Abstract
Peer to peer lending has developed into a new investment measure providing solution for middle and
small business enterprises in Indonesia, i.e., to obtain loan without collateral. However, the business
enterprise providing the platform for peer to peer lending (websites or other apps), connecting would
be lenders and borrowers, almost always puts into the service agreement a disclaimer stating that it
would not be held liable in case of default. Using a juridical dogmatic approach, the author discusses
the existence of such disclaimers from the viewpoint of consumer protection. The main argument put
forward here is that the business enterprise providing this service cannot and should not shy away
from bearing responsibility in protecting the consumer, i.e. those that provide loans.
Keywords:
peer to peer lending, business enterprise, consumer protection
Abstrak
Peer to peer lending berkembang di Indonesia sebagai salah satu instrumen investasi baru
sekaligus solusi pinjaman dana tanpa agunan, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah.
Namun demikian, ditenggarai bahwa penyelenggara peer to peer lending yang mempertemukan
pemberi pinjaman dan penerima pinjaman lewat website maupun aplikasi selalu menambahkan
ketentuan disclaimer, yaitu bahwa badan usaha atau penyelenggara tidak bertanggung jawab
dalam resiko gagal bayar penerima pinjaman. Tulisan ini, dengan menggunakan metoda yuridis
dogmatis, akan menelaah peer to peer lending dari sudut pandang perlindungan konsumen. Satu
kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penyelenggara peer to peer lending tetap
bertanggungjawab terhadap pemberi pinjaman sebagai konsumen.
Kata kunci:
Peer to peer lending, badan usaha/penyelenggara, perlindungan konsumen
Pendahuluan
Perkembangan penggunaan internet saat ini telah berkembang dengan
sangat pesat. Sejak dikenalnya internet pada tahun 1900an, internet telah menjadi
kebutuhan mendasar bagi hampir seluruh kalangan masyarakat di dunia.
Perkembangan internet dan cara penggunaannya pun semakin variatif, segala
inovasi yang terjadi dalam pemakaian internet sebagai dasarnya ditujukan kepada
Seperti yang telah dijelaskan pada definisi di atas peer to peer lending
adalah metode baru yang memungkinkan seorang peminjam dana, melalui
aplikasi atau situs mengajukan pinjaman tanpa jaminan (agunan). Peer to peer
lending sangat berkembang di Indonesia dewasa ini, Asosiasi Fintech Indonesia
(Aftech) menjelaskan bahwa munculnya layanan peminjaman uang online jenis
2 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180830172622-185-326250/awal-mula-hadirnya-
peer-to-peer-lending-di-indonesia diakses pada tanggal 11 oktober 13.15
3 https://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/09/193700626/ojk-fintech-p2p-lending-di-
indonesia-capai-rp-16-triliun diakses pada tanggal 11 oktober 13.17.
4 https://www.investree.id/how-it-works diakses pada tangal 19 november 09.15.
5 Pasal 1(3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 / POJK.01/ 2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
6 Lihat Pasal 21 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 / POJK.01/ 2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
7 Lihat bagian disclaimer pada https://www.investree.id/ dan https://modalku.co.id/
8 Johannes Gunawan. Fungsi Lembaga Pertanggungjawaban Produk dalam Upaya Perlindungan
Konsumen di Indonesia. Tesis. 2003. Hlm 262.
9 https://investasi.kontan.co.id/news/imbal-hasil-p2p-lending-menandingi-hasil-reksadana
diakses pada tanggal 13 november 2018 pukul 14.00.
Pembahasan
Peer to Peer Lending
Platform peer to peer lending ada di dalam konteks intermediasi keuangan,
hal ini dikarenakan peran mereka sebagai perantara antara dua individu yang
memakai situs maupun aplikasi sebagai pemberi pinjaman dan penerima
pinjaman, singkat kata situs maupun aplikasi peer to peer lending memfasilitasi
hubungan keuangan diantara kedua individu pemakai platform peer to peer
lending.10 Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1 dibawah ini:
10 Diterjemahkan secara bebas dari Ugochi Christine Amajuoyi. Online Peer to Peer Lending
Regulation: Justification, classification and remit in UK Law, thesis, University of Exeter, August
2016, Hlm 148.
Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun
mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan13.
Definisi lain dari Konsumen secara lebih luas adalah : “any individual or
company who is the ultimate buyer or user of personal or real property, products,
services or activities, regardless of whether the seller, supplier, or producer is a
public or private entity, acting alone or collectively”14
Konsumen juga mencakup dalam konsumen jasa yang memiliki hubungan
berbeda dengan konsumen barang, juga dalam implikasi pertanggungjawaban
pelaku usaha. Berkaitan dengan hal ini dikatakan bahwa :
Pelaku Usaha
Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
16 Pasal 1 (8) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
17 Pasal 1 (7) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
18 Pasal 1 (3) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
19 A.Z Nasution, Konsumen dan Hukum, Jakarta, Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, cetakan ke 1
1995, hlm 18 – 19.
20 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hlm 35-36.
21 Pasal 1 (6) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
22 Lihat Pasal 2 (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
23 Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung, Penerbit: Mandar Maju, 2000,
hlm 13.
24 Perjanjian melahirkan (atau menjadi salah satu sumber) perikatan dan malahan suatu
perjanjian bisa melahirkan banyak perikatan, lihat : J. Satrio Hukum Perikatan, Perikatan Pada
Umumnya, Purwokerto : Penerbit Alumni, 1993, hlm. 40.
25 Lihat; Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Penerbit, Citra Aditya Bakti, 1990,
hlm.13.
28 Diterjemahkan secara bebas dari: Lauren Krohn, Consumer Proctection and The Law. A
Dictionary; Library of Congress Cataloging in Publication Data. 1995, hlm. 33-34.
29 Diterjemahkan secara bebas dan dirangkum dari Malcom Lender and Peter Shears, Framework
of Consumer Law (Fourth Edition), Glasgow: Pitman Publisihing. 1995, hlm. 32 – 35.
33 Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/ SEOJK.07/2014 tentang Perjanjian
Baku perjanjian baku adalah perjanjian tertulis yang ditetapkan secara sepihak oleh PUJK dan
memuat klausula baku tentang isi, bentuk, maupun cara pembuatan, dan digunakan untuk
menawarkan produk dan/ atau layanan kepada konsumen secara massal.
34 Penjelasan Pasal 37 dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 / POJK.01/ 2016 tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
35 Lihat https://modalku.co.id/terms-of-service https://koinworks.com/id/term_lender
https://www.investree.id/id/how-it-works/interest-rate-fee (diakses pada tanggal 04
Desember 23.47)
platform peer to peer lending melakukan analisa kredit kepada calon peminjam dengan
metode yang berbeda diantara masing – masing platform. Sehingga tidak semua orang dapat
meminjam dana melalui peer to peer lending, hanya yang telah lolos analisis kredit dari
platform peer to peer lending yang dapat mengajukan pinjaman dana.
38 Dirangkum dari M.J Leder, Consumer Law. Playmouth: Mcdonald and Evan, 1980, hlm. 56 – 59.
39 Lihat Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, Pasal 22.
Kesimpulan
Penyelenggara peer to peer lending adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan usahanya di Indonesia. Kegiatan peer to peer lending yang dilakukan oleh
penyelenggara peer to peer lending dilakukan dengan menciptakan marketplace
(tempat bertemunya pemberi pinjaman dan penerima pinjaman). Penyelenggara
peer to peer lending sebagai pelaku usaha berbadan hukum di Indonesia tunduk
kepada Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
UU Perlindungan Konsumen dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan secara menyeluruh dalam berbagai aspek yang mengakomodasi
berbagai kepentingan konsumen dalam hubungannya dengan pelaku usaha.
Termasuk memberikan perlindungan hukum bagi konsumen untuk melakukan
upaya–upaya hukum tertentu, manakala terjadi kerugian dirinya akibat
mengkonsumsi barang atau menikmati jasa yang dihasilkan pelaku usaha.
Perlindungan konsumen adalah segala upaya untuk menjamin kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Dalam bagian
disclaimer dari situs maupun aplikasi peer to peer lending di Indonesia, selalu
dicantumkan bagian bahwa penyelenggara peer to peer lending tidak bertanggung
jawab atas risiko gagal bayar dalam peer to peer lending, risiko gagal bayar
ditanggung oleh pemberi pinjaman. Dalam perlindungan konsumen antara
konsumen dan pelaku usaha memiliki hubungan timbalik balik satu sama lain,
Daftar Pustaka
Buku :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990.
A.Z Nasution, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995.
David Oughton dan John Lowry, Textbook on Consumer Law, Blackstone Press
Limited Edition, London, 1997.
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000.
Lauren, Consumer Protection and The Law, A Dictionary, Library of Congress
Cataloging in Publication data, 1995.
Malcolm Leder and Peter Shears, Framework of Consumer Law, Pittman Publishing,
Fourth Edition, 1995.
M.J. Leder, Consumer Law, MacDonald and Evans Publisher, 1980.
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2000.
Wirjono Prodjodikoro, Azas–Azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung,
2000.
Jurnal:
Badar Murifal, Peran Teknologi Finansial Sistem P2L Sebagai Alternatif Sumber
Pendanaan UMKM, Perspektif Vol XVI No.2 September 2018.
Ernama Santi, Budiharto, Hendro Saptono, Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan
Terhadap Financial Technology (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
77/POJK.01/2016), Diponegoro Law Journal Volume 6, nomor 3, Tahun
2017.
Artikel:
W. Sommermeijer, Artikel Tanggung Jawab Hukum (Aansprakelijheid)- Beberapa
Hal Tentang itikad Baik dan Tanggung Jawab Hukum. Diterjemahkan oleh
Tien Srie Kartini, Bandung: Pusat Studi Hukum-Fakultas Hukum
Universitas Katolik Parahyangan, 1999.
Internet;
https://www.investopedia.com/terms/p/peer-to-peer-lending.asp.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180830172622-185-326250/awal-
mula-hadirnya-peer-to-peer-lending-di-indonesia.
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/09/193700626/ojk-fintech-p2p-
lending-di-indonesia-capai-rp-16-triliun.
https://investasi.kontan.co.id/news/imbal-hasil-p2p-lending-menandingi-hasil-
reksadana.
https://modalku.co.id/faq.
https://www.investree.id/how-it-works https://koinworks.com/id/education-
center/bagaimana-peer-lending-bekerja.
https://www.investree.id/id/how-it-works/interest-rate-fee.
https://thelawdictionary.org/responsibility/
https://modalku.co.id/terms-of-service https://koinworks.com/id/term_lender.
https://www.investree.id/id/how-it-works/interest-rate-fee.
Peraturan Perundang-undangan:
Undang – Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/ SEOJK.07/2014 tentang
Perjanjian Baku perjanjian baku.