Anda di halaman 1dari 10

1.

Pendapat hukum islam tentang penggunaan bit coin sebagai alat transaksi
elektronik
A. Pengertian bitcoin
Bitcoin adalah sistem pembayaran online dari kas elektronik secara peer-to-peer
(P2P) yang dikirim langsung dari satu pihak ke pihak lain tanpa melalui lembaga
keuangan.1 Jaringan peer-to-peer adalah sebuah istilah keren dalam bahasa
computer yang tidak dipahami perantara. Konsep di balik teknologi sama tuanya
dengan perdagangan: menghapus biaya perantara agar dapat menjual barang lebih
murah.2 Bitcoin termasuk mata uang pertama dan terkuat di dunia dengan nilai
mencapai jutaan rupiah perkoinnya dengan kemudahan berupa dapat
ditransaksikan ke berbagai negara dengan biaya pengiriman yang hampir gratis
tanpa bantuan pihak ketiga.Konsep dasar Bitcoin yaitu membuat sistem
decentralized authority transaction tanpa adanya pihak ketiga yang dapat
melakukan verifikasi dengan menggunakan konsep digital signatur pada setiap
transaksi. Koin elektronik merupakan sebuah nilai nominal yang dapat
ditransaksikan dengan siklus rangkaian digital signatur yang saling terhubung satu
dengan yang lain.3 Transaksi Bitcoin secara individual yang telah diterima sebagai
sebuah konsensus, pada akhirnya akan menyebabkan nilai rata-rata menjadi jauh
lebih rendah pada transaksi baru.
B. Hukum Bitcoin
1. Al-Quran
Ada dua ayat yang dijadikan landasan pembahasan hukum penggunaan Bitcoin,
baik sebagai instrumen investasi maupun sebagai instrumen transaksi bisnis,
yaitu surat al-Nisa [4] ayat 29 dan surat al-Maidah [5] ayat 90. Allah SWT
berfirman: “Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dalam perdagangan yang
berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu”. “Wahai
orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, maysir (judi),
(berkurban) untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah(perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung”.Dari kedua ayat tersebut terdapat dua kata

1
Asep Zaenal Ausop & Elsa Silvia Nur Aulia, Teknologi Cryptocurrenchy Bitcoin Untuk Investasi Dan Transaksi
Bisnis Menurut Syariat Islam, (Jurnal Sosioteknologi, Vol. 17, No. 1, 2018), hlm 79
2
Brian Kelly, The Bitcoin Big Bang: Bagaimana Mata Uang Alternatif Akan Mengubah Dunia (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2018), hlm 14
3
Ferry Mulyanto, Pemanfaatan Cryptocurrency Sebagai Penerapan Mata Uang Rupiah Ke Dalam Bentuk
Digital Menggunakan Teknologi Bitcoin, (Indonesian Journal on Networking and Security, Vol. 4 No. 4, 2015),
hlm 21
kunci yang dapat ditafsirkan, yaitu kata batil dan maysir. 4 Berdasarkan hal
tersebut, akad yang batil adalah akad yang rusak dan tidak sah. Tidak sah itu
dapat karena dzat ataupun karena faktor lain, seperti riba,korupsi, khianat, dan
judi. Sedangkan Maysir adalah transaksi yang digantungkan pada suatu
keadaan yang tidak pastidan bersifat untung-untungan. Identik dengan kata
maysir adalah qimar. Menurut Muhammad Ayub, baik maisir maupun qimar
dimaksudkan sebagai permainan untung- untungan (game of cance). Dengan
kata lain, yang dimaksudkan dengan maysir adalah perjudian.5
2. Landasan hadist Rasulullah SAW
Hadis yang diterima oleh Abu Hurairah sebagai berikut. ‘An Abi Hurairah ra
qala, naha RasulullahiSAW ‘an ba’i al-hashat, wa ‘an ba’I al-gharar (HR.
Muslim) sebagaima yang tertuang di dalam kitab Shahih Muslim juz 4 hadis
nomor 1513. Abi Hurairah berkata, “sesungguhnya Rasullah SAW melarang
jual beli al-hashat yakni dengan cara melempar, dan jual beli al-gharar,
mengandung unsur ketidak jelasan”.6
sekarang melalui media dunia maya atau internet, kita bisa melakukan transaksi
jual beli kapan pun dan di mana pun kita berada tanpa harus bertemu secara
langsung, melihat trend perkembangan ini sebagian masyarakat tidak
menggunakan uang konvensional seperti pada umumnya tetapi mulai beralih
menggunakan digital currency yang dilindungi oleh kriptografi, diantara digital
currency yang beredar yang paling terkenal adalah Bitcoin. Dalam perjalanan
Bitcoin sendiri mengalami berbagai polemik dalam penggunaannya di dunia
bahkan di Indonesia sendiri, karena di Indonesia sendiri Bitcoin belum diakui
eksistensinya dan belum ada regulasi jelasnya. Bahkan dalam islam pun para
ulama seputar Bitcoin ini masih menjadi perdebatan apakah Bitcoin ini
dikatakan halal atau haram apabila di kaji dalam Al-Quran, hadits, ijma
maupun sumber islami lainnya.
3. Ulama Indonesia
Banyak terjadi pro dan kontra diantara ulama Indonesia mengenai status hukum
dari bitcoin itu sendiri, namun dalam Ijtima Ulama Komisi Fatwa Majelis
Ulama Indonesia melakukan pembahasan tentang Hukum cryptocurrency.
Berdasarkan Ijtima tersebut Penggunaan cryptocurrency sebagai mata uang
hukumnya haram, karena mengandung gharar dan dharar. Gharar dalam
transaksi Bitcoin disebabkan karena beberapa hal diantaranya:7.
4
Dewi indrayani Hamin, crypto currensi dan pandangan legalitas menurut islam : sebuah literature review,
(Jurnal ilmiah manajemen dan bisnis, Vol. 3, No. 2, 2020), hlm 134
5
Abdul Azzam, Aziz Muhammad,Fiqh Muamalat System Transaksi dalam Islam (Jakarta:AMZAH. 2010), 215
6
Hamin, Op.Cit, h. 135.
7
Ardhi barkah apandi, Muhammad iqbal fasa, dan A.kumedi ja`far, legalitas dan pandangan majelis ulama
Indonesia terhadap bitcoin sebagai alat transaksi, (Jurnal religion education social laa roiba, Vol. 4, No. 2,
a. Bitcoin diciptakan oleh Seorang individu yang tidak dikenal dengan nama
samaran Satoshi Nakamoto. Nama Satoshi Nakamoto dicantumkan di
Whitepaper Bitcoin dengan mengungkapkan sedikit tentang dirinya yang
meninggalkan proyek pada akhir 2010 serta menerbitkan spesifikasi
Bitcoin pertama dan bukti konsep pada tahun 2009. Penemu Bitcoin
sesungguhnya masih belum diketahui. Unsur ini dikaitkan dengan unsur
ketidakpastian (gharar).
b. Sistem Bitcoin adalah jaringan pembayaran peer-to-peer terdesentralisasi
pertama yang didukung oleh penggunanya tanpa otoritas pusat atau
perantara. Sistem Bitcoin yang diusulkan cocok untuk komunitas tertentu
di kalangan pengguna internet. Namun, untuk diterapkan di semua sektor
perekonomian, diperlukan otoritas yang memastikan keabsahan transaksi
tersebut. Kemungkinan terjadinya kasus fraud, jika tidak ada otoritas pusat
yang memvalidasi dan memantau sistem transaksi. Unsur ini dikaitkan
dengan ketidakpastian (gharar).
c. Sistem ini mengandalkan fungsi hash kriptografi. Fungsi hash kriptografi
adalah kelas khusus dari fungsi hash yang memiliki sifat tertentu yang
membuatnya cocok untuk digunakan dalam kriptografi. Ini adalah
algoritma matematika yang memetakan data dengan ukuran arbitrer ke
string bit dengan ukuran tetap (fungsi hash) yang dirancang juga menjadi
fungsi satu arah, yaitu fungsi yang tidak layak untuk dibalik. Sistem ini
rentan terhadap aktivitas peretasan. Unsur ini dikaitkan dengan
ketidakpastian (gharar). Selain itu, cryptocurrency ini tidak memiliki
bentuk fisik dan hanya ada di jaringan. Bitcoin juga tidak memiliki nilai
intrinsik karena tidak dapat ditukarkan dengan komoditas lain, yaitu emas.
d. Peraturan atau undang-undang pemerintah tidak mendukung Bitcoin. Nilai
Bitcoin tidak terikat dengan aset berwujud atau peraturan atau hukum
pemerintah. Oleh karena itu, validitas Bitcoin dalam sistem ekonomi saat
ini masih dalam status ketidakpastian (gharar).
e. Nilai Bitcoin tidak stabil karena volatilitas yang tinggi. Oleh karena itu,
pengoperasian Bitcoin diklasifikasikan sebagai ketidakpastian (gharar)
dalam perspektif Keuangan Islam.
f. Pembelian Bitcoin bersifat diskrit. Kecuali jika pengguna secara sukarela
mempublikasikan transaksi Bitcoin-nya, pembeliannya tidak pernah
dikaitkan dengan identitas pribadinya, Pemegang akun Bitcoin adalah
anonim. Oleh karena itu, sulit untuk melacak pemilik akun yang
sebenarnya jika ada aktivitas yang mencurigakan. Hal ini menciptakan
kondisi ketidakpastian (gharar).
2022), hlm 318
Selain itu, dharar dalam transaksi Bitcoin disebabkan oleh:8

a. Peretasan yang bisa sangat merugikan pengguna, dalam beberapa kasus


keamanan Bitcoin, Mata Uang yang terenskripsi dapat diretas oleh para
peretas.
b. Harganya yang sangat Fluktuatif, dapat merugikan penjualan Bitcoin ketika
terjadi penurunan harga besar-besaran.
c. Kurangnya regulasi di berbagai negara terhadap Bitcoin seperti tidak
adanya kelegalan yang jelas, membuat Bitcoin rentan terhadap penipuan
dan para pengguna maupun investor khawatir dengan tidak adanya jaminan
ketika terjadi kerugian.

C. Transaksi Jual Beli Cryptocurrency

Dalam Perspektif Hukum Islam Bitcoin adalah mata uang digital yang berada di
dalam sistem jaringan pembayaran open source (peer-to-peer), dimana setiap station atau
komputer yang terdapat di dalam lingkungan jaringan tersebut bisa saling berbagi,
jaringan ini memudahkan pengguna dalam bertransaksi secara langsung tanpa
memerlukan jasa dari pihak ketiga seperti misalnya Bank. Adapun beberapa keunggulan
dari bitcoin antara lain.9

1. Transfer peer-to-peer atau dilakukan langsung tanpa perantara


2. Transfer dapat dilakukan kemanapun tanpa dikenai biaya
3. Pelaksanaan transaksi tidak dapat diubah, yang berarti kegiatan transfer tidak dapat
dibatalkan setelah proses dilakukan
4. Transaksi yang dilakukan sifatnya anonim serta tidak dikendalikan oleh institusi
maupun pemerintah dikarenakan sistem yang terdesentralisasi.

Konsep dasar bitcoin adalah menciptakan sistem transaksi otoritas terdesentralisasi


yaitu tanpa melalui pihak ketiga yang memverifikasi menggunakan konsep tanda tangan
digital pada setiap transaksinya. Meskipun demikian, keseluruham transaksi yang
berlangsung tetap tercatat dalam sistem yang terdapat pada jaringan cryptocurrency.
Crypocurrency biasanya menggunakan platform Blockchain agar mata uang digital
dapat digunakan untuk kegiatan transaksi. Sebagai perumpamaan, Blockchain
diibaratkan seperti dokumen dalam ukuran besar berisi basis data dimana siapa saja
dapat mengaksesplatform ini walaupun tidak melakukan transaksi menggunakan uang
virtual (Anwar, 2019). Penggunaan Cryptocurrency sebagai mata uang dalam perspektif

8
Andi Siti Nur Azizah dan Irfan, Fenomena Cryptocurrency Dalam Perspektif Hukum Islam (Shautuna: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum Vol. 1 No.1, 2020), hlm 72-73
9
Sisca Ferawati Burhanuddin, Transaksi cryptocurrency : Bagaimana pandangan hukum ekonomi islam
memandang?. (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan Volume 4, Number 7, 2022), hlm 2854
ekonomi Islam. Di tinjau menurut hadist Ubadah bin Shamit, Nabi Shallallâhu Alaihi
Wasallam bersabda, Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum bur, sya‟ir (gandum kasar) dengan sya‟ir, kurma dengan kurma, dan garam
dengan garam dengan syarat harus sama takaran nya dan sejenis, serta secara tunai dari
tangan ke tangan. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara
tunai dari tangan ke tangan.” (Hadits Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa‟i, dan
Ibn Majah). Pada hadist diatas dapat diketahui bahwasannya emas dan perak
diberlakukan hukum riba karena diberikan status sebagai alat tukar, nilai ukur benda
lainnya. Sehingga pada kondisi tersebut bukan dilihat dari nilai instrinsik (nilai asli yang
ada pada emas dan perak) melainkan kepada kegunaan dan mafaatnya. Kemudian
mengutip pernyataan Dr. Muhammad Syafi‟i seorang ahli ekonomi menegaskan bahwa,
melihat nilai uang yang berubah-ubah, dapat segera disimpulkan bahwa uang tidak
selamanya tepat sebagai alat penyimpanan nilai karena sewaktu-waktu bisa mengalami
penurunan dan kenaikan. Jadi menurut uraian pendapat di atas, untuk sementara Bitcoin
sebagai mata uang digital secara hukum Islam dapat diperbolehkan, akan tetapi mata
uang Bitcoin di Indonesia belum ada legalitas karena masih harus di kaji dari berbagai
persepsi dan tidak memenuhi unsur-unsur sebagaimana uang pada umunya.10

D. Aspek Transaksi

Alasan dari pada kebebasan untuk memilih alat pertukaran adalah bahwa uang
adalah bagian dari perdagangan dan diatur dalam perintah suatu negara yang sama.
menjual barang keridhaan tersebut sebagai fondasi awal dan pembeli yang
mengeluarkan alat pembayaran untuk melakukan pembelian barang dari penjual, terletak
pada adanya kesepakatan antar pihak. Jika pedagang (merchant) menggunakan transaksi
keuangan online dan alat pembayarannya menggunakan mata uang digital, secara tidak
langsung pembeli juga sepakat dan menyetujui tanpa harus adanya pemberitahuan.
Dikarenakan dalam transaksi online berjalan, pembeli dianggap setuju dan sepakat jika
dalam hal ketika pertama kali membeli suatu barang tertentu di situs online kepada
pedagang (merchant). Merujuk pada Peraturan Bank Indonesia bahwa dalam salah satu
poin yang berkaitan dengan penggunaan mata uang digital sebagai alat pembayaran
ditujukan kepada pedagang (merchant) bukan kepada penerbit itu sendiri. Maka dari itu
bitcoin sebagai alat pembayaran termasuk dari pada alat pembayaran yang ditujukan
kepada pedagang bukan kepada penerbit daripada bitcoin tersebut

E. Bitcoin; Manfaat atau Madharat

10
Luqman Nurhisam, BITCOIN DALAM KACAMATA HUKUM ISLAM (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Vol. 4,
No. 1, Juni 2017), hlm 176-177
Sebenarnya, banyak sekali potensi terhadap bitcoin itu sendiri, dari keuntungan,
kemudahan bertransaksi, dan lain sebagainya. Padahal dalam setiap transaksi muamalat
yang memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkaitan adalah salah satu tercapainya
tujuan yaitu kemaslahatan. Akan tetapi yang lebih penting adalah bahwa ternyata setelah
ditinjau dalam penggunaan bitcoin terutama sebagai mata uang digital yang digunakan
sebagai transaksi pembayaran keuangan online lebih besar madharatnya ketimbang
pemanfaatannya itu sendiri.11 pencegahan (preventif) agar jangan sampai terjadi suatu
kemadharatan dengan segala daya dan upaya yang diusahakan. Di antara
tindakantindakan yang dapat dilakukan guna mencegah kemadharatan adalah:

 Mengedepankan sikap kehati-hatian terutama dalam menggunakan sesuatu.


Seperti menggunakan bitcoin sebagai alat transaksi maupun komoditas;
 Menimbang dari segi risiko yang diperoleh, apakah lebih besar dari manfaat yang
dihasilkan, jika keuntungan besar tapi risiko kerugian lebih besar, maka harus
dipertimbangkan;
 Segala hal yang berkaitan dengan risiko yang sekiranya membawa dampak yang
merugikan sebaiknya ditinggalkan;
 Perlu memilah-milah dalam hal bertransaksi maupun berinvestasi dalam bentuk
komoditas, karena kemampuan memilih secara tepat juga berarti mampu
menempatkan sesuatu kepada tempatnya.

Sehingga apa yang dicitakan yaitu kemaslahatan dapat terwujud. Apabila dalam waktu
yang sama dihadapkan dalam suatu pilihan menolak kemafsadatan atau meraih
kemaslahatan, tentunya yang harus didahulukan adalah menolak kemafsadatan.

F. Pandangan Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli Bitcoin

Sebelum membahas proses jual beli menggunakan Bitcoin dalam perspektif islam
alangkah baiknya kita mengetahui hukum jual beli itu sendiri dalam islam.Dalam Islam
telah di atur sedemekian rupa seputar tata cara jual beli dan transaksi yang di anjurkan
sesuai dengan syariah islam,jual beli dalam pengertiannya adalah suatu proses
pemindahan hak hak milik/barang atau harta kepada suatu pihak lain dengan
menggunakan sistem mata uang sebagai alat penukarnya. 12Kata lain dari jual beli adalah
al-ba‟I,asy-syira,at-tijarah,dan almubadah.Dalam hal transaksi jual beli dalam islam
harus sesuai dengan apa yang tertuang dalam Al-Quran, Hadits,maupun Ijma dalam hal
transaksi jual beli sebenarnya diperbolehkan dalam islam. Rukun dalam hal jual beli
harus terpenuhi antara lain:
11
Luqman Nurhisam, BITCOIN DALAM KACAMATA HUKUM ISLAM (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Vol. 4,
No. 1, Juni 2017), hlm 176-177
12
Raden Muhammad Arvy Ilyasa dan Ridwan Arifin, TRANSAKSI BITCOIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
DAN HUKUM POSITIF INDONESIA, (Jurnal Mahkamah, Vol. 4, No. 1, Juni 2019), hlm 29-30
1. ada dua pihak yang membuat akad penjual dan pembeli

2. adanya objek akad (barang maupun harga)

3. adanya ijab qabul (persetujuan dan perjanjian antara si penjual dan pembeli).

Menurut terminologi beberapa ulama memiliki berbagai pendapat seputar pengertian


daripada jual beli itu:

1. Ulama Hanafiyah: Jual beli adalah suatu pertukaran harta atau benda sesuai dengan
cara yang di anjurkan
2. Imam Nahwawi: Jual beli adalah pertukaran yang berhubungan dengan kepemilikan
3. Ibnu Qudamah: Jual beli adalah pertukaran benda untuk sebagai hak milik
G. Hakikat Transaksi Jual Beli Bitcoin

Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu yaitu tunai.
Kata nuqud tidak terdapat dalam Al-Quran dan Hadis, karena bangsa Arab umumnya
tidak menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar
untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk
menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. Pada dasarnya uang berfungsi sebagai
standar ukuran harga dan unit hitungan, selain itu uang juga memiliki fungsi lain, seperti
sebagai media pertukaran, alat penyimpanan nilai dan standar pembayaran tunda, namun
jenis uang pun semakin bertranformasi begitupun dengan mata uang digital khususnya
bitcoin, pada dasarnya penciptaan bitcoin tersebut berbasiskan pada cryptography serta
dapat menunjang kehidupan masyarakat dalam bidang jual beli mata uang digital atau
bisa di disebut juga dengan istilah cryptocurrency.

Cryptocurrency ini adalah mata uang yang tidak di regulasi oleh pemerintah dan tidak
termasuk mata uang resmi sebagai alat pembayaran. Kerena hal tersebut sudah diatur
dalam aturan Bank Indonesia Nomor 16/40/PBI/2016. Konsep Bitcoin sendiri
mempunyai sebuah keunggulan privasi mutlak, yang mana memungkinkan setiap
individu pengguna benar-benar berdaulat penuh terhadap kepemilikannya, tidak
bergantung pada sistem perbankan konvensional, dan tidak memerlukan campur tangan
dari lembaga atau institusi manapun. Uang Elektronik dapat dikatakan sebagai alat
pembayaran yang sah jika memenuhi syarat, yaitu diedarkan berdasarkan dengan jumlah
uang yang disetor dalam bentuk rupiah, sehingga apabila kriteria tersebut telah terpenuhi
dan melalui kesepakatan bersama maka uang yang akan beredar dapat dipergunakan
oleh masyarakat (Chaira et al.,2021). Bitcoin sendiri sifatnya tidak sama dengan uang
elektronik karena terus diproduksi melalui proses mining sehingga tidak memenuhi
persyaratan yang dimiliki oleh uang elektronik. Pengaturan hukum terkait dengan uang
sebagai alat pembayaran juga telah di atur dalam Undang - Undang Nomor 7 Tahun
2011 tentang Mata Uang (selanjutnya disebut UU Mata Uang). 13Dalam Pasal 1 ayat 1
UU Mata Uang menyatakan bahwa, mata uang adalah uang yang dikeluarkan oleh
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah serta dipertegas
dengan pernyataan uang merupakan alat pembayaran yang sah dan negara mengakuinya,
serta berlaku di wilayah tersebut.

Bitcoin sebagai alat pembayaran dalam transaksi perdagangan di Indonesia tidak


dapat diakui keabsahannya, namun dalam Pasal 21 ayat 2 dalam UU Mata Uang terdapat
pengecualian bahwa penggunaan rupiah tidak wajib dalam hal transaksi tertentu dalam
rangka

1. pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara


2. penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri
3. transaksi perdagangan internasional
4. simpanan di bank dalam bentuk valuta asing, atau transaksi pembiayaan
internasional.

Berdasarkan penjelasan bahan hukum tersebut maka transaksi Bitcoin dimasyarakat


masih tetap bisa digunakan atau memiliki legalitas asalkan mengikuti Pasal 21 ayat 2
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang (Jati & Zulfikar, 2021). Bank
Indonesia menanggapi peredaran Bitcoin dan cryptocurrency lainnya dalam sebuah
pernyataan dimana Bank Indonesia menyatakan Bitcoin dan virtual currency lainnya
bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah di Indonesia. Masyarakat
harus berhati-hati terhadap Bitcoin dan virtual currency lainnya karena segala risiko
terkait kepemilikan atau penggunaan Bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilik atau
pengguna Bitcoin. Akan tetapi ketentuan teknis penyelenggaraan pasar fisik aset kripto
(Crypto Asset) Di bursa berjangka transaksi menggunakan cryptocurrency
diperbolehkan sebagai subjek perdagangan aset digital atau aset kripto, untuk sekarang
cryptocurrency hanya bisa menjadi alat investasi yang putarannya hanya dibeli lalu
dijual, tetapi kedudukan Bitcoin tidak memiliki legalitas untuk dijadikan sebagai alat
transaksi yang sah di Indonesia dan hanya dianggap sah apabila Bitcoin dijadikan
sebagai asset kripto dalam bursa berjangka komoditi saja.

H. Rumusan Masalah

1. Apakah pendapat hukum islam tentang penggunaan bit koin sebagai alat transaksi
elektornik?
2. Apa Manfaat Bitcon?
13
Sisca Ferawati Burhanuddin, Transaksi cryptocurrency : Bagaimana pandangan hukum ekonomi islam
memandang?. (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan Volume 4, Number 7, 2022), hlm 2854
3. Bagaimana hakikat transaksi jual beli Bitcoin?
4. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap transaksi jual beli Bitcoin?
5. Bagaimana Aspek Transaksi Menurut Islam ?

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, Ardhi barkah, dkk. (2022). legalitas dan pandangan majelis ulama Indonesia
terhadap bitcoin sebagai alat transaksi. Jurnal religion education social laa roiba, 4(2),
318
Ausop, Asep Zaenal & Elsa Silvia Nur Aulia.(2018). Teknologi Cryptocurrenchy Bitcoin
Untuk Investasi Dan Transaksi Bisnis Menurut Syariat Islam. Jurnal Sosioteknologi,
17(1), 79

Azzam, Abdul dan Aziz Muhammad.(2010). Fiqh Muamalat System Transaksi dalam
Islam. Jakarta:AMZAH.

Azizah, Andi Siti Nur dan Irfan.(2020). Fenomena Cryptocurrency Dalam Perspektif
Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum, 1 (1), 72-
73

Hamin, Dewi indrayani.(2020). crypto currensi dan pandangan legalitas menurut islam :
sebuah literature review. Jurnal ilmiah manajemen dan bisnis, 3(2), 134

Kelly,Brian.(2018). The Bitcoin Big Bang: Bagaimana Mata Uang Alternatif Akan
Mengubah Dunia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Luqman Nurhisam, (2017). BITCOIN DALAM KACAMATA HUKUM ISLAM (UIN


Sunan Kalijaga Yogyakarta .Vol. 4, No. 1, hlm 176-177

Mulyanto, Ferry.(2015). Pemanfaatan Cryptocurrency Sebagai Penerapan Mata Uang


Rupiah Ke Dalam Bentuk Digital Menggunakan Teknologi Bitcoin. Indonesian
Journal on Networking and Security, 4 (4), hlm 21

Raden Muhammad Arvy Ilyasa dan Ridwan Arifin, (2019) TRANSAKSI BITCOIN
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF INDONESIA,
(Jurnal Mahkamah, Vol. 4, No. 1, Juni 2019), hlm 29-30

Sisca Ferawati, Burhanuddin. (2022). Transaksi cryptocurrency : Bagaimana pandangan


hukum ekonomi islam memandang?. (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan
Volume 4, Number 7, 2022), hlm 2854

Anda mungkin juga menyukai