Anda di halaman 1dari 12

NAMA : NI PUTU INTAN SINTYA DEVI

NIM : D10121545
TUGAS 1
Hak Ekonomi dan Hak Moral
1. Hak Ekonomi Atas Suatu Ciptaan
Hak cipta berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat
ekonomi (economic rights). Adanya kepentingan-kepentingan yang bersifat
ekonomi di dalam hak cipta tersebut, merupakan suatu perwujudan dari sifat hak
cipta itu sendiri, yaitu bahwa ciptaan-ciptaan yang merupakan produk olah pikir
manusia itu mempunyai nilai, karena ciptaan-ciptaan tersebut merupakan suatu
bentuk kekayaan, walaupun bentuknya tidak berwujud (intangible).
Bagi manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang
memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut sebenarnya
juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya perlu dipahami, dan tidak sekedar
menganggapnya semata-mata sebagai karya yang memberikan kepuasan batiniah,
bersifat universal dan dapat dinikmati oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun
juga, apalagi dengan sikap bahwa sepantasnya hak itu dapat diperoleh secara
cuma-cuma.
Hak ekonomi ini diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual dapat
digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau perdagangan
yang mendatangkan keuntungan.26Hak ekonomi tersebut adalah hak yang
dimiliki oleh seseorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas
ciptaannya.Hak ekonomi pada setiap undang-undang selalu berbeda, baik
terminologinya, jenis hak yang diliputnya, dan ruang lingkup dari tiap jenis hak
ekonomi tersebut. Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta, menyatakan bahwa pencipta atau pemegang hak cipta
memiliki hak ekonomi untuk melakukan:
a. penerbitan ciptaan

b. penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya


c. penerjemahan ciptaan
d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan
e. pendistribusian ciptaan atau salinannya
f. pertunjukan ciptaan
g. pengumuman ciptaan
2. komunikasi ciptaan dan penyewaan ciptaan.
Dalam Pasal 1 angka 12 menyatakan bahwa penggandaan adalah proses,
perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan ciptaan dan/atau fonogram atau
lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara.
Penggandaansama dengan perbanyakan, yaitu menambah jumlah sesuatu ciptaan
dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut,
dengan menggunakan bahan yang sama, maupun tidak sama; termasuk
mengalihwujudkan sesuatu ciptaan. Bentuk perbanyakan ini biasa dilakukan
dengan peralatan tradisional maupun modern.
Pada Penjelasan Pasal 40 dikatakan bahwa adaptasi adalah
mengalihwujudkan suatu Ciptaan menjadi bentuk lain, sebagai contoh dari buku
menjadi film. Karya lain dari hasil transformasi adalah merubah format ciptaan
menjadi format bentuk lain, sebagai contoh musik pop menjadi musik dangdut.27
Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pendistribusian adalah
penjualan, pengedaran dan/atau penyebaran ciptaan dan/atau produk hak
terkait.Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan
kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya dengan maksud agar ciptaan tersebut
dikenal oleh masyarakat.Hak ekonomi untuk melakukan pendistribusian ciptaan
ini tidak berlaku terhadap ciptaan atau salinannya yang telah dijual atau yang telah
dialihkan kepemilikan ciptaan tersebut kepada siapapun.
Hak pertunjukan ciptaan (Public Performance Right)merupakan hak yang
dimiliki oleh para pemusik, dramawan, maupun seniman lainnya yang karyanya
dapat terungkap dalam bentuk pertunjukan. Pada Pasal 1 angka 6 dikatakan bahwa
pelaku pertunjukan adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukkan suatu
ciptaan.Setiap orang atau pihak yang ingin menampilkan, atau mempertunjukkan
suatu karya cipta harus meminta izin dari si pemilik hak untuk mempertunjukan
(performings rights) tersebut.
Pengumuman sendiri berdasarkan pasal 1 angka 11 adalah pembacaan,
penyiaran, pameransuatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun baik
elektronik atau non elektronik atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu
ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
Pasal 1 angka 16 menyatakan bahwa komunikasi adalah pentranmisian
suatu ciptaan, pertunjukan, atau fonogram melalui kabel atau media lainnya selain
penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik, termasuk penyediaan suatu
ciptaan, pertunjukan, atau fonogram agar dapat diakses publik dari tempat dan
waktu yang dipilihnya. Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari
penerapan hak eksklusif, seorang pencipta/pemegang hak cipta melakukan
perbanyakan ciptaan kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh
keuntungan materi dari perbanyakan ciptaan tersebut.
3. Hak Moral Atas Suatu Ciptaan
Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari masalah moral
karena di dalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang jangka waktu
perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul disebabkan pada
dasarnya setiap orang mempunyai keharusan untuk menghormati atau menghargai
karya cipta orang lain. Dengan kata lain, hak moral merupakan penghargaan
moral yang diberikan masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah
menghasilkan suatu ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Penghargaan moral ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud
pemberian kekuasaan atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan
sesuatu dan orang lain tidak dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun
mengubah karya cipta seseorang menjadi atas namanya. Hak moral adalah hak
yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi pencipta. Hak moral melekat
pada pribadi pencipta. Apabila hak cipta dapat dialihkan kepada pihak lain, maka
hak moral tidak dapat dipisahkan dari pencipta dan penemu karena bersifat pribadi
atau kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama
baik, kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta atau penemu.
Kekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah
meninggal dunia.
TUGAS 2
Beberapa waktu lalu, dunia hiburan sempat dihebohkan dengan pernyataan
Ahmad Dhani yang dengan tegas melarang Once untuk menyanyikan lagu-lagu
Dewa 19. “Saya melarang Once untuk menyanyikan lagu-lagu Dewa 19, sejak
saya ucapkan di media hari ini,” kata Ahmad Dhani saat konferensi pers di Taman
Pluit, Selasa (28/3). Ahmad Dhani juga menegaskan lagu-lagu Dewa 19 yang ia
ciptakan terdaftar di Direktorat Jenderal HAKI. Ini artinya, Ahmad Dhani
memiliki kuasa penuh atas lagu-lagunya di Dewa 19. Kendati demikian, Once
boleh membawakan lagu-lagu milik Ahmad Dhani lainnya.

Kronologi Kasus Ahmad Dhani vs Once Mekel

Kuasa hukum Ahmad Dhani, Aldwin Ramadhan menjelaskan, selama ini


Ahmad Dhani keberatan jika Once membawakan lagu-lagu Dewa 19 karena solois
itu tidak minta izin dan tidak membayarkan royalti dari performing rights. Dan
pernyataan tersebut pun telah dilindungi oleh Direktorat Jenderal Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HAKI).

Adapun larangan ini berlaku sejak Selasa (28/3) karena Dewa 19 akan
menjalani tur konser setelah Lebaran 2023. Tur tersebut pula yang menjadi alasan
Ahmad Dhani melarang Once menyanyikan lagu-lagu konser Dewa 19. Ia tak
ingin ada orang lain yang mengganggu berjalannya tur tersebut.

“Saya menjaga muruah Dewa, juga menjaga kemurnian dari konser-konser


Dewa yang kami adakan setelah lebaran seminggu dua kali”, ujar Ahmad Dhani
melalui kanal Youtube, Selasa (28/3). Lebih lanjut, Aldwin menjelaskan,
pihaknya akan melayangkan somasi kepada Once jika di masa depan
membawakan lagu-lagu Dewa 19 yang diciptakan oleh Ahmad Dhani. Pihak
Ahmad Dhani juga mengatakan tidak segan untuk membawa Once ke jalur hukum
jika solois tersebut masih menyanyikan lagu-lagu Dewa 19. Karena, kata Aldwin,
pihaknya kini telah mengeluarkan peringatan dan somasi secara terbuka.

Diketahui, larangan Ahmad Dhani tersebut juga muncul sekitar satu bulan
di tengah ramai pemberitaan larangan menyanyikan lagu Dewa 19 oleh Once dan
royalti yang terjadi sebelumnya. Kala itu, Ahmad Dhani mengatakan masalah
royalti dan izin membawakan lagu Dewa 19 merupakan ranah penyelenggara
acara (EO), bukan Once. Ia menegaskan kewajiban pembayaran royalti bukan
tanggung jawab solois tersebut. Pihak Once sendiri juga menyinggung peran
Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) selaku badan yang seharusnya
mengatur sistem royalti atau sistem bagi hasil.

Hukuman Jika Melanggar

Perlindungan hukum HAKI khususnya hak cipta bagi pencipta lagu telah
diatur dalam UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Hukum mengakui, hak
cipta telah ada secara otomatis sejak ciptaan tersebut selesai diwujudkan. Artinya,
setelah ciptaan tersebut selesai diwujudkan dalam bentuk nyata atau material form
sesuai dengan keinginan dari pencipta. Sama halnya dengan yang dilakukan
Ahmad Dhani, somasi terbuka terhadap larangan untuk Once menyanyikan lagu
Dewa 19 bukanlah tanpa alasan, tapi ada juga landasan hukum.

Mencermati hal tersebut, pihak Ahmad Dhani mengemukakan bahwa


mengacu Pasal 113 UU Hak Cipta dan sesuai asas preferensi hukum superior
derogate legi inferior atau hukum lebih tinggi mengesampingkan hukum rendah,
maka aturan yang digunakan dalam permasalahan ini adalah ketentuan Pasal 9
ayat (2) dan Pasal 113 UU Hak Cipta. Artinya, penggunaan secara komersial
untuk pertunjukan dapat menggunakan lagu dan/atau musik harus dengan izin
pemegang hak cipta. Jika dilakukan tanpa izin, maka hal tersebut menjadi tindak
pidana dengan ancaman kurungan selama tiga tahun dan/atau denda sebesar
Rp500 juta jika terbukti melanggar.

Pentingnya Pendaftaran HAKI Untuk Lagu

Hak cipta merupakan hak eksklusif berupa hak moral dan hak ekonomi
yang dimiliki oleh pencipta, yang artinya adalah tidak ada orang lain yang dapat
menggunakan hak tersebut tanpa persetujuan dari pencipta atau pemegang hak
cipta tersebut. Adapun hak moral merupakan suatu hak yang melekat pada pribadi
secara abadi dan tidak bisa dihilangkan ataupun dipisahkan, sedangkan hak
ekonomi hak untuk memperoleh manfaat ekonomi atas karya yang telah
diciptakannya.

Oleh karena itu, hak cipta termasuk untuk lagu harus didaftarkan secara
resmi karena dengan pendaftaran, akan ada bukti formal kepemilikan hak cipta.
Adapun beberapa manfaat dan fungsi dari mendaftarkan HAKI untuk lagu, antara
lain:

Fungsi Proteksi

Suatu ciptaan termasuk lagu yang dihasilkan berpotensi dapat diambil nilai
ekonomisnya, maka disinilah peran dan manfaat dari mendaftarkan HAKI untuk
lagu yang berkaitan dengan fungsi proteksi. Dengan lebih dulu mendaftarkan
HAKI, maka tidak perlu lagi ada kekhawatiran pihak lain yang menyabotase dan
mengambil keuntungan dari sebuah karya yang dibangun susah payah. Dimana
hal ini dapat memperkuat bukti kepemilikan suatu lagu dari pencipta lagu ketika
adanya sengketa perebutan hak cipta.

Fungsi Ekonomis

Bilamana ada pihak lain ingin menggunakan karya lagu yang telah
terdaftar untuk kepentingan tertentu seperti komersial, maka pihak tersebut harus
terlebih dahulu meminta izin kepada pencipta. Pencipta pun memiliki otoritas
untuk menolak atau menyetujui dengan kerja sama tertentu seperti adanya
sejumlah uang yang harus dibayarkan, atau sebagainya.

Kontak KH

Demikian penjelasan atas kasus yang terjadi mengenai larangan Ahmad


Dhani untuk Once menyanyikan lagu Dewa 19. Kini, kita juga semakin
menyadari betapa pentingnya peran hak cipta atau HAKI atas karya ciptaan yang
dihasilkan. Dimana untuk menghormati dan menghargai usaha dari pencipta
karya, maka negara telah memberikan perlindungan hukum terhadap kekayaan
intelektual. Adapun dalam HAKI ini pendaftaran atau pencatatan ciptaan harus
dilakukan untuk melahirkan hak cipta atas ciptaan tersebut.
TUGAS 3

Contoh kasus hak cipta yang kamu ketahui dan cara penyelesaian nya

Lahirnya hak cipta menurut hukum hak cipta nasional adalah timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif sebagaimana diatur dalam Pasal
1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta (“UUHC”). Demikian pula menurut hukum hak cipta internasional,
dalam Pasal 2 ayat (2) Berne Convention for the Protection of Literary and
Artistic Works (“Berne Convention”) meskipun pelaksanaan diserahkan kepada
masing-masing negara penandatangan konvensi, akan tetapi telah ditetapkan
standar internasional untuk perlindungan hak cipta, lebih lengkapnya sebagai
berikut:

“It shall, however, be a matter for legislation in the countries of the Union to
prescribe that works in general or any specified categories of works shall not be
protected unless they have been fixed in some material form”.

Mengenai perlindungan hak cipta yang lahir secara otomatis berdasarkan


prinsip deklaratif ini sudah menjadi ketentuan yang diakui tidak saja nasional,
tetapi juga pada lingkup internasional. Jadi, meskipun seseorang berada di negara
yang berbeda, selama negaranya termasuk dalam negara penandatangan Berne
Convention, maka ketentuan itu berlaku pula di negara-negara tersebut. Hanya
saja kemudian pada penerapannya, masih banyak yang belum memahami dengan
baik.

Demikian pula halnya dengan hak cipta lagu. Seorang pencipta lagu tidak
wajib mencatatkan lagunya pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual hanya
supaya lagu tersebut terlindungi hak ciptanya karena hak cipta bukan lahir karena
pencatatan. Pasal 31 UUHC menyatakan sebagai berikut:

Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai Pencipta, yaitu Orang yang
namanya:

a. disebut dalam Ciptaan;


b. dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan;

c. disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan; dan/atau

d. tercantum dalam daftar umum Ciptaan sebagai Pencipta.

Pada huruf (c) dan (d) di atas disebutkan kecuali terbukti sebaliknya, yang
dianggap sebagai pencipta, yaitu orang yang namanya disebutkan dalam surat
pencatatan ciptaan atau tercantum dalam daftar umum ciptaan sebagai pencipta.
Ini menunjukkan bahwa pencatatan bukanlah syarat wajib untuk mendapatkan
perlindungan hak cipta.

Hal ini dipertegas lagi dalam Pasal 64 ayat (2) UUHC yang menegaskan
timbulnya hak secara otomatis bagi pencipta berdasarkan prinsip deklaratif
dengan menyatakan bahwa pencatatan ciptaan dan produk hak terkait bukan
merupakan syarat untuk mendapatkan hak cipta dan hak terkait.

Akan tetapi karena menyangkut perlindungan hak yang sifatnya pribadi, maka
seorang pencipta diharapkan memiliki kesadaran untuk mencatatkan hak ciptanya
apabila telah memasuki ranah komersial yang rentan dengan perselisihan atau
sengketa. Pencatatan ciptaan bermanfaat antara lain untuk:

1. Antisipasi adanya ada pihak lain yang menggunakan tanpa izin;

2. Antisipasi timbulnya perselisihan dengan pemegang hak cipta;

3. Alat meminta pembatalan pencatatan ciptaan oleh pihak lain yang


dilakukan tanpa hak.

Terkait dengan pertanyaan mengenai kasus lagu tersebut di atas, dengan


alasan apapun tidak boleh pihak lain menggunakan lagu ciptaan orang lain secara
tanpa hak apalagi apabila pihak tersebut menyadari dengan digunakannya ciptaan
orang lain tersebut, maka ia akan mendapatkan keuntungan secara komersial.

Perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta salah satunya di
mana diatur pada Pasal 43 huruf d UUHC adalah pembuatan dan penyebarluasan
konten hak cipta melalui media teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat
tidak komersial dan/atau menguntungkan pencipta atau pihak terkait, atau
pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan penyebarluasan
tersebut. Jadi, apabila perbuatan tersebut dilakukan bersifat komersial, apalagi
penciptanya keberatan, jelas hal tersebut merupakan perbuatan yang melanggar
hak cipta.

Seseorang yang akan menggunakan media/platform penyebarluasan konten


hak cipta untuk memasarkan suatu lagu, yang salah satunya adalah ‘TuneCore’
sekalipun, pada saat akan mendaftar untuk menggunakan media tersebut ada
perjanjian yang harus disepakati untuk tidak menggunakan media tersebut sebagai
tempat untuk mengirimkan, mengarahkan, menyediakan koneksi atau menyimpan
materi yang melanggar hak cipta suatu karya atau melanggar atau
mempromosikan pelanggaran hak kekayaan intelektual pihak ketiga mana pun, di
mana salah satu ketentuan dalam Angka 1 huruf (c) TuneCore Terms and
Conditions berbunyi sebagai berikut:

“You agree that you will not use the Site or Services to transmit, route, provide
connections to or store any material that infringes copyrighted works or
otherwise violates or promotes the violation of the intellectual property rights of
any third party”.

Jadi sebetulnya pihak yang mengunggah karya yang disebutnya sebagai


‘cover song’ tidak dapat serta merta mengupload ‘cover song’ tersebut tanpa
seizin pencipta atau pemegang hak cipta. Orang yang mengunggah tersebut pun
menyadari jika yang dilakukannya adalah bersifat komersial dan bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan, karena secara jelas ‘TuneCore’ menawarkan jasa untuk
menjual dan mendapatkan keuntungan finansial sebagaimana tertulis dalam salah
satu pernyataan di laman How To Get Your Music Online:

Get Your Music on iTunes, Spotify, Amazon and more

• Sell your music on iTunes, Spotify, Amazon Music and a wide network of
popular music stores

• $9.99 per single, $29.99 per album


• Keep 100% of your sales revenue & copyrights

• Make money on YouTube

• Collect your worldwide songwriter royalties

Alasan ‘fair use’ atau penggunaan yang wajar yang digunakannya pada kasus
ini tidak tepat, karena ‘fair use’ baru bisa diterapkan apabila tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta.

Penyelesaian

Menjawab pertanyaan Anda mengenai cara penyelesaian sengketa dalam


kasus seperti ini, yang perlu diluruskan adalah bahwa sengketa hak cipta lagu
sebagaimana disebut di atas adalah ranah hukum privat sehingga peran negara di
sini adalah sebagai pembuat peraturan yang melindungi hak para pencipta.
Hukum hak cipta bersifat teritorial dan berlaku dalam skala nasional. Dalam hal
terjadi pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh orang yang berasal dari negara
lain, maka gugatan pelanggaran harus dibawa ke pengadilan negara orang yang
melakukan pelanggaran tersebut, dan akan dituntut berdasarkan ketentuan hukum
hak cipta yurisdiksi negara tersebut, bukan berdasarkan UUHC Indonesia. Secara
spesifik, apabila pelanggaran dilakukan secara online seperti yang terjadi pada
kasus lagu ini, pencipta atau pemegang hak cipta dapat mengirim pemberitahuan
kepada platform penyedia jasa tersebut, misalnya dalam hal ini ‘TuneCore’
mengenai materi yang diklaim sebagai pelanggaran atau menjadi subyek aktifitas
pelanggaran dan diposting secara online menggunakan layanan ‘TuneCore’
dengan mengisi DMCA Notification of Claimed Infringement atau pemberitahuan
seperti yang dijelaskan di bawah ini dan mengirimkannya ke Agen Hak Cipta
‘TuneCore’ yang Ditunjuk.

Agar efektif, sebagaimana dicuplik dari halaman TuneCore Copyright Policy,


Pemberitahuan harus dilakukan secara tertulis kepada Agen Hak Cipta
‘TuneCore’ yang Ditunjuk dan mencantumkan secara substansial hal-hal berikut:
1. Identifikasi karya berhak cipta yang diklaim telah dilanggar, atau, jika
beberapa karya berhak cipta, daftar representatif dari karya tersebut;

2. Identifikasi materi yang diklaim sebagai pelanggaran atau menjadi subjek


aktivitas pelanggaran dan yang akan dihapus atau akses yang harus
dinonaktifkan, dan informasi yang cukup memadai untuk memungkinkan
‘TuneCore’ untuk menemukan materi;

3. Informasi yang cukup memadai untuk memudahkan dihubungi


oleh ‘TuneCore’, seperti alamat, nomor telepon, dan, jika tersedia, alamat
email di mana Anda dapat dihubungi;

4. Pernyataan yang diyakini dengan niat baik bahwa penggunaan materi


dengan cara yang dikeluhkan tidak diizinkan oleh pemilik hak cipta,
agennya, atau hukum;

5. Pernyataan bahwa informasi dalam Pemberitahuan itu akurat, dan di


bawah sanksi sumpah palsu, bahwa pihak yang mengajukan keluhan
adalah pemilik hak cipta atau yang berwenang untuk bertindak atas nama
pemilik hak secara eksklusif berdasarkan hak cipta yang diduga dilanggar;
dan

6. Tanda tangan fisik atau elektronik dari pemilik hak cipta atau seseorang
yang berwenang untuk bertindak atas nama pemilik hak eksklusif
berdasarkan hak cipta yang diduga dilanggar.

Setelah selesai, kirimkan pemberitahuan kepada Agen Hak Cipta TuneCore yang
Ditunjuk di:

Copyright Agent

TuneCore, Inc.

63 Pearl Street, Box #256

Brooklyn, NY 11201

copyright@tunecore.com
Setelah menerima pemberitahuan yang valid, ‘TuneCore’ akan segera
menanggapi untuk menghapus atau menonaktifkan akses ke materi yang diklaim
sebagai pelanggaran atau menjadi subjek aktivitas pelanggaran.

Pada umumnya di era digital seperti sekarang ini, platform-


platform online sudah menyediakan cara mengklaim hak cipta yang dilanggar.
Apabila terjadi pelanggaran terhadap hak cipta kita pada suatu platform,
prosedurnya kurang lebih akan sama seperti di atas.

Anda mungkin juga menyukai