Anda di halaman 1dari 4

Keterlibatan Wali Kota Tegal di dalam Tindak Pidana

Korupsi

Pada tanggal 29 Agustus 2017 Komisi Pemberantasan Korupsi atau di


kenal dengan KPK melakukan operasi tangkap tangan di wilayah hukum Kota
Tegal. Operasi tangkap tangan tersebut di lakukan karena di duga adanya
keterlibatan Wali Kota Tegal Siti Masitha atau dikenal dengan sebutan Bunda
Sitha yang berhubungan dengan proyek – proyek Pemerintah Kota Tegal yang
bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Wali Kota Tegal di awali pada
tahun 2013 dimana tahun tersebut sedang terjadi proses Pemilihan Kepala Daerah
Kota Tegal, Siti Masitha yang berpasangan dengan Nur sholeh terpilih menjadi
pasangan Walikota dan Wakil Walikota Tegal yang kemudian dilantik secara
resmi pada tahun 2014 yang berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 131.33-787 Tahun 2014 tentang Pengesahan
Pengangkatan Walikota Tegal Propinsi Jawa Tengah. Dalam proses Pilkada, Siti
Masitha meninjuk Amir Mirza Hutagalung sebagai Ketua Tim Sukses atau Ketua
Tim Pemenangan, sehingga setelah Siti Masitha dilantik sebagai Walikota Tegal,
Amir Mirza Hutagalung masih ditugaskan untuk membantu dalam pelaksanaan
tugas dan tanggungjawab Siti Masitha sebagai Walikota Tegal yang berhubungan
dengan kontraktor dan para pejabat Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Untuk
meyakinkan para pegawai dan pejabat di lingkungan Pemkot Tegal, Walikota
Tegal memperkenalkan Amir Mirza Hutagalung kepada seluruh pejabat OPD
Kota Tegal dalam pertemuan formal maupun informal sekaligus menyampaikan
bahwa yang dikatakan Amir Mirza Hutagalung adalah merupakan representasi
dari dirinya. Walikota Tegal juga beberapa kali mengajak Amir Mirza Hutagalung
menghadiri proses pembahasan perencanaan dan penganggaran di Lingkungan
Pemerintah Kota Tegal seperti mengikuti rapat pembahasan Anggaran bersama
OPD dan mengurus Dana Alokasi Khusus Kota Tegal. Selanjutnya Walikota
Tegal menugaskan Amir Mirza Hutagalung untuk mengkondisikan lelang yang
ada di Pemkot Tegal dan mempercayakan kepada Amir Mirza Hutagalung terkait
promosi dan mutasi jabatan para pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Tegal.
Pada akhir tahun 2016, Siti Masitha dan Amir Mirza Hutagalung berencana
mencalonkan diri sebagai pasangan Walikota dan Wakil Walikota Tegal periode
2019-2024, dimana untuk sosialisasi atas rencana pencalonan mereka dibentuklah
Tim Landak yang terdiri dari pejabat kota Tegal yang selama ini dianggap loyal,
yang mengkoordinir adalah Cahyo Supriadi dan dibentuk Posko Pemenangan Siti
Masitha Soeparno-Amir Mirza Hutagalung yang terletak di Perumahan Citra
Bahari Kota Tegal. Untuk biaya sosialisasi termasuk mencari dukungan parpol,
Siti Masitha sepenuhnya kepada Amir Mirza Hutagalung, atas seijin dan
sepengetahuan Siti Masitha telah menerima uang baik untuk kepentingan
pembiayaan sosialisasi pencalonan maupun untuk kepentingan pribadi serta
kepentingan Amir Mirza Hutagalung dengan rincian sebagai berikut:
I. Penerimaan uang dari Cahyo Supriadi seluruhnya sebesar Rp
2.936.000.000,00 (dua miliar sembilan ratus tiga puluh enam juta rupiah);
II. Penerimaan uang dari Sadat Faris atas pekerjaan di Pemerintah Kota Tegal
Tahun Anggaran 2016 dan 2017 seluruhnya sebesar Rp 5.862.323.000,00
(lima miliar delapan ratus enam puluh dua juta tiga ratus dua puluh tiga
rupiah);
III. Penerimaan uang dari Sugiyanto (Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Tegal) sebesar Rp 95.000.000,00 (sembilan puluh
lima juta rupiah).
Berdasarkan rincian di atas dan atas tindakan yang dilakukan oleh Siti
Masitha Soeparno terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana korupsi “Secara Bersama-sama dan Berlanjut” sebagaimana
Dakwaan Pertama melanggar Pasal 12 huruf b Undang – undang RI Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang – undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang – undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) dan Pasal 64 ayat (1) KUHP; menjatuhkan
pidana terhadap Siti Masitha Soeparno tersebut dengan pidana penjara selama 5
(lima) tahun dan Pidana Denda sebesar Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana
kurungan selama 4 (empat) bulan; memerintahkan seluruh barang bukti di rampas
untuk negara.
Melihat dari penjelasan diatas, maka perlu kita ketahui pengertian dari apa
itu tindak pidana dan tindak pidana korupsi itu sendiri. Istilah tindak pidana dalam
bahasa Belanda disebut straafbaarfeit, yang terdapat dua unsur pembentuk kata,
yaitu straafbaar dan feit. Perkataan fiet dalam bahasa Belanda diartikan sebagian
dari kenyataan, sedangkan straafbaar berarti dapat dihukum, sehingga secara
harfiah perkataan straafbaarfeit berarti sebagian dari penyataan yang dapat
dihukum.1 Setiap tindak pidana yang terdapat didalam KUHP pada umumnya
dapat dijabarkan kedalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan unsur
objektif.
a. Unsur Subjektif

1
Evi Hartanti, 2012, Tindak Pidana Korupsi : Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 5.
Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku
atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu
segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya, unsur-unsur tersebut adalah:2
1. Kesengajaan atau kelalaian.
2. Maksud dari suatu percobaan atau poging.
3. Berbagai maksud seperti yang terdapat dalam kejahatan pencurian,
penipuan, pemeresan, pemalsuan dan lain-lain.
4. Merencanakan terlebih dahulu.
5. Perasaan takut seperti yang terdapat dalam rumusan tindak pidana
menurut Pasal 308 KUHP.

b. Unsur Objektif
Sedangkan unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya
dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalah keadaan-keadaan mana tindakan-
tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur-unsur tersebut adalah:3
1. Sifat melawan hukum.
2. Kualitas dari pelaku.
3. Kausalitas, yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai
penyebab dengan kenyataan sebagai akibat.
Selanjutnya istilah korupsi berasal dari kata latin corruptio atau
corruptus yang berarti kerusakan atau kebobrokan, atau perbuatan tidak jujur
yang dikaitkan dengan keuangan. Sedangkan dalam Black’s Law Dictionary,
korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan
suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak – hak dari pihak lain secara salah
menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan
untuk dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak –
hak dari pihak lain.4 Selanjutnya Syed Husen Alatas menyatakan bahwa korupsi
itu dapat di kelompokkan ke dalam beberapa bentuk, sebagai berikut:5
1. Korupsi Transaktif
2. Korupsi Ekstortif (memeras)
3. Korupsi Nepotistik (perkerabatan)
4. Korupsi Investif
5. Korupsi Suportif (dukungan)
6. Korupsi Autogenik
7. Korupsi Defensif

2
Evi Hartanti, ibid, hlm. 7.
3
Ibid.
4
Chaerudin DKK, 2008, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, PT
Refika Aditama, Bandung, hlm. 2.
5
Chaerudin DKK, Ibid, hlm. 39.
Suatu tindakan dapat dikatakan sebagai tindak pidana korupsi perlu
memenuhi beberapa unsur, sebagai berikut:6
1. Perbuatan melawan hukum;
2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi;dan
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Berdasarkan keterlibatan Walikota Tegal Siti Masitha berkaitan dengan
tindak pidana korupsi yang di landaskan berdasarkan penjelasan di atas, tindakan
tersebut dikatan sebagai tindak pidana korupsi Nepotistik atau korupsi yang
berdasarkan perkerabatan atau persahabatan. Tindak pidana korupsi tersebut di
kenal secara merupakan perbuatan yang memperdagangkan pengaruh (trading in
influence). Menurut pada penelitian BEEPS, Trading in influence,7 diartikan
sebagai perbuatan yang dilakukan dengan sengaja menjanjikan, menawarkan atau
memberikan kepada seseorang pejabat publik atau orang lain, secara langsung
atau tidak langsung, suatu keuntungan yang tidak semestinya, agar pejabat publik
itu menyalahgunakan pengaruhnya yang nyata, atau yang diperkirakan, suatu
keuntungan yang tidak semestinya bagi si penghasut asli tindakan tersebut atau
untuk orang lain. Arti sempit dari pengertian TI yaitu menggunakan pengaruh
(kekerabatan, kekeluargaan, persahabatan atau hubungan lain) untuk menghasut
pejabat publik demi memuluskann kepentingan seorang pengusaha atau pelaku
korupsi. Korupsi ini tidak menggunakan suap sehingga korupsi ini dilakukan
melalui kekerabatan. Oleh karena itu, perbuatan yang di lakukan oleh Walikota
Tegal Siti Masitha merupakan suatu berbuatan yang salah dan bertentangan
dengan kewajiban dan tanggungjawab sebagai pejabat publik. Siti Masitha
terbukti memanfaatkan kewenangannya untuk menjadikan Amir Mirza
Hutagalung sebagai orang kepercayaan sekaligus calon wakil walikota untuk
pilkada periode selanjutnya dengan pendaan sosialisasi pencalonan yang
bersumber dari proyek – proyek pemerintah yang dana tersebut merupakan
berasal dari negara, sehingga tindakan Siti Masitha merugikan keuangan negara.

6
https://id.wikipedia.org/wiki/korupsi diakses pada 14 Juli 2020 Pukul 00.00 WIB.
7
http://fayusman-rifai.blogspot.com/2011/02/bentuk-bentuk-tindak-pidana-korupsi diakses
pada 14 Juli 2020 Pukul 00.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai