Anda di halaman 1dari 13

Aplikasi Pengkajian Budaya Dosen: Dwi Hari, M.Kep. 1.

Pengkajian Asuhan
Keperawatan Budaya Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan
keperawatan yaitu:

Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya


pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga
setiap pagi.

Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan
budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang lain.

Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya
yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan


keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle,
1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian adalah proses
mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar
belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan
tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu:

a. Faktor teknologi (technological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan


individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors ) Agama
adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran
diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors ) Perawat pada
tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways ) Nilai-nilai budaya
adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik
atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait.

Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas seharihari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors ) Kebijakan
dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat dirumah sakit


memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber
biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang pendidikan klien adalah
pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya.

Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya
sehingga tidak terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

a. Jangan menggunakan asumsi. B


b. . Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang
Jawa halus.
c. c. Menerima dan memahami metode komunikasi.
d. d. Menghargai perbedaan individual.
e. e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
f. f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

2. Instrumen Pengkajian Budaya Sejalan berjalannya waktu,Transkultural in Nursing


mengalami perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya:

a. Sunrise model (Leininger) Yang terdiri dari komponen:

1) Faktor teknbologi (Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit - Kebiassaan berobat atau


mengatasi masalah kesehatan - Alasan mencari bantuan/pertolongan medis - Alasan memilih
pengobatan alternative - Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi
masalah kesehatan

2) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors) - Agama yang
dianut - Status pernikahan - Cara pandang terhadap penyebab penyakit - Cara pengobatan /
kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan

3) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors) - Nama lengkap &
nama panggilan - Umur & tempat lahir,jenis kelamin - Status,tipe keluarga,hubungan klien
dengan keluarga - Pengambilan keputusan dalam keluarga

4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways) - Posisi / jabatan yang
dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang digunakan - Kebiasaan yang
berhubungan dengan makanan & pola makan - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas
kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari

5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors) Kebijakan dan
peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya, meliputi: - Peraturan dan kebijakan jam
berkunjung - Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu - Cara pembayaran

6) Faktor ekonomi (Economical Factors) - Pekerjaan - Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
- Sumber biaya pengobatan - Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll. - Patungan
antar anggota keluarga

7) Faktor Pendidikan (Educational Factors) - Tingkat pendidikan klien - Jenis pendidikan -


Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif - Pengetahuan tentang sehat-sakit

b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar Dalam model ini klien/individu
dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural
model ini meliputi:

1) Komunikasi (Communication) Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas


suara,pengucapan (pronounciation), penggunaan bahasa non verbal, penggunaan ‘diam’

2) Space (ruang gerak) Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi
tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh.

3) Orientasi social (social orientastion) Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga,
pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan kegiatan social keagamaan.

4) Waktu (time) Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan
menjalin hubungan social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan datang.

5) Kontrol lingkungan (environmental control) Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-


sakit, budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.

6) Variasi biologis (Biological variation) Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik
lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetik, penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,
kerentanan terhadap penyakit tertentu, kecenderungan pola makan dan karakteristik
psikologis, koping dan dukungan social.
c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle Komponen-komponenya meliputi: 1)
Identitas budaya 2) Ethnohistory 3) Nilai-nilai budaya 4) Hubungan kekeluargaan 5)
Kepercayaan agama dan spiritual 6) Kode etik dan moral 7) Pendidikan 8) Politik 9) Status
ekonomi dan social 10) Kebiasaan dan gaya hidup 11) Faktor/sifat-sifat bawaan 12)
Kecenderungan individu 13) Profesi dan organisasi budaya Komponen-komponen diatas
perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien, Kemudian perawat
mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal &
teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan
klien.

BAB II
PEMBAHASAN
A.            Pengertian Konsep Kesehatan Spiritual
Spirituality atau spiritual berasal dari bahasa  latin “spiritus” yang berarti nafas atau
udara. spirit  memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal
apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan
seseorang( Dombeck,1995). Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu
(Farran et al, 1989).Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai
spiritual, hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide
mereka sendiri tentang hidup. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan
dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan
transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib) . Spiritual adalah
suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya,
kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam
kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana
akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk pemenuhan yang
mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri. Kesehatan spiritual
berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan
dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural).  Peran   perawat   adalah  bagaimana
perawat   mampu mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai
kondisi, Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap
berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.
B.            Hubungan Spiritual, Sehat, dan Sakit
Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapat ajaran baik dan
larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang, contohnya
minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan akan berdampak pada kesehatan bila
di konsumsi manusia. Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami
kelemahan (dalam keadaan sakit) untuk membangkitkan semangat untuk sehat, atau juga
dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan.Sebagai contoh orang sakit
dapat memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari
Tuhannya.
C.            Hubungan Keyakinan dengan Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia.
Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin
dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada
yang mampu membangkitkan dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan
kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi
kebutuhan spiritual.Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat
pasien kritis atau menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan  kesehatan,
di  mana  kebutuhan  dasar  manusia  yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak
hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu
membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.
D.            Perkembangan Spiritual
Perkembangan Spiritual seseorang menurut Westerhoff’s di bagi ke dalam empat
tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu :
1.    Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan
pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi dengan
orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang di anut, Pada masa ini, anak belum
mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan pada masa ini
mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan
makan, dan lain-lain. Pada masa prasekolh kegiatan keagamaan yang dilakukan belum
bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang
seakilingnya dalam hal ini keluarga. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai bertanya
tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
2.    Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang di tandai
dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub
membuat mereka semakin merasa  memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan
spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual
seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai
membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan
spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.
3.    Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan
proses npernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai
bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional
dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Segala pertanyaan tentang
kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan
penghargaan terhadap kepercayaannya.
4.    Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri,
perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercatyaan diri yang dipertahankan
walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan
dirinya.
E.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual
1.    Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan
kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan
terhadap Tuhan.
2.    Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual, karena keluarga memilki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Ras/suku. Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehungga
proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
4.    Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang
dapat menetukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5.    Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan     
keberadaan     dirinya    dengan    Tuhan,     dan    selalu  mendekatkan diri kepada
penciptanya.
F.      Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual
1.    Pasien Kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan
Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.
2.    Pasien Ketakutan dan cemas.Adanya ketakutan atau kecemasan dapat
menimbulkan pasien kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada
dirinya, dan ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.
3.    Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang
sangat mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah
keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu
membutuhkan bantuan spiritual.
4.    Pasien yang harus mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat membuat
seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup
dapat membuat kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila
perubahan gaya hidup kea rah yang lebih baok, maka pasien akan lebih membutuhkan
dukungan spiritual.
G.      Masalah Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress
spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
berisiko mengalami ganguan dalam kepercayaan atau  sistem  yang  memberikannya
kekuatan,  harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan
spiritual, mengungkapakan adanya keraguan dalam system kepercayaan, adanya gangguan
yang berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian
dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda
seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik
seperti nafsu maakan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri dari atas :
·      Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai
atau dari penderitaan yang berat.
·      Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai
seperti adanya aborsi.
·      Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam
kegiatan keagamaan.
H.      Pengkajian Spritual
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual antara lain adanya ungkapan terhadap
masalh spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian dan penderitaan, keraguan
akankepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang kosong, dan
pengakuan akan perlunya bantuan spiritual. Beberapa faktor yang menyebabkan masalah
spiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh, beberapa penyakit terminal, tindakan
pembedahan, prosedur invasive, dan lain-lain.
·      Ketaatan dan keyakinan klien
·      Tanggung Jawab diri dan kehidupan
·      Kepuasan hidup klien
·      Budaya
·      Hubungan dengan masyarakat
·      Praktek keagamaan
·      Pekerjaan
·      Harapan klien
G.      Diagnosa Keperawatan
Distres spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan ritual
spiritual, konflik antara keyakinan spiritual dan ketentuan aturan kesehatan dan krisis
penyakit, penderitaan, atau kematian.
H.      Perencanaan Keperawatan
Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual antara lain:
1.    Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa dan
beribadah secara rutin.
2.    Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah.
3.    Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik keyakinan
dan alternative pemecahannya.
4.    Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya.
5.    Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual.
6.    Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya

I.               Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah spiritual secara unun dapat dinilai dari perubahan untuk
melakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan melaksanakan ibadah, adanya ungkapan
atau perasaan yang tenang, dan menerima adanya kondisi atau keberadaannya, wajah yang
menunjukkan rasa damai, kerukunan dengan orang lain, memilki pedoman hidup, dan rasa
bersyukur.

Transcultural Nursing 1. Pengertian Transcultural nursing merupakan cabang


keperawatan yang berfokus pada studi banding dan analisis budaya sehubungan dengan
keperawatan dan praktek perawatan sehat-sakit, keyakinan, dan nilai-nilai dengan tujuan
untuk memberikan layanan perawatan bermakna dan berkhasiat untuk orang menurut nilai-
nilai budaya mereka dan konteks sehat-sakit. (Gonzalo, 2011). Konsep model yang dikenal
dengan sunrise model dari Leininger merupakan salah satu teori yang diaplikasikan dalam
praktik keperawatan transkultural. Leininger mendefinisikan transcultural nursing sebagai
area yang luas dalam 36 keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai
sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu
pengetahuan dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang
universal dalam keperawatan. (Pratiwi, 2011). Dasar-dasar dalam transcultural nursing terdiri
atas: a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. b.
Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan. c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal
dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi. d. Etnosentris adalah persepsi
yang dimiliki oleh individu yang menganggap budayanya adalah yang terbaik. e. Etnis
berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut
ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia
didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. 37 g. Etnografi adalah ilmu yang
mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan
perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap
individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan
saling memberikan timbal balik di antara keduanya. h. Care adalah fenomena yang
berhubungan dengan bimbingan, bantuan dukungan perilaku pada individu, keluarga,
kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial
untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. i. Caring adalah tindakan
langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengajarkan individu,
keluarga, kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia. j. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga, kelompok untuk memepertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai
kematian dengan damai. k. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga
kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai di atas budaya orang lain karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. (Pratiwi,
2011) Dalam penerapan asuhan keperawatan transkultural, seorang perawat perlu memahami
paradigma keperawatan transkultural, yaitu cara pandang, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-
konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai 38 latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral, yaitu: manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan.
(Sutria, 2013) a. Manusia sebagai klien Definisi manusia, keluarga dan masyarakat dari
perspektif transkultural adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan. Menurut
Leininger (1984), manusia baik di dalam keluarga ataupun di suatu kelompok masyarakat
memilki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada saat di manapun dia berada.
b. Kesehatan/sehat-sakit Menurut Leininger dalam Sutria (2013), kesehatan adalah
keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang
sehat-sakit. Sedangkan kesehatan/sehat-sakit dalam perspektif transcultural nursing diartikan
dalam konteks budaya masing-masing, pandangan masyarakat tentang kesehatan spesifik
bergantung pada kelompok kebudayaannya, demikian juga teknologi dan nonteknologi
pelayanan kesehatan yang diterima bergantung pada budaya nilai dan kepercayaan yang
dianutnya. Persepsi sehat-sakit ini meliputi persepsi individu maupun kelompok. c.
Lingkungan Lingkungan dalam perspektif budaya didefinisikan sebagai keseluruhan
fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan di mna klien dengan budayanya saling
berinteraksi. d. Keperawatan 39 Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integrasi dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia. (Sutria, 2013) Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau
rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan untuk memandirikan sesuai dengan
budaya klien. Strategi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan transkultural adalah
perlindungan/ mempertahankan, mengakomodasi/ menegosiasi budaya, dan mengubah atau
mengganti budaya klien. (Sutria, 2013)

2. Sunrise Model Leininger 40 Bagan 2.1 Teori Sunrise Model Leininger Sunrise
model Leininger merupakan suatu teori yang diaplikasikan dalam praktik transcultural
nursing. Menurut Leininger, konsep utama dalam keperawatan transkultural adalah sebagai
berikut: a. Culture Care Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan
diturunkan serta diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan kesejahteraan serta
meningkatkan kondisi dan cara hidupnya. b. World View Cara pandang individu atau
kelompok dalam memandang kehidupannya sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai. c.
Culture and Social Structure Dimention Pengaruh dari faktor-faktor budaya tertentu (sub
budaya) yang mencakup religius, kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi, teknologi dan
nilai budaya yang saling berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam
konteks lingkungan yang berbeda. d. Generic Care System Budaya tradisional yang
diwariskan untuk membantu, mendukung, memperoleh kondisi kesehatan, memperbaiki atau
meningkatkan kualitas hidup untuk menghadapi kecacatan dan kematiannya. e. Profesional
System 41 Pelayanan profesional yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan yang
memilki pengetahuan dari proses pembelajaran di institusi pendidikan formal serta
melakukan pelayanan kesehatan secara profesional. f. Cultural Care Preservation Upaya
untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan profesional untuk mengambil keputusan
dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada individu atau kelompok sehingga dapat
mempertahankan kesejahteraan, sembuh dan sakit, serta mampu menghadapi kecacatan dan
kematian. g. Cultural Care Accommodation Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok
orang dengan budaya tertentu untuk beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan
pengambilan kesehatan. h. Cultural Care Repattering Menyusun kembali dalam memfasilitasi
tindakan dan pengambilan keputusan profesional yang dapat membawa perubahan cara hidup
seseorang. i. Culture Congruent / Nursing Care Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nila-
nilai budaya/ keyakinan dan cara hidup individu/ golongan atau institusi dalam upaya
memberikan asuhan keperawatan yang bermanfaat. (Pratiwi, 2011). Dalam penerapan
transcultural nursing, terlebih dahulu perawat mengkaji 7 komponen dimensi budaya dan
struktur sosial yang saling berinteraksi menurut Leininger‟s sunrise model, yaitu: a. Faktor
Teknologi (Technological Factors) 42 Teknologi kesehatan adalah sarana yang
memungkinkan manusia untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah
dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan, maka
perawat perlu mengkaji berupa: persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan
kesehatan, persepsi sehat-sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan. Alasan
klien tidak mau operasi dan klien memilih pengobatan alternatif. Klien mengikuti tes
laboratorium darah dan memahami makna hasil tes tersebut. (Sutria, 2013)

Anda mungkin juga menyukai