Anda di halaman 1dari 9

REGULASI DAN MASA DEPAN CRYPTOCURRENCY DI INDONESIA

Reky Nurviana
Fakultas Hukum Universitas Surakarta
Jl. Raya Palur, KM 5 Surakarta
e-mail: reky.viana@gmail.com

Abstrak
Cryptocurrency secara umum digunakan sebagai alat pembayaran dan aset. Setiap negara di
dunia memiliki pendekatannya masing-masing dalam mengatur penggunaan cryptocurrency.
Di Indonesia penggunaan cryptocurrency sebagai alat pembayaran adalah tindakan yang tidak
dibenarkan. Sedangkan penggunaannya sebagai aset kripto, merupakan subjek perdagangan
berjangka komoditi yang mekanismenya dilakukan dengan adanya suatu perjanjian dan
kegiatannya diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Potensi pertumbuhan cryptocurrency di Indonesia dapat dimaksimalkan mengingat kelebihan
yang ditawarkan seperti kemudahan akses, keamanan, dan keuangan inklusif yang yang dapat
membantu pemerataan akses layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu,
lancar, dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mendorong pertumbuhan
positif cryptocurrency di Indonesia tersebut maka pemerintah selaku regulator harus
memastikan perwujudan entitas cryptocurrency yang aman, terstruktur, dan stabil.
Kata Kunci: Cryptocurrency, Potensi, Regulasi

Abstract
Cryptocurrencies is generally used as means of payment and assets. Every country in the
world has its own approach in regulating the use of cryptocurrencies. In Indonesia, the use of
cryptocurrency as a means of payment is not justified. Meanwhile, its use as an asset is the
subject of commodity futures trading whose mechanism is carried out by the existence of an
agreement and its activities by Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(Bappebti). The potential for cryptocurrency growth in Indonesia can be maximized
considering the advantages it offers, such as easy access, security, and financial inclusion that
can help equalize access to quality formal financial services on time, smoothly, and safely at
affordable costs according to the needs and abilities in improving people's welfare. In order to
encourage the positive growth of cryptocurrencies in Indonesia, the government as the
regulator must ensure the realization of cryptocurrencies that are safe, structured, and stable.
Keywords: Cryptocurrency, potency, regulation

A. Pendahuluan
Manusia dan hukum merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di dalam
sekumpulan manusia (masyarakat), maka disanalah hukum berada. Pernyataan tersebut
didukung oleh adagium popular Ubi Societas Ibi Ius milik Marcus Tullius Cicero. Hukum
berada dalam masyarakat dari masa ke masa, menjadi pedoman maupun regulator
berbagai lini kehidupan, termasuk mengenai perkembangan teknologi. Di Indonesia
setiap orang berhak memperoleh manfaat dari teknologi yang ada. Hak untuk
memanfaatkan teknologi telah dijamin dalam Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
Salah satu kemajuan teknologi yang menarik perhatian penulis untuk dikaji adalah
kemunculan cryptocurrency. Cryptocurrency merupakan mata uang virtual peer to peer
yang dipertukarkan dengan prinsip-prinsip kriptografi tertentu. 1 Disebut sebagai mata
uang virtual karena tidak memiliki wujud secara fisik namun merupakan benda virtual
yang dibuat dengan formula matematika. Cryptocurrency pertama yang diluncurkan di
tahun 2009 adalah bitcoin oleh Satoshi Nakamoto. Satoshi Nakamoto mempublikasikan
artikel dengan judul “Bitcoin: A Peer-to-peer Electronic Cash”. Tujuan dari Satoshi
adalah untuk mengembangkan sistem keuangan elektronik yang tidak dikontrol oleh
otoritas manapun dengan biaya transfer yang minimal dan instan.2
Cryrptocurrency adalah teknologi yang masih akan terus berkembang. Kemunculan
cryptocurrency secara cepat berkembang perlu diikuti juga dengan pembuatan regulasi
yang tepat. Kondisi awal kekosongan pengetahuan (knowledge gap) tentang
cryptocurrency akan mengakibatkan ketiadaan peraturan (nullen normen). Perlu diamati
bagaimana proses pemerintah selaku regulator mampu mengisi kekosongan hukum
cryptocurrency dengan membuat aturan hukum yang jelas mulai dari pengoperasian
hingga perlindungan yang memadai. Bahkan, bagaimana pemerintah mampu
memprediksi dan menyiapkan instrument peraturan cryptocurrency yang dapat digunakan
secara jelas untuk jangka panjang di masa depan dan menghindari adanya kerancuan
peraturan (vague normen).

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah metode
penelitian normatif atau disebut juga penelitian perpustakaan. Disebut dengan penelitian
perpustakaan karena penelitian lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat
sekunder yang ada di perpustakaan, seperti buku-buku dan dokumen-dokumen resmi
pemerintah.3 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

1
Ibnu Saefullah, Bitcoin dan Cryptocurrency, Kainoe Books, Indramayu, 2018, hlm. 1
2
David Lucas Faria, Revisiting The Impact of Cryptocurrency In Our Society, Disertasi Master in Management
of Services And Technology Instituto Universitario De Lisboa, 2020, hlm. 8
3
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi Tesis serta Disertasi, Penerbit Alfabeta, Bandung,
2017, hlm. 27
sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang bersumber pada bahan hukum primer,
sekunder, dan tersier. Bahan hukum primer meliputi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016
tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran. Bahan hukum sekunder
meliputi literature seperti buku, jurnal, makalah, dan hasil penelitian lainnya. Bahan
hukum tersier meliputi informasi yang diperoleh dari internet.

C. Pembahasan
1. Peluang Cryptocurrency di Indonesia
Kemunculan bitcoin di tahun 2009 merupakan suatu keberhasilan atas tantangan
untuk melakukan transaksi digital dengan cepat tanpa perlu pihak ketiga seperti
institusi finansial atau pemerintah. Di Indonesia sendiri bitcoin mulai digunakan sejak
tahun 2013. Tingkat perkembangan dan penggunaan crypocurrency sangatlah
signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan ketenaran Bitcoin semakin melesat sejak
diperkenalkan di awal tahun 2009, hingga tahun 2018 mencapai harga lebih dari
Rp200 juta per keping. Kesuksesan Bitcoin diikuti dengan munculnya industri
cryptocurrency yang kini memiliki lebih dari 1000 produk yang dijual di berbagai
pasar cryptocurrency di seluruh dunia.4 Data yang dihimpun sampai pada tanggal 18
Februari 2022, kapitalisasi pasar asset crypto sebesar  Rp26,628,826,937,347,736.5
Cryptocurrency memiliki potensi untuk mempermudah berbagai sektor dengan
kelebihan yang melekat padanya. Berikut adalah kelebihan-kelebihan yang dimiliki
cryptocurrency :
a. Kemudahan Akses
Cryptocurrency dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.
Cryptocurrency dapat dipakai oleh siapapun tanpa aturan baku asalkan memiliki
gawai yang memadahi untuk penggunaan cryptocurrency. Penggunanannya juga
tanpa melalui pihak ketiga seperti bank, sehingga transaksi dapat dilakukan
secara langsung antara orang ke orang dimanapun berada. Uang fiat seluruhnya
dikontrol oleh pemerintah mulai dari pembuatan hingga bagaimana uang tersebut
boleh digunakan (sistem tersentralisasi), sedangkan cryptocurrency lebih fleksibel
digunakan dengan menggunakan sistem tersedentralisasi.

4
Dimaz Anka Wijaya, Bitcoin Mining Dan Cryptocurrency Lainnya, Jasakom, Jakarta, 2018, hal. 1
5
CoinMarketCap, Harga Mata Uang Kripto Grafik dan Kapitalisasi Pasar, https://coinmarketcap.com/id/,
diakses pada 18 Februari 2022
b. Keamanan
Penggunaan cryptocurrency merupakan transaksi yang aman karena
menggunakan teknologi distributed ledger. Teknologi distributed ledger
mengakibatkan suatu transaksi dapat divalidasi apabila mendapatkan persetujuan
dari seluruh pengguna. Untuk suatu transaksi tidak sah dapat dilaksanakan, maka
pihak yang terkait harus dapat merubah seluruh catatan transaksi yang ada di
seluruh “buku besar” setiap pengguna.6 Penggunaan kriptografi dan algoritma
matematika menjamin keamanan transaksi cryptocurrency. Mekanisme
kriptografi tersebutlah yang memungkinkan terjadinya distribusi atas database,
sehingga setiap pihak dalam jaringan dapat melakukan verifikasi atas transaksi
yang terjadi. Dengan kata lain, tidak ada entitas tunggal yang dapat mengontrol
maupun mengubah data dalam sistem blockchain tersebut. Teknologi tersebut
menjadikan suatu transaksi menjadi lebih transparan, aman, cepat, dan
efisien/murah (World Bank, 2019)

c. Keuangan Inklusif
Menurut Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif, bahwa Keuangan Inklusif adalah suatu kondisi
ketika setiap anggota masyarakat mempunyai akses terhadap berbagai layanan
keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu, lancar, dan aman dengan
biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Cryptocurrency jika dapat dikelola
dengan baik oleh pemerintah, akan dapat mendorong terwujudnya keuangan
inklusif tersebut. Hal tersebut karena cryptocurrency dapat diakses dengan mudah
oleh seluruh lapisan masyarakat dengan cara membuat akun dompet digital yang
tersedia. Setelah mendapatkan nomor akun pengguna dompet digital ketika
membuka akun akan mendapatkan PIN (Personal Identification Number) dalam
bentuk kode kriptografi. Dengan kepemilikan nomor akun dan PIN, seseorang
sudah dapat melakukan transaki cryptocurrency dengan cepat dan tanpa batasan.7

6
Andrea Pinna dan Wiebe Ruttenberg, Distributed Ledger Technologies in Securities Post-Trading, European
Central Bank Occasional Paper, No. 172, 2016, h. 12
7
Budi Sutrisno, Blockchain dan Cryptocurrency: Peran Teknologi Menuju Inklusi Keuangan?, Proceeding,
Open Society Conference, 2018, hlm. 417
Selain berbagai keunggulan yang dimiliki cryptocurrency, tidak dapat
dipungkiri terdapat kekurangan dan resiko yang ditimbulkan dari penggunaan
cryptocurrency itu sendiri, yaitu antara lain:
a. Resiko Finansial
Resiko finaansial adalah resiko berupa kerugian atau hilangnya sejumlah
uang yang dialami saat melakukan transaksi dengan cryptocurrency. Kerugian ini
dapat terjadi aibat dua hal yaitu adanya kejahatan siber (cyber crime) atau karena
adanya Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Kejahatan siber mungkin terjadi
karena sistem dalam cryptocurrency tidak terhindarkan dari adanya attack atau
serangan yang akan mengganggu jaringan dalam bertransaksi. Kejahatan siber
tersebut merupakan suatu tindakan yang jsecara sengaja dan tanpa hak
menyebabkan kerugian konsumen dalam transksi elektronik. Sedangkan
Perbuatan Melawan Hukum misalnya adanya unsur penipuan yang dilakukan
dengan sengaja untuk menimbulkan kesesatan pada orang lain dalam bertransaksi
cryptocurrency.8 Selain itu ancaman kerugian finansial juga dapat terjadi akibat
sifat votalitas cryptocurrency. Nilai tukar cryptocurrency sangatlah fluktuatif
dengan kenaikan harga yang tidak wajar sehingga rentan terhadap resiko
penggelembungan (bubble) yang berpotensi merugikan pengguna.

b. Resiko Regulasi
Resiko regulasi adalah resiko dimana adanya regulasi yang menghambat
penggunaan cryptocurrency yaitu seperti penggunaannya sebagai alat
pembayaran. Dalam suatu transaksi cryptocurrency antar negara misalnya, di
negara lain memperbolehkan melakukan pembayaran menggunakan
cryptocurrency sedangkan di Indonesia tidak dilegalkan maka akan menghambat
transaksi tersebut.

c. Resiko Sosial
Populernya cryptocurency mampu memberikan efek bandwagon. Efek badwagon
secara sederhana adalah fenomena ikut-ikutan, yaitu suatu motivasi eksternal
untuk mengkonsumsi suatu barang yaitu mengkonsumsi karena fokus pada status
sosial pada daripada manfaat emosional atau nilai-nilai batin. Faktor-faktor

8
Hans Christoper Krisnawangsa, dkk, Urgensi Pengaturan Undang-Undang Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto
Asset), Dialogia Iuridica, Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, Vol. 1, No. 1, 2021, hlm. 12
eksternal diantaranya kemewahan,pengaruh interpersonal memainkan peran
penting. Membeli produk untuk nilai simbolis dan motif sosial daripada kegunaan
fungsionalnya, dan juga sebagai sinyal kepada oranglain tentang kekayaan dan
kesuksesan, eksklusivitas dan / atau identitas pribadi.9

Dua perusahaan besar dunia seperti Google dan Microsoft juga ikut
menggunakan cryptocurrency. Google bekerja sama dengan beberapa perusahaan
blockchain terkemuka seperti Paxful, Coinbase, dan NewsCrypto untuk
menambahkan Google Pay sebagai fitur pembelian cryptocurreny. Alasan Google
untuk melakukan kerjasama dalam fitur pembelian cryptocurrency adalah tingginya
permintaan diantara investor. Sedangkan Microsoft menggunakan cryptocurrency
dengan cara yang berbeda dari Google. Microsoft memiliki paten atas teknologi yang
dapat memindai aktivitas tubuh manusia, sistem kemudian akan memberi imbalan
berupa cryptocurreny kepada operator yang telah memberikan pelayanan. 10 Dua
perusahaan multinasional seperti Google dan Microsoft yang mulai beradaptasi
dengan cryptocurrency menunjukkan bahwa eksistensi cryptocurrency memiliki
peluang dan potensi yang besar yang akan terus berkembang dan harus dimanfaatkan.

2. Regulasi dan Penegakan Hukum Cryptocurrency


Negara dalam merespon adanya fenomena baru seperti cryptocurrency memiliki
tiga pilihan, yaitu melarang secara sepenuhnya, mengaturnya, atau mengabaikannya.
Setiap negara memiliki aturan hukum cryptocurrency yang berbeda-beda. Pendekatan
yang dilakukan negara beragam sesuai dengan kultur nya masing-masing. Perbedaan
aturan hukum inilah yang menimbulkan kerancuan baik bagi perusahaan pembuat dan
pengguna cryptocurrency itu sendiri jika ingin melakukan transaksi antar negara.
Pengaturan yang tepat amatlah dibutuhkan untuk mengatur cryptocurrency
mengingat Teknologi Informasi dan Komunikasi sejatinya memunculkan implikasi
atau permasalahan baru yang perlu mendapatkan pengaturan hukumnya termasuk
kemanan (security), privasi (privacy), dan perlindungan konsumen.11

9
Asri Srigustini dan Iis Aisyah, Pergeseran Perilaku Konsumen Pada Masa Pandemi Covid-19 Ditinjau
Berdasarkan Efek Bandwagon, Snob, dan Veblen, Jurnal Inovasi Pendidikan Ekonomi, Vol. 11, No. 1, 2021,
hlm. 93
10
David Lucas Faria, Revisiting The Impact of Cryptocurrency In Our Society, Disertasi Master in Management
of Services And Technology Instituto Universitario De Lisboa, 2020, hlm. 16
Penegakan hukum atas pelanggaran atau kejahatan yang muncul dari
penggunaan cryptocurrency dilakukan dengan melakukan adaptasi dan pemahaman
secara komprehensif terhadap penggunaan teknologi. Cryptocurrency yang
merupakan bagian dari kemajuan teknologi merupakan suatu keniscayaan yang tidak
dapat dihindari. Perkembangan kehidupan manusia yang semakin kompleks
menghasilkan berbagai inovasi dalam bidang teknologi. Inovasi teknologi tersebut
dapat berkontribusi positif dalam kehidupan manusia juga memiliki resiko negatif atas
penggunaannya. Oleh sebab itu, hukum harus terus melakukan sinergi dan
berinteraksi positif dengan kemajuan teknologi. Hukum hadir untuk menjamin
optimalisasi potensi teknologi sekaligus memitigasi resiko negatif dari penggunaan
teknologi tersebut.
Bank Indonesia melarang penggunaan cryptocurrency sebagai alat pembayaran
yang menggatikan mata uang rupiah. Melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor
18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran, Bank
Indonesia mengimbau masyarakat bahwa virtual currency termasuk bitcoin tidak
diakui sebagai alat pembayaran yang sah, sehingga dilarang digunakan di Indonesia
sehingga masyarakat diminta untuk berhati-hati terhadap cryptocurrency karena
segala resiko yang terkait penggunaannya ditanggung sendiri.12

Cryptocurrency yang diperbolehkan digunakan di Indonesia adalah sebagai


suatu aset kripto. Cryptocurrency sebagai aset kripto merupakan subjek perdagangan
berjangka komoditi yang mekanismenya dilakukan dengan adanya suatu perjanjian
dan kegiatannya diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(BAPPEBTI). Pada tanggal 02 Oktober 2018, Kementerian Perdagagan RI mengakui
cryptocurrency sebagai sebagai komoditi yang dapat dijadikan subjek kontrak
berjangka yang diperdagangkan di bursa berjangka, melalui Permendag No. 99 Tahun
2018 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset
Kripto. Peraturan tersebut kemudian dijelaskan kembali dalam Peraturan Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa
Berjangka.

11
Danrivanto Budhijanto, Big Data Yurisdiksi Virtual dan Teknologi Finansial, Bandung: LoGoz Publishing,
2018, hlm. 6
12
Juniadi, A., & Markeling, I, Perlindungan Hukum Kegiatan Investasi Menggunakan Virtual Currency Di
Indonesia, Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum, Vol. 4, No. 3, 2018, hlm. 15
Menurut Pasal 1 ayat (7) Peraturan Bappebti Nomor 8 Tahun 2021 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di
Bursa Berjangka, pengertian asset kripto adalah :
“Aset Kripto (Crypto Asset) yang selanjutnya disebut Aset Kripto adalah
Komoditi tidak berwujud yang berbentuk digital, menggunakan kriptografi,
jaringan informasi teknologi, dan buku besar yang terdistribusi, untuk mengatur
penciptaan unit baru, memverifikasi transaksi, dan mengamankan transaksi
tanpa campur tangan pihak lain.”

Kehadiran cryptocurrency yang menentang adanya instistusi konstitusional yang


menjadi pusat dari transaksi menjadi salah satu pertimbangan dalam merumuskan
kebijakan untuk mengatur hal tersebut. Peraturan yang dibuat pemerintah tidak boleh
membatasi atau justru menghambat pertumbuhan cryptocurrency di Indonesia.
Peraturan yang dibuat harus berfokus untuk membuat standar yang sesuai dengan asas
pembentukan peraturan yang baik demi mendukung industri yang berkaitan dengan
cryptocurrency agar dapat tumbuh dengan stabil dan baik.

D. Penutup
Peluang dan potensi penggunaan cryptocurrency di Indonesia sangatlah terbuka
lebar. Peluang perkembangan cryptocurrency tersebut dilandasi dari keunggulan yang
ditawarkan seperti kemudahan akses, keamanan, dan keuangan inklusif yang dapat
membantu pemerataan akses layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat
waktu, lancar, dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penggunaan
cryptocurrency pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu sebagai suatu aset dan alat
pembayaran. Kegunaan cryptocurrency yang diperbolehkan berdasarkan regulasi di
Indonesia adalah sebagai aset komoditas yang diawasi oleh Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Dalam rangka mendorong pertumbuhan
positif cryptocurrency di Indonesia maka pemerintah selaku regulator harus memastikan
perwujudan entitas cryptocurrency yang aman, terstruktur, dan stabil.
Daftar Pustaka

A. Buku
Danrivanto Budhijanto, Big Data Yurisdiksi Virtual dan Teknologi Finansial, Badnung:
LoGoz Publishing, 2018.
Dimaz Anka Wijaya, Bitcoin Mining Dan Cryptocurrency Lainnya, Jasakom, Jakarta,
2018.
Ibnu Saefullah, Bitcoin dan Cryptocurrency, Kainoe Books, Indramayu, 2018.
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi Tesis serta Disertasi, Penerbit
Alfabeta, Bandung, 2017.

B. Makalah/Artikel/Prosiding/Hasil Penelitian
Andrea Pinna dan Wiebe Ruttenberg, Distributed Ledger Technologies in Securities Post-
Trading, European Central Bank Occasional Paper, No. 172, 2016.
Asri Srigustini dan Iis Aisyah, Pergeseran Perilaku Konsumen Pada Masa Pandemi
Covid-19 Ditinjau Berdasarkan Efek Bandwagon, Snob, dan Veblen, Jurnal Inovasi
Pendidikan Ekonomi, Vol. 11, No. 1, 2021.
Budi Sutrisno, Blockchain dan Cryptocurrency: Peran Teknologi Menuju Inklusi
Keuangan?, Proceeding, Open Society Conference, 2018.
David Lucas Faria, Revisiting The Impact of Cryptocurrency In Our Society, Disertasi
Master in Management of Services And Technology Instituto Universitario De Lisboa,
2020.
Hans Christoper Krisnawangsa, dkk, Urgensi Pengaturan Undang-Undang Pasar Fisik
Aset Kripto (Crypto Asset), Dialogia Iuridica, Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, Vol. 1,
No. 1, 2021.

C. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan
Transaksi Pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai