Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PEMBIAYAAN KONSUMEN”
Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Hukum Bisnis

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Utari Nur Rahma Dewi Persik (22020044)


2. Hafifah Putri Azizah (22020075)
3. Suci Khoerunisa (22020015)
4. Imel Prasetyo (22020054)
5. Ferdi Andika ( 22020070)

Dosen Pengampu :
Imelda Tostiani, SH,MH

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI BENGKULU
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Dalam era modern ini, pembiayaan konsumen telah menjadi bagian


integral dari kehidupan masyarakat. Pembiayaan konsumen memungkinkan
individu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan cara yang
lebih fleksibel, baik itu untuk membeli barang-barang konsumsi sehari-hari,
membiayai pendidikan, atau bahkan untuk merencanakan liburan yang diimpikan.
Fenomena ini menjadi semakin penting dalam konteks globalisasi dan perubahan
dinamika ekonomi.
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis berbagai aspek
terkait pembiayaan konsumen, mulai dari jenis-jenis pembiayaan yang tersedia,
peran lembaga keuangan dalam menyediakan layanan tersebut, hingga dampaknya
terhadap ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan. Kami juga akan membahas
tentang tantangan dan peluang yang dihadapi dalam konteks pembiayaan
konsumen, serta upaya-upaya untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan
konsumen.
Melalui makalah ini, kami berharap pembaca dapat memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pembiayaan konsumen
dalam konteks kehidupan sehari-hari, serta memperoleh wawasan yang berguna
dalam mengelola keuangan pribadi dengan lebih bijak dan bertanggung jawab.
Akhirnya, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi positif
bagi pemahaman tentang pembiayaan konsumen.

Tim Penyusun, 20 Mei 2024

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pengertian Tentang Pembiayaan Konsumen. ............................................ 3
B. Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan Konsumen. ..................................... 4
C. Para Pihak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen. ............................. 6
D. Jenis-Jenis Perusahaan Pembiayaan Konsumen. ...................................... 9
E. Manfaat Dalam Pembiayaan Konsumen. .................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................... 19
A. Kesimpulan ............................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembiayaan konsumen adalah badan usaha yang melakukan pembiayaan
pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran
angsuran atau berkala. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu bidang usaha
lembaga pembiayaan. Di Indonesia badan usaha di luar bank dan lembaga
keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam atau seluruh bidang usaha lembaga pembiayaan biasanya disebut
perusahaan pembiayaan atau perusahaan multi finance. Yang termasuk bidang
usaha dari lembaga pembiayaan adalah sewa guna usaha (leasing), perdagangan
surat berharga, anjak piutang, modal ventura, pembiayaan konsumen, dan kartu
kredit. (Laksmi, Fuad Gani, dan Budiantoro. 2017)
Lembaga pembiayaan adalah bagian dari lembaga keuangan yang
mempunyai peranan penting sebagai sumber pembiayaan alternatif untuk
membantu pertumbuhan perekonomian. Perusahaan pembiayaan berdasarkan
Pasal 1 angka (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 9 tahun 2009
tentang lembaga pembiayaan, adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau
usaha kartu kredit, perusahaan pembiayaan berbentuk perseroan terbatas dan
koperasi.
Adapun yang dimaksud dengan pembiayaan konsumen menurut pasal
1angka (7) Peraturan Presiden No. 9 tahun 2009 jo. Pasal 1 huruf (g) peraturan
Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk dana untuk pengadaan barang berdasarkan
kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran dengan angsuran. (Laksmi, Fuad
Gani, dan Budiantoro. 2017)
Dalam prakteknya perusahaan pembiayaan ini berhubungan dengan
perjanjian. Perjanjian yang melahirkan perikatan itu merupakan hubungan hukum,

1
timbul karena adanya peristiwa hukum yang dapat berupa perbuatan, kejadian,
dan atau keadaan. Objek hubungan hukum itu adalah harta kekayaan yang dapat
diniliai dengan uang. Perjanjian yang dibuat para pihak menetapkan diterimanya
kewajiban hukum untuk dilaksanakan oleh pihak lain. Tiap-tiap pihak mempunyai
hak dan kewajiban secara timbal-balik. Pihak yang satu mempunyai hak untuk
menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan sebaliknya pihak yang lain itu wajib
memenuhi tuntutan itu. (Sayuti, Abdul Jalaludin. 2015)
Pihak yang berhak menuntut sesuatu disebut kreditur dan pihak yang wajib
memenuhi sesuatu disebut debitur. Sedangkan sesuatu yang dituntut itu disebut
sebagai prestasi dan diantara pihak debitur dan pihak kreditur terdapat kontra
prestasi. Perjanjian dalam hal ini mengikat para pihak yang terlibat dalam
perusahaan pembiayaan tersebut dan harus dilaksanakan dengan itikad baik oleh
masing-masing pihak. Dan perjanjian perusahaan pembiayaan yang telah
disepakati ini harus dituangkan dalam bentuk tertulis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan konsumen ?
b. Apa saja dasar hukum lembaga pembiayaan konsumen ?
c. Siapa saja pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen ?
d. Apa saja jenis-jenis perusahaan pembiayaan konsumen ?
e. Bagaimana mekanisme, dokumen serta jaminan di pembiayaan konsumen?
f. Bagaimana manfaat dalam pembiayaan konsumen ?

1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian tentang pembiayaan konsumen.
B. Untuk mengetahui dasar hukum lembaga pembiayaan konsumen.
C. Untuk mengetahui para pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen.
D. Untuk mengetahui jenis-jenis perusahaan pembiayaan konsumen.
E. Untuk mengetahui mekanisme, dokumen serta jaminan di pembiayaan
konsumen.
F. Untuk mengetahui manfaat dalam pembiayaan konsumen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembiayaan Konsumen


Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Pembiayaan
Konsumen (Consumers Finance) merupakan kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran
secara angsuran. Pengertian lainnya yakni, pembiayaan konsumen merupakan
suatu kredit atau pinjaman yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk debitur
guna pembelian barang atau jasa yang akan langsung digunakan atau
dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan distribusi atau produksi.
Perusahaan yang memberikan pembiayaan seperti diatas, disebut dengan
perusahaan pembiayaan konsumen (Customer Finance Company). Menurut
Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang
perusahaan pembiayaan, perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang
khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang,
pembiayaan konsumen dan atau usaha.
Pembiayaan konsumen adalah badan usaha yang melakukan
pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem
pembayaran asuran atau berkala. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu
bidang usaha lembaga pembiayaan. Di negara kita, badan usaha di luar bank
dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan
kegiatan yang termasuk dalam atau seluruh bidang usaha lembaga pembiayaan
biasanya disebut perusahaan pembiayaan atau perusahaan multi finance. Yang
termasuk bidang usaha dari lembaga pembiayaan adalah sewa guna usaha
(leasing), perdagangan surat berharga, anjak piutang, modal ventura,
pembiayaan konsumen, dan kartu kredit.
Menurut A. Abdulrahman, Pembiayaan Konsumen adalah kredit yang
diberikan kepada konsumen-konsumen guna pembelian barang-barang

3
konsumen dan jasa-jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang
dugunakan untuk tujuan-tujuan produktif atau dagang. Kredit ini dapat
mengandung resiko yang lebih besar daripada kredit dagang biasa.
Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan
yang secara formal di Indonesia masih relative baru. Lembaga ini tumbuh dan
berkembang seiring dengan dikeluarkannya pranata hukum berupa KEPPRES
No. 61 Tahun 1988. Meskipun demikian, saat ini keberadaan pembiayaan
konsumen menunjukan perkembangan yang sangat baik. Pesatnya
pertumbuhan bisnis pembiayaan konsumen ini sekaligus menunjukan
tingginya minat masyarakat untuk membeli barang-barang dengan cara
mencicil seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat lapisan
menengah kebawah.
Di samping kondisi diatas, perkembangan pembiayaan konsumen juga
disebabkan oleh adanya kendala-kendala bagi masyarakat berpenghsilan
rendah untuk dapat mengakses dana dari sumber lain.
Menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati (2000, hlm. 250)
ada 4 alasan yang mendorong perkembangan pembiayaan konsumen yaitu:
1. Keterbatasan sumber dana formal
2. Koperasi simpan pinjam sulit berkembang
3. Bank tidak melayani pembiayaan konsumen
4. Pembiayaan lintah darat yang mencekik

2.2 Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan Konsumen


A. Segi Hukum Perdata
Terdapat 2 sumber hukum perdata untuk kegiatan perjanjian
pembiayaan konsumen, yakni perundang-undangan di bidang hukum
perdata dan asas kebebasan berkontrak (pacta sun servanda). Di dalam
asas kebebasan berkontrak hubungan hukum yang terjadi di dalam
kegiatan pembiayaan konsumen selalu dibuat secara tertulis (kontrak)
sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal
certainty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarkan asas

4
kebebasan berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berupa
kewajiban dan hak dari perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak
penyedia dana (fund lender), dan konsumen sebagai pihak pengguna dana
(fund user).
Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement)
merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat
secara sah dengan memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam Pasat
1320 KUH Pdt. Akibat hukum dari perjanjian yang telah dibuat secara sah,
maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang
mengikatkan yaitu konsumen serta perusahaan pembiayaan konsumen
(Pasal 1318 ayat (1) KUH Perdata). Konsekuensi yuridis selanjutnya,
perjanjian itu harus dilakukan dengan itikad baik serta tidak bisa
dibatalkan secara sepihak. Perjanjian pembiayaan konsumen berfungsi
sebagai dokumen bukti yang sah bagi konsumen serta perusahaan
pembiayaan konsumen.
Adapun bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yaitu perjanjian
yang terjadi antara produsen sebagai penjual, dan konsumen sebagai
pembeli, dengan syarat yakni yang melakukan pelunasan atau pembayaran
secara tunai kepada produsen adalah pihak ketiga atau perusahaan
pembiayaan konsumen. Perjanjian jual beli tersebut yaitu perjanjian
accessoir dari perjanjian pembiayaan konsumen yang merupakan sebagai
perjanjian pokok. Perjanjian ini digolongkan ke dalam perjanjian jual beli
yang diatur di dalam Pasal 1457-1518 KUH Pdt, akan tetapi pelaksanaan
pembayaran digantungkan pada syarat yang telah disepakati dalam
perjanjian pokok, yaitu perjanjian pembiayaan konsumen. Sesuai dengan
Pasal 1513 KUHPdt, bahwa Pembeli wajib membayar harga pembelian
pada waktu dan di tempat yang ditetapkan menurut perjanjian. Syarat
waktu dan tempat pembiayaan ditetapkan dalam perjanjian pokok, yaitu
pembayaran secara tunai oleh perusahaan pembiayaan konsumen ketika
penjual menyerahkan nota pembelian yang ditandatangani oleh pembeli.

5
B. Diluar Hukum Perdata
Selain ketentuan di dalam buku III KUH Perdata tentang Perikatan,
yang relevan dengan perjanjian pembiayaan konsumen, juga terdapat pada
ketentuan – ketentuan diluar KUH Perdata, diantaranya :
1. Keputusan Presiden No.61 tahun 1988 terkait Lembaga Pembiayaan
dan Keputusan Menteri Keuangan No.1251 / KMK. 013/ 1988 terkait
Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan,
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448 /KMK.017/2000 terkait
Perusahaan Pembiayaan yang didalamnya mengatur tentang
pembiayaan konsumen. Namun terdapat perubahan beberapa pasal
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448 /KMK.017/2000
terkait Perusahaan Pembiayaan, yakni dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 172/KMK.06/2002 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448
/KMK.017/2000 terkait Perusahaan Pembiayaan. Perubahan beberapa
pasal dalam Keputusan menteri tersebut ditujukan untuk penyesuaian
dan penyempurnaan,
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang
perusahaan pembiayaan,
4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009.

2.3 Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen


A. Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Kreditur)
Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha berbentuk
PT atau koperasi yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan
barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran
angsuran atau berkala oleh konsumen. Perusahaan tersebut menyediakan
jasa kepada konsumen dalam bentuk pembayaran harga barang secara
tunai kepada supplier. Antara perusahaan dan konsumen harus ada terlebih
dahulu kontrak pembiayaan konsumen yang sifatnya pemberian kredit.

6
Dalam kontrak tersebut, perusahaan wajib menyediakan kredit sejumlah
uang kepada konsumen sebagai harga barang yang dibelinya dari supplier,
sedangkan pihak konsumen wajib membayar kembali kredit secara
angsuran kepada perusahaan tersebut.
Kewajiban pihak-pihak dilaksanakan berdasarkan kontrak
pembiayaan konsumen. Sejumlah uang dibayarkan tunai kepada supplier
untuk kepentingan konsumen. Pihak konsumen wajib membayar secara
angsuran sampai lunas kepada perusahaan sesuai dengan kontrak selama
angsuran belum dibayar lunas, maka barang milik konsumen tersebut
menjadi jaminan hutang secara fidusia.
B. Konsumen (Debitur)
Konsumen adalah pihak pembeli barang dari supplier atas
pembayaran oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen.
konsumen tersebut dapat berstatus perorangan dapat pula badan hukum.
Pihak konsumen umumnya masyarakat karyawan, buruh tani, yang
berpenghasilan menengah kebawah yang belum tentu mampu bila
membeli barang kebutuhannya itu secara tunai. Dalam pemberian kredit
ini, resiko menunggak angsuran merupakan hal yang biasa terjadi. Oleh
karena itu, pihak perusahaan dalam pemberian kredit kepada konsumen
masih memerlukan jaminan terutama jaminan fidusia atas barang yang
dibeli itu, di samping pengakuan hutang dari pihak konsumen.
Dalam perjanjian jual beli antara supplier dan konsumen, pihak
supplier menetapkan syarat bahwa harga barang akan dibayar oleh pihak
ketiga yaitu perusahaan pembiayaan konsumen. Apabila karena alasan
apapun, perusahaan tersebut melakukan wanprestasi, yaitu tidak
melakukan pembayaran sesuai dengan kontrak, maka jual beli antara
supplier dan konsumen akan dibatalkan. Dalam perjanjian jual beli, pihak
supplier (penjual) menjamin barang dalam keadaan baik, tidak ada cacat
tersembunyi.
C. Supplier / Dealer

7
Supplier / dealer adalah pihak penjual barang kepada konsumen
atas pembayaran oleh pihak ketiga yaitu perusahaan pembiayaan
konsumen. Hubungan kontraktual antara supplier dan konsumen adalah
jual beli bersyarat. Syarat yang dimaksud adalah pembayaran dilakukan
oleh pihak ketiga yaitu perusahaan pembiayaan konsumen. antara
perusahaan pembiayaan dan konsumen terdapat hubungan kontraktual,
dimana konsumen wajib membayar harga barang secara angsuran kepada
perusahaan pembiayaan konsumen yang telah melunasi harga barang
tersebut secara tunai kepada supplier / dealer.
Antara perusahaan pembiayaan dan supplier tidak ada hubungan
kontraktual, kecuali sebagai pihak ketiga yang diisyaratkan. Oleh karena
itu, apabila perusahaan pembiayaan melakukan wanprestasi, padahal
kontrak jual beli dan kontrak pembiayaan telah selesai dilaksanakan, maka
jual beli bersyarat tersebut dapat dibatalkan oleh supplier.

2.4 Jenis-Jenis Perusahaan Pembiayaan Konsumen


1. Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Merupakan Anak
Perusahaan dari Pemasok.
Perusahaan pembiayaan konsumen ini dibentuk oleh perusahaan
induknya, yaitu pemasok, untuk memperlancar penjualan barang atau jasanya.
Mengingat perusahaan ini sengaja dibentuk untuk memperlancar penjualan
barang atau jasa perusahaan induknya, maka perusahaan pembiayaan
konsumen jenis ini biasanya hanya melayani barang dan jasa yang diproduksi
atau ditawarkan oleh perusahaan induknya.
Sebagai contohnya adalah PT Surabaya Jaya merupakan sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang penjualan laptop dan komputer.
Mengingat daya beli masyarakat sedang lemah, maka PT Surabaya Jaya ingin
memperlancar penjualan laptop dan komputer dengan cara mendirikan PT
Sukses Utama. PT Sukses Utama adalah perusahaan pembiayaan konsumen
yang khusus melayani kredit pembelian segala merk laptop dan komputer
pada PT Surabaya Jaya.

8
2. Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Merupakan Satu Grup
Usaha dengan Pemasok.
Perusahaan pembiayaan konsumen jenis ini pada dasarnya tidak
berbeda dengan perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan anak
perusahaan dari pemasok. Perusahaan pembiayaan konsumen ini biasanya
juga hanya melayani pembiayaan pembelian barang dan jasa yang diproduksi
oleh pemasok yang masih satu grup usaha dengan perusahaan tersebut.
Perbedaannya hanya terletak pada hubungan antara pemasok dengan
perusahaan pembiayaan konsumen.
Contoh kasusnya adalah Manchester Inc adalah satu grup usaha yang
bergerak di berbagai bidang usaha. Salah satu perusahaan yang bergabung
adalah PT Narotama yang merupakan produsen sepeda motor. Demi
peningkatan penjualan sepeda motor yang diproduksi oleh PT Narotama,
maka PT Manchester Inc membentuk satu perusahaan lagi yang bernama PT
Sayonara Finance yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen.
Pembiayaan konsumen yang dilayani oleh PT Sayonara Finance juga hanya
pembelian sepeda motor pada PT Narotama.
3. Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang Tidak Mempunyai Kaitan
Kepemilikan dengan Pemasok.
Perusahaan pembiayaan konsumen yang tidak mempunyai kaitan
kepemilikan dengan pemasok biasanya tidak hanya melayani pembiayaan atas
pembeliaan barang pada satu pemasok saja. Perusahaan pembiayaan ini bisa
melayani pembiayaan pembelian pada pemasok yang lain, Sedangkan
spesialisasi perusahaan pembiayaan konsumen biasanya pada jenis atau tipe
barang dan daerah pemasarannya. Perusahaan pembiayaan konsumen ada
yang berspesialisasi pada pembiayaan pembelian barang elektronik, ada yang
berspesialisasi pada pembiayaan pembelian mebel, ada yang berspesialisasi
pada pembiayaan pembeliaan mobil, dan lain-lain.
Contoh kasus adalah PT Surya Mentari merupakan sebuah produsen
furniture di Kota Malang dan untuk memperlancar penjualannya perusahaan

9
ini bekerjasama dengan PT Perakyatan sebuah perusahaan pembiayaan
konsumen yang membiayai pembelian bermacam-macam jenis furniture di
Kota Malang. Berikut hal ini akan dijelaskan dalam skema.
A. Dokumen yang Dibutuhkan dalam Proses Pembiayaan Konsumen
Dokumen yang diperlukan selama proses pembiayaan konsumen, sejak
adanya perjanjian awal sampai dengan proses pelunasan pinjaman, meliputi
dokumen- dokumen sebagai berikut :
1. Dokumen kelayakan konsumen adalah dokumen yang diperlukan oleh
perusahaan pembiayaan konsumen untuk menentukan apakah suatu
konsumen layak dibiayai ataukah tidak. Dokumen ini berupa :
a. Identitas dokumen ( KTP, Paspor, SIM, NPWP, anggaran dasar,
surat izin usaha, dan lain-lain)
b. Bukti penghasilan atau keadaan keuangan konsumen ( slip gaji,
neraca dan laba rugi, dan lain-lain)
c. Laporan survei oleh petugas pembiayaan konsumen pada tempat
tinggal atau usaha dari konsumen
d. Dokumen pendukung seperti persetujuan istri/suami, rekomendasi
pihak yang dapat dipercayai dan lain-lain
2. Dokumen perjanjian adalah dokumen yang menunjkkan kesepakatan-
kesepakatan antara pihak-pihak yang terkait dalam proses pembiayaan
konsumen. Dokumen ini berupa :
a. Perjanjian kerja sama antara pemasok dengan perusahaan
pembiayaan konsumen
b. Perjanjian jual beli antara konsumen dengan pemasok
c. Perjanjian pembiayaan antara konsumen dengan perusahaan
pembiayaan konsumen
d. Perjanjian pengikatan berbagai macam bentuk jaminan (cessie
piutang, fidusia, akta pembebanan hak tanggungan, dan lain-lain)
3. Dokumen kepemilikan objek pembiayaan adalah dokumen yang
merupakan bukti kepemilikan atas barang yang dibiayai dengan

10
pembiayaan konsumen. Dokumen ini antara lain berupa BPKB, faktur,
sertifikat, bukti penyerahan barang, bukti pemesanan barng dan lain-lain.
4. Dokumen kepemilikan jaminan adalah dokumen yang terkait dengan
kepemilikan jaminan atas pemenuhan kewajiban calon debitor. Dokumen
ini antara lain berupa BPKB, sertfikat tanah, faktur, dan lain-lain.

B. Jaminan dalam Transaksi Pembiayaan Konsumen


Jaminan yang diberikan dalam transaksi pembiayaan konsumen pada
prinsipnya serupa jaminan terhadap perjanjian kredit bank biasa khususnya
Kredit Konsumen jaminan ini dapat dibagi atas 3 macam yaitu:
1. Jaminan utama
Adalah kepercayaan dari kreditur kepada debitur atau konsumen
bahwa pihak konsumen dipercayakan sanggup membayar hutang-
hutangnya. Dengan kata lain prinsip pemberian kredit berlaku, misalnya
prinsip 5C yaitu Collateral, capacity, Character, Capital, dan Condition of
economy.
2. Jaminan Pokok
Adalah barang yang dibeli dengan dana dan biasanya jaminan ini
dibuat dalam bentuk Fidusiary of ownership atau fidusi karena dengan
adanya fidusia,seluruh Dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan
barang yang bersangkutan akan dipegang oleh pihak kreditur atau pemberi
dana hingga kreditnya lunas.
3. Jaminan tambahan
Biasanya berupa pengangkutan hutang atau promissory notes,kuasa
menjual barang dan assignment of procced atau cessie dari asuransi. Selain
itu,diminta juga persetujuan suami istri untuk konsumen pribadi dan
persetujuan komisaris atau RUPS untuk konsumen perusahaan sesuai
dengan ketentuan Anggaran Dasarnya.

2.5 Manfaat Pembiayaan Konsumen


1. Pemasok

11
Manfaat utama bagi pemasok dengan adanya pembiayaan
konsumen adalah peningkatan penjualan. Dengan adanya perusahaan
pembiayaan konsumen maka pemasok dapat memperoleh pembayaran
secara tunai dan angsuran konsumen dialihkan kepada perusahaan
pembiyaan konsumen. Risiko tidak terbayarnya kredit konsumen yang
semula ditanggung oleh pemasok juga menjadi dapat dialihkan kepada
perusahaan pembiayaan konsumen.
2. Konsumen
Manfaat utama bagi konsumen adalah kesempatan untuk membeli
atau memiliki barang meskipun dana yang tersedia saat ini belum cukup
untuk menutup seluruh harga barang atau jasa. Keunggulan pembiayaan
konsumen dibandingkan kredit bang antara lain :
a. Prosedur yang lebih sederhana.
b. Proses persetujuan yang biasanya lebih cepat.
c. Perusahaan pembiayaan konsumen biasanya tidak mensyaratkan
penyerahan agunan tambahan sepanjang konsumen atau debitor
cukup layak untuk dipercaya kemampuan dan kemauannya
memenuhi kewajibannya.
d. Konsumen tertentu ( terutama di indonesia ) mengalami
keengganan untuk berhubungan dengan bank dalam hal
peminjaman dana karena minimnya informasi tentang jasa-jasa
bank dan cara berhubungan dengan bank.
3. Perusahaan Pembiayaan Konsumen
Manfaat utama yang dapat diperoleh perusahaan pembiyaan
konsumen adalah penerimaan dari bunga dan biaya administrasi yang
dibayarkan oleh konsumen. Tingkat bunga yang ditetapkan oleh
perusahaan konsumen biasanya lebih tinggi daripada tingkat bunga kredit
bank. Hal ini sebagai konsekuensi atu kompensasi karena perusahaan
pembiayaan konsumen menanggung risiko yang relatif lebih besar
daripada penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada debitornya. Risiko

12
yang ditanggung perusahaan pembiayaan konsumen relatif lebih besar
daripada bank yang menyalurkan kredit antara lain karena :
a. Perusahaan pembiayaan konsumen cenderung melakukan analisis
terhadap kelayakan konsumen atau calon debitor dengan cara yang
lebih sederhana.
b. Analisis dilakukan dalam waktu yang sangat singkat
c. Sepanjang kemampuan dan kemauan calon debitor cukup bisa
diandalkan, perusahaan pembiayaan konsumen biasanya tidak
mensyaratkan penyerahan agunan tambahan.

Kredit Tanpa Agunan (KTA)


Kredit Tanpa Agunan (KTA) adalah jenis pinjaman yang diberikan oleh
bank atau lembaga keuangan kepada individu tanpa memerlukan jaminan
atau agunan dalam bentuk apapun. Artinya, Anda tidak perlu menyerahkan
aset seperti rumah, mobil, atau tanah sebagai jaminan untuk mendapatkan
pinjaman tersebut. KTA biasanya didasarkan pada penilaian kredit
individu, seperti riwayat kredit, pendapatan, dan kemampuan membayar.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang KTA:
1. Tidak Memerlukan Jaminan Salah satu keunggulan utama KTA adalah
Anda tidak perlu menyerahkan agunan atau jaminan dalam bentuk aset
apapun.
2. Proses Cepat: KTA sering kali memiliki proses yang lebih cepat
dibandingkan dengan jenis pinjaman lainnya karena tidak memerlukan
penilaian agunan.
3. Bunga Lebih Tinggi: Karena KTA tidak didukung oleh jaminan, bunga
yang dikenakan cenderung lebih tinggi daripada jenis pinjaman yang
didukung oleh agunan. Ini karena bank atau lembaga keuangan
menghadapi risiko yang lebih besar.
4. Jumlah Pinjaman Terbatas: Karena tidak ada jaminan yang diberikan,
jumlah pinjaman yang bisa Anda dapatkan mungkin lebih terbatas
dibandingkan dengan jenis pinjaman yang didukung oleh agunan.

13
5. Persyaratan Kredit Ketat: Meskipun tidak memerlukan jaminan, KTA
tetap memerlukan penilaian kredit yang ketat. Bank atau lembaga
keuangan akan mengevaluasi riwayat kredit Anda, pendapatan, dan
kemampuan untuk membayar pinjaman.
Contoh KTA pada Perusahaan Bank Mega Bengkulu : Misalnya, seorang
individu yang membutuhkan dana darurat mendadak mungkin
memutuskan untuk mengajukan KTA daripada meminjam uang dari teman
atau keluarga. Mereka dapat mengajukan KTA kepada bank atau lembaga
keuangan dengan mengisi formulir aplikasi dan menyertakan dokumen
pendukung seperti slip gaji dan ID. Setelah mengajukan aplikasi, bank
atau lembaga keuangan akan menilai kredit individu, kemampuan
pembayaran, dan menentukan jumlah pinjaman serta tingkat bunga yang
akan dikenakan. Jika aplikasi disetujui, individu tersebut akan menerima
dana pinjaman tanpa perlu menyediakan agunan dalam bentuk apapun.
Dengan dana yang diterima, individu tersebut dapat menggunakan KTA
untuk keperluan darurat seperti biaya medis mendadak, pembayaran
tagihan, atau kebutuhan mendesak lainnya. Mereka kemudian harus
membayar pinjaman tersebut sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati, termasuk pembayaran bunga sesuai dengan tingkat bunga yang
ditetapkan oleh bank atau lembaga keuangan.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR)


Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah jenis pinjaman yang diberikan oleh
bank atau lembaga keuangan kepada individu untuk membeli atau
membangun rumah. KPR memungkinkan seseorang untuk memiliki rumah
dengan cara membayar secara bertahap selama periode waktu tertentu,
biasanya dalam bentuk angsuran bulanan.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang KPR:
1. Agunan: KPR biasanya didukung oleh agunan, yaitu rumah yang
dibeli atau dibangun dengan menggunakan dana pinjaman tersebut.
Rumah tersebut akan menjadi jaminan bagi bank atau lembaga

14
keuangan, sehingga jika peminjam gagal membayar pinjaman, bank
memiliki hak untuk menjual rumah tersebut untuk mendapatkan
kembali uang yang dipinjamkan.
2. Jangka Waktu: Jangka waktu KPR bisa bervariasi, tetapi umumnya
berkisar antara 5 hingga 30 tahun. Peminjam membayar pinjaman dan
bunga dalam jumlah tetap setiap bulannya selama periode waktu
tersebut.
3. Bunga: Bunga KPR bisa tetap (fixed) atau berubah (floating). Bunga
tetap akan tetap sama sepanjang masa pinjaman, sementara bunga
berubah bisa naik atau turun mengikuti perubahan suku bunga pasar.
4. Uang Muka: Biasanya, peminjam perlu memberikan uang muka
(down payment) sebagai bagian dari transaksi KPR. Uang muka ini
merupakan persentase dari harga rumah yang dibeli atau dibangun,
dan besarnya bisa bervariasi tergantung pada kebijakan bank atau
lembaga keuangan serta peraturan pemerintah setempat.
5. Persyaratan Kredit: Untuk mendapatkan KPR, peminjam harus
memenuhi persyaratan kredit yang ditetapkan oleh bank atau lembaga
keuangan. Ini termasuk penilaian kredit, pendapatan, pekerjaan, dan
lain-lain.
Contoh KPR: Misalkan seseorang ingin membeli rumah pertamanya di PT
Bank Tabungan Negara BTN cabang Bengkulu. Mereka mencari rumah
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran mereka. Setelah menemukan
rumah yang diinginkan, mereka memutuskan untuk mengajukan KPR
kepada bank. Setelah mengajukan aplikasi, bank akan menilai kredit
individu, kemampuan pembayaran, dan nilai rumah yang akan dibeli.
Bank juga akan menentukan jumlah pinjaman yang bisa diberikan dan
tingkat bunga yang akan dikenakan. Jika aplikasi disetujui, individu
tersebut akan membayar uang muka sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan. Setelah itu, bank akan mencairkan sisa pinjaman sebagai
pembayaran rumah. Individu tersebut kemudian akan membayar angsuran
bulanan kepada bank selama jangka waktu yang telah ditentukan,

15
termasuk pembayaran bunga sesuai dengan tingkat bunga yang telah
disepakati. Jika individu tersebut gagal membayar pinjaman, bank
memiliki hak untuk menjual rumah sebagai jaminan.

Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor (KPKB)


Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor (KPKB) adalah jenis pinjaman yang
diberikan oleh bank atau lembaga keuangan kepada individu untuk membeli
kendaraan bermotor seperti mobil, motor, atau sepeda motor. KPKB
memungkinkan seseorang untuk memiliki kendaraan dengan membayar secara
bertahap selama periode waktu tertentu, biasanya dalam bentuk angsuran bulanan.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang KPKB:
1. Agunan: KPKB umumnya didukung oleh agunan, yaitu kendaraan yang
dibeli dengan menggunakan dana pinjaman tersebut. Kendaraan tersebut
akan menjadi jaminan bagi bank atau lembaga keuangan, sehingga jika
peminjam gagal membayar pinjaman, bank memiliki hak untuk menyita
kendaraan tersebut.
2. Jangka Waktu Jangka waktu KPKB bisa bervariasi, tetapi umumnya
berkisar antara 1 hingga 7 tahun, tergantung pada kebijakan bank dan nilai
kendaraan yang dibeli.
3. Bunga: KPKB biasanya memiliki bunga tetap, yang artinya tingkat bunga
akan tetap sama sepanjang masa pinjaman. Namun, beberapa bank juga
menawarkan bunga mengambang, yang bisa berubah mengikuti perubahan
suku bunga pasar.
4. Uang Muka: Sama seperti KPR, peminjam mungkin perlu memberikan
uang muka sebagai persyaratan untuk mendapatkan KPKB. Besarnya uang
muka bisa bervariasi tergantung pada kebijakan bank, nilai kendaraan, dan
kondisi pasar.
5. Persyaratan Kredit: Peminjam harus memenuhi persyaratan kredit yang
ditetapkan oleh bank atau lembaga keuangan untuk mendapatkan KPKB.
Ini termasuk penilaian kredit, pendapatan, pekerjaan, dan lain-lain.

16
Contoh KPKB: Misalkan seseorang ingin membeli mobil baru. Mereka memilih
mobil yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran mereka. Setelah itu, mereka
memutuskan untuk mengajukan KPKB kepada bank. Setelah mengajukan
aplikasi, bank akan menilai kredit individu, kemampuan pembayaran, dan nilai
kendaraan yang akan dibeli. Jika aplikasi disetujui, peminjam akan membayar
uang muka sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Kemudian, bank
akan mencairkan sisa pinjaman sebagai pembayaran untuk mobil. Setelah
kendaraan dibeli, peminjam akan membayar angsuran bulanan kepada bank
selama jangka waktu yang telah ditentukan, termasuk pembayaran bunga sesuai
dengan tingkat bunga yang telah disepakati. Biasanya di daerah Bengkulu tempat
perusahaannya Debt Collector Tarik Mobil Leasing Bengkulu. Jika peminjam
gagal membayar pinjaman, bank memiliki hak untuk menyita kendaraan sebagai
jaminan.

Kredit Multiguna
Kredit Multiguna adalah jenis pinjaman yang diberikan oleh bank atau lembaga
keuangan kepada individu untuk tujuan tertentu yang dapat bervariasi. Berbeda
dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) atau KPKB (Kredit Pemilikan Kendaraan
Bermotor) yang memiliki tujuan yang spesifik, Kredit Multiguna memberikan
fleksibilitas kepada peminjam untuk menggunakan dana pinjaman sesuai dengan
kebutuhan mereka, seperti biaya pendidikan, renovasi rumah, liburan, atau
keperluan lainnya.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang Kredit Multiguna:
1. Tujuan Fleksibel: Salah satu keunggulan utama Kredit Multiguna adalah
fleksibilitasnya dalam penggunaan dana pinjaman. Peminjam dapat
menggunakan dana tersebut untuk berbagai keperluan, seperti biaya
pendidikan, pembelian barang elektronik, perjalanan liburan, biaya
pernikahan, dan sebagainya.
2. Agunan atau Tanpa Agunan: Kredit Multiguna dapat didukung oleh agunan
(seperti rumah atau tanah) atau tanpa agunan, tergantung pada kebijakan bank
atau lembaga keuangan serta kondisi keuangan peminjam.

17
3. Jangka Waktu: Jangka waktu Kredit Multiguna dapat bervariasi tergantung
pada kebijakan bank atau lembaga keuangan, namun umumnya berkisar
antara 1 hingga 5 tahun.
4. Bunga: Tingkat bunga Kredit Multiguna dapat tetap atau mengambang,
tergantung pada kebijakan bank atau lembaga keuangan. Peminjam akan
membayar bunga bersama dengan pokok pinjaman dalam angsuran bulanan.
5. Persyaratan Kredit: Peminjam harus memenuhi persyaratan kredit yang
ditetapkan oleh bank atau lembaga keuangan untuk mendapatkan Kredit
Multiguna. Ini termasuk penilaian kredit, pendapatan, dan kemampuan
membayar.
Contoh Kredit Multiguna biasanya ada diperusahaan PT Bank Bengkulu: Seorang
individu mungkin membutuhkan dana tambahan untuk membayar biaya
pendidikan anak mereka di luar negeri. Mereka memutuskan untuk mengajukan
Kredit Multiguna kepada bank. Setelah mengajukan aplikasi, bank akan menilai
kredit individu dan kemampuan pembayaran. Jika aplikasi disetujui, individu
tersebut akan menerima dana pinjaman yang dapat mereka gunakan untuk
membayar biaya pendidikan anak mereka. Dengan dana yang diterima, individu
tersebut dapat membayar biaya pendidikan anak mereka, termasuk biaya kuliah,
biaya hidup, dan biaya lainnya yang terkait. Mereka kemudian akan membayar
angsuran bulanan kepada bank selama jangka waktu yang telah ditetapkan,
termasuk pembayaran bunga sesuai dengan tingkat bunga yang telah disepakati.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembiayaan konsumen merupakan suatu pinjaman atau kredit yang
diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitor untuk pembelian barang dan
jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan
distribusi atau produksi. Pembiayaan konsumen ini dilakukan oleh perusahaan
pembiayaan konsumen (consumer finance company). Yang termasuk bidang
usaha dari lembaga pembiayaan adalah sewa guna usaha (leasing),
perdagangan surat berharga, anjak piutang, modal ventura, pembiayaan
konsumen, dan kartu kredit.
Pembiayaan konsumen diklasifikasikan menjadi tiga bagian atas dasar
kepemilikannya yakni perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan
anak perusahaan dari pemasok, perusahaan pembiayaan konsumen yang
merupakan satu grup usaha dengan pemasok, dan perusahaan pembiayaan
konsumen yang tidak mempunyai kaitan kepemilikan dengan pemasok.
Dokumen yang diperlukan selama proses pembiayaan konsumen
dikelompokkan menjadi empat satuan besar yakni dokumen kelayakan
konsumen, dokumen perjanjian, dokumen kepemilikan objek pembiayaan, dan
dokumen kepemilikan jaminan.

3.2 Saran
Dalam hal ini pembiayaan konsumen digunakan sebagai sewa guna
usaha (leasing), perdagangan surat berharga, anjak piutang, modal ventura,
pembiayaan konsumen, dan kartu kredit. Sehingga pembiayaan konsumen
adalah bagian dari lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting
sebagai sumber pembiayaan alternatif untuk membantu pertumbuhan
perekonomian masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, A.D., Kusumawardana A.S., Jamil, A.F., Putri O.R.U. 2017.


Pendampingan Penyusunan Standar Operasional Prosedur Manajemen
Ketenagakerjaan di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan
Mandala. 171-172.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 468/KMK.017/1995
tentang Perubahan Keputusam Menteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember 1988 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan Sebagaimana Telah Diubah
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1256/KMK.00/1989
Tanggal 18 November 1989
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga
Pembiayaan.
Laksmi, Fuad Gani, dan Budiantoro. 2017. Manajemen Perkantoran Modern.
Jakarta : PT Rajagrafindo.
Maryati, MC. 2008. Manajemen Perkantoran Efektif. Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Muhamad, Abdulkadir dan Rilda Murniati. 2000. Segi Hukum Lembaga
Keuangan dan Pembiayaan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Nuraida, Ida. 2008. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta : Kanisius
Prasetyawati, Endang. 2013. Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen di
Masa
yang Akan Datang. Jurnal Yustisia Vol.2 No.2.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta.
Sayuti, Abdul Jalaludin. 2015. Manajemen Perkantoran Praktis. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukoco, Badri M. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. 2007. Jakarta :
Erlangga

20
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Peneleitian Kualitatif: Dasar Teori dan
Terapannya dalam Penelitian. (Edisi Kedua). Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Triandaru, Sigit dan Totok Budi Santoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Yahya, M. Harahap. 1986. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung : PT Alumni.

21

Anda mungkin juga menyukai