Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Rafif Irfan Ardya

NIM : 041911233232

Kelas : H

No. Presensi : 64

Profil UMKM Baju Bekas Shophella

Profil UMKM

Usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang
pesat. Para pelaku bisnisnya pun menjual berbagai jenis produk yang beragam. Usaha kecil
menengah menjadi salah satu terobosan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah-
tengah masyarakat untuk mencapai kesejahteraan hidup yang memadai. Salah satu jenis
produk yang sering dijual oleh para pelaku UMKM adalah dibidang produk industri kreatif,
khususnya fashion dan aksesori yang kian kompetitif dinilai memiliki potensi pasar cerah dan
menjadi unggulan untuk medapatkan keuntungan. Hal tersebut yang dimanfaatkan oleh
shophella, UMKM yang berlokasi di Sidoarjo Jawa Timur ini adalah bisnis bermodal kecil
yang dirintis oleh seorang perempuan yang sangat memiliki ketertarikan di bidang fashion
bernama Zara. Bisnis ini pada awal pertama dirintis sekitar tahun 2015 menyediakan
berbagai macam produk aksesori seperti gelang, kalung, dan berbagai macam jenis aksesori
yang sedang trend di masa itu. Pada awal pendirian usahanya ini Shophella memasarkan
dagangannya sejak awal berdiri melalui sosial media instagram. Seperti kebanyakan bisnis
lainnya yang mengikuti trend, lama kelamaan bisnis aksesori tersebut mengalami penurunan
penjualan karena mayoritas anak muda yang menjadi target pasarnya sudah bosan, tidak
membutuhkan lagi, atau bahkan punya pengganti yang lebih ngerend di kalangan anak muda.

Setelah meyerah dengan bisnis aksesorinya dia memutuskan untuk berpindah


menekuni bisnis thrift shop sejak tahun 2018, Sesuai dengan namanya, thrift berarti
penghematan atau cara dalam penggunaan uang dengan menghindari pemborosan dan shop
berarti toko. Thrift shop dapat diartikan sebagai toko penghematan. Toko yang menjual
barang-barang bekas dari luar maupun dalam negeri. Sejak tahun 2013, perdagangan barang
bekas mulai masuk ke Indonesia, dimulai dari barang langka hingga barang dengan brand
yang terkenal. spesialisasi produk yang dijual oleh Shophella adalah baju bekas wanita
bertemakan vintage. Pasokan baju bekas di dapatkan dari Pasar Gembong Tebasan Surabaya
yang lalu dijual melalui instagram dengan tampilan feed yang menarik dan harga yang sangat
bersahabat bagi anak muda. Tak disangka bisnis baju bekasnya ini berkembang pesat hingga
sekarang dan memunculkan berbagai permasalahan terutama dari supply baju bekasnya.

Larangan dan Ancaman Kesehatan pada Pakaian Bekas Impor

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.54/M-DAG/PER/10/2009 tentang Ketentuan


Umum Di Bidang Impor, barang yang boleh diimpor harus dalam keadaan baru. Salah satu
alasan ditetapkannya kebijakan ini adalah terkait masalah kesehatan, Kementerian
Perdagangan telah melakukan pengujian terhadap 25 contoh pakaian bekas yang beredar di
pasar terdiri atas beberapa jenis pakaian seperti pakaian anak, pakaian pria, dan pakaian
wanita.

Pengujian dilakukan terhadap beberapa jenis mikroorganisme yang dapat bertahan


hidup pada pakaian yaitu bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus), bakteri Escherichia coli
(E. coli), dan jamur (kapang atau khamir). Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan,
ditemukan sejumlah koloni bakteri dan jamur yang ditunjukkan oleh parameter pengujian
Angka Lempeng Total (ALT) dan kapang pada semua contoh pakaian bekas yang nilainya
cukup tinggi.

Shophella merasakan imbas dari pengujian yang dilakukan oleh kementrian


perdagangan tersebut, setelah kementrian mempublikasikan hasil risetnya, omset penjualan
menurun drastis dan semakin terperosok pasca kehadiran pandemi covid-19. Hal ini disadari
oleh pemilik shophella sebagai bagian dari resiko yang harus dihadapi dalam mengelola
usaha dan termasuk kedalam resiko peraturan pemerintah. Dimana sebagai warga negara
yang baik, sudah seharusnya menaati peraturan dan hukum yang berlaku. Shophella juga
harus memastikan bahwa usaha yang dijalankannya tersebut aman. Pemerintah pada dasarnya
selalu membuat peraturan demi keamanan bersama baik pelaku usaha maupun konsumen.
Meskipun kerugian yang ditimbulkan akibat peraturan pemerintah tersebut adalah kerugian
tidak langsung, akan tetapi tetap memberikan dampak yang signifikan pada operasional
bisnis. Lusinan baju-baju yang sudah dibeli menumpuk di gudang dan perputaran dana
semakin susah untuk dilakukan.
Dalam menghadapi masalah tersebut, manajemen dari Shophella menyikapinya
dengan menerapkan risk kontrol. Yaitu upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas
terjadinya resiko yang sudah diidentifikasi menjadi berkurang. Dari identifikasi resiko yang
sudah dilakukan sebelumnya, permasalahan utama yang dihadapi adalah menurunnya
kepercayaan konsemen dan rasa tidak aman yang menghantui calon konsumen. Dengan
menerapkan risk kontrol, Shophella melakukan upaya-upaya yang dapat mengontrol resiko.
Diantaranya adalah penerapan prosedur standart operasional perusahaan (SOP). Seluruh baju
baru yang datang dari agen di Pasar Gembong Surabaya dan masuk ke gudang Shophella
akan melewati beberapa fase sterilisasi. Yang pertama adalah baju yang baru datang akan
langsung disemprotkan dengan disenfektan (prosedur ini sudah dilakukan sebelum adanya
pandemi covid). Setelah dilakukan penyemprotan tahap selanjutnya adalah baju-baju tersebut
dicuci oleh tenaga professional dengan menggunakan detergent khusus Laundry disinfectant
yang menggandung cuka dan memiliki asam asetat yang dapat membunuh virus dan bakteri.
Dan selanjutnya dikemas dengan rapi untuk dikirim kepada pembeli. Selain standart
operasional perusahaan (SOP) yang baik pada fase sterilisasi, Shophella juga dengan rutin
melakukan pengecekan pada setiap lembar baju yang akan dikirim kepada pembeli,
pengecekan ini meliputi apakah ada noda yang masih tertinggal dan juga kondisi fisik
pakaian itu sendiri.

Seluruh kegiatan tersebut dipublikasikan oleh shophella melalui media sosial


instagram dengan penayangan secara rutin seluruh prosesnya melalui fitur instagram story
dengan tujuan untuk meyakinkan para calon pembeli bahwa seluruh produk yang dijual sudah
melewati tahap sterilisasi yang baik dan pembeli tidak perlu terlalu khawatir akan resiko
virus maupun bakteri. Selain itu, publikasi ini juga dapat menjadi sarana untuk melakukan
market development atau pengembangan pasar dan menjadi strategi pertumbuhan dengan
menarik lebih banyak pelanggan baru untuk produk baju bekas. Sebelumnya stigma
masyarakat terutama kelas menengah keatas terhadap baju bekas masih kurang baik, baju
bekas dianggap menjadi sumber penyebaran penyakit dan memiliki nilai prestige yang
kurang baik.

Semenjak menerapkan Standar Operasional Perusahaan dan mempublikasikannya


melalui sosial media, penjualan dari Shopehella mengalami peningkatan. Melalui data rekap
penjualan, terlihat bahwa para pembeli tampak lebih terdiferensiasi dari berbagai kalangan
sosial masyarakat. Mulai dari anak muda yang menginginkan pakaian dengan harga murah,
hingga menjadi pemasok bagi studio-studio modeling dimana membutuhkan baju yang hanya
dipakai satu kali dalam sesi pemotretan. Setelah datangnya pandemi covid-19 Shophella
memberikan layanan berupa pemberian handsenitizer disetiap paket pengiriman dan juga
menyediakan layanan pembayaran melalui e-commerce Shopee agar transaksi menjadi lebih
aman dan para pembeli bisa mendapatkan layanan promosi gratis ongkos kirim.

Terkait larangan impor baju bekas dari kementrian perdagangan, pada kenyataannya
baju bekas di agen-agen supplier masih tersedia peraturan tersebut lebih pada pembatasan dan
pengontrolan pada pakaian-pakaian yang diimpor secara ilegal atau tidak resmi dari luar
negeri.
Refrensi

“LAPORAN ANALISIS IMPOR PAKAIAN BEKAS”. bppp.kemendag.go.id/. Diakses pada


25/02/2021.http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Kebijakan_Impor_
Pakaian_Bekas.pdf

“Jual pakaian bekas impor dilarang, ini aturannya”. https://nasional.kontan.co.id/. Diakses


pada 25/02/2021. https://nasional.kontan.co.id/news/jual-pakaian-bekas-impor-dilarang-ini-
aturannya

Agustina, Tri Siwi. 2019. Kewirausahaan di Era Revolusi Industri 4.0. Jakarta : Mitra
Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai