Ni Komang Irma Adi Sukmaningsih, Ratna Artha Windari, Dewa Gede Sudika Mangku
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan memahami pengaturan hak terkait
(neighboring right) dalam memberikan perlindungan terhadap kekayaan intelektual di
Indonesia, serta (2) mengetahui akibat hukum terhadap pelanggaran neighboring right bagi
pelaku pertunjukan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pendekatan perundang- undangan
(statute approach), dan (2) pendekatan perbandingan (comparative approach). Data-data yang
diperoleh dalam penulisan ini adalah hasil analisis dari (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta 2002), (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta (UU Hak Cipta), (3) copyright act 1988 (Inggris), dan (4) Copyright act (Chapter 63, 1999
Revised Edition (Singapura). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengaturan neighboring
right dalam memberikan perlindungan terhadap kekayaan intelektual di Indonesia telah di atur
dalam UU Hak Cipta namun masih diperlukan kejelasan terkait hal-hal yang termasuk dalam
suatu pertunjukan yang dapat diberikan suatu neighboring right, dan (2) akibat hukum terhadap
pelanggaran neighboring right bagi pelaku pertunjukan, secara perdata para pelaku
pertunjukan yang dirugikan berhak untuk mengajukan gugatan ganti rugi, sedangkan secara
pidana pihak yang melanggar UU Hak Cipta terutama terhadap pelaku pertunjukan dapat
dikenai sanksi berupa pidana penjara dan/atau pidana denda.
77
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
ABSTRACT
This study aims to (1) know and understand the arrangement of the neighboring right in
providing protection for intellectual property in Indonesia and (2) know the legal effect on the
contravention of neighboring rights for performers. This research used normative juridical
research. The approach that used in this research was (1) statute approach and (2)
comparative approach. The research obtained the data from the result of analysis of (1) Act 19
of 2002 on Copyright (Copyright Act 2002), (2) Act 28 of 2014 on Copyright (Copyright
Act), (3) Copyright Act 1988 (England), and (4) Copyright Act (Chapter 63, 1999 Revised
Edition) (Singapore). This research showed that (1) the arrangement of neighboring right in
providing the protection for intellectual property in Indonesia was already regulated in the
Copyright Act but it was still necessary to clarify the matters included in the performance that
had the possibility to get the neighboring right and (2) due to the law against the contravention
of the neighboring right for the performers, based on the civil law the perceived performers who
felt aggrieved had the right to claim compensation, whereas based on the criminal law, the
criminals of the perceived parties disadvantage could be subject to sanctions in the form of
imprisonment or fine.
78
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
79
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
80
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
81
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
82
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
Pasal 21 UU Hak Cipta yaitu hak yang Sedangkan hak ekonomi pada pelaku
melekat pada pelaku pertunjukan yang tidak pertunjukan diatur dalam Pasal 23 UU Hak
dapat dihilangkan atau tidak dapat dihapus Cipta bahwa pelaku pertunjukan memiliki
dengan alasan apapun walaupun hak hak ekonomi yang meliputi hak
ekonominya telah dialihkan. Sehingga dapat melaksanakan sendiri, memberikan izin,
diketahui hak moral tidak hanya diberikan atau melarang pihak lain untuk melakukan:
bagi pencipta satu karya tapi juga bagi a. Penyiaran atau komunikasi atas
pemegang neighboring right. pertunjukan pelaku pertunjukan
Hak moral pelaku pertunjukan b. Fiksasi dari pertunjukannya yang belum
berdasarkan Pasal 22 UU Hak Cipta tersebut difiksasi
meliputi hak untuk : c. Penggandaan atas fiksasi
a. namanya dicantumkan sebagai pelaku pertunjukannya dengan cara atau bentuk
pertunjukan, kecuali disetujui sebaliknya. apapun
b. tidak dilakukannya distorsi ciptaan, d. Pendistribusian atas fiksasi pertunjukan
mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau atau salinannya
hal-hal yang bersifat merugikan e. Penyewaan atas fiksasi pertunjukan atau
kehormatan diri atau reputasinya kecuali salinannya kepada publik
disetujui sebaliknya. f. Penyediaan atas fiksasi pertunjukan yng
dapat diakses publik
2. Hak Ekonomi
Menurut Sanusi Bintang, hak Dari pasal tersebut dapat disimpulkan
ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan bahwa pelaku pertunjukan memiliki hak
pemanfaatan secara komersial suatu ciptaan untuk memberikan izin dan melarang, dalam:
(Bintang, 1998: 4). Berdasarkan Pasal 23 UU a. Membuat
Hak Cipta, hak ekonomi dibedakan b. Memperbanyak
penjelasannya antara hak ekonomi bagi c. Menyiarkan dimana terbagi lagi
pencipta atau pemegang hak cipta dan hak a) Menyewakan
ekonomi bagi pelaku pertunjukan. Hak b) Pertunjukan umum (public
ekonomi bagi pencipta atau pemegang hak performance)
cipta berdasarkan Pasal 8 UU Hak Cipta c) Mengkomunikasikan secara
merupakan hak eksklusif pencipta atau langsung (live performance)
pemegang hak cipta untuk mendapatkan d) Mengkomunikasikan secara
manfaat ekonomi atas ciptaan, yang interaktif
kemudian di dalam Pasal 9 dijelaskan hak Dengan demikian, apabila
ekonomi yang maksud yaitu untuk penampilan seorang pelaku pertunjukan
melakukan : hendak direkam maka dibutuhkan izin dari
a. Penerbitan ciptaan; pelaku tersebut sebelum perekaman. Begitu
pula diperlukannya izin pelaku tersebut
b. Penggandaan ciptaan dalam segala apabila rekaman yang berisi penampilan
bentuknya; pelaku hendak diperbanyak atau disiarkan.
c. Penerjemaan ciptaan; Dimana yang termasuk kegiatan penyiaran
d. Pengadaptasian, pengaransemenan, suatu rekaman pertunjukan menurut UU Hak
atau pentransformasian ciptaan; Cipta antara lain, tindakan menyewakan,
e. Pendistribusian ciptaan atau salinannya; melakukan pertunjukan umum, melakukan
f. Pertunjukan ciptaan; komunikasi secara langsung maupun
g. Pengumuman ciptaan; komunikasi secara interaktif.
h. Komunikasi ciptaan; dan
i. Penyewaan ciptaan
83
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
Hak cipta berada ditangan pencipta melainkan diatur dalam Undang-Undang No.
musik sedangkan neighboring right berada 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
ditangan lembaga penyiaran atau Ketentuan dalam UU Hak Cipta
pertunjukan karya tari, atau pertunjukan tersebut telah mengakomodasi pengaturan
pagelaran musik. Sehingga dapat diketahui dalam konvensi internasional sebagaimana
bahwa hak cipta terdapat pada si penari terdapat dalam Konvensi Roma 1961 dan
(koreografer) sedangkan neighboring right WIPO Performances and Phonograms
berada di tangan penari yang menunjukkan Treaty (WPPT).
tariannya di depan umum (Maulana, 2005: WPPT memberikan 3 hak tambahan
21). sebagai extra rights kepada performers
Adanya andil dan ketertiban untuk berupa (Damian, 2009: 91-92):
mendistribusikan karya-karya yang berasal a. Hak mengontrol perwujudan
dari hak cipta, tentu saja memberikan pertunjukannya yang diperbanyak,
manfaat tersendiri bagi si pencipta, yaitu diumumkan, disewakan, dan juga
berupa nilai ekonomi dari pencipta. Maka mengontrol pemasarannya (Pasal 7
sudah sepatutnya diberikan suatu sampai dengan Pasal 10 WPPT);
penghargaan berupa perlindungan hukum b. Jika suatu pertunjukan di pertontonkan
dan mendapatkan royalti dari penampilan secara luas kepada publik (public
tersebut manakala penampilan tersebut performance), negara peserta WPPT
ditayang ulang (Saidin, 2003 :136). harus menjamin performer menerima
Berdasarkan UU Hak Cipta pembayaran (Pasal 15 WPPT);
ditentukan bahwa masa berlaku hak terkait c. Hak moral berupa identitas dan integritas
dibagi menjadi dua yakni masa berlaku hak pertunjukan hidup (live performance)
moral pelaku pertunjukan dan masa berlaku para performer atau pertunjukan yang
hak ekonomi pelaku pertunjukan, produser dialihkan dalam wujud rekaman suara
fonogram, dan lembaga penyiaran. harus dijamin negara peserta (Pasal 5
Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal WPPT).
62 UU Hak Cipta, masa berlaku hak moral Dalam perkembangannya, pengaturan
pelaku pertunjukan berlaku secara mutatis mengenai neighboring right dalam hal
mutandis terhadap hak moral pelaku memberikan perlindungan kekayaan
pertunjukan. Sedangkan masa berlaku hak intelektual di Indonesia terus di tingkatkan.
ekonomi pelaku pertunjukan, produser Hal ini terlihat dari di lakukannya pergantian
fonogram, dan lembaga penyiaran diatur Undang-Undang mengenai Hak Cipta.
dalam Pasal 63 UU Hak Cipta yaitu Dalam Penelitian ini UU Hak Cipta
pelindungan hak ekonomi bagi pelaku dibandingkan dengan aturan asing, yaitu
pertunjukan berlaku selama 50 (lima puluh) Copyright act 1988 yang berasal dari Inggris
tahun sejak pertunjukannya difiksasi dalam dan Copyright act (Chapter 63, 1999 Revised
fonogram atau audiovisual, bagi produser Edition) yang berasal dari Singapura.
fonogram berlaku selama 50 (lima puluh) Penggunaan 2 (dua) aturan ini sebagai
tahun sejak fonogramnya difiksasi, dan bagi pembanding dengan UU Hak Cipta
lembaga penyiaran berlaku selama 20 (dua dikarenakan kedua aturan tersebut memiliki
puluh) tahun sejak karya siarannya pertama pengaturan yang jelas terhadap neighboring
kali disiarkan. Masa perlindungan hak right. Jika dianalisis dan kemudian
ekonomi terhitung mulai tanggal 1 Januari dibandingkan dengan kedua aturan asing
tahun berikutnya. tersebut terlihat ada beberapa perbedaan,
Dalam hukum Indonesia, yakni dalam hal penjelasan mengenai hal-
pengaturan neighboring right tidak diatur hal apa saja yang dikategorikan sebagai
secara rinci dalam peraturan khusus suatu pertunjukan yang dapat diberikan
neighboring right dan yang tidak dapat
84
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
85
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
pemegang hak cipta, dan/atau pemegang perdata para pelaku pertunjukan yang
hak terkait atau ahli warisnya yang merasa dirugikan berhak untuk
mengalami kerugian hak ekonomi berhak mendapatkan ganti rugi dan pihak yang
memperoleh ganti rugi. Ganti rugi yang menyebabkan kerugian masuk ke dalam
dimaksud kemudian diberikan dan ranah pidana yakni di pidana penjara atau di
dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pidana denda apabila hal tersebut sudah di
pengadilan tentang perkara tindak pidana proses di Pengadilan. Dalam hal ini
hak cipta dan/atau hak terkait. Pembayaran berdasarkan Pasal 95 Ayat (2) pengadilan
ganti rugi tersebut dibayarkan paling lama 6 yang berwenang dalam mengadili
(enam) bulan setelah putusan pengadilan penyelesaian sengketa ini adalah
yang berkekuatan hukum tetap. pengadilan niaga, yang kemudian
ditegaskan kembali pada Pasal 95 Ayat (3)
Selain itu dalam Pasal 98 Ayat (2) selain pengadilan niaga, pengadilan lainnya
disampaikan bahwa pengalihan hak tidak berwenang dalam menangani
ekonomi pelaku pertunjukan kepada pihak penyelesaian sengketa hak cipta. Pasal 95
lain tidak mengurangi hak pelaku Ayat (3) pula mengatur bahwa selain
pertunjukan atau ahli warisnya untuk pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait
menggugat setiap orang yang dengan dalam bentuk pembajakan, sepanjang para
sengaja dan tanpa hak dan tanpa pihak yang bersengketa diketahui
persetujuan pelaku pertunjukan yang keberadaannya dan/atau berada di wilayah
melanggar hak moral pelaku pertunjukan. Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
Pasal 52 UU Hak Cipta telah menegaskan menempuh terlebih dahulu penyelesaian
bahwa setiap orang dilarang merusak, sengketa melalui mediasi sebelum
memusnahkan, menghilangkan, atau melakukan tuntutan pidana.
membuat tidak berfungsi sarana kontrol Para pelaku pertunjukan berhak
teknologi yang digunakan sebagai pelindung mengajukan gugatan ganti rugi kepada
ciptaan atau produk hak terkait serta pengadilan niaga atas pelanggaran hak
pengaman hak cipta atau hak terkait, kecuali terkait sesuai pernyataan dalam UU Hak
untuk kepentingan pertahanan dan Cipta. Gugatan ganti rugi tersebut dapat
keamanan negara, serta sebab lain sesuai berupa permintaan untuk menyerahkan
dengan ketentuan peraturan perundang- seluruh atau sebagian penghasilan yang
undangan, atau diperjanjikan lain. Apabila diperoleh dari pertunjukan atau pameran
hal tersebut dilanggar maka akan masuk ke karya yang merupakan hasil pelanggaran
dalam ranah pidana sesuai Pasal 112 UU produk neighboring right. Selain itu para
Hak Cipta maka akan dijatuhi pidana paling pemilik neighboring right dapat memohon
lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda putusan provisi atau putusan sela kepada
paling banyak Rp. 300.000.00,00 (tiga ratus pengadilan niaga.
juta rupiah).
SIMPULAN DAN SARAN
Selanjutnya dalam Pasal 114 Hak Adapun hal-hal yang dapat penulis
Cipta diatur pula bahwa setiap orang yang simpulkan adalah sebagai berikut :
mengelola tempat perdagangan dalam
segala bentuknya yang dengan sengaja dan 1. Neighboring right telah diatur dalam
mengetahui membiarkan penjualan dan/atau peraturan perundang-undangan di
penggandaan barang hasil pelanggaran hak Indonesia yakni dalam Undang-
cipta dan/atau hak terkait di tempat Undang No. 28 Tahun 2014 tentang
perdagangan yang dikelolanya, dipidana Hak Cipta. Hak Cipta maupun
dengan pidana denda paling banyak Rp. neighboring right sebelumnya di atur
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Jadi dalam Undang-Undang No. 19
jelas terlihat bahwa secara
86
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
87
e—Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
88