Anda di halaman 1dari 11

1.

Pasar modal
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Beberapa di antara adalah perbedaan berikut:

#1 Instrumen yang Dijual

Pada investasi pasar modal konvensional, instrumen yang dijual adalah saham,
obligasi, reksa dana, opsi, right, dan warrant. Sedangkan pasar investasi pasar modal
syariah, saham, obligasi, dan reksa dana yang dijual merupakan instrumen yang telah
sesuai hukum syariah.Dengan adanya saham syariah, obligasi syariah, dan reksa dana
syariah, Anda yang mengutamakan kehalalan dalam transaksi dan aset yang dimiliki
tidak perlu susah-susah mencari dan memilah sendiri. Selain itu, produk investasi
syariah saat ini juga sudah bisa ditemukan dengan mudah.

#2 Emiten Penjual Saham

Dalam pasar modal konvensional, emiten manapun bisa melakukan penjualannya


sahamnya di pasar modal tanpa memperhatikan status halal atau haram. Transaksi
dan instrumen transaksi yang dilakukan juga memiliki bunga dan kemungkinan
terjadinya transaksi yang spekulatif dan manipulatif juga sangat terbuka.

Sedangkan dalam pasar modal syariah, emiten yang menjual saham sangat
memperhatikan dan telah memenuhi syarat-syarat syariah yang sesuai. Transaksi
yang dilakukan bebas bunga, begitu pula instrumen transaksi yang digunakan. Pada
pasar modal syariah, instrumen transaksi yang digunakan menggunakan
prinsip mudharabah, musyarakah, dan salam. Selain itu, pasar modal syariah juga
bebas dari manipulasi pasar dan transaksi yang meragukan.

#3 Indeks Saham

Indeks saham syariah yang ada, dikeluarkan oleh pasar modal syariah. Karena itu,
seluruh saham yang tercantum pada bursa pasar modal syariah sudah terjamin
halalnya. Sedangkan pada pasar modal konvensional, indeks yang ada terbuka secara
bebas dan tidak memisahkan saham yang halal secara khusus.

#4 Mekanisme Transaksi

Mekanisme transaksi di pasar modal konvensional tidak menetapkan batasan apapun. Arah
perputaran uang juga dibuka secara bebas. Sehingga konsep bunga pada pasar modal
konvensional adalah hal yang pasti ada.

Transaksi yang tidak jelas, spekulatif, manipulatif, dan judi juga diizinkan dalam pasar modal
konvensional. Serta saham yang dimiliki dapat bergerak di bidang apapun secara bebas
selama mampu memberikan keuntungan.
Sedangkan pada pasar modal syariah, hal-hal tersebut diatur secara ketat. Dana yang Anda
tanam tidak akan digunakan untuk menggerakkan bidang yang tidak sesuai dengan prinsip
syariat. Misalnya seperti rokok, alkohol, makanan yang diharamkan dan lain sebagainya.
Selain itu, pasar modal syariah juga bebas dari transaksi ribawi, gharar atau meragukan,
manipulatif, dan juga judi.

#5 Obligasi

Anda yang berminat terhadap obligasi juga harus tahu apa yang membedakan antara
obligasi konvensional dan syariah.

Secara umum, pada obligasi konvensional, prinsip yang digunakan adalah prinsip bunga
dengan pemegang obligasi sebagai kreditur atau orang yang berpiutang. Perhitungan
nisbahnya pun didasarkan kepada perkembangan suku bunga yang berlaku.

Sedangkan obligasi syariah telah diatur dalam fatwa DSN – MUI No.7/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan mudharabah. Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa pihak pemegang
obligasi bukanlah kreditur, tapi pemodal atau shahibul mal. Sedangkan emiten disebut
sebagai pengelola atau mudharib.

Selain itu, perhitungan nisbahnya pun sudah disebutkan di awal pada saat akad transaksi
dilakukan. Dalam penggunaan modal saham pun emiten diwajibkan untuk mengalokasikan
modal tersebut sesuai dengan hukum-hukum syariat yang berlaku.

 Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000
yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya
secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah
disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan
prinsip syariah.

Fatwa Tentang Pasar Modal Syariah

Meskipun fatwa sifatnya tidak mengikat, tetapi pada prakteknya fatwa DSN-MUI adalah
salah satu rujukan dalam mengembangkan pasar modal syariah Indonesia. Sampai dengan
saat ini, terdapat 17 fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan pasar modal syariah. Tiga
(3) fatwa DSN-MUI yang menjadi dasar pengembangan pasar modal syariah adalah:

 Fatwa DSN-MUI No: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi


Untuk Reksa dana Syariah
 Fatwa DSN-MUI No: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
 Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.

 
2. Regulasi Pasar Modal Syariah Indonesia
Regulasi yang berhubungan dengan pasar modal syariah Indonesia dikeluarkan oleh OJK
dalam bentuk peraturan dan pemerintah langsung dalam bentuk Undang-undang dan
peraturan pendukungnya. Khusus regulasi OJK, saat ini terdapat 10 peraturan tentang pasar
modal syariah sebagai berikut:

JUDUL PENJELASAN

POJK Nomor POJK tentang Penerapan Prinsip


15/POJK.04/2015 Syariah di Pasar Modal.

POJK Nomor POJK tentang Ahli Syariah Pasar


16/POJK.04/2015 Modal.

POJK tentang Penerbitan dan


POJK Nomor Persyaratan Efek Syariah Berupa
17/POJK.04/2015 Saham oleh Emiten Syariah atau
Perusahaan Publik Syariah.

POJK Nomor POJK tentang Penerbitan dan


18/POJK.04/2015 Persyaratan Sukuk.

POJK Nomor POJK tentang Penerbitan dan


19/POJK.04/2015 Persyaratan Reksa Dana Syariah.

POJK tentang Penerbitan dan


POJK Nomor
Persyaratan Efek Beragun Aset
20/POJK.04/2015
Syariah.

POJK tentang Dana Investasi Real


POJK Nomor
Estate Syariah Berbentuk Kontrak
30/POJK.04/2016
Investasi Kolektif.

POJK tentang akad yang Digunakan


POJK Nomor
dalam Penerbitan Efek Syariah di
53/POJK.04/2015
Pasar Modal

Tentang Penerapan Prinsip Syariah


POJK Nomor
di Pasar Modal Pada Manajer
61/POJK.04/2016
Investasi
JUDUL PENJELASAN

Kriteria dan Penerbitan Peraturan Nomor II.K.1: Kriteria dan


Daftar Efek Syariah Penerbitan Daftar Efek Syariah

3. Objek pasar saham


1. Saham Syariah

Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada
perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak untuk
mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal
dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan musyarakah atau
syirkah. Berdasarkan analogi tersebut, maka secara konsep saham merupakan efek yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham yang
diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah. Suatu
saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:

 Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan
dengan Prinsip-prinsip syariah.
 Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya
bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan

dengan Prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut:

 kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam
peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
1. perjudian dan permainan yang tergolong judi;
2. perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
3. perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
4. bank berbasis bunga;
5. perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
6. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidak pastian(gharar) dan/atau judi
(maisir), antara lain asuransi konvensional. 7
7. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan
barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat.
8. melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);

i. rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 82%,
dan
ii. rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan
total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
2. Sukuk
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi syariah
(islamic bonds). Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata "sakk" dalam
bahasa Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu, Peraturan
Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi Sukuk sebagai berikut :
"Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu'/undivided share)
atas:

 aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);


 nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik yang sudah ada
maupun yang akan ada;
 jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun
 aset proyek tertentu (maujudat masyru' muayyan); dan atau
 kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah)"

Karakteristik Sukuk
Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan obligasi.
Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama atas suatu
aset/proyek. Setiap sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar
penerbitan (underlying asset ). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada aset/proyek
yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal.
Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau marjin, sesuai dengan
jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.

Jenis Sukuk
Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang Investment Sukuk, terdiri
dari :

a. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.


b. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 (empat) tipe : Sertifikat
kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, Sertifikat kepemilikan atas manfaat
aset di masa depan, sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan Sertifikat
kepemilikan atas jasa di masa depan.
c. Sertifikat salam.
d. Sertifikat istishna.
e. Sertifikat murabahah.
f. Sertifikat musyarakah.
g. Sertifikat muzara'a.
h. Sertifikat musaqa.
i. Sertifikat mugharasa.

3. Reksa Dana Syariah


Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 Reksa Dana syariah didefinisikan sebagai
reksa dana sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang
pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal.
Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya merupakan salah satu
alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang
tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitungrisiko atas investasi mereka.
Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki
waktu dan pengetahuan yang terbatas.
Reksa Dana Syariah dikenal pertama kali di Indonesia pada tahun 1997 ditandai dengan
penerbitan Reksa Dana Syariah Danareksa Saham pada bulan Juli 1997.
Sebagai salah satu instrumen investasi, Reksa Dana Syariah memiliki kriteria yang berbeda
dengan reksa dana konvensional pada umumnya. Perbedaan ini terletak pada pemilihan
instrumen investasi dan mekanisme investasi yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses manajemen portofolio,
screeninng (penyaringan), dan cleansing (pembersihan).
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang
keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:

 Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.


Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan surat berharga
syariah lainnya) yang masuk dalam portfolio
 Reksa Dana tersebut. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana
dalam mengelola dananya.
 Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian
besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas sebagian
besar unit penyertaan yang dipegangnya kepada Manajer Investasi secara
bersamaan. dapat menyulitkan manajemen perusahaan dalam menyediakan dana
tunai. Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan reksadana yang sifatnya terbuka
(open-end funds). Risiko ini dikenal juga sebagai redemption effect.
 Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan reksa dana
diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat timbul ketika perusahaan
asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tersebut tidak segera
membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari
pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen
pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai
Aktiva Bersih) Reksa Dana.

 Risiko politik dan ekonomi.

Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang berpengaruh
pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya membawa efek
pada portofolio yang dimiliki suatu reksadana.
4. ASPM
Dalam hal ASPM merupakan anggota Dewan Pengawas Syariah, ASPM memiliki
tugas, tanggung jawab, dan wewenang sebagai berikut:

a. memberikan nasihat dan saran kepada Direksi dan Dewan Komisaris


perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Prinsip Syariah di Pasar
Modal;

b. mengawasi pemenuhan penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal dalam


kegiatan usaha perusahaan;

c. melakukan penelaahan secara berkala atas penerapan Prinsip Syariah di


Pasar Modal terhadap kegiatan usaha perusahaan;

d. memberikan peringatan tertulis kepada Direksi perusahaan paling lama 2


(dua) hari kerja setelah ditemukannya penyimpangan dan meminta Direksi
untuk segera melakukan upaya perbaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari
kerja setelah diterimanya peringatan tertulis tersebut, dengan tembusan
kepada Otoritas Jasa Keuangan dan Dewan Komisaris;

e. menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi perusahaan yang diawasi


dan diberi nasihat;

f. meminta data dan informasi kepada perusahaan dalam rangka pengawasan


pelaksanaan penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal;

g. mendampingi perusahaan atau mewakili perusahaan dalam berdiskusi


dengan Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia; dan

h. memberikan pernyataan kesesuaian syariah terhadap Prinsip Syariah di Pasar


Modal atas produk atau jasa syariah di Pasar Modal.

Dalam hal ASPM merupakan anggota Tim Ahli Syariah, ASPM memiliki tugas,
tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut:

a. menelaah pemenuhan Prinsip Syariah di Pasar Modal atas produk


atau jasa syariah yang diterbitkan oleh perusahaan;

b. memberikan pendapat dan memastikan Tim Ahli Syariah


memberikan pernyataan kesesuaian syariah terhadap Prinsip
Syariah di Pasar Modal atas produk atau jasa syariah di Pasar
Modal; dan
c. meminta data dan informasi kepada perusahaan dalam rangka
memberikan nasihat dan melakukan pengawasan pelaksanaan penerapan
Prinsip Syariah di Pasar Modal.

5. KPEI dan KSEI


A. PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) didirikan berdasarkan Undang-
Undang Pasar Modal Indonesia tahun 1995 untuk menyediakan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien.

 Di pasar modal Indonesia, KPEI berperan sebagai Central Counterparty (CCP),


yakni sebagai perantara untuk melakukan novasi dalam penjaminan
penyelesaian transaksi bursa. Novasi adalah pengalihan hukum antara
Anggota Bursa (AB) jual dengan AB beli menjadi hubungan hukum antara AB
jual dengan KPEI sebagai pembeli, dan AB beli dengan KPEI sebagai penjual.
Sehingga, KPEI akan selalu berinteraksi dengan seluruh AB dalam menjamin
penyelesaian transaksi bursa yang telah dilakukan oleh masing-masing AB.  
Gambar di bawah ini menjelaskan perbedaan tanpa novasi dan dengan
novasi.

B. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia atau yang biasa disingkat sebagai KSEI,
adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian(LPP) di Pasar Modal Indonesia yang
menyediakan layanan jasa Kustodian sentral dan penyelesaian transaksi Efek yang
teratur, wajar, dan efisien.

 peran KSEI tidak lepas dari fungsi sebagai Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian Efek di pasar modal Indonesia. Sebagaimana institusi lainnya
yang memiliki portofolio Efek, Reksadana juga menyimpan portofolio Efek-
nya berupa saham atau obligasi dalam Sub Rekening Efek yang dibukakan di
KSEI.

 Maka atas dasar catatan kepemilikan efek yang tercatat tersebut, KSEI
melakukan proses perhitungan hak pemilik efek, misalnya berupa cash
dividend atau bunga obligasi, termasuk juga perhitungan pajaknya sesuai
ketentuan terkait perpajakan yang berlaku. 
6. Yang Haram di Pasar Modal Syariah

1. Taghrir, antara lain:


Wash sale (Perdagangan semu yang tidak mengubah kepemilikan) yaitu transaksi
yang terjadi antara pihak pembeli dan penjual yang tidak menimbulkan perubahan
kepemilikan dan/atau manfaatnya (beneficiary of ownership) atas transaksi saham
tersebut. Tujuannya untuk membentuk harga naik, turun atau tetap dengan
memberi kesan seolah-olah harga terbentuk melalui transaksi yang berkesan wajar.
Selain itu juga untuk memberi kesan bahwa Efek tersebut aktif diperdagangkan.

Pre-arrange trade yaitu transaksi yang terjadi melalui pemasangan order beli dan
jual pada rentang waktu yang hampir bersamaan yang terjadi karena adanya
perjanjian pembeli dan penjual sebelumnya. Tujuannya untuk membentuk harga
(naik, turun atau tetap) atau kepentingan lainnya baik di dalam maupun di luar
bursa.

2. Najsy, antara lain:

 Pump and Dump, yaitu aktivitas transaksi suatu Efek diawali oleh pergerakan
harga uptrend, yang disebabkan oleh serangkaian transaksi inisiator beli yang
membentuk harga naik hingga mencapai level harga tertinggi. Setelah harga
mencapai level tertinggi, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kenaikan
harga yang telah terjadi,
melakukan serangkaian transaksi inisiator jual dengan volume yang signifikan
dan dapat mendorong penurunan harga. Tujuannya adalah menciptakan
kesempatan untuk menjual dengan harga tinggi agar memperoleh
keuntungan.

 Hype and Dump, yaitu aktivitas transaksi suatu Efek yang diawali oleh
pergerakan harga uptrend yang disertai dengan adanya informasi positif yang
tidak benar, dilebih-lebihkan, misleading dan juga disebabkan oleh
serangkaian transaksi inisiator beli yang membentuk harga naik hingga
mencapai level harga tertinggi. Setelah harga mencapai level tertinggi, pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap kenaikan harga yang telah terjadi,
melakukan serangkaian transaksi inisiator jual dengan volume yang signifikan
dan dapat mendorong penurunan harga. Pola transaksi tersebut mirip
dengan pola transaksi pump and dump, yang tujuannya menciptakan
kesempatan untuk menjual dengan harga tinggi agar memperoleh
keuntungan.
 Creating fake demand/supply (Permintaan/Penawaran Palsu), yaitu adanya 1
(satu) atau lebih pihak tertentu melakukan pemasangan order beli/jual pada
level harga terbaik, tetapi jika order beli/jual yang dipasang sudah mencapai
best price maka order tersebut di-delete atau di- amend (baik dalam
jumlahnya dan/atau diturunkan level harganya) secara berulang kali.
Tujuannya untuk memberi kesan kepada pasar seolah-olah terdapat
demand/suplpy yang tinggi sehingga pasar terpengaruh untuk membeli/
menjual.

3. Tadlis, antara lain:


Front Running yaitu tindakan Anggota Bursa Efek yang melakukan transaksi lebih
dahulu atas suatu Efek tertentu, atas dasar adanya informasi bahwa nasabahnya
akan melakukan transaksi dalam volume besar atas Efek tersebut yang diperkirakan
mempengaruhi harga pasar, tujuannya untuk meraih keuntungan atau mengurangi
kerugian.

Misleading information (Informasi Menyesatkan), yaitu membuat pernyataan atau


memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan
sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek.

4. Ikhtikar, antara lain:


Pooling interest, yaitu aktivitas transaksi atas suatu Efek yang terkesan liquid, baik
disertai dengan pergerakan harga maupun tidak, pada suatu periode tertentu dan
hanya diramaikan sekelompok Anggota Bursa Efek tertentu (dalam pembelian
maupun penjualan). Selain itu volume transaksi setiap harinya dalam periode
tersebut selalu dalam jumlah yang hampir sama dan/atau dalam kurun periode
tertentu aktivitas transaksinya tiba-tiba melonjak secara drastis. Tujuannya
menciptakan kesempatan untuk dapat menjual atau mengumpulkan saham atau
menjadikan aktivitas saham tertentu dapat dijadikan benchmark.
5. Cornering, yaitu pola transaksi ini terjadi pada saham dengan kepemilikan publik
yang sangat terbatas. Terdapat upaya dari pemegang saham mayoritas untuk
menciptakan supply semu yang menyebabkan harga menurun pada pagi hari dan
menyebabkan investor publik melakukan short selling. Kemudian ada upaya
pembelian yang dilakukan
pemegang saham mayoritas hingga menyebabkan harga meningkat pada sesi sore
hari yang menyebabkan pelaku short sell mengalami gagal serah atau mengalami
kerugian karena harus melakukan pembelian di harga yang lebih mahal.
6. Ghisysy, antara lain:
Marking at the close (pembentukan harga penutupan), yaitu penempatan order jual
atau beli yang dilakukan di akhir hari perdagangan yang bertujuan menciptakan
harga penutupan sesuai dengan yang diinginkan, baik menyebabkan harga ditutup
meningkat, menurun ataupun tetap dibandingkan harga penutupan sebelumnya.

Alternate trade atawa kongkalikong, yaitu transaksi dari sekelompok Anggota Bursa
tertentu dengan peran sebagai pembeli dan penjual secara bergantian serta
dilakukan dengan volume yang berkesan wajar. Adapun harga yang diakibatkannya
dapat tetap, naik atau turun. Tujuannya untuk memberi kesan bahwa suatu efek
aktif diperdagangkan.

7. Ghabn Fahisy, antara lain:


Insider Trading (Perdagangan Orang Dalam), yaitu kegiatan ilegal di lingkungan pasar
finansial untuk mencari keuntungan yang biasanya dilakukan dengan cara
memanfanfaatkan informasi internal, misalnya rencana-rencana atau keputusan-
keputusan perusahaan yang belum dipublikasikan.
8. Bai’ al-ma’dum, antara lain:
Short Selling (bai’ al-maksyuf/jual kosong), yaitu suatu cara yang digunakan dalam
penjualan saham yang belum dimiliki dengan harga tinggi dengan harapan akan
membeli kembali pada saat harga turun.
9. Riba, antara lain:
Margin Trading (Transaksi dengan Pembiayaan), yaitu melakukan transaksi atas Efek
dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga (riba) atas kewajiban penyelesaian
pembelian Efek.

Sumber
https://www-finansialku-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.finansialku.com/perbedaan-
pasar-modal-syariah-dan-konvensional/amp/?
amp_js_v=a3&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=15843598373609&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.finansialku.com%2Fperbedaan-pasar-
modal-syariah-dan-konvensional%2F
https://www.idx.co.id/idx-syariah/fatwa-regulasi/
https://www.ajarinvestasi.com/pengertian-ksei-dan-perannya-bagi-investor-saham
https://www.kpei.co.id/page/sekilas-kliring-transaksi-bursa
http://mysharing.co/transaksi-terlarang-saham-syariah/
https://ngada.org/ojk16-2015.htm

Anda mungkin juga menyukai