Anda di halaman 1dari 27

PROSES KEPERAWATAN DALAM

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

ARISTINA HALAWA S.KEP., NS., M.KES


 Perawat perlu mengkaji :
A. Faktor teknologi :
Faktor teknologi yang dimaksud adalah teknologi kesehatan yang
memungkinkan individu dapat memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan
masalah dalam pelayanan kesehatan.

Tugas perawat harus mengkaji Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuankesehatan, alasan klien
memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama dan keyakinan klien menjadi titik tolak
yang mengakibatkan pandangan menjadi amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama menjadi tuntunan dalam membuat penilaian
kebaikan, keburukan, serta benar dan salah dalam kehidupan klien di
atas segalanya

Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak positif
terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship dan social Factor)
mencakup hubungan sosial yang terbangun di lingkungan klien berada
serta kebiasaan yang dilakukan.

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,


nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien
dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan disepakati dalam
suatu masyarakat tertentu, menjadi sebuah kebiasaan, kepercayaan,
simbol, dengan ciri tertentu yang dapat dibedakan antara
satu dengan yang lainnya.

Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yangdigunakan, kebiasaan makan, makanan
yang dipantang dalam kondisisakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, carapembayaran untuk
klien yang dirawat.
Kebijakan dan peraturan yang berlaku merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya berhubungan dengan
kehadiran negara melalui peraturan perundangan yang menjadi dasar pelaksanaan
pelayanan.Perlu dikaji pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan kebijakan KB, jamkesmas, askeskin.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
 Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
 Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon
manusia yang tidak diinginkan terhadap gangguan kesehatan/yang ada
dalam proses kehidupan individu, keluarga, kelompok atau maysrakat

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
 Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu:
 1. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan budaya,
 2. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
 3. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
 A. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
 2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi
dengan klien.
 3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat.

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL


 Cultural careaccomodation / negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi
dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan klien dan standar etik.
 Negosiasi Budaya :
1.Lakukan negosiasi dan kompromi ketidakpatuhan
yang dapat diterima sesuai dengan ilmu medis,
keyakinan pasien dan standart etik.
2.Berikan waktu untuk proses informasi dan
mengambil keputusan.
3.Relax dan jangan tergesa-gesa saat interaksi dengan
pasien.
 Cultural care repatterning / reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok.
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
 Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan
terhadap keberhasilan keluarga tentang mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya pasien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya barumungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki pasien.
 Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai dengan latar belakang budaya keluarga.

EVALUASI
CONTOH KASUS 1
Pasien dengan Gangguan Pernafasan Klien Tn. D berusia 35 tahun, tinggal bersama istri dan
kedua orang anaknya di Tegal Jawa Tengah. Pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien
bekerja di pabrik. Istri klien bernama  Ny. E berusia 28 tahun, pendidikan terakhir SMP. Istri
klien seorang buruh cuci. Setiap bulan  penghasilan klien sekitar 800.000. dan penghasilan
istrinya 15.000 per hari. Klien dan keluarganya beragama Islam. Setiap harinya klien selalu
melaksanakan shalat berjamah bersama keluarga kecilnya. Sehari-hari klien menggunakan
bahasa Jawa dan Indonesia.
Sehari-hari klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya untuk merokok. Baginya merokok
merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sejati. Klien telah merokok selama
10 tahun. Kebiasaan tersebut tidak dapat di hentikan oleh klien karena jika tidak merokok klien
merasa mulutnya pahit. Bahkan klien lebih memilih untuk menahan lapar dari pada harus
menahan untuk tidak merokok. Dan karena sibuk bekerja klien jarang untuk berolahraga Dalam
seminggu terakhir ini klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca dingin.
Merasakan sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai dengan  penurunan
berat badan.
Klien dan istrinya menganggap bahwa itu adalah hal yang biasa dan efek dari kelelahan
karena bekerja. Untuk memperbaiki kondisinya, klien mendapatkan wejangan dari
mertuanya untuk banyak memberikan buah dan sayur seperti kembang kol,  brokoli, kubis,
kentang, jus apel dan manggis. Karena menurut kepercayaan buah dan sayur yang
 berwana hijau dapat menambah tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur
berwarna merah dipercaya menambah tenaga dan kesungguhan. (yang dimaksud
kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh).
Namun dalam pengolahan buah dan sayur tersebut istri klien memotongnya terlebih dahulu
baru kemudian dicuci dan saat merebusnya tidak di tutup. Karena dirasa kondisi klien tidak
membaik maka istrinya, membawa klien ke RS Cepat Sembuh untuk periksa. Oleh dokter
yang memeriksa klien dicurigai mengidap kanker paru, untuk memastikan hal tersebut klien
harus melakukan pemeriksaan MRI. Setelah hasilnya keluar ternyata dugaan dokter
tersebut benar.
Klien menderita kanker paru-paru. Dan saat ini didiagnosa kanker paru stadium IIB. Dimana
kanker tersebut telah menyebar ke kelenjar getah bening, dinding dada, diafragma, lapisan
yang mengelilingi jantung. Setelah dianamnesa oleh perawat ternyata klien mempunyai
kebiasaan merokok dan jarang  berolahraga. Akhirnya klien disarankan untuk melakukan
kemoterapi. Namun klien menolak untuk melakukan kemoterapi. Karena klien dan istrinya
merupakan orang Jawa asli sehingga mereka masih kental menganut tradisi dan budaya
Jawa. Klien percaya bahwa dengan melakukan pernafasan segitiga yang berasal dari nenek
moyangnya akan dapat menyembuhkan segala macam penyakit termasuk kanker paru yang
dideritanya. Dan menurut klien dengan pernafasan segitiga ini klien tidak perlu mengeluarkan
banyak biaya.
PENGKAJIAN
1. Faktor Teknologi
a. Klien dibawa ke palayanan kesehatan yaitu ke RS Cepat Sembuh, klien di periksa oleh dokter  
b. b. Klien melakukan pemeriksaan MRI, dan diketahui bahwa klien menderita kanker  paru-paru stadium IIB
2. Faktor agama dan falsafah hidup
c. Agama yang dianut yaitu Islam  
d. Setiap harinya klien selalu melaksanakan shalat berjamah bersama keluarga kecilnya.
3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan
Identitas klien  
Nama : Tn. D Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Sudah menikah
Pendidikan : Lulusan SMA
Pekerjaan : Bekerja di Pabrik
Penghasilan : Rp. 800.000 Mempunyai tanggungan 2 orang anak

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup


e. Sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia.
f. Bagi klien merokok merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sejati.
c. Menurut kepercayaan di keluarga klien buah dan sayur yang berwana hijau dapat menambah tenaga dan
kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna merah dipercaya menambah tenaga dan kesungguhan. (yang
dimaksud kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh)
d. Klien percaya bahwa dengan melakukan pernafasan segitiga yang berasal dari nenek moyangnya akan dapat
menyembuhkan segala macam penyakit termasuk kanker paru yang dideritanya.
5. Faktor politik
a) Kebijakan dan peraturan pelayanan kesehatan, yaitu: Alasan datang ke RS Cepat Sembuh Klien mengalami
batuk dan sering kambuh ketika cuaca dingin. Merasakan sakit  pada bagian dada, pundak, punggung, dan
lengan disertai dengan penurunan berat  badan.  
b) Kebijakan yang didapat di RS Cepat Sembuh Klien melakukan pemeriksaan MRI dan disarankan untuk
melakukan kemoterapi

6. Faktor ekonomi
c) Sumber biaya pengobatan Biaya dari penghasilan klien dan istrinya. Karena klien tidak mengikuti asuransi
kesehatan  
d) Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien Biaya hidup sehari-hari dari penghasilan klien (800.000) dan istrinya
(15.000 per hari)
7.Faktor pendidikan
Klien merupakan lulusan SMA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Data :
• Klien mendapatkan wejangan dari mertuanya untuk banyak memberikan buah dan sayur seperti
kembang kol, brokoli, kubis, kentang, jus apel dan sirsak.
• Menurut kepercayaan di keluarga klien buah dan sayur yang berwana hijau dapat menambah tenaga
dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna merah dipercaya menambah tenaga dan
kesungguhan. (yang dimaksud kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh).
• Dalam pengolahan buah dan sayur tersebut istri klien memotongnya terlebih dahulu  baru kemudian
dicuci dan saat merebusnya tidak di tutup.
• Masalah : Potensial Peningkatan Pengetahuan
2. Data :
• Klien dan istrinya merupakan orang Jawa asli sehingga mereka masih kental menganut tradisi dan
budaya Jawa.
• Klien menolak kemoterapi
• Klien percaya bahwa dengan melakukan pernafasan segitiga yang berasal dari nenek moyangnya akan
dapat menyembuhkan segala macam penyakit termasuk kanker paru yang dideritanya
• Masalah : Ketidakpatuhan pengobatan
3. Data :
• Klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya untuk merokok. Baginya merokok merupakan
suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sejati.
• Klien telah merokok selama 10 tahun.
• Kebiasaan tersebut tidak dapat di hentikan oleh klien karena jika tidak merokok klien
merasa mulutnya pahit.
• Klien lebih memilih untuk menahan lapar dari pada harus menahan untuk tidak merokok
• Karena sibuk bekerja klien jarang untuk berolahraga .
• Masalah : Ketidakpatuhan perilaku sehat
INTERVENSI
Dx 1 : Potensial Peningkatan Pengetahuan
Intervensi : Mempertahankan budaya (Maintenance)
1. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga bahwa kembang kol, brokoli, kubis, apel dan manggis baik untuk
membantu menyembuhkan penyakit kanker paru-paru.
R/ Kembang kol mengandung glokosinolat yang mengandung sulfur, antioksidan seperti kamferol, asam
sinamat yang telah dikenal dapat membantu mencegah terjadinya kanker dengan cara menghambat
pertumbuhan sel-sel kanker.
Brokoli mempunyai kandungan Sulforaphan dan antioksidan yang membantu untuk menetralkan karsinogenik.
Kandungan bekarotin yang ada di dalam brokoli mampu mencegah kanker kanker paru-paru
Kubis penuh fitonutrien, yang menghasilkan enzim yang terlibat dalam detoksifikasi tubuh. Enzim ini membantu
untuk melawan radikal bebas yang dapat menyebabkan  beberapa jenis kanker yang berbeda, termasuk paru-
paru
Apel mengandung flavonoid, quercetin, dan aringin yang berperan dalam mencegah kanker paru-paru
Manggis mengandung antioksidan yang membuang racun dari dalam tubuh yang bisa menyebabkan timbulnya
kanker. Alfamangostin berperan mengendalikan sel kanker
1. Negosiasi 2. Motivasi klien untuk tetap memperbanyak konsumsi buah dan sayur
2. Jelaskan kepada klien dan keluarganya bahwa pengolahan buah dan sayur yang salah
dapat mengurangi atau menghilangkan manfaat yang di terkandung dalam buah dan sayur
tersebut
3. Jelaskan mengenai cara pengolahan yang baik dan benar. Sebelum diolah sebaiknya
buah dan sayur dicuci terlebih dahulu baru kemudian di  potong, kemudian saat merebus
atau mengolahnya harus ditutup agar vitamin dan mineral yang terkandung tidak ikut
menguap
Dx 2 : Ketidakpatuhan pengobatan berhubungan dengan sistem yang diyakini (pernafasan segitiga)
Intervensi :  Negosiasi budaya
1.Beri penjelasan pada klien bahwa “pernafasan segitiga” saja tidak cukup untuk
menyembuhkan penyakit kanker.
2. Berikan dukungan kepada klien dan keluarga untuk tetap melakukan pernafasan segitiga selama tidak
mengganggu pelaksanaan kemoterapi
3. Beri fasilitas dan waktu kepada klien untuk melaksanakan budayanya yaitu “pernafasan segitiga”.
 Merestrukturisasi budaya
1.Diskusikan kesenjangan budaya yang dianut klien dengan terapi kesehatan yang harus di jalani klien
2.Jelaskan kepada klien dan keluarganya bahwa penyakit kanker merupakan penyakit yang ganas dan
perkembangannya sangat cepat sehingga harus segera mendapatkan  pertolongan dengan segera
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga apabila klien tidak segera mengikuti kemoterapi akan
membahayakan keselamatan klien.
4.Jelaskan kepada klien dan keluarga bahwa kemoterapi bertujuan untuk menghambat dan membunuh
sel-sel kanker, sehingga tidak semakin menyebar ke organ lain
5. Berikan gambaran kepada klien tentang keberhasilan kemoterapi terhadap orang-orang yang
sebelumnya menderita penyakit kanker paru-paru dan melakukan kemoterapi
Dx 3: ketidakpatuhan perilaku sehat
 Intervensi:  Negosiasi budaya
1. Beri motivasi kepada klien untuk berhenti merokok, karena merokok dapat memperparah
penyakitnya.
2. Berikan masukan kepada klien jika klien merasa mulutnya pahit ketika tidak merokok maka
hal itu dapat digantikan dengan makan permen.
Restrukturisasi budaya
3. Kaji persepsi klien mengenai sehat sakit
4. Jelaskan kepada klien mengenai zat-zat adiktif yang terkandung dalam rokok dan  bahayanya
bagi kesehatan
• nikotin dapat menyebabkan terhentinya pernapasan, meningkatkan tekanan darah serta
mempercepat denyut jantung.
• Karbon monoksida jaringan pembuluh darah menyempit dan mengeras sehingga terjadi
penyumbatan.
• Tar mengandung senyawa Benzopiren dan Zenyfenol yang bekerja untuk mempercepat
aktivitas sel-sel kanker.

Anda mungkin juga menyukai