Perbaika Proposal Penelitian MPPH Cahyati Kausi-Terbaru (1) (1) - 1
Perbaika Proposal Penelitian MPPH Cahyati Kausi-Terbaru (1) (1) - 1
Oleh:
Nama : Cahyati Kausi
NPM : B1A0222305
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS HUKUM
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap warga negara mempunyai hak konstitusional, yaitu hak yang dijamin
Hak konstitusional yang diatur dalam UUD 1945 meliputi 40 hak warga
negara. Salah satunya adalah hak atas perlindungan pribadi. Hak ini diatur dalam
Pasal 28G ayat (1) sehingga warga negara berhak atas perlindungan
ini berasumsi bahwa hak pribadi adalah hak milik. Namun dengan
dimaknai hanya sebagai hak milik saja. Hak pribadi juga harus mencakup hak atas
privasi. Hak atas privasi lebih sensitif dan dapat mewakili hak pribadi. Hak
pribadi adalah masalah sensitif yang berkaitan dengan data pribadi atau identitas
seseorang. Identitas tersebut mulai dari Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin
Mengemudi (SIM), Paspor, Kartu Keluarga (KK), Nomor Pokok Wajib Pajak
Indonesia kini telah memasuki Revolusi Industri 4.0. Artinya, semua dapat
dikontrol dari mana saja melalui internet dan perangkat seluler yang terhubung.
Dampak era ini sangat besar, ketika masyarakat memanfaatkan teknologi digital
memudahkan masyarakat.1
Publik, dan UU Nomor 23 Tahun 2006 jo UU Nomor 24 Tahun 2013. Saat ini
Data Pribadi (UU PDP) yang mana undang – undang ini mengatur bahwa orang
1
Aswandi, R, Putri R, Muhammad S, 2020, “Perlindungan Data dan Informasi Pribadi Melalui
Indonesia Data Protection System (IDPS), Legislatif, Vol. 3 No.2, Hal.167-190
perlindungan data pribadi menjadi krusial untuk mencegah penyalahgunaan,
pribadi (PDP) di Indonesia saat ini, Perbandingan ini dilakukan karena suasana
perlindungan data pribadi Malaysia atau Personal Data Protection Act 2010
dalam Section 5 (1) dari PDPA 2010, Berdasarkan ketentuan tersebut, dalam
perlindungan data pribadi Malaysia prinsip -prinsip di atas harus dipenuhi agar
melanggar ketentuan di atas, maka akan dikenakan denda sebesar tiga ratus ribu
ITE tidak mengatur secara rinci mengenai prinsip-prinsip yang harus dipenuhi
perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir. Istilah “kebocoran data pribadi”
2
Muhammad Saiful Rizal, “Perbandingan Perlindungan Data Pribadi Indonesia dan Malaysia”,
Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 10, No. 2, Desember 2019
melindungi data pribadi”. Kegagalan dalam melindungi data pribadi mengacu
melindungi data pribadi yang dikelola oleh PSE. Sebagai tindakan pencegahan,
tidak adanya perlindungan terhadap data pribadi yang dikelola. Statistik nasional
yang dihasilkan dari registrasi resmi atas kegagalan perlindungan data pribadi
tidak dapat dilacak. Informasi kegagalan PSE dalam melindungi data pribadi yang
menunjukkan bahwa PSE gagal mengelola data pribadi setidaknya dalam 12 (dua
belas) kasus.3 Tentu saja masih terus berlanjut. banyak kasus informasi pribadi
tidak hanya terjadi di sektor swasta saja, namun juga terjadi di PSE sektor publik.
pribadi konsumen. Di sektor publik, 2,3 juta data pemilih tetap yang dikelola KPU
dengan cepat bermunculan dan telah terjadi. telah dipublikasikan selama beberapa
waktu, namun sayangnya ketika menangani kasus-kasus yang ada, tidak pernah
3
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2016, op. cit. Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa “Setiap Penyelenggara Sistem
Elektronik harus menyusun aturan internal perlindungan Data Pribadi sebagai bentuk tindakan
pencegahan untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam perlindungan Data Pribadi yang
dikelolanya”
4
Ibid. Kegagalan pelindungan data pribadi pada tahun 2019 terjadi di BukaLapak peretasan 13
juta data pengguna
ada kesimpulan akhir tentang bagaimana kegagalan ini bisa terjadi dan apa yang
harus disediakan oleh masyarakat dan PSE untuk melindungi data pribadi.
keamanan di masa lalu yang mengakibatkan akses tidak sah terhadap data pribadi
pengguna mereka. Insiden semacam itu biasanya terjadi karena kelemahan dalam
mulanya beredar di media sosial Twitter, salah satu yang memberitakan peristiwa
yang telah diretas berisi email, password, dan nama pengguna. Namun setelah
penelusuran lebih lanjut ternyata jumlah akun pengguna Tokopedia yang berhasil
diretas bertambah menjadi 91 juta akun dan 7 juta akun Merchant. Setahun
Artinya dapat dikatakan hampir semua akun yang terdapat dalam marketplace
Dilaporkan bahwa pelaku peretasan menjual data hasil retasannya di dark web,
data yang dijual berupa data pribadi yakni, nama lengkap, tempat tanggal lahir,
nomor telepon, jenis kelamin, dan email. Data tersebut dijual oleh pelaku sebesar
Hukum Perdata yang pada intinya menjelaskan bahwa tiap perbuatan hukum yang
yang sudah terkumpul di dalam suatu marketplace dan apakah data pribadi
konsumen yang sudah terkumpul benar-benar dalam posisi yang aman atau data
hak privasi bagi setiap individu, dapat pula diperkuat dasar hukum yang
memicu kebocoran data tersebut akan memberikan landasan yang kokoh bagi
upaya perlindungan hukum data pribadi dalam konteks hak privasi. Sehingga,
5
Rahmad Fauzan, (2020), “Ini Kronologis Informasi Perentasan di
Tokopedia!”,Teknologi.bisnis.com,
https://teknologi.bisnis.com/read/20200503/266/1235699/inikronologisinformasi-peretasan-di-
tokopedia (diakses 24 September 2020)
B. Rumusan Masalah
privasi di indonesia?
2. Apa penyebab dari terjadinya kebocoran data pribadi yang melanggar hak
privasi individu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian ini
adalah:
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
perlindungan hukum terhadap data pribadi sebagai dasar hak privasi, serta
pribadi, baik dalam hal peraturan yang ada maupun kebijakan yang
E. Kerangka Teori
masyarakat.6
Salah satu ahli yaitu Satjipto Raharjo memiliki pendapat bahwa Perlindungan
masyarakat supaya tidak terjadi tubrukan antar kepentingan dan dapat menikmati
Teori perlindungan hukum data pribadi dalam konteks ini dapat berfokus pada
tiga aspek utama: pertama, perlunya pembentukan undang-undang yang tegas dan
pihak yang mengelola data pribadi; dan ketiga, pendidikan kepada masyarakat
mengenai pentingnya privasi data dan hak-hak mereka terkait perlindungan data
6
Raharjo, Satjipto. 2000. ”Ilmu Hukum”. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. hlm. 54
7
Luthvi Febryka Nola, ”UPAYA PELINDUNGAN HUKUM SECARA TERPADU BAGI
TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)”, NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 1, Juni 2016, hlm. 40,
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/949-1939-1-SM.pdf, diakses pada tanggal 19 Agustus 2021
pukul 08:44.
pribadi. Dengan mengintegrasikan aspek-aspek ini, diharapkan perlindungan
2. Teori kewenangan
publik. Hal itu terjadi karena wewenang selalu berkaitan dengan penggunaan
hukum publik, tetapi kekuasaan untuk melaksankan segala tindakan yang berada
Indonesia dapat dilihat dari perspektif hukum dan teknologi. Secara hukum,
kewenangan dalam melindungi data pribadi dapat dilihat dari peran dan tanggung
perlindungan data pribadi, dan memberikan sanksi kepada PSE yang tidak
dari pengelolaan data pribadi yang dilakukan oleh PSE. PSE memiliki
8
Praduji Admosudirjo. 1998. “Hukum Administrasi Negara”.Jakarta : Ghalia Indonesia. Hlm. 76`
kewenangan untuk mengimplementasikan sistem keamanan yang memadai,
karyawan agar memahami pentingnya perlindungan data pribadi. Selain itu, PSE
pemilik data pribadi mengenai penggunaan dan perlindungan data pribadi mereka.
sentral dan dikenal dengan ajaran kesalahan. Kesalahan terbagi menjadi dua yaitu
sengaja dan lalai. Pengertian dari pertanggung jawaban pidana sendiri adalah
diteruskannya celaan objektif yang terdapat dalam perbuatan pidana dan secara
subjektif yang ada memenuhi syarat untuk bisa dipidana karena perbuatan yang
1. Teori Kesalahan: Menurut teori ini, setiap individu atau entitas yang gagal
melindungi data pribadi harus bertanggung jawab atas kesalahannya. Dalam hal
ini, Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) yang tidak dapat melindungi data
2. Teori Akibat: Teori ini menyatakan bahwa seseorang atau entitas harus
bertanggung jawab atas akibat dari tindakan atau kelalaian mereka. Dalam
konteks kegagalan perlindungan data pribadi, PSE harus bertanggung jawab atas
akibat dari kebocoran data pribadi yang dapat merugikan individu atau konsumen.
3. Teori Kecakapan: Menurut teori ini, setiap individu atau entitas yang
melindungi data pribadi. Jika terjadi kegagalan dalam melindungi data pribadi,
maka PSE dianggap tidak memiliki kecakapan dalam menjaga privasi dan
keamanan data.
4. Teori Kepentingan Umum: Teori ini menyatakan bahwa setiap individu atau
entitas yang menangani data pribadi memiliki tanggung jawab untuk melindungi
kepentingan umum, yaitu hak privasi dan keamanan data individu. Jika terjadi
kegagalan dalam perlindungan data pribadi, maka PSE harus bertanggung jawab