Anda di halaman 1dari 7

LMKN Bahas Regulasi Pendistribusian

Royalti Musik dan Lagu


Bogor - Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa perkembangan era digital dewasa ini telah
membawa dampak perubahan perilaku masyarakat dari berbagai sektor kehidupan, salah satunya
dunia seni permusikan.

Dengan munculnya platform lagu atau musik digital menciptakan perubahan tatanan pada
industri musik dunia saat ini. Sebut saja Youtube dan Tiktok yang banyak dinikmati oleh
masyarakat.

Menarik untuk menjadi bahan diskusi bersama adalah mengenai aktifitas ‘music cover’ dan
‘music streaming’ para penyanyi dan pembuat konten.

Aktifitas ‘music cover’ dan ‘music streaming’ ini merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat
kita kesampingkan dengan keberadaan hukum di Indonesia. Terlebih, dalam aktifitas ini
menawarkan skema monetasi yang menjanjikan dalam meningkatkan pendapatan serta
popularitas.

Yurod Saleh, selaku Ketua Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) menyampaikan
perkembangan teknologi harus disikapi secara positif. “Platform digital jangan sampai
mengekang kreatifitas masyarakat yang ingin berkarya melalui platform digital,” tegasnya.

Oleh karenanya, LMKN bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


mengadakan Focus Group Discussion (FGD) tentang Pelindungan Hukum Terhadap Pengguna
Karya Musik Melalui Platform Digital.

Sehingga ‘music cover’ dan ‘music streaming’ menjadi alternatif bagi mereka yang ingin eksis di
dalam masyarakat. Bahkan tidak jarang, penyanyi atau pembuat konten lagu tersebut lebih
terkenal dibanding penyanyi aslinya.

Dari fenomena tersebut, maka pemerintah perlu mengatur regulasi untuk melindungi hak moral
dan hak ekonomi para pencipta lagu dan musik.

Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI) Freddy Harris berpendapat aturan tersebut
perlu dibahas antara Kementerian/Lembaga terkait seperti dengan Direktorat Perfilman, Musik
dan Media Baru, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM serta
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

“Kerja sama ini menjadi penting, karena nanti konsep regulasinya akan melibatkan instansi ini,”
ujar Freddy saat memberi sambutan acara FGD Pelindungan Hukum Terhadap Pengguna Karya
Musik Melalui Platform Digital di Hotel Salak Bogor, Selasa (17/11/2020).
Menurut Freddy, melalui LMKN sebagai lembaga yang memiliki tugas dan fungsi
mengumpulkan dan menyalurkan royalti, tentunya memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
untuk Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan Pemilik Hak Terkait.

“LMKN tentunya sangat konsen dengan dunia musik dan saya melihat di periode keduanya ini
mencoba berupaya keras,” ungkapnya.

Pemerintah Perlu Meregulasi Platform Musik Digital

Freddy Harris menegaskan pemerintah harus segera membentuk aturan penarikan dan
pendistribusian royalti dari platform digital.

“Kita harus menentukan aturan terkait royalti. Tentukan platform-nya, pemerintah yang
menentukan regulasinya,” ucapnya. Ia juga berpesan untuk tidak terkecoh dengan istilah yang
diterapkan youtube terkait Adsense dengan royalti.

Menurutnya, Adsense itu seperti honor yang didapat dari iklan. “Antara adsense dan royalti itu
berbeda. Adsense itu seperti honor, adsense itu diambil dari iklan. Makanya saya bilang kita
harus cermati itu,” terang Freddy.

Pada kesempatan yang sama, Yurod Saleh mengatakan perlu merespon perkembangan teknologi
dibidang permusikan sebagai upaya melindungi para Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan Pemilik
Hak Terkait.

“Terkadang kita fikir, bagaimana pelindungan terhadap para pencipta lagu, mereka pengguna
Tiktok dan Youtube lebih terkenal dan bahkan penghasilannya lebih besar dari pada pemilik lagu
aslinya,” ungkap Yurod.

“Ini kalau kita lengah, kita tidak perhatikan, kedudukan dari para pencipta dan pihak-pihak
terkait akan semakin lemah hak-haknya, termasuk hak ekonominya,” tambahnya
Ingin Menggunakan Lagu Orang Lain?
Ketahui Cara Memperoleh Izinnya!
Awal tahun ini, industri musik sempat diramaikan oleh gugatan perkara yang diajukan oleh PT
Digital Rantai Maya kepada TikTok Pte. Ltd. TikTok digugat untuk mengganti kerugian sebesar
Rp 13,1 miliar karena diduga melanggar hak cipta atas lagu milik Virgoun. Dalam petitumnya,
TikTok dituntut karena dianggap secara tidak sah dan tanpa izin melakukan penggandaan,
pengedaran, dan penyebaran lagu-lagu pada master sound atau master rekaman milik PT Digital
Rantai Maya. Lagu memang menjadi salah satu hak cipta yang dilindungi sehingga tidak bisa
sembarangan untuk digunakan. Untuk menggunakan karya cipta lagu maka orang tersebut harus
mengantongi izin terlebih dahulu. Jika dilakukan tanpa izin hal tersebut termasuk kedalam
pelanggaran hak cipta dan yang melanggar dapat dituntut. Lalu, bagaimana cara memperoleh izin
hak cipta lagu agar tidak mengalami gugatan yang sama seperti TikTok? Mari simak jawaban
dari Kontrak Hukum berikut ini.

Sebagai informasi, pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi/hak eksklusif untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak
ekonomi untuk melakukan, diantaranya:

a. Penerbitan ciptaan

b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya

c. Penerjemahan ciptaan

d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan

e. Pendistribusian ciptaan atau salinannya

f. Pertunjukan ciptaan

g. Pengumuman ciptaan

h. Komunikasi ciptaan
i. Penyewaan ciptaan.

Ketika ada pihak lain yang ingin melaksanakan hak ekonomi tersebut, maka pihak tersebut wajib
memperoleh lisensi dari pencipta atau pemegang hak cipta. Lisensi adalah izin tertulis yang
diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk hak terkait dengan syarat tertentu.

Dalam industri musik dikenal pihak yang disebut publisher dan label musik. Jika music publisher
adalah pihak yang diberi kuasa oleh pencipta untuk mengurus hak cipta atas lagu ciptaannya
sehingga pencipta tidak perlu memikirkan bagaimana pengelolaan secara ekonomi atas ciptaan
miliknya maka label musik adalah pihak yang mengelola rekaman musik milik musisi. Lalu, apa
hubungan publisher dengan label musik?

Apabila ada musisi yang ingin menyanyikan lagu milik pencipta tersebut, pihak tersebut dapat
meminta lisensi dari publisher sebagai pemegang hak cipta. Jika pencipta ternyata tidak memiliki
publisher maka izin harus diperoleh secara langsung dari pencipta lagu tersebut. Artinya, musisi
hanya dapat menyanyikan lagu pencipta setelah memperoleh izin dari publisher.

Ketika lagu tersebut telah dinyanyikan oleh musisi, label akan memperoleh hak terkait sehingga
dapat melakukan pengelolaan atas rekaman lagu tersebut. Hak terkait adalah hak yang berkaitan
dengan hak cipta yang merupakan hak eksklusif bagi produser fonogram/pihak yang pertama kali
merekam lagu. Label selaku produser fonogram memiliki hak ekonomi untuk penggandaan lagu
dengan cara atau bentuk apapun, pendistribusian atas lagu atau salinannya, penyewaan dan
penyediaan lagu. Saat ada pihak yang ingin menyetel atau menggunakan lagu yang sudah
dinyanyikan oleh musisi tersebut entah sebagai soundtrack atau ingin diputar di restoran dan
tempat umum lainnya, pihak yang akan menggunakan lagu tersebut harus meminta izin dari label
musik selaku pemegang master rekaman.

Lisensi diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait kepada pihak lain dengan
cara perjanjian tertulis. Perjanjian lisensi dapat berlaku selama jangka waktu tertentu namun
tidak boleh melebihi masa berlaku hak cipta dan hak terkait. Perjanjian juga harus disertai
dengan kewajiban penerima lisensi untuk memberikan sejumlah royalti kepada pemegang hak
cipta atau pemilik hak terkait selama jangka waktu lisensi. Umumnya, perjanjian lisensi
mencangkup aspek-aspek, diantaranya :

a.       Identitas para pihak yang akan membuat kontrak termasuk kedudukannya.

b.      Ruang lingkup perjanjian/bentuk pemberian izin.

c.       Wilayah perjanjian.

d.      Hak dan kewajiban para pihak.

e.       Ketentuan mengenai pembayaran dan tata cara pembayaran dilakukan.

f.        Jangka waktu berlakunya perjanjian.

g.      Pelanggaran dan sanksi.

h.      Pembatalan.

i.        Penyelesaian perselisihan.

j.        Lampiran perjanjian, biasanya berisi list lagu yang akan digunakan.

Meskipun telah dilakukan perjanjian, hal tersebut tidak menghilangkan hak pencipta atas
ciptaannya karena perjanjian bukanlah bentuk pengambilalihan hak.

Penggunaan atau pemanfaatan hak ekonomi atas ciptaan yang dilakukan tanpa izin dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta dan tentunya menimbulkan sanksi. Menurut UU
Hak Cipta, setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin melakukan pelanggaran hak
ekonomi untuk penggunaan secara komersial maka orang tersebut dapat dipidana dengan penjara
paling lama 1-10 tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100 juta - Rp 4 miliar. Dalam
kasus Virgoun, TikTok telah menggunakan lagu Virgoun tanpa izin dari PT Digital Rantai Maya
selaku label yang menaungi Virgoun sehingga TikTok dianggap telah melakukan pelanggaran
hak cipta.
Nah, Sobat KH untuk menghindari gugatan seperti yang terjadi dengan TikTok jangan lupa
untuk meminta izin/lisensi dari pihak yang berwenang ketika akan menggunakan karya cipta
lagu milik seseorang. Jika Sobat KH memiliki pertanyaan mengenai lisensi, membutuhkan
bantuan dalam mengurus dan mereview perjanjian lisensi, atau ingin berkonsultasi mengenai
masalah hukum lainnya, jangan ragu untuk menghubungi Kontrak Hukum di 0821-2555-5332,
Kontrak Hukum siap membantu dan memberikan solusi terbaik.
TANGGAPAN TIKTOK SOAL PERLINDUNGAN
HAKI DI PLATFORMNYA
https://www.antaranews.com/berita/1820520/tiktok-menjawab-soal-perlindungan-hak-cipta-lagu

Jakarta (ANTARA) - Head of User and Contents Operations TikTok Angga Anugrah
Saputra memberikan tanggapan soal isu perlindungan hak cipta atas lagu dari para
musisi yang digunakan dalam aplikasi tersebut.

Menurut Angga, TikTok sebagai aplikasi bagi para konten kreator telah memiliki
aturan mengenai perlindungan hak kekayaan intelektual yang tertuang dalam
panduan layanan.

"Kami sangat memperhatikan itu ya soal hak kekayaan intelektual termasuk di


dalamnya hak cipta musik yang ada di TikTok seperti yang tercantum di panduan
layanan dan komunitas," kata Angga Anugrah Saputra dalam jumpa pers virtual,
Rabu.

Angga menambahkan bahwa TikTok memberikan wadah bagi para pengguna untuk
menyalurkan kreativitas dan karya mereka melalui aplikasi tersebut.

Namun dengan tegas, jelas Angga, TikTok tidak akan mengizinkan para pengguna
untuk mengunggah, berbagi, atau membuat konten apa pun yang berpotensi
melanggar hak cipta.

"Kami pun juga pro aktif untuk melindungi hak cipta lagu dari musisi nasional dan
internasional juga. Supaya aman untuk para user menyalurkan kreativitas," ujar
Angga.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa semua lagu yang terdapat dalam aplikasi
TikTok sudah melalui proses perizinan yang melibatkan pemilik kekayaan intelektual
dari lagu atau karya musik tersebut.

"Dan memang lagu di library kita harus seizin dari pemilik lagunya. Biasanya ada
dari music label, ada juga dari publisher dan musisinya juga," imbuhnya.

Anda mungkin juga menyukai