasar persaingan sempurna dan pasar
persaingan tidak sempurna yang terdiri dari pasar persaingan monopoli, oligopoli,
dan monopolistik.
Pasar persaingan sempurna (perfect competition) adalah struktur pasar
yang ditandai oleh jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi
setiap individu (pembeli dan penjual) sangat kecil dibandingkan output industri
total sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi harga produk tersebut. Para
pembeli dan penjual secara individual hanya bertindak sebagai penerima harga
(price taker). Tidak ada perusahaan yang menerima laba di atas normal dalam
jangka panjang dalam pasar persaingan sempurna.
Pasar Monopoli (monopoly) adalah struktur pasar yang ditandai oleh
adanya seorang produsen tunggal. Suatu perusahaan monopoli dapat menentukan
harga produk dan jumlah outputnya (price maker). Sebuah perusahaan monopoli
dapat memperoleh laba di atas normal, bahkan dalam jangka panjang sekalipun.
Pasar Oligopoli (oligopoly) adalah struktur pasar di mana hanya ada
sejumlah kecil perusahaan yang memproduksi hampir semua output industri.
Oligopoli dibagi lagi menjadi oligopoli terdiferensiasi (differentiated oligopoly) di
mana produk tidak dibakukan (unstandardized), misalnya mobil, dan oligopoli tak
terdifferensiasi (undifferentiated oligopoly) di mana produk dibakukan, misalnya
baja. Dalam oligopoli ini, keputusan-keputusan mengenai harga dan output dari
perusahaan-perusahaan yang ada tergantung satu sama lain. Hal tersebut berarti

10
bahwa jika satu perusahaan mengubah harganya, maka perusahaan lainnya akan
bereaksi dan informasi perubahan harga tersebut akan dimasukkan ke dalam
masalah pembuatan keputusan mengenai harga dan output perusahaan-perusahaan
tersebut.
Pasar persaingan monopolistik (monopolistic competition) adalah pasar
yang sangat mirip dengan persaingan sempurna, tetapi sedikit dibedakan dengan
persaingan sempurna karena dalam persaingan monopolistik ini konsumen
mengetahui perbedaan-perbedaan di antara produk dari perusahaan-perusahaan
yang berbeda (produk terdiferensiasi) sehingga perusahaan memerlukan iklan
untuk menarik konsumen. Seperti halnya dalam persaingan sempurna, maka
dalam pasar persaingan monopolistik ini, laba di atas normal hanya dapat
diperoleh dalam jangka pendek.
Berdasarkan ciri-ciri dari tiap pasar persaingan yang sudah dijelaskan di
atas, Seventies Coffee yang merupakan sebuah bisnis kedai kopi dapat
digolongkan ke dalam pasar persaingan monopolistik. Seperti yang sudah
disebutkan di bagian latar belakang, di Indonesia sendiri bisnis kedai kopi sudah
sangat banyak jumlahnya. Setiap kedai kopi memiliki ciri khas yang diunggulkan
masing-masing dan ciri khas tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya,
sehingga setiap kedai kopi pasti membutuhkan iklan untuk menarik konsumen dan
kebanyakan kedai kopi juga memiliki brand. Para pebisnis kedai kopi juga tidak
bisa semata-mata menentukan harga, tetapi harus melihat dan memperhatikan
permintaan atau minat masyarakat, atau dalam kata lain adalah price taker.

D. Penentuan Harga dan Jumlah Produksi


Dalam rangka usaha mencapai keuntungan yang lebih besar, pengusaha
produk dengan pasar persaingan monopolistik harus terus mengusahakan agar
produk yang dihasilkannya semakin jauh bedanya dengan produk pengganti yang
diusahakan oleh pengusaha lain. Cara yang dapat ditempuh untuk memperbesar
jarak perbedaan itu antara lain dengan propaganda dan iklan seperti yang banyak
sekali kita temui dalam dunia usaha sekarang ini.

Apa yang diuraikan di atas adalah mengenai kebijaksanaan pengusaha


produk dengan pasar persaingan monopolistik dalam jangka pendek untuk
menentukan kapasitas produksi. Kesimpulan yang dapat ditarik ialah bahwa untuk
jangka pendek yang dituju ialah keuntungan maksimum dengan menekan
kapasitas produksi sedemikian rupa sehingga:

MC = MR < P dan AC < P

Untuk jangka panjang umumnya perusahaan yang menghasilkan produk


dengan pasar persaingan monopolistik menentukan kapsitas produksi berdasarkan
keuntungan normal, kecuali jika perusahaan tersebut mampu membendung secara

11
sempurna masuknya pengusaha-pengusaha baru yang juga akan menghasilkan
produk yang sama dengan produk yang dihasilkannya. Kalau pengusaha tersebut
mampu membendung secara sempurna masuknya pengusaha baru dalam jangka
panjang, maka kapasitas produksi dijalankan sedemikian rupa hingga tercapai
keuntungan maksimum. Syarat untuk ini ialah:

MCLR = MCSR = MR < P dan ACLR < P

Dari uraian-uraian di atas tentang pasar dengan persaingan monopolistik


terlihat bahwa pasar dengan persaingan monoplolistik itu mempengaruhi harga
pasar dan kapasitas produksi. Jika perusahaan produk dengan pasar persaingan
monopolistik dapat menahan secara sempurna masuknya pengusaha-pengusaha
baru yang akan menyaingi produk yang dihasilkannya, maka harga penjualan dan
kapasitas produksi perusahaannya sama dengan keadaan perusahaan monopoli
murni. Sebaliknya jika perusahaan itu tidak mampu membendung masuknya
perusahaan baru maka harga penjualan dan kapasitas produksi sama sifatnya
dengan perusahaan yang pasar produknya bersaing secara sempurna.

Ditinjau dari segi biaya rata-rata, maka perusahaan dengan persaingan


monopolistik, biaya rata-rata perusahaannya akan lebih kecil daripada harga
penjualan, jika perusahaan itu mampu membendung masuknya pengusaha-
pengusaha baru. Dan sebaliknya harga penjualan akan sama dengan biaya rata-
rata jika ia tidak mampu membendung masuknya pengusaha-pengusaha baru yang
akan menyaingi produk yang dihasilkannya.

12
Gambar 1. Daftar Menu

E. Perubahan yang Dapat Dilakukan untuk Meningkatkan Keuntungan


1. Fokus pada perkembangan secara bertahap

Supaya keuntungan dapat meningkat, perusahaan harus memikirkan tujuan


secara bertahap. Karena menentukan tujuan secara bertahap adalah salah satu hal
yang tepat untuk meningkatkan keuntungan suatu perusahaan. Menentukan tujuan
secara bertahap dengan cara membuat sebuah peta bisnis yang menunjukan tujuan
dari suatu perusahaan di kemudian hari. Tujuan tersebut yang akan menggerakkan
dan mengembangkan suatu perusahaan. Dengan membuat peta bisnis, perusahaan
akan lebih termotivasi karena dapat langsung melihat hasil dari kerja keras yang
telah di lakukan

2. Hindari sudut pandang subjektif

Sudut pandang subjektif hanya melihat sebuah masalah dari posisi


perusahaan, bukan dari konsumen. Sudut pandang subjektif kurang membantu
dikarenakan hal tersebut dapat membuat perusahaan melewatkan hal yang detail
dan penting. Dengan melihat dari sudut pandang konsumen, perusahaan dapat
mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen, perusahaan dapat mengetahui
selera dari konsumen. Seperti contohnya masukan untuk menambah varian dari
biji kopi yang ada.

3. Lebih memanfaatkan kemajuan teknologi

Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, perusahaan dapat


mengoptimalkan media sosial yang ada, masuk ke pasar online, maupun dengan
membuat toko online. Mengoptimalkan media sosial contohnya dengan terus
melakukan promosi menggunakan media sosial seperti Instagram atau facebook.
Lalu perusahaan juga diharapkan bisa masuk ke pasar online seperti bekerja sama
dengan Vendor yang menawarkan jasa pembelian makanan atau minuman secara
online.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Prathama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikro Ekonomi & Makro
Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Universitas Indonesia.
Mankiw, N. Gregory. 2015. Principles of Microeconomics Seventh Edition.
Cengage Learning.
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro: Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.

15
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto bersama pemilik Seventies Coffe

16

Anda mungkin juga menyukai