Anda di halaman 1dari 15

HAK CIPTA LAGU “LAGU RINDU” OLEH

DOADIBADAI HOLLO (BADAI KERISPATIH)”

NAMA KAMU
NPM KAMU

ABSTRAK
Hak Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut HKI merupakan terjemahan dari
Intellectual Property Rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang timbul bagi
hasil pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. HKI
juga dapat diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu
yang berguna bagi orang lain. HKI memberikan suatu apresiasi dan penghargaan yang
besar terhadap para pencipta atau pemegang hak cipta, diantaranya diberikannya hak-
hak yang hanya dimiliki oleh para pencipta atau pemegang hak cipta. Melihat sebuah
karya lagu yang tidak terlepas dari nilai ekonomis yang tinggi tentunya hal ini
membuktikan hak ekonomi (economic rights) selalu melekat terhadap seorang pencipta
atas hasil karya atau ciptaannya. Tentunya dalam upaya untuk meningkatkan dalam
menikmati hasil atas hak ekonomi atas karyanya, si pencipta dapat memberikan izin
bagi orang lain untuk mempertunjukkan/mengumumkan (perfoming rights) atau
memperbanyak (mechanical rights) demi tujuan komersial dengan mendasarkan pada
perjanjian lisensi. Permasalahan yang diangkat pada artikel ini adalah bagaimanakah
perlindungan hak cipta pada Lagu berjudul “Lagu Rindu” yang diciptakan oleh
Doadibadai Hollo. Dari hasil pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa teradapt
perbedaan yang terperinci antara pencipta, pelaku pengumuman dan perbanyakan hak
cipta serta pendapatan keuntungan dalam bentuk royalti terhadap si pencipta.
Doadibadai Hollo (Badai) sebagai pencipta Lagu Rindu jika ingin memperbanyak dan
memproduksi lagunya dapat memberikan izin yang terkait kepada salah satu produser
untuk dijual dalam bentuk hasil rekaman dari Lagu Rindu tersebut. Dengan pelaku dan
Produser mendapatkan copyright atas karya rekaman suara itu dari Badai.
Kata Kunci: Cipta; HKI; Lagu

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN


Hak kekayaan intelektual yang di dalamnya terdapat hak milik intelektual
memberikan pengertian yaitu hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu
kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam
berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan
manusia yang menjadikan hal itu satu keharusan untuk menunjang kehidupannya di
dalam masyarakat.1 Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu:

1. Hak cipta (copyright);


2. Hak kekayaan industry (industrial property rights), yang mencakup:
a. Paten (patent);
b. Desain industry (industrial design);
c. Merek (trademark);
d. Penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair
competition);
e. Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit);
f. Rahasia dagang (trade secret)

Hak Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut HKI merupakan terjemahan dari
Intellectual Property Rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang timbul bagi
hasil pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. HKI
juga dapat diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu
yang berguna bagi orang lain. objek atau hal-hal yang diatur dalam HKI adalah karya-
karya yang lahir dari kemampuan intelektual (daya pikir) manusia. 2 Tumbuhnya
konsepsi kekayaan atas karya-karya intelektual manusia pada akhirnya menimbulkan
kebutuhan untuk melindungi atau mempertahankan kekayaan tersebut. Pada gilirannya
akan melahirkan konsepsi perlindungan hukum atas kekayaan intelektual tadi, termasuk
di dalamnya adalah pengakuan hak terhadapnya. Sesuai dengan hakikatnya pula, HKI
dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang sifatnya tidak berwujud. 3

HKI memberikan suatu apresiasi dan penghargaan yang besar terhadap para
pencipta atau pemegang hak cipta, diantaranya diberikannya hak-hak yang hanya
dimiliki oleh para pencipta atau pemegang hak cipta. Hak-hak tersebut bertujuan agar
para pencipta mendapatkan keuntungan dari karya ciptaanya baik berupa uang
1
R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta:Pradya Paramita,
1996), hlm. 155
2
Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Haki-Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta:Erlangga, 2008),
hlm. 2
3
Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Asset Intelektual, (Bandung:Nuansa Aulia, 2010)
hlm. 3
ataupun pengakuan dari masyarakat atas karya ciptaannya. Beberapa hak yang dimiliki
oleh pencipta terdiri dari hak eksklusif, hak ekonomi dan hak moral. UUHC telah
mengatur penjelasan dari ketiga hak tersebut. Menurut UUHC, pencipta adalah
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi. Bentuk yang khas dan pribadi dapat diartikan sebagai perwujudan ide dan
pemikiran pencipta yang mewujudkan identitas dan kualitas dirinya. 4

Di era global keberadaan dan perkembangan karya cipta music dan lagu sebagai
salah satu bagian yang dilindungi hak cipta, tidak kalah pentingnya dibandingkan
dengan industri teknologi lainnya. Industri ini dibentuk dari industri kultural yang
menempati posisi yang cukup diperhitungkan. Menurut Arnel Affandi, sebagai contoh
yaitu negara Amerika Serikat yang merupakan Negara Adidaya yang mengandalkan
industri musik dan lagu sebagai sumber devisa dalam perdagangan internasionalnya.
Industri ini juga merupakan salah satu komoditi yang paling potensial bagi transaksi
perdagangan internasional, karena mempunyai segmen pasar yang sangat luas dan
mampu melewati batas-batas negara. Selain itu musik dan lagu juga dinikmati oleh
seluruh kalangan masyarakat tanpa mengenal batas usia. Dengan demikian musik dan
lagu sebagai sebuah komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. 5

Melihat sebuah karya lagu yang tidak terlepas dari nilai ekonomis yang tinggi
tentunya hal ini membuktikan hak ekonomi (economic rights) selalu melekat terhadap
seorang pencipta atas hasil karya atau ciptaannya. Tentunya dalam upaya untuk
meningkatkan dalam menikmati hasil atas hak ekonomi atas karyanya, si pencipta
dapat memberikan izin bagi orang lain untuk mempertunjukkan/mengumumkan
(perfoming rights) atau memperbanyak (mechanical rights) demi tujuan komersial
dengan mendasarkan pada perjanjian lisensi. Lisensi sendiri memberikan pengertian
mengenai izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak
Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau
4
Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2008),
hlm. 19
5
Arnel Affandi, Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum Industri Perekaman Suara, Cet. V,
(Bandung:Citra Aditya Bakti, 1997), hlm.19
produk Hak Terkait dengan syarat tertentu. 6 Atas pemberian lisensi tersebut oleh
pencipta, penerima lisensi dapat mengumumkan dan memperbanyak suatu
ciptaan/karya dari si pencipta. Menurut Pasal 35 ayat (2) UU Hak Cipta
Pencipta/Pemegang Hak Terkait mendapatkan imbalan dalam bentuk Royalti dalam
penggunaan karya ciptanya oleh orang lain secara komersial. Begitu juga hak dan
kewajiban antara penerima lisensi dan Pemegang Hak Cipta terkait pemberian Royalti
yang sebagaimana telah diatur dalam perjanjian lisensi tersebut. 7

Karya lagu yang diciptakan oleh para musisi saat ini mendapatkan penghargaan
yang luar biasa di masyarkat sehingga perlindungan terhadap hak moral ataupun hak
ekonomi dari pencipta lagu tidak dapat diabaikan. UU Hak Cipta tidak mengatur secara
khusus mengenai pengertian hak cipta lagu/musik, tetapi lagu/musik merupakan salah
satu karya yang dilindungi oleh UU Hak Cipta dalam bentukan secara utuh yaitu
meliputi melodi, syair dan aransemennya termasuk notasi. 8 Dalam penciptaan lagu,
para pencipta lagu juga sering bertemu dengan macam-macam rumah produksi atau
perusahaan rekaman. Rumah produksi atau perusahaan rekaman dalam kerjasamanya
dengan pencipta lagu bertujuan untuk mengumumkan dan memperbanyak lagu-lagu
dari musisi yang ada. Dalam hal kerjasama ini, para pencipta lagu dapat memberikan
lisensi kepada rumah-rumah produsi atau perusahaan rekaman untuk mengumumkan
atau memperbanyak karya/lagu yang diciptakannya. Tentunnya dengan pemberian
lisensi tersebut, pencipta berhak menerima royalti atas pengumuman atau
perbanyakan ciptaan yang dilakukan oleh pihak lain/pemegang lisensi.

Melihat adanya hak ekonomi atas karya/lagu oleh pencipta yang berupa royalti, hal
ini berhubungan dengan pencapain maksimal keuntungan yang diraih oleh
pencipta/musisi dalam menjual karya/lagunya. Dalam pencapaian tersebut,
dibutuhkannya suatu bantuan dari pihak/lembaga lain untuk membantu pencipta
menghimpun keuntungan yang ada atas karya/lagu yang telah diumumkan/diperbanyak
untuk tujuan komersial. Di Indonesia sendiri sudah ada suatu lembaga yang membantu
pencipta untuk mengumpulkan royalti yang berhubungan dengan pembagian

6
Pasal 1 angka 20 UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
7
Pasal 80 UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
8
Pasal 40 ayat (1) huruf d UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
keuntungan dari penggunaan hak cipta yang diperoleh pencipta atas izin yang diberikan
kepada pihak lain oleh pencipta atau pemegang hak cipta atas penggunaan atas suatu
ciptaan yaitu Lembaga Manajemen Kolektif. Lembaga Manajemen Kolektif ini
membantu para pencipta dalam mengontrol setiap karya yang telah diperdengarkan
disetiap tempat seperti, stasiun televisi, radio, restoran dan tempat lainnya yang bersifat
komersil. Tentunya pencipta melakukan penunjukan kuasa (orang/lembaga) untuk
melakukan pengawasan dan pengurusan atas karya cipta musisi tersebut. 9

Melihat penjelasan di atas, penulis dalam paper ini tertarik dalam membahas
bagaimana suatu perjalanan penciptaan sebuah karya/lagu hingga pada sampai
karya/lagunya tersebut dapat di dengarkan di berbagai media dan tempat. Oleh karena
itu, penulis akan membahas perjalanan karya/lagu “Lagu Rindu oleh Doadibadai
Hollo"

B. IDENTIFIKASI PERMASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi pembahasan pada artikel

ini ialah bagaimanakah perlindungan hak cipta pada Lagu berjudul “Lagu Rindu” yang

diciptakan oleh Doadibadai Hollo?

C. TINJAUAN PUSTAKA
Sebuah karya lagu yang telah tercipta pada dasarnya adalah sebuah karya
intelektual pencipta sebagai perwujudan kualitas rasa, karsa, dan kemampuan
pencipta. Keahlian mencipta bagi seorang pencipta, bukan saja kelebihan/ anugerah
yang diebrikan Tuhan yang dimanfaatkan hanya sekedar penyaluran ungkapan
kandungan cita rasanya belaka, tetapi mempunyai nilai-nilai moral dan ekonomi
sehingga hasil ciptaannya menjadi sumber penghidupannya.

Pengertian pencipta yang termuat pada UU No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta
menyebutkan:10

9
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl594/apakah-lembaga-pengumpul-royalti-dibenarkan-
secara-hukum?, diakses pada pukul 10.46 WIB, 20 oktober 2020
10
Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
“Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi”

Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang dengan kemampuan


bakat dan pikiran serta melalui inspirasi dan imajinasi yang dikembangkannya
sehingga dapat menghasilkan karya-karya yang khusus atau spesifik dan bersifat
pribadi. Pencipta sebagai pemilik adan pemegang hak cipta memiliki hak khusus
atau hak eksklusif (exclusive right) untuk mengumumkan dan memperbanyak serta
mengedarkan ciptaannya. Hak itu dapat diberikanya kepada orang lain dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Pengertian Pemegang Hak Cipta yang termuat pada UU No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta menyebutkan:11

“Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang
menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima
lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah”

Di dalam hak cipta karya musik biasanya terjadi pemisahan antara pemilik hak
cipta (Pencipta), Pemegang Hak Cipta (Publisher, dll), dan Pengguna Hak Cipta
(users).12 Di dalam karya musik adapat disimpulkan bahwa seorang pencipta lagu
memiliki gak asepenuhnya untuk melakukan eksploitasi atas lagu ciptaannya. Hal ini
berarti bahwa pihak-pihak yang ingin memanfaatkan karya tersebut harus meminta
izin terlebih dahulu kepada penciptanya sebagai pemilik dan pemegang hak cipta.

Pengguna atau user dalam karya cipta lagu atau musik menurut Husain Audah
dibagi menjadi:13

a. Untuk Mechanical Rights (hak memperbanyak), pengguna atau user adalah


pengusaha rekaman (recording company);
11
Ibid., Penjelasan Pasal 1 angka 4
12
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional, Undang-Undang Hak
Cipta 1997 dan Perlindungannya terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitannya, (Bandung: PT. Alumni,
2002), hlm. 131.
13
Husain Audah, Hak Cipta dan Karya CIpta Musik, Jakarta: (PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2004),
hlm. 17
b. Untuk Performing Right (hak mengumumkan), pengguna atau user adalah
badan yang menggunakan karya musik untuk keperluan komersil, (broadcast,
hotel, restoran, karaoke, diskotik, dll);
c. Untuk Printing Rights, pengguna atau user adalah badan yang menerbitkan
karya musik dalam bentuk cetakan, baik notasi (melodi lagu) maupun liriknya
untuk keperluan komersil;
d. Untuk Synchronization Rights, pengguna atau user adalah pelaku yang
menggabungkan karya cipta musik (audio) ke dalam gambar/film (visual) untuk
kepentingan komersil.

Dari berbagai pengertian di atas, maka Peneliti menyimpulkan bahwa pengguna


atau user adalah setiap orang/badan hukum, misalnya stasiun televisi, stasiun radio,
karaoke, jasa perjalanan, jasa penerbangan, hotel, pusat perbelanjaan, restoran,
yang melakukan pengumuman dalam arti menyiarkan, mempertunjukkan suatu
karya cipta (rekaman lagu atau musik.

Salah satu aspek hak khusus pada Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak
ekonomi. Hak ekonomi itu diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual dapat
digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau perdagangan yang
mendatangkan keuntungan. Dengan demikian Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dapat
menjadi objek perdagangan.14 Hak ekonomi seperti halnya hak moral pada mulanya
ada pada pencipta. Namun jika pencipta tidak akan mengekploitasinya sendiri,
pencipta dapat mengalihkannya kepada pihak lain yang kemudian menjadi
pemegang hak.

Pengalihan hak eksploitasi ekonomi suatu ciptaan biasanya dilakukan


berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam suatu perjanjian. Ada 2
(dua) cara pengalihan hak ekonomi yaitu:15

a. Pengalihan hak ekonomi dari pencipta kepada pemegang hak cipta


dengan memberikan izin atau lisensi berdasarkan suatu perjanjian yang
14
Insan Budi Maulana, Sukses Bisnis melalui Merek, Paten, dan Hak Cipta, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1997), hlm. 5.
15
Edy Damian, Op.Cit.,hlm. 113.
mencantumkan hak-hak pemegang hak cipta dalam jangka waktu tertentu
untuk melakukan perbuatan tertentu dalam kerangka eksploitasi ciptaan
yang tetap dimiliki oleh pencipta. Untuk peralihan hak ekonomi ini
pencipta memperoleh suatu jumlah uang yang tertentu sebagai
imbalannya;
b. Penyerahan yang diserahkan berdasarkan perjanjian oleh pencipta
kepada pihak lain yang kemudian menjadi pemegang hak cipta adalah
seluruh hak cipta atau sebagiannya dari suatu ciptaan yang diatur dalam
Undang-Undang Hak Cipta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Pencipta menyerahkan seluruh ahk ciptanya kepada pemegang hak cipta
dengan cara menjual seluruh hak ciptanya dengan cara penyerahan.

Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik
Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya
atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu. 16 Yang dapat dijadikan pegangan
bagi pengguna dalam karya cipta lagu atau music adalah lisensi atau izin eksploitasi
ciptaan, baik untuk Mechanical Rights, Performing Rights, Synchronazation Rights
maupun Printing Rights yang dituangkan dalam sebuah perjanjian tertulis. Penerima
lisensi harus mengetahui keabsahan dan kepemilikan atas obyek dari lisensi.
Dengan demikian pemakai atau penerima hak lisensi harus mengetahui hak dan
kewajibannya dalam menyerahkan/menggunakan hak yang ada dalam hak cipta itu.
Dalam lisensi dapat diatur tentang pembayaran biaya lisensi berikut tahapannya,
royalti atau biaya-biaya lainnya kepada pemilik kekayaan intelektual.

Pada dasarnya ada empat penggunaan karya cipta lagu atau music yang harus
melalui pemberian lisensi, yaitu:17

a. Lisensi mekanikal
Lisensi ini diberikan kepada perusahaan rekaman sebagai bentuk izin
penggunaan karya cipta. Seorang pencipta lagu dapat melakukan negoisasi

16
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta., Penjelasan Pasal 1 angka 20
17
Husain Audah, Op.Cit., hlm. 29-32.
langsung atau melalui penerbit musiknya dengan siapa saja yang
menginginkan lagu ciptaannya untuk dieksploitasi.
b. Lisensi pengumuman/penyiaran
Lisensi ini adalah bentuk izin yang diberikan oleh pemilik hak cipta bagi
lembaga-lembaga penyiaran, seperti stasiun televise, stasiun radio, konser-
konser, dan lain sebagainya. Setiap kali sebuah lagu ditampilkan atau
diperdengarkan kepada umum untuk kepentingan komersial, penyelenggara
siaran tersebut berkewajiban membayar royalti kepada si pencipta lagunya.
c. Lisensi sinkronisasi
Lisensi ini digunakan bagi pengguna yang mengeksploitasi ciptaan
seseorang dalam bentuk visual image untuk kepentingan komersial.
d. Lisensi mengumumkan lembar hasil cetakan
Lisensi ini diberikan untuk kepentingan pengumuman sebuah lagu dalam
bentuk cetakan, baik untuk partitur musik maupun kumpulan notasi dan lirik
lagu-lagu yang diedarkan secara komersial.
e. Lisensi luar negeri
Lisensi ini adalah sebuah lisensi yang diberikan pencipta lagu atau penerbit
music kepada sebuah perusahaan Agency di sebuah negara untuk mewakili
mereka untuk memungut royalti lagunya atas penggunaan yang dilakukan
oleh pengguna di negara bersangkutan bahkan di seluruh dunia.

D. HASIL ANALISIS

Band Kerispatih terbentuk pada 21 April 2003 dengan formasi vokalis masih kosong
dan pada tahun 2004 posisi vokalis diisi, sehingga band ini terbentuk dengan formasi
Sammy (vokalis), Badai (keyboard), Arief (gitaris), Andika (bassis), dan Anton
(Drummer). Pada formasi awal band Kerispatih, mereka merilis album perdana dengan
judul “Kejujuran Hati” pada tahun 2005 lewat 12 lagu mereka. Dalam album ini
beberapa lagu menjadi lagu andalan mereka untuk di kalangan masyarakat saat itu.
Salah satunya adalah Lagu Rindu. 18 Lagu Rindu diciptakan oleh Doadibadai Hollo
(Badai) Kerispatih pada saat itu. Lagu ini kerap sekali di bawakan oleh Kerispatih
sendiri ketika mengadakan Konser, Event musik, Radio, dan Televisi. Bahkan lagu ini
kerap sekali didengarkan oleh masyarakat di berbagai acara/tempat komersil yang
tentunya menggunakan lagu ini sebagai pendapatan acara/tempat tersebut tersendiri.
Dan hal ini menimbulkan muncunya penggunaan karya/lagu Badai kerispatih yaitu Lagu
Rindu dan tentunya tidak luput dari royalti yang harus diberikan terhadap Badai
Kerispatih.

Lagu rindu yang merupakan salah satu lagu dalam album “Kejujuran Hati”
merupakan lagu di bawah perusahaan label rekaman PT. Nagaswara Sakti. PT.
Nagaswara Sakti didirikan oleh Rahayu Kertawiguna. Pada akhir tahun 2005 PT.
Nagaswara Sakti menjalin kontrak dengan band Kerispatih. Setiap lagu-lagu yang
dikeluarkan oleh Kerispatih, diumumkan dan diperbanyak oleh PT. Nagaswara Sakti
baik melalui program musik di televisi nasional, radio, dan penjualan kaset dalam
bentuk CD dan kaset tape recorder di setiap toko-toko musik yang menyediakan
penjualan lagu-lagu kerispatih di album “Kejujuran Hati” salah satunya adalah lagu
rindu. Sebelumnya, Lagu Rindu ciptaan Badai Kerispatih ini merupakan lagu yang
diproduksi oleh tangan badai kerispatih sendiri, baik secara notasi, melodi, dan
aransemen yang terkait. Kemudian Badai Kerispatih melakukan pengisian terhadap
setiap instrumen-instrumen yang ada di Lagu Rindu hingga dinyanyikan oleh Sammy
yang dimana sebagai vokalis Kerispatih sendiri pada waktu itu. Badai Kerispatih melalui
Lagu Rindu memberikan Performance Rights kepada bandnya sendiri pada waktu itu
yaitu Kerispatih umtuk dibawakan di acara-acara komersial seperti event musik, televisi
dan radio hingga dalam pembuatan video klip Lagu Rindu melibatkan semua personil
Kerispatih pada saat itu.

Proses penciptaan Lagu Rindu tentunya tidak luput dari proses aturan yang
menjamin hak cipta dari karya Badai Kerispatih tersebut. Sewaktu Badai masih aktif di
Kerispatih, Badai merupakan Pengurus WAMI. WAMI adalah Wahana Musik Indonesia
yang merupakan badan usaha yang mengelola secara kolektif eksploitasi karya cipta
18
http://awalberdirinyaband.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-awal-berdirinya-band-kerispatih.html,
diakses pada pukul 12.29, 20 Oktober 2020.
lagu yang berkaitan dengan hak mengumumkan (Performing Rights) yang telah resmi
diakui secara internasional. WAMI sendiri telah ada sejak 15 September 2006 dan
disahkan secara resmi oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 5
januari 2007. WAMI sendiri mendapatkan kuasa untuk mengelola Performing Rights
lagu-lagu terbitan perusahaan label rekaman salah satunya PT. Nagaswara Sakti.

PT. Nagaswara Sakti sendiri juga mem-publish Lagu Rindu di beberapa TV Nasional
hingga lokal dan juga lagu ini diumumkan melalui radio juga tentunya. Selama
pengumuman Lagu Rindu ini di kalangan masyarakat indonesia khususnya, minim
sekali terjadi pelanggaran terhadap lagu ciptaan Badai Kerispatih tersebut. Karena
adanya proses awal dari penciptaan hingga pengumuman/perbanyak Lagu Rindu
ciptaan Badai kerispatih melalui mekanisme sesuai UU Hak Cipta. Badai Kerispatih
sendiri sudah mendaftarkan lagunya di LMKN (Lembaga Manajemen Kolektif Negara).
Hal ini dijelaskan oleh Badai Kerispatih sendiri setelah meninggalkan Band Kerispatih
pada tangal 24 Mei 2016. Badai Kerispatih menjelaskan terutama untuk lagu ciptaannya
salah satunya Lagu Rindu jika ingin dibawakan oleh band/personal terutama bandnya
dulu sendiri, harus mendapatkan izin langsung dari Badai sendiri, baik itu perform
ataupun off air.19

Melihat proses penciptaan lagu hingga perolehan royalti Lagu Rindu oleh
Doadibadai Hollo di atas dapat dijabarkan setiap proses atas karya cipta lagu Badai
tersebut. Pada Proses penciptaan lagu rindu oleh Badai tersebut, tentunya ada hak
ekonomi yang terkait dalam lagu tersebut. Badai jika ingin mendapat keuntungan
semaksimal mungkin melalui Lagu Rindu tersebut tentunya harus memperbanyak dan
kemudian mempublish, atau membuat ciptaan itu dapat dinikmati oleh publik. Lagu
Rindu tersebut tentunya diperdengarkan oleh Badai dan Kerispatih pada waktu itu.
Memperdengarkan dalam hal ini dapat dilakukan melalui live performance atau melalui
pemutaran ulang rekaman suara lagu tersebut. 20

19
http://m.cumicumi.com/index.php/news/cumi-music/101543/kerispatih-dilarang-bawakan-lagu-
badai-tanpa-izin, diakses pada pukul 13.25 WIB, 20 Oktober 2020.
20
Agus Sardjono, Hak Cipta Bukan Hanya Copyright, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40
No.2 April- Juni 2010. hlm. 257.
Untuk dapat memutar ulang di berbagai tempat, tentu lagu tersebut harus direkam
dan diperbanyak (copy). Supaya rekaman lagu itu layak dengar dan memiliki kualitas
dan keindahannya sendiri, maka lagu itu harus direkam sedemikian rupa dengan
menggunakan peralatan yang memadai dan dibawakan oleh artis atau musisi yang
memiliki skill tertentu. Di sinilah kemudian muncul hak-hak yang terkait dengan proses
menampilkan lagu tersebut kepada publik. 21 Dalam hal ini badai dan beserta bandnya
dulu kerispatih sudah melakukan live performance dan tentunya dengan bantuan PT.
Nagaswara Sakti, banyak keuntungan yang diraih Kerispatih pada saat album
pertamanya yaitu “Kejujuran Hati” yang dimana dalam album tersebut terdapat Lagu
Rindu. Album “Kejujuran Hati” yang memuat Lagu Rindu ciptaan Badai sendiri telah
melalui proses perbanyakan setelah melalui mastering oleh PT. Nagaswara Sakti.
Dalam hal ini, pencipta memberikan lisensi terhadap perusahaan label rekaman
tersebut untuk proses pengumuman dan perbanyakan dalam format yang bagus. PT.
Nagaswara Sakti mendapatkan copyright atas master rekaman tersebut.22

Dalam proses ini adanya sebuah mekanisme yang dinamakan ciptaan, berupa lagu,
dan karya rekaman suara. Untuk Lagu Rindu sendiri menjadi hak sepenuhnya oleh
Badai, baik hak ekonomi dan hak moral. Sedangkan, untuk master rekaman,
copyrightnya berada di tangan PT. Nagaswara Sakti atas dari lisensinya Badai dan
band Kerispatih. Dalam proses penciptaan Lagu Rindu di album “Kejujuran Hati”
Kerispatih oleh Badai terdapat beberapa hak yang bertumpuk di dalamnya, yaitu:

1. Hak cipta dari pencipta atas ciptaannya yang juga mencakup hak ekonomi dan
hak moral sekaligus;
2. Hak perbanyakan dari perusahaan label rekaman atas karya rekamannya;
3. Hak performing dari pelaku atas karya rekaman tersebut.

PT. Nagaswara Sakti dalam copyright-nya memegang hak eksklusif atas lagu badai
tersebut artinya tidak ada perusahaan lain yang boleh memperbanyak Lagu Rindu di
luar kuasa PT.Nagaswara Sakti selama jangka waktu perjanjian termasuk pencipta
sendiri tanpa persetujuan PT. Nagaswara Sakti. Tetapi hak untuk mengumumkan tetap

21
Ibid.
22
Ibid.
melekat di tangan badai kerispatih, artinya meskipun copyright Lagu Rindu diserahkan
kepada PT.Nagaswara Sakti, ketika Lagu Rindu diputar di tempat-tempat publik dengan
tujuan komersial, pencipta tetap berhak mendapatkan royalti atas pemutaran lagu
tersebut.23 Hal ini dalam hak untuk mengumumkannya ketika dilakukan oleh artis lain di
televisi ataupun radio maka wajib membayar royalti terhadap badai, meskipun Sammy
Simorangkir (mantan vokalis Kerispatih) membawakan lagu ciptaan Badai demi tujuan
komersial makan Sammy Simorangkir wajib membayar royalti kepada Badai.

Hak-hak terkait dalam Lagu Rindu ciptaan Badai tidak jauh berbeda dengan
penjelasan di atas. Hal ini menjelaskan adanya hak pelaku, hak produser rekaman
suara dan hak siar dari lembaga penyiaran. Dalam sistem hukum internasional, hak
terkait diatur secara terpisah dari hak cipta. Hak ini disepakati dalam Rome Convention
1980 maupun WIPO Performances anad Phonograms Treaty (WPPT) 1996.
Sedangkan hak cipta dalam sistem hukum internasional disepakati dalam Berne
Convention dan WIPO Copyright Treaty 1996 (WCT).24 Dalam hak terkait ini, Badai
sebagai pencipta Lagu Rindu jika ingin memperbanyak dan memproduksi lagunya
dapat memberikan izin yang terkait kepada salah satu produser untuk dijual dalam
bentuk hasil rekaman dari Lagu Rindu tersebut. Dengan pelaku dan Produser
mendapatkan copyright atas karya rekaman suara itu dari Badai. Sementara itu Badai
tetap menjadi pemilik hak cipta atas Lagu Rindu. Lagu Rindu milik Badai bisa
diperbanyak asalkan adanya perbedaan genre musik yang ingin dibawakan dengan
atas persetujuan pemegang copyright bukan ke pencipta karena pencipta yaitu Badai
hanya memilik author’s right.25

E. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai Lagu Rindu oleh Doadibadai Hollo di atas

bahwa dapat disimpulkan kita dapat melihat setiap perbedaan yang terperinci

antara pencipta, pelaku pengumuman dan perbanyakan hak cipta serta pendapatan
23
Ibid., hlm. 258.
24
Ibid., hlm. 262
25
Ibid., hlm. 262-263
keuntungan dalam bentuk royalti terhadap si pencipta. Doadibadai Hollo (Badai)

sebagai pencipta Lagu Rindu jika ingin memperbanyak dan memproduksi lagunya

dapat memberikan izin yang terkait kepada salah satu produser untuk dijual dalam

bentuk hasil rekaman dari Lagu Rindu tersebut. Dengan pelaku dan Produser

mendapatkan copyright atas karya rekaman suara itu dari Badai.

F. DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agus Sardjono, Hak Cipta Bukan Hanya Copyright, Jurnal Hukum dan
Pembangunan, Tahun ke-40 No.2 April- Juni 2010.
Arnel Affandi, Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum Industri Perekaman Suara,
Cet. V, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 1997.
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional,
Undang-Undang Hak Cipta 1997 dan Perlindungannya terhadap Buku serta
Perjanjian Penerbitannya, (Bandung: PT. Alumni, 2002).
Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Haki-Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta:
Erlangga, 2008)
Husain Audah, Hak Cipta dan Karya CIpta Musik, Jakarta: (PT Pustaka Litera Antar
Nusa, 2004).
Insan Budi Maulana, Sukses Bisnis melalui Merek, Paten, dan Hak Cipta,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997).
R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta:
Pradya Paramita, 1996)
Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Asset Intelektual, (Bandung: Nuansa
Aulia, 2010)
Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2008)
Undang-Undang:
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Internet:
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl594/apakah-lembaga-pengumpul-royalti-
dibenarkan-secara-hukum?, diakses pada pukul 10.46 WIB, 20 oktober 2020
http://awalberdirinyaband.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-awal-berdirinya-band-
kerispatih.html, diakses pada pukul 12.29, 20 Oktober 2020.
http://m.cumicumi.com/index.php/news/cumi-music/101543/kerispatih-dilarang-
bawakan-lagu-badai-tanpa-izin, diakses pada pukul 13.25 WIB, 20 Oktober
2020.

Anda mungkin juga menyukai