Anda di halaman 1dari 19

ADMINISTRASI KEUANGAN

NEGARA
Nindita Pramuktisari, S.Pd, M.Si
Pengertian Umum Administrasi Negara

 semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan


uang, serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara yang berkaitan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Ruang lingkup keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UUKN adalah:

 hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,


dan melakukan pinjaman;
 kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
 penerimaan negara;
 pengeluaran negara;
 penerimaan daerah;
 pengeluaran daerah;
 kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
 kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
 kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
Dasar Hukum Keuangan Negara

 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan tiap-


tiap tahun dengan undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) tidak menyetujui anggaran yang diusulkan
pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang
lalu.
 Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang- undang.
 Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang- undang.
 Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang- undang.
 Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara,
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang
peraturannya ditetapkan dengan undang-undang.
Pengelolaan Keuangan Negara

 Presiden selaku kepala pemerintahan memegang


kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian
dari kekuasaan pemerintahan.
 Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara sebagian kekuasaan presiden tersebut
diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku pengelola
keuangan daerah.
 Kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan negara itu meliputi
tiga kekuasaan pengelolaan keuangan negara, yaitu kekuasaan
otorisasi, ordonansi, dan kekuasaan kebendaharawanan.
Pertanggungjawaban Keuangan Negara

Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan


akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah
penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan
pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun
dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah
diterima secara umum.
Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945,
Undang-Undang tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan
aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar tersebut ke dalam suatu kaidah kaidah yang baik dalam
pengelolaan keuangan negara.
Pertanggungjawaban Keuangan Negara (lanjutan)

1. akuntabilitas berorientasi pada hasil;


2. profesionalitas;
3. proporsionalitas;
4. keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;
5. pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas
dan mandiri.
ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA NEGARA
 
Anggaran negara yang telah diundangkan merupakan
pedoman, batas, sekaligus program kerja pemerintah dalam
melaksanakan tugas negara di segala bidang. Dengan kata lain,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan
pelaksanaan tahunan dari Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita).
Pejabat dan Petugas Pelaksana APBN
 Kewenangan otorisasi
 Kewenangan ordonansi
 Pengelolaan Kebendaharaan
ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA NEGARA
 
 Landasan yuridis yang mengatur pelaksanaan APBN yaitu
sebagai berikut.
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN
2002
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA NEGARA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menetapkan :
KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA NEGARA
 
 Ketentuan Umum
 Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
 Pedoman Pelaksanaan Pengeluaran Rutin
 Pedoman Pelaksanaan Pengeluaran Pembangunan
 Pedoman Dana Perimbangan Dan Pembiayaan Defisit
 Pedoman Pelaksanaan Anggaran Dalam Lingkungan
Departemen Pertahanan Dan Kepolisian Republik Indonesia
 Penatausahaan, Pelaporan Dan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran
 Pengawasan Pelaksanaan Anggaran
Secara sistematis bahwa landasan hukum bagi penyelenggaraan
pelaksanaan anggaran negara adalah sebagai berikut.
 
Undang­Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang­Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang­Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara.
Keputusan Presiden RI Nomor 42 tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Komulatif Defisit APBN dan APBD
serta Jumlah Komulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 480/ KMK.02/2003 tentang Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Reboisasi APBN Tahun Anggaran 2003 untuk Tahap I.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 501/ KMK.02/2003 tentang Harga Satuan Umum Tahun
Anggaran 2004.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 548/ KMK.07/2003 tentang Penetapan Alokasi dan
Pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2004.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 579/ KMK.07/2003 Perubahan Atas Keputusan Menteri
Keuangan
Nomor 99/KMK/07/2001 tentang Penundaan Pelaksanaan Pinjaman Daerah.
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Negara

 
 Penetapan Bendaharawan
 Penerimaan dan Penagihan
 Penyetoran
 Pertanggungjawaban
 Pelaporan
 Pengawasan
PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA NEGARA

 Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis


yang disyaratkan.
 Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program kegiatan,
serta fungsi masing­masing departemen/lembaga.
 Keharusan penggunaan kemampuan/hasil produksi dalam negeri
sejauh hal ini dimungkinkan.
Tujuan Pengelolaan Keuangan
Negara
 Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
 Menjaga stabilitas ekonomi
 Merealokasi sumber-sumber ekonomi
 Mendorong Re-distribusi Pendapatan
Penyusunan APBN
Dalam menyusun anggaran, penyusunan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dihadapkan dengan
berbagai ketidak pastian. Setidaknya terdapat enam sumber
ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan volume
APBN yakni
(i) harga minyak bumi di pasar internasional;
(ii) kuota produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC;
(iii) pertumbuhan ekonomi;
(iv) inflasi;
(v) suku bunga; dan
(vi) nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD).
SUMBER PENERIMAAN DAN
PENGELUARAN NEGARA
Secara garis besar APBN terdiri dari 5 (lima) komponen utama
yaitu
(i) Pendapatan Negara dan Hibah;
(ii) Belanja Negara;
(iii) Keseimbangan Primer;
(iv) Surplus/Defisit Anggaran; dan
(v) Pembiayaan.
ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH (APBD)
 Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
 Tujuan APBD adalah sebagai pedoman penerimaan dan
pengeluaran dalam melaksanakan kegiatan daerah untuk
meningkatkan produksi dan kesempatan kerja, dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kemakmuran bagi masyarakat daerah.
 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka
APBD berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
PENGARUH APBN DAN APBD
TERHADAP PEREKONOMIAN.
Dengan APBN dan APBD, dapat diketahui arah, tujuan, serta
prioritas pembangunan yang akan dan sedang dilaksanakan.
Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana ekonomi
juga akan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi.
Peningkatan sumber daya manusia yang dapat menerapkan
teknologi tinggi dalam proses produksi, sehingga hasil-hasil
produksi semakin meningkat.
 KEBIJAKAN ANGGARAN.
Dalam upaya mewujudkan kesinambungan fiskal, maka
langkah strategis yang akan dijalankan oleh Pemerintah, yaitu;
 menurunkan defisit APBN secara bertahap menuju kondisi
seimbang atau surplus, dan
 melakukan manajemen pembiayaan anggaran yang optimal,
efisien, dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai