Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini.
Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai
media untuk menyerap investasi dan untuk memperkuat posisi keuangan. Bahkan,
perekonomian modern tidak akan mungkin maju dan berkembang tanpa pasar modal.
Secara umum pasar modal syariah dan pasar modal konvensional tidaklah jauh berbeda,
hanya saja pasar modal syariah sangat mengedepankan prinsip syariah. Pasar modal
syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat Islam yang ingin
melakukan investasi di produk-produk atau instrument pasar modal sesuai syariah
Islam. Dengan semakin beragamnya instrument-instrumen di pasar modal syariah,
diharapkan masyarakat akan memilih alternatif investasi yang sesuai dengan
keinginannya yang memberikan keuntungan baginya.

Untuk mengembangkan pasar modal syariah di Indonesia, harus ada perkembangan


instrument-instrumen pasar modal yang dikuatkan dengan fatwa DSN-MUI serta
perkembangan kelembagaan dan struktur pasar modal itu sendiri yang selalu di pantau
oleh Bapepam-LK. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan kerangka hukum untuk
memfasilitasi pengembangan pasar modal syariah serta mendorong pengembangan
instrumennya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Efek dan Sekuritas syariah ?

2. dimanakah kita dapat membeli produk pasar modal syariah ?

3. jelaskan fatwa yang menjelaskan tentang pasar modal syariah ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Efek dan sekuritas syari’ah


a. Pengertian Efek
Efek merupakan surat-surat berharga yang menjadi instrumen dalam kegiatan
jual-beli di pasar modal. Berdasarkan Ketentuan Umum Pasal 1 angka 5,
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit
Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap
derivatif dari efek.
Selanjutnya, penjelasan efek syariah dapat mengacu pada POJK
15/POJK.4/2015 tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal. Dalam
POJK tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang:
a. akad, cara pengelolaan, kegiatan usaha;
b. aset yang menjadi landasan akad, cara pengelolaan, kegiatan usaha.
c. aset yang terkait dengan Efek dimaksud dan penerbitnya, tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal.
b. Pengertian sekuritas syari’ah
Istilah sekuritas (securities) seringkali disebut juga dengan efek, yakni
sebuah nama kolektif untuk macam-macam surat berharga, misalnya saham,
obligasi, surat hipotik, dan jenis surat lain yang membuktikan hak milik atas
sesuatu barang. Dengan istilah yang hampir sama, sekuritas dapat juga dipahami
sebagai promissory notes/commercial bank notes yang menjadi bukti bahwa
satu pihak mempunyai tagihan pada pihak lain. Adapun, yang dimaksud dengan
sekuritas syariah atau efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan
perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.

Di antara bank-bank Islam yang ada, terdapat dua pendapat yang


berbeda dalam menyikapi surat berharga. Pertama, mayoritas bank Islam

2
menolak perdagangan surat berharga. Kedua, bank Islam di Malaysia, dalam
beberapa kondisi termasuk juga bank Islam di Indonesia, menerima transaksi
surat berharga.1
Alasan penyangkalan mereka yang menolak transaksi surat berharga
adalah karena di dalamnya terkandung bai ad-dayn (jual beli utang). Sementara
itu, Islam secara tegas telah mengharamkan jual beli utang. Reaksi yang berbeda
dikemukakan oleh pendapat kedua, yakni mereka yang mengabsahkan transaksi
surat berharga. Umumnya, mereka menyandarkan pada prinsip bahwa surat
berharga tersebut haruslah diendors (dijamin) oleh pihak penerbit, kemudian
surat berharga tersebut haruslah timbul dari aktivitas yang tidak bertentangan
dengan syariah. Jadi, selama kedua hal ini tidak dilanggar, transaksi surat
berharga menjadi sah karenanya.
Bahkan, sebagaimana diuraikan oleh bank Islam di Malaysia merujuk
pada beberapa fatwa yang membolehkan jual beli surat berharga dan kebolehan
mengambil keuntungan dalam jual beli berdasarkan prinsip an taraddin minkum
(kerelaan kedua belah pihak).2
Terlepas bagaimanapun reaksi yang diungkapkan oleh umat, yang pasti,
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan aktifitas ekonomi
(mu’amalah) dengan cara yang benar dan baik, serta melarang penimbunan
barang, atau membiarkan harta (uang) menjadi tidak produktif, sehingga
aktivitas ekonomi yang dilakukan dapat meningkatkan ekonomi umat. Tujuan
utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan (falah), baik materi maupun
non materi, dunia dan akhirat. Sementara itu, segala bentuk aktivitas ekonomi
yang dilakukan haruslah berdasarkan suka sama suka, berkeadilan, dan tidak
saling merugikan (la dharara wa la dhirara).

Karena itu, sehubungan dengan pembahasan sekuritas syariah ini, ada tiga
kategori sekuritas.
Pertama, segala jenis sekuritas yang menawarkan predetermined fixed-income
tidak diperbolehkan dalam Islam, karena termasuk kategori riba. Dengan
demikian, interest-bearing securities, baik long term maupun short term, akan

1
Karim, hal. 114, 2001.
2
Karim hal. 115, 2001

3
masuk daftar instrumen investasi yang tidak sah. Saham preferen (Preference
stocks), debenture, treasury securities and consul, dan commercial papers
masuk dalam kategori ini.

Kategori kedua, sekuritas-sekuritas yang berada dalam grey area (questionable)


karena dicurigai sarat dengan gharar, meliputi produk-produk derivatives,
seperti forward, future, dan juga options.

Kategori ketiga, yakni sekuritas yang diperbolehkan, baik secara penuh maupun
dengan catatan-catatan meliputi, saham (stocks) dan Islamic bonds, profit loss
sharing based, goverment securities, penggunaan institusi pasar sekunder dan
mekanismenya semisal margin trading. Karena seringkali catatan-catatannya
begitu dominan, berikut ini akan diuraikan dua contoh sekuritas yang telah
akrab di tengah-tengah masyarakat, yakni saham dan obligasi syariah.

2.2 Perseroan yang berusaha dibidang pasar modal syari’ah


a. Perusahaan sekuritas efek
Kita tahu bahwasanya di perusahaan efek mereke ada mengeluarkan saham
syariah yang sering disebut Shariah Online Trading System (SOTS) adalah
sistem transaksi saham syariah secara online yang memenuhi prinsip-prinsip
syariah di pasar modal. SOTS dikembangkan oleh anggota bursa sebagai
fasilitas atau alat bantu bagi investor yang ingin melakukan transaksi saham
secara syariah. SOTS disertifikasi oleh DSN-MUI karena merupakan
penjabaran dari fatwa DSN-MUI No. 80 tahun 2011 tentang Penerapan Prinsip
Syariah Dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Di Pasar
Reguler Bursa Efek.

Fitur utama SOTS adalah sebagai berikut:


 Hanya saham syariah yang dapat ditransaksikan
 Transaksi beli saham syariah hanya dapat dilakukan secara tunai (cash-
basis transaction) sehingga tidak boleh ada transaksi margin (margin
trading)

4
 Tidak dapat melakukan transaksi jual saham syariah yang belum
dimiliki (short selling)
 Laporan kepemilikan saham syariah dipisah dengan kepemilikan uang
sehingga saham syariah yang dimiliki tidak dihitung sebagai modal
(uang)

5
Saat ini terdapat 15 Anggota Bursa yang sudah memiliki SOTS, yaitu:

Anggota
No Nama SOTS Alamat Website (Link)
Bursa

PT Indo
IPOT
1 Premier www.indopremier.com
Syariah
Securities

PT Mirae
Asset HOTS
2 www.miraeasset.co.id
Sekuritas Syariah
Indonesia

PT BNI e-Smart
3 www.bnisekuritas.co.id
Securities Syariah

PT
Trimegah iTrimegah
4 www.trimegah.com
Securities Syariah
Tbk.

PT
MOST
5 Mandiri www.most.co.id
Syariah
Sekuritas

PT Panin
POST
6 Sekuritas https://pans.id/
Syariah
Tbk.

6
Anggota
No Nama SOTS Alamat Website (Link)
Bursa

PT
PROFITS
7 Phintraco www.profits.co.id
Syariah
Securities

PT SPOT
8 https://sucorsekuritas.com/
Sucorinvest Syariah

PT FAC
FAST
9 Sekuritas www.facsekuritas.co.id
Syariah
Indonesia

PT MNC MNC Trade


10 www.mncsekuritas.id
Securities Syariah

PT Henan
11 HPX Syariah www.henanputihrai.com
Putihrai

PT Philip POEM
12 www.phillip.co.id
Sekuritas Syariah

PT RHB RHB
13 https://rhbtradesmart.co.id/
Sekuritas TradeSmart

PT Samuel STAR
14 https://samuel.co.id/
Sekuritas Syariah

7
Anggota
No Nama SOTS Alamat Website (Link)
Bursa

PT
Maybank KE Trade
15
Kim Eng Syariah
Sekuritas

b. Bank kustodian
Menurut UU no. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau
prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa majelis ulama indonesia seperti
prinsip keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan, universalisme serta tidak
mengandung gharar, maisir, riba, zhalim, dan obyek yang haram.
Kita tahu bahwasanya di perbankan syariah mereka ada mengeluarkan sukuk
yang di komandoi langsung oleh bank Indonesia .
Bank kustodian adalah suatu lembaga yang bertanggung jawab untuk
mengamankan aset keuangan dari suatu perusahaan ataupun perorangan. Bank
kustodian ini akan bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan dari asset
seperti saham, obligasi, serta melaksanakan tugas administrasi seperti menagih
hasil penjualan, menerima deviden, mengumpulkan informasi mengenai
perusahaan acuan seperti misalnya rapat umum pemegang saham tahunan,
menyelesaikan transaksi penjualan dan pembelian, melaksanakan transaksi
dalam valuta asing apabila diperlukan, serta menyajikan laporan atas seluruh
aktivitasnya sebagai kustodian kepada kliennya.
Berikut adalah bank umum yang menjadi bank kustodian antara lain : BSM ,
BRIS , BNIS , BCAS , dan lain lain

8
2.3 Obligasi syariah di manca negara
Malaysia mendominasi pasar global untuk sukuk atau obligasi syariah
mengalahkan Indonesia yang memiliki jumlah penduduk muslim paling besar
di dunia, menurut ekonom.
Hal ini dikatakan menjadi prestasi besar bagi sebuah negara yang hanya
memiliki penduduk 30 juta orang, dengan penduduk beragama muslim sekitar
60 persen. Malaysia lebih besar jika membandingkan dengan Indonesia yang
memiliki jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, sektor keuangan
syariahnya hanya mencapai sekitar 4 persen dari total keseluruhan keuangan
nasional.
"Demikian pula meski negara-negara Teluk dan Arab Saudi memiliki bank
syariah yang lebih besar, Malaysia tetap menjadi pusat para pemikir dalam
keuangan Islam,"kata Iqbal Khan dari Dubai Fajr Capital Investment Fund,
seperti dilansir Saudi Gazette, Sabtu (5/1/2013).
Negara ini mengeluarkan sukuk pertama di dunia pada 2002. Dalam tiga kuartal
pertama 2012, Malaysia menguasai hampir tiga perempat dari penerbitan sukuk
secara global. Malaysia juga menjadi tuan rumah rumah Dewan Pelayanan
Keuangan Islam, yakni sebuah badan penetapan standar internasional.
Budaya Islam di Malaysia, wawasan ke luar alam dan hubungan dengan hub
keuangan seperti Inggris dan Singapura membuat negara ini menjadi lokasi
yang menjembatani antara dunia agama dan kapitalisme. Bank sentral, Bank
Negara Malaysia, juga memberikan dukungan yang besar terhadap keuangan
syariahnya.
Dukungan juga datang dari dua lembaga khusus, baik yang didirikan Bank
Sentral dan memberikan kontribusi pada perkembangan keuangan syarih di
Malaysia. Lembaga pertama adalah Pusat Edukasi Internasional untuk
Keuangan Islam (the International Centre for Education in Islamic
Finance/INCEIF). Berdiri pada 2005, pusat pendidikan ini telah mencetak
sekitar 2.000 siswa. INCEIF juga merupakan universitas terkemuka di dunia
untuk studi keuangan Islam.
Lembaga berikutnya, yakni Institut Keuangan dan Perbankan Islam (the Islamic
Banking and Finance Institute of Malaysia/IBFIM). Selain memberikan
pelatihan, IBFIM juga bertindak sebagai konsultan bagi bank dan perusahaan-
perusahaan yang ingin menjadi syariah.

9
2.4 Mekanisme pasar modal menurut syariah
a. Mekanisme Pasar Saham
Indeks saham berbasis syariah lebih potensial berkembang dari pada indeks
saham konvensional. Artinya, instrumen berbasis syariah sangat digemari
investor sebagai alternatif investasi. Produk berbasis syariah cukup berkembang
dan inovasif. Setidaknya ada dua syarat untuk menyatakan bahwa suatu saham
bisa kitta katagorikan tidak melanggar ketentuan syariah. Kedua syarat itu
adalah sebagai berikut:
 Perusahaan tidak bertentangan dengan syariah islam, maksudnya
perusahaan dengan bidang usaha dan manajemen yang tidak
bertentangan dengan syariah, serta memiliki produk yang halal.
 Semua saham yang diterbitkan memiliki hak yang sama, saham adalah
bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan maka peran setiap pemilik
saham ditentukan dari jumlah lembar saham yang dimiliki.
b. Mekanisme Transaksi Perdagangan
Proses pelaksanaan perdagangan di bursa dilakukan seacara remote anggota
bursa efek bertanggung jawab terhadap penyelesaian seluruh transaksi bursa
atas nama anggota bursa efek yang bersangkutan.
c. Mekanisme Bursa Efek
Salah satu pilar dari bentuk pasar modal ideal adalah adanya infrasruktur
informasi bursa efek yang transparan, tepat waktu dan merata di public
ditunjukkan oleh mekanisme pasar yang wajar. Mekanisme Bursa Efek yang
wajar juga menyangkut kewajaran permintaan dan penawaran serta menyangkut
niat investor dalam melakukan transaksi. Mekanisme bursa efek yang wajar
menurut syariah meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
 Kewajaran penawaran menjual efek yang belum dimiliki
 Kewajaran penawaran mengganggu jumlah efek yang beredar
 Kewajaran permintaan adanya permintaan palsu
 Kewajaran kekuatan pasar likuiditas perdagangan
d. Informasi Pembentukan Harga
Infrasuktur informasi bursa efek yang transparan, tepat waktu dan merata di
publik menurut sayriah adalah mencakup kewajaran dari informasi. Kewajaran

10
informasi ini akan ikut menentukan proses pembentukan harga dan akhirnya
akan menentukan kewajaran dari harga yang terjadi.
 Kewajaran informasi pembentukan harga valuasi efek
 Kewajaran informasi kekuatan pasar acuan pasar transaksi
 Kewajaran harga yang terjadi acuan harga pasar wajar
e. Indeks Harga Syariah
Investasi dalam pasar modal, khususnya dalam saham memiliki profil risiko dan
hasil yang berbeda dengan investasi keuangan lainnya. Setiap investor perlu
memahami apakah investasinya telah memberikan hasilyang lebih dari rata-rata
pasar. Di pasar modal yang telah maju diperlukan adanya tolak ukur
(benchmark) yang umumnya berupa suatu indeks harga, misalnya indeks harga
saham. disamping sebagai tolak ukur, indeks syariah diperlukan untuk
meningkatkan kepercayaan investor dan untuk mengembangkan reksa dana
syariah.
Prinsip syariah sebenarnya cukup jelas dan berkeadilan sehingga sangat sesuai
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam menjaga keimanan,
kehidupan, akal, keturunan, dan harta benda mereka. Sementara itu, investasi
pada efek baik saham maupun obligasi pada hakikatnya sesuai dengan prinsip
syariah, kecuali pada hal-hal tertentu yang memerlukan penyesuaian.
Mekanisme perdagangan bursa efek memalui sistem lelang menerus juga sesuai
dengan prinsip syariah. Akan tetapi, ketentuan yang ada masih memungkinkan
terciptanya kondisi ghara dan maysir dengan praktik tadlis.ikhtikar,
dan najasy.Ketentuan ini akan berlaku baik bagi emiten maupun bagi investor.
Pengawasan pelaksaan untuk kegiatan investasi dalam pasar modal sebaiknya
dilakukan melalui DPS yang ditempatkan di manajer investasi (untuk
pengelolaan investasi syariah dan reksa dana syariah) dan bursa efek (untuk
pencatatan dan perdagangan efek syariah). Pendanaan operasi DPS dan DSN
dapat diperoleh berupa bagian dari imbalan jasa pengelolaan (management fee)
manjer investasi, biaya pencatatan, dan perdagangan (lising fee dan transaction
fee) untuk bursa efek, serta hak ssssssssfisabilillah dari zakat yang dipumgut
dari penerima manfaat atas kegiatan yang berkaitan dengan efek dan reka dana
syariah.

11
2.5 Telaah fatwa Dewan syariah nasional tentang pasar modal dan pedoman
umum penerapan prinsip – prinsip syarish di Indonesia

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL


NO : 40/DSN-MUI/X/2003

Tentang

PASAR MODAL DAN PEDOMAN UMUM PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI


BIDANG PASAR MODAL
Menimbang :
a. Bahwa perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari perkembangan
pasar modal.
b. Bahwa pasar modal berdasarkan prinsip syariah telah dikembangkan di
berbagai negara.
c. Bahwa umat Islam Indonesia memerlukan Pasar Modal yang aktivitasnya
sejalan dengan prinsip syariah.
d. Bahwa oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Dewan Syariah
Nasional MUI memandang perlu menetapkan.

FATWA TENTANG PASAR MODAL DAN PEDOMAN UMUM PENERAPAN PRINSIP


SYARIAH DI BIDANG PASAR MODAL

Mengingat :

Firman Allah SWT antara lain:

275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka

12
baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
[174] Riba itu ada dua macam : nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih
yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu
barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang
menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi
dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang
berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
[175] Maksudnya : orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang
kemasukan syaitan.
[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak
dikembalikan. (QS. al-Baqarah [2]: 275).
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak (boleh) menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS. al-
Baqarah [2]: 278-279).
“Hai orang yavng beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu,…”(QS. al-Nisa’ [4]: 29).

“…Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia Allah…” (QS. Al Jumu’ah [62]: 10).
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…”(QS. al-Ma’idah [5]: 1).

Hadis Nabi s.a.w. antara lain :


HR. Ibn Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, Ahmad dari Ibn ‘Abbas, dan Malik dari
Yahya
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang
lain” (HR. Ibn Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, Ahmad dari Ibn ‘Abbas, dan Malik dari
Yahya).

13
HR. Al Khomsah dari Hukaim bin Hizam
“Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu” (HR. Al Khomsah dari
Hukaim bin Hizam)

HR. Al Khomsah dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya
“Tidak halal (memberikan) pinjaman dan penjualan, tidak halal (menetapkan) dua
syarat dalam suatu jual beli, tidak halal keuntungan sesuatu yang tidak ditanggung
resikonya, dan tidak halal (melakukan) penjualan sesuatu yang tidak ada padamu” (HR.
Al Khomsah dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya).

HR. Al Baihaqi dari Ibnu Umar


“Rasulullah s.a.w. melarang jual beli (yang mengandung) gharar” (HR. Al Baihaqi dari
Ibnu Umar)
Muttafaq ‘alaih
“Rasulullah s.a.w. melarang (untuk) melakukan penawaran palsu” (Muttafaq ‘alaih)

HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i


“Nabi SAW melarang pembelian ganda pada satutransaksi pembelian” (HR. Abu
Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i).

HR Baihaqi dari Hukaim bin Hizam


“Tidak boleh menjual sesuatu hingga kamu memilikinya” (HR Baihaqi dari Hukaim
bin
Hizam) .

HR. Al-Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf


“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram” (HR. Al-Tirmizi dari ‘Amrbin ‘Auf).
HR Abu Dawud, al-Daraquthni, al-Hakim, dan al-Baihaqi
“Rasulullah SAW bersabda, Allah Ta’ala berfirman:”Aku adalah Pihak ketiga dari dua

14
Pihak yang berserikat selama salah satu Pihak tidak mengkhianati yang lainnya. Maka,
apabila salah satu Pihak mengkhianati yang lain, Aku pun meninggalkan keduanya”
(HR
Abu Dawud, al-Daraquthni, al-Hakim, dan al-Baihaqi).
HR Muslim “Dari Ma’mar bin Abdullah, dari Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah
melakukan ihtikar(penimbunan/monopoli) kecuali orang yang bersalah” (HR Muslim).

Kaidah Fiqh : “Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalah boleh dilakukan sepanjang
tidak ada dalil yang mengharamkannya.” “Tidak boleh melakukan perbuatan hukum
atas milik orang lain tanpa seizinnya.”
40 Pasar Modal Syariah 4 Dewan Syariah Nasional MUI
Memperhatikan :
Pendapat ulama, antara lain:
 Pendapat Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni juz 5/173, [Beirut : Dar al-Fikr,
tanpa
thn] : “Jika salah seorang dari dua orang berserikat membeli porsi mitra
serikatnya, hukumnya boleh karena ia membeli milik pihak lain.”
 Pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhujuz
3/1841: “Bermuamalah dengan (melakukan kegiatan transaksi atas) saham
hukumnya boleh, karena pemilik saham adalah mitra dalam perseroan sesuai
dengan saham yang dimilikinya.”
 Pendapat para ulama yang menyatakan kebolehan jual beli saham pada
perusahaan
perusahaan yang memiliki bisnis yang mubah, antara lain dikemukakan oleh
Dr. Muhammad ‘Abdul Ghaffar al-Syarif (al-Syarif, Buhuts Fiqhiyyah
Mu’ashirah,
[Beirut: Dar Ibn Hazm, 1999], h.78-79); Dr. Muhammad Yusuf Musa (Musa,
al-Islam
wa Musykilatuna al-Hadhirah, [t.t.: Silsilah al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1958], h.
58); Dr. Muhammad Rawas Qal’ahji, (Qal’ahji, al-Mu’amalat al-Maliyah al-
Mu’ashirah fi

15
Dhaw’i al-Fiqh wa al-Syari’ah, [Beirut: Dar al-Nafa’is, 1999], h.56). Syaikh Dr.
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz al-Matrak (Al-Matrak, al-Riba wa al-Mu’amalat
alMashrafiyyah,[Riyadh: Dar al-‘Ashimah, 1417 H], h. 369-375) menyatakan :
“(Jenis kedua), adalah saham-saham yang terdapat dalam perseroan yang
dibolehkan,
seperti perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur yang dibolehkan.
Bermusahamah
(saling bersaham) dan ber-syarikah (berkongsi) dalam perusahaan tersebut serta
menjualbelikan sahamnya
40 Pasar Modal Syariah 5 Dewan Syariah Nasional MUI
“perusahaan itu dikenal serta tidak mengandung ketidakpastian dan ketidak-
jelasan yang signifikan, hukumnya boleh. Hal itu disebabkan karena saham
adalah bagian dari modal yang dapat memberikan keuntungan kepada
pemiliknya sebagai hasil dari usaha perniagaan dan manufaktur. Hal itu
hukumnya halal, tanpa diragukan.”
 Pendapat para ulama yang membolehkan pengalihan kepemilikan porsi suatu
surat
berharga selama disepakati dan diizinkan oleh pemilik porsi lain dari suatu surat
berharga (bi-idzni syarikihi). Lihat : Al-Majmu’ Syarh al-MuhazdzabIX/265
dan Al Fiqh Al-Islami wa AdillatuhuIV/881. - Keputusan Muktamar ke-7
Majma’ Fiqh Islami tahun 1992 di Jeddah : “Boleh menjual atau menjaminkan
saham dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku pada perseroan.”
 Keputusan dan Rekomendasi Lokakarya Alim Ulama tentang Reksa Dana
Syariah tanggal 24 –25 Rabi’ul Awal 1417 H/ 29-30 Juli 1997 M.
 Undang-Undang RI nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
 SK DSN - MUI No. 01 Tahun 2001 tentang Pedoman Dasar Dewan
SyariahNasional.
 Nota Kesepahaman antara DSN-MUI dengan Bapepam tanggal14 Maret 2003
M./ 11
Muharram 1424 H dan Pernyataan Bersama Bapepam, APEI, dan SRO tanggal 14
Maret 2003 tentang : Kerjasama Pengembangan dan Implementasi Prinsip Syariah
di
Pasar Modal Indonesia.

16
 Nota Kesepahaman antara DSN-MUI dengan SRO tanggal 10 Juli 2003 M/ 10
Jum.
Awal 1424 H tentang Kerjasama Pengembangan dan Implementasi Prinsip
Syariah di Pasar Modal Indonesia. - Workshop Pasar Modal Syariah di Jakarta
pada 14 – 15 Maret 2003 M/ 11 – 12 Muharram 1424H.
 Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional MUI padahari Sabtu,
tanggal 08 Sya’ban 1424 H./04 Oktober 2003 M.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG PASAR MODAL DAN PEDOMAN
UMUM PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP SYARIAH DI
BIDANG PASAR MODAL

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

 Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
 Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum.
 Efek Syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang
undangan di bidang Pasar Modal adalah surat berharga yang akad, pengelolaan
perusahaannya, maupun cara penerbitannya memenuhi Prinsip-prinsip Syariah.
 Shariah Compliance Officer (SCO) adalah Pihak atau pejabat dari suatu
perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi dari DSN-MUI dalam
pemahamanmengenai Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal.
 Pernyataan Kesesuaian Syariah adalah pernyataan tertulis yang dikeluarkan
oleh DSN MUI terhadap suatu Efek Syariah bahwa Efek tersebut sudah sesuai
dengan Prinsip prinsip Syariah.

17
 Prinsip-prinsip Syariah adalah prinsip-prinsip yang didasarkan atasajaran Islam
yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa ini
maupun dalam fatwa terkait lainnya.

BAB II
PRINSIP-PRINSIP SYARIAH DI BIDANG PASAR MODAL
Pasal 2
Pasar Modal
 Pasar Modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutamamengenai emiten,
jenis.
 Efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah
sesuai dengan Syariah apabila telah memenuhi Prinsip-prinsip Syariah.
 Suatu Efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabilatelah
memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah.

BAB III
EMITEN YANG MENERBITKAN EFEK SYARIAH
Pasal 3
Kriteria Emiten atau Perusahaan Publik
 Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah
tidak boleh bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah.
 Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1 di atas, antara lain :
 perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang;
 lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional;
 produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang
haram; dan
 produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.

18
 melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi
lebih dominan dari modalnya;
 Emiten atau Perusahaan Publik yang bermaksud menerbitkan Efek Syariah
wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan
syariah atas Efek Syariah yang dikeluarkan.
 Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah wajib menjamin
bahwa kegiatan usahanya memenuhi Prinsip-prinsip Syariah dan memiliki
Shariah Compliance Officer.
 Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah
sewaktu waktu tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka Efek yang
diterbitkan dengan sendirinya sudah bukan sebagai Efek Syariah.

BAB IV
KRITERIA DAN JENIS EFEK SYARIAH
Pasal 4
Jenis Efek Syariah
 Efek Syariah mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah,
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat
berharga lainnya yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah.
 Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi
kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal 3, dan tidak termasuk saham yang
memiliki hak-hak istimewa.
 Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip
Syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang
mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi
Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.
 Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik
harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan Manajer Investasi, begitu pula
pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer
Investasi sebagai wakil shahib al-maldengan pengguna investasi.

19
 Efek Beragun Aset Syariah adalah Efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi
kolektif EBA Syariah yang portofolio-nya terdiri dari aset keuangan
berupatagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul
di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, Efek
bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan
investasi/arus kas serta asetkeuangan setara, yang sesuai dengan Prinsip-prinsip
Syariah.
 Surat berharga komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu
pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan Prinsip-prinsip
syariah .

BAB V
TRANSAKSI EFEK
Pasal 5
Transaksi yang dilarang
 Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya
mengandung unsur dharar, gharar, riba,maisir, risywah,maksiat dan
kezhaliman.
 Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba,maisir,
risywah,maksiat dan kezhaliman sebagaimana dimaksud ayat 1 di atas meliputi
:
 Najsy,yaitu melakukan penawaran palsu;
 Bai’ al-ma’dum,yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek Syariah)
yang belum dimiliki (short selling);
 Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk
memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang;
 Menimbulkan informasi yang menyesatkan;
 Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas Efek Syariah dengan
fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian
pembelian Efek Syariah tersebut;

20
 Ihtikar(penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan
pengumpulan suatu Efek Syariah untuk menyebabkan perubahan harga
Efek Syariah, dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain;
 Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas.
Pasal 6
Harga Pasar Wajar Harga pasar dari Efek Syariah harus mencerminkan nilai
valuasi kondisi yang sesungguhnya dari aset yang menjadi dasar penerbitan Efek
tersebutdan/atau sesuai dengan mekanisme pasar yang teratur, wajar dan efisien
sertatidak direkayasa.

BAB VI
PELAPORAN DAN KETERBUKAAN INFORMASI
Pasal 7
Dalam hal DSN-MUI memandang perlu untuk mendapatkan informasi, maka
DSN-MUI berhak memperoleh informasi dari Bapepam dan Pihak lain dalam
rangka penerapan Prinsip prinsip Syariah di Pasar Modal.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
 Prinsip-prinsip Syariah mengenai Pasar Modal dan seluruh mekanisme kegiatan
erkait di dalamnya yang belum diatur dalam fatwa ini akan ditetapkan lebih
lanjut dalam fatwa atau keputusan DSN-MUI.
 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan
sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta.

21
BAB III
KESIMPULAN
Efek syariah merupakan surat berharga yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah di Pasar Modal. Pada dasarnya Efek tersebut dapat berupa saham syariah, Reksa
Dana syariah, dan sukuk serta beberapa efek derivatif lainnya.
Istilah sekuritas (securities) seringkali disebut juga dengan efek, yakni sebuah nama
kolektif untuk macam-macam surat berharga, misalnya saham, obligasi, surat hipotik,
dan jenis surat lain yang membuktikan hak milik atas sesuatu barang.
Bank kustodian adalah suatu lembaga yang bertanggung jawab untuk mengamankan
aset keuangan dari suatu perusahaan ataupun perorangan. Bank kustodian ini akan
bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan dari asset seperti saham, obligasi, serta
melaksanakan tugas administrasi seperti menagih hasil penjualan, menerima deviden,
mengumpulkan informasi mengenai perusahaan acuan seperti misalnya rapat umum
pemegang saham tahunan, menyelesaikan transaksi penjualan dan pembelian,
melaksanakan transaksi dalam valuta asing apabila diperlukan, serta menyajikan
laporan atas seluruh aktivitasnya sebagai kustodian kepada kliennya.
Reksa dana syariah menurut POJK. No 19/POJK.04/2015 adalah Reksa dana
sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah di
Pasar Modal. Berdasarkan definisi tersebut, maka setiap jenis reksa dana dapat
diterbitkan sebagai reksa dana syariah sepanjang memenui prinsip-prinsip syariah,
termasuk aset yang mendasari penerbitannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Achsien, Iggie H., 2003, Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet. Kedua.

Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, 2004, Cet. Kedua

Hakim, Cecep Maskanul, 2005, Obligasi Syariah di Indonesia: Kendala dan Prospek,
Makalah, disampaikan pada kuliah informal Ekonomi Islam, Fakultas Universitas Indonesia,
16 April 2005.

Zuhaily, Wahabah, 1989, al Fiqh al Islami wa adillatuhu, Juz 3, Damaskus: Cet. Ketiga

Sutedi, Adrian Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip
Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),

Soemitra, Andri Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2010), cet ke-2,

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/sejarah.aspx di akses tanggal 19 September


2015

http://www.ojk.go.id/sharia-capital-id di akses tanggal 19 September 2015

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan
Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010)

Prof. Dr. Ahmad Rodoni dan Prof Dr. Abdul Hamid Lembaga Keuangan Syariah, Zikrul
Hakim, Jakarta Timur

23

Anda mungkin juga menyukai