Anda di halaman 1dari 7

Hak Ekonomi dan Hak Moral

1. Hak Ekonomi Atas Suatu Ciptaan


Hak cipta berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi
(economic rights). Adanya kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi di dalam hak
cipta tersebut, merupakan suatu perwujudan dari sifat hak cipta itu sendiri, yaitu bahwa
ciptaan-ciptaan yang merupakan produk olah pikir manusia itu mempunyai nilai, karena
ciptaan-ciptaan tersebut merupakan suatu bentuk kekayaan, walaupun bentuknya tidak
berwujud (intangible).
Bagi manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang memberikan
kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut sebenarnya juga memiliki arti
ekonomi. Hal ini rasanya perlu dipahami, dan tidak sekedar menganggapnya semata-mata
sebagai karya yang memberikan kepuasan batiniah, bersifat universal dan dapat dinikmati
oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun juga, apalagi dengan sikap bahwa sepantasnya hak
itu dapat diperoleh secara cuma-cuma.
Hak ekonomi ini diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual dapat
digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau perdagangan yang
mendatangkan keuntungan.26Hak ekonomi tersebut adalah hak yang dimiliki oleh seseorang
pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.Hak ekonomi pada setiap undang-
undang selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak yang diliputnya, dan ruang lingkup
dari tiap jenis hak ekonomi tersebut. Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, menyatakan bahwa pencipta atau pemegang hak cipta
memiliki hak ekonomi untuk melakukan:
a. penerbitan ciptaan

b. penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya


c. penerjemahan ciptaan
d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan
e. pendistribusian ciptaan atau salinannya
f. pertunjukan ciptaan
g. pengumuman ciptaan
h. komunikasi ciptaan dan
i. penyewaan ciptaan.
Dalam Pasal 1 angka 12 menyatakan bahwa penggandaan adalah proses, perbuatan,
atau cara menggandakan satu salinan ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan
dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara. Penggandaansama dengan
perbanyakan, yaitu menambah jumlah sesuatu ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir
sama, atau menyerupai ciptaan tersebut, dengan menggunakan bahan yang sama, maupun
tidak sama; termasuk mengalihwujudkan sesuatu ciptaan. Bentuk perbanyakan ini biasa
dilakukan dengan peralatan tradisional maupun modern.
Pada Penjelasan Pasal 40 dikatakan bahwa adaptasi adalah mengalihwujudkan suatu
Ciptaan menjadi bentuk lain, sebagai contoh dari buku menjadi film. Karya lain dari hasil
transformasi adalah merubah format ciptaan menjadi format bentuk lain, sebagai contoh
musik pop menjadi musik dangdut.27
Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pendistribusian adalah penjualan,
pengedaran dan/atau penyebaran ciptaan dan/atau produk hak terkait.Hak distribusi adalah
hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya
dengan maksud agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat.Hak ekonomi untuk melakukan
pendistribusian ciptaan ini tidak berlaku terhadap ciptaan atau salinannya yang telah dijual
atau yang telah dialihkan kepemilikan ciptaan tersebut kepada siapapun.
Hak pertunjukan ciptaan (Public Performance Right)merupakan hak yang dimiliki
oleh para pemusik, dramawan, maupun seniman lainnya yang karyanya dapat terungkap
dalam bentuk pertunjukan. Pada Pasal 1 angka 6 dikatakan bahwa pelaku pertunjukan adalah
seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan
dan mempertunjukkan suatu ciptaan.Setiap orang atau pihak yang ingin menampilkan, atau
mempertunjukkan suatu karya cipta harus meminta izin dari si pemilik hak untuk
mempertunjukan (performings rights) tersebut.
Pengumuman sendiri berdasarkan pasal 1 angka 11 adalah pembacaan, penyiaran,
pameransuatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik
atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau
dilihat orang lain.
Pasal 1 angka 16 menyatakan bahwa komunikasi adalah pentranmisian suatu ciptaan,
pertunjukan, atau fonogram melalui kabel atau media lainnya selain penyiaran sehingga dapat
diterima oleh publik, termasuk penyediaan suatu ciptaan, pertunjukan, atau fonogram agar
dapat diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya.
Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif, seorang
pencipta/pemegang hak cipta melakukan perbanyakan ciptaan kemudian dijual di pasaran,
maka ia memperoleh keuntungan materi dari perbanyakan ciptaan tersebut.
Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain untuk memproduksi, memperbanyak
dan menjual hasil copy-an ciptaan adalah bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin
saja melainkan pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan
dari perbuatan tersebut. Hal ini memang wajar, pencipta/pemegang hak cipta ikut serta
mendapat bagian keuntungan, karena pihak yang diberi izin mendapatkan keuntungan dari
penerimaan izin tersebut.
Sejalan dengan itu Muhammad mengatakan, bahwa hak ekonomi tersebut berupa
keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan sendiri hak kekayaan
intelektual atau karena penggunaan pihak lain berdasarkan lisensi. Dalam perjanjian lisensi
hak cipta selain memperjanjikan izin menggunakan hak cipta juga memperjanjikan
pembagian keuntungan yang diperoleh penerima lisensi dengan pemberi lisensi.

2. Hak Moral Atas Suatu Ciptaan


Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari masalah moral karena di
dalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang jangka waktu perlindungan hak cipta
masih ada. Masalah moral muncul disebabkan pada dasarnya setiap orang mempunyai
keharusan untuk menghormati atau menghargai karya cipta orang lain. Dengan kata lain, hak
moral merupakan penghargaan moral yang diberikan masyarakat kepada seseorang karena
orang tersebut telah menghasilkan suatu ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi
masyarakat.
Penghargaan moral ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian
kekuasaan atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu dan orang lain tidak
dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun mengubah karya cipta seseorang menjadi
atas namanya. Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi
pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Apabila hak cipta dapat dialihkan kepada
pihak lain, maka hak moral tidak dapat dipisahkan dari pencipta dan penemu karena bersifat
pribadi atau kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik,
kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta atau penemu. Kekal artinya
melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia. Hak-hak
moral tercantum dalam Pasal 6 Konvensi Bern yang menyatakan bahwa:
“... Pencipta memiliki hak untuk mengklaim kepemilikan atas karyanya dan mengajukan
keberatan atas distorsi, mutilasi, atau perbahan-perubahan serta perbuatan pelanggaran
lain yang berkaitan
a. Droit de paternite: pencipta berhak untuk mencantumkan namanya pada ciptaannya,
b. Droit au respect: pencipta berhak mengubah judul maupun isi ciptaannya, jadi dia berhak
mengajukan keberatan atas penyimpangan, perusakan, atau tindakan lainnya atas karyanya.
Sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, hak moral merupakan hak
yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk:
a. tetap mencantumkan atau tidak tidak mencantumkan namanya pada salinanan sehubungan
dengan pemakaian ciptaanya untuk umum
b. menggunakan nama aliasnya atau nama samarannya
c. mengubah ciptannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat
d. mengubah judul dan anak judul ciptaan dan
e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi
ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. (Distorsi ciptaan
adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau identitas ciptaan. Mutilasi ciptaan adalah
proses atau tindakan menghilangkan sebagian ciptaan.
Modifikasi ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan). Hak moral tidak dapat dialihkan
dengan alasan apapun selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat
dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan setelah pencipta meninggal dunia.32Apabila terjadi pengalihan pelaksanaan hak
moral setelah pencipta meninggal dunia, maka penerima pengalihan pelaksanaan hak moral
tersebut dapat memilih apakah menerima atau menolak pengalihan pelaksanaan hak moral
tersebut.Penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat
pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.
1. Masa Berlaku Hak Moral

Hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal:


a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan
pemakaian ciptaannya untuk umum
b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya dan
c. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi
ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Hak moral
pencipta berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang
bersangkutan, yaitu dalam hal:
a. mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat
b. mengubah judul dan anak judul ciptaan.

2. Masa Berlaku Hak Ekonomi


Pasal 58 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa:
a) Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
1. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan

4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks

5. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim

6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni
pahat, patung, atau kolase

7. Karya arsitektur

8. Peta dan Karya seni batik atau seni motif lain, berlaku selama hidup pencipta dan
terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia.

b) Dalam hal ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, perlindungan hak cipta
berlaku selama hidup penciptanya yang meninggal dunia paling akhir dan
berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya.
c) Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Pasal 59 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa: a.
Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
1. Karya fotografi;

2. Potret;

3. Karya sinematografi;

4. Permainan video;

5. Program Komputer;

6. Perwajahan karya tulis;


7.Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

8.Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya


tradisional;

9. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program
Komputer atau media lainnya;

10. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya
yang asli;
Berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman. b.
Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25 (dua puluh
lima) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.

Negara sebagai pemegang hak cipta atas ekspresi budaya tradisional (mencakup salah
satu atau kombinasi bentuk ekspresi sebagai berikut:
a.Verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa maupun puisi, dalam
berbagai tema dan kandungan isi pesan, yang dapat berupa karya sastra ataupun narasi
informatif
b. Musik, mencakup antara lain vokal, instrumental, atau kombinasinya
c. Gerak, mencakup antara lain tarian
d. Teater, mencakup anatara lain pertunjukan wayang dan sandiwara rakyat
e. Seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang terbuat dari
berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam, batu, keramik, kertas, tekstil,
dan lain-lain atau kombinasinya dan
f. Upacara adat) hak atas ciptaannya ditetapkan dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 berlaku tanpa batas waktu, artinya berlaku sepanjang
zaman. Meskipun hak ciptanya berlaku sepanjang zaman, namun karena hak cipta atas
ciptaan tersebut merupakan milik bersama (rescommunis), maka siapa pun dapat meniru
atau memperbanyak ciptaan tanpa perlu meminta izin terlebih dahulu dari negara sebagai
pemegang hak cipta, asalkan yang bersangkutan adalah warga negara Indonesia karena ia
ikut memiliki hak ciptanya. Sedangkan negara sebagai pemegang hak cipta atas ciptaan
yang penciptanya tidak diketahui berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan
tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.
MAKALAH HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Hak Moral Dan Hak Ekonomi Dalam Lingkup Hak Cipta

Disusun oleh:
Yoma Zulkarnain : B1A014205
Putri Uli Purba : B1A015122
Untung Subangun : B1A015139
Rizqi agustina Pratiwi:B1A015143
Sonar Wijaya Purba :B1A015145
Febriana Putri Bintari: B1A015153
Gina Laura Nendy : B1A015160
Yoga Adi Saputra : B1A015161
Oktania Fransiska : B1A015166
Hisyam Fachri Gandi : B1A015167
Dede Yudha Mahardhika : B1A015172
Elza Novidalni Nasution: B1A015174

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU 2017

Anda mungkin juga menyukai