Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TENTANG HOSPICE

DISUSUN OLEH :
1. WANGSIT RIDHO RAMADAN (S17051)
2. WIDI ASTUTI WAHYU LESTARI (S17052)
3. WULAN RACHMAWATI (S17053)
4. YAYANG CAESAR TINAWA (S17054)
5. INTAN WAHYU DAMAYANTI (S17182)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”Hospice pada Anak" dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan penyusun.
Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan
penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Surakarta, 08 Desember 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakangter
Hospice adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang menyeluruh dengan
pendekatan multi disiplin yang terintregasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi penderita
pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya dan juga memberikan
suport kepada keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwasana salah satu tujuan dari
Hospice adalah mengurangi penderita pasien yang termasuk didalamnya adalah mengilangkan
nyeri yang diderita oleh pasien.
Terdapat alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak mendapatkan
perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada akhirnya berakar pada konsep terapi
eksklusif dalam menyembuhkan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi
penderitaan. Seiring dengan perkembangannya dibidang ilmu ini yang dulunya hanya berfokus
pada memberikan kenyamanan bagi penderita sekarang telah meluas menjadi perawatan
holistik yang mencakup aspek fisik, sosial,psikologis dan spiritual. Perubahan perspektif ini
dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien yang menderita penyakit kronis sehingga
tuntutan untuk suatu perkembangan adalah mutlak adanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hospice secara umum?
2. Bagaimana Latar belakang hospice ?
3. Bagaimana Perkembangan Hospice di Indonesia disangkutkan undang-undang yang
menyangkut Hospice?
4. Bagaimana Perkembangan Hospice di Dunia?
5. Apa saja Contoh Hospice di Dunia dan bersertakan gambar Hospice?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Hospice secara umum
2. Untuk mengetahui perkembangan Hospice di Indonesia disangkutkan undang-undang
yang menyangkut Hospice
3. Untuk mengetahui perkembangan Hospice di Dunia
4. Untuk mengetahui contoh Hospice di Dunia dan gambar Hospice
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hospice
Hospice adalah tempat berteduh atau tempat peristirahatan bagi para pendatang,
pengungsi dan bagi yang membutuhkan. Tapi ada arti lainnya yaitu: Suatu program yang
melaksanakan fungsi penyediaan sarana tempat inap dengan pelayanan super khusus, termasuk
pemberian motivasi, kebutuhan spiritual bagi mereka yang sudah sekarat. Pelayanan yang
diberikan bukan di rumah sakit tapi di tempat khusus yang sangat berbeda. Tempat yang tidak
mencerminkan “rasa sakit” tapi “rasa nyaman”.

Kematian memang masih menjadi momok yang menakutkan. Siapa diantara kita yang merasa
nyaman duduk berjam-jam lamanya di tengah kuburan? Apalagi kalau hari sudah gelap. Lalu
mana ada orang sengaja pasang iklan: “Dicari rumah yang terletak di sebelah atau di depan
kuburan?” Perusahaan real estate atau housing developer menawarkan perumahan dengan
lokasi pemandangan menghadap ini dan itu dengan sebutan Lake View, Mountain View, Park
View, Ocean View, River View atau lainnya. Mana ada perumahan yang berlabel Cemetery
View ( Pemandangan Pekuburan).

Kita juga tidak senang berlama-lama di kamar jenazah dan mau berlama-lama memandangi
wajah jenazah yang pucat dan kaku, biasanya kita cepat-cepat buang muka dan berlalu.

Siapa pula yang merasa senang jika seandainya tetangga kita menitipkan sebuah peti jenazah,
meski peti itu kosong dan baru sekalipun? Lihat saja kasus barusan, orang-orang geger
mendapat kiriman peti mati. Karyawan Kompas pun dikiriman, apa ada yang senang? Mereka
semua protes bahkan ada yang menuntut balik sang pengirim. Kita membeli furniture ini dan
itu untuk jadi pajangan di rumah. Tetapi apakah kita akan meletakkan sebuah peti jenazah
sebagai furniture hiasan di kamar makan atau kamar tidur?

Pernah ada kawan ibu saya yang sudah menderita penyakit parah selama 7 tahun. Dokter sudah
angkat tangan. Menyerah. Rupa-rupanya ibu ini sudah punya firasat bahwa usianya tak bakalan
lama lagi. Ada berbagai pesan yang hendak ia ucapkan. Tapi setiap kali ia berbicara soal
kematiannya, suaminya tidak mau mendengar, “Jangan bicara yang aneh-aneh deh ma.”
Anaknya juga bersikap sama, “Mama nggak akan meninggal.” Bahkan dokternya pun tidak
mau jujur dan berusaha menenangkan, “Ini hanya kelainan biasa kok bu.” Lalu apa akibatnya?
Ibu kawan saya tidak bisa bicara tentang kematiannya. Ia tidak diberi kesempatan untuk
menyiapkan kematiannya. Setiap orang akan meninggal dunia, tapi sering kita kurang sreg
dengan namanya kematian, makanya tidak ada yang pernah menyiapkan kematian, bahkan
menolak kematian. Ibu ini justru sudah siap, tapi keluarganya tidak siap dan tidak mau
membicarakannya. Rasa-rasanya harus ada waktu bahwa tiap orang belajar menyiapkan
kematian, baik kematian bagi dirinya maupun kematian seseorang yang dikasihinya.

Tiga minggu kemudian ibu kawan saya jatuh pingsan. Ia betul-betul hampir mati. Tapi ia sadar
lagi, dokter menyarankan untuk membawa ibu ini ke hospice. Menyiapkan kematiannya.
Mendapatkan apa yang ia inginkan.
Memang budaya kebanyakan kita adalah budaya menolak kematian. Akibatnya, orang yang
mendekati ajal dan juga keluarganya tidak tahu cara menyiapkan kematian. Padahal mungkin
kekasih kita yang akan meninggal itu ingin sekali untuk menyiapkan dirinya sendiri dan
keluarganya. Seperti ibu kawan saya tadi. Ia hendak mempersiapkan kematiannya bagi dirinya
dan supaya keluarganya siap menerima kemungkinan itu.

Orang-orang yang “siap mati” di hospice itu terlihat lebih tenang. Mereka merasa nyaman dan
dipuaskan. Banyak yang tidak membicarakan kematian mereka, bahkan mereka enjoy dengan
suasana nyaman kamar mereka. Nonton tv, dengar musik, baca buku. Mereka masih sadar, tapi
hidup mereka tinggal hitungan jari. Ada juga yang mempersiapkan secara matang seperti
dengan mendamaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya dan juga keluarganya, memberi
petuntuk kepada rekan kerja tentang bagaimana meneruskan pekerjaannya, bagaimana
menjalankan usaha-usaha tanpa dirinya lagi, merampungkan pekerjaannya, membagi miliknya,
menyampaikan pesan-pesan dan masih banyak lagi.

Persiapan seperti itu hanya bisa dicapai kalau ada kejujuran dalam diri orang-orang yang
bersangkutan. Kejujuran dalam melihat dan memahami kematian. Bukan penolakan dan
penghindaran diri. Ada satu buku yang dapat menolong kita mempersiapkan diri menghadapi
kematian. Buku itu berjudul Ketika Kekasih Mendekati Ajal---Pedoman Bagi Para Keluarga,
memang sih sepertinya terlihat aneh. Untuk apa buku tentang kematian? Tapi buku ini
menolong kita untuk jujur terhadap kenyataan.

B. Latar Belakang Perlunya Hospice Care


Hospice adalah suatu tempat perawatan yang ditujukan untuk pasien yang
menderita penyakit-penyakit kronis seperti kanker, jantung, AIDS, Stroke dll dimana
harapan hidup penderita sangat tipis, sehingga kemudian fasilitas kesehatan ini lebih
ditujukan pada perawatan daripada pengobatan

C. Perkembangan Hospice di Indonesia disangkutkan undang-undang yang menyangkut Hospice


Sejarah dan perkembangan palliative care di Indonesia bermula dari adanya perubahan
yang terus-menerus setiap rapat kerja untuk membahas system penanggulangan penyakit
kanker pada tahun 1989. Penanggulangan penyakit kanker ini harus dilaksanakan secara
paripurna dengan mengerjakan berbagai intervensi mulai dari pencegahan, deteksi dini, terapi,
dan perawatan paliatif.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan surat Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor: 812/Menkes/SK/VIII/2007 pada tanggal 19 Juli 2007 yang berisi keputusan Menkes
tentang kebijakan palliative care. Dengan terbitnya surat keputusan tersebut diharapkan bisa
menjadi pedoman-pedoman pelaksanaan palliative care di seluruh Indonesia serta mendorong
lajunya pengembangan palliative care secara kualitas maupun kuantitas.

D. Perkembangan Hospice di Dunia


Munculnya palliative care di dunia dimulai dari sebuah gerakan rumah sakit pada awal
abad ke-19, kaum beragama menciptakan hospice yang memberikan perawatan untuk orang
sakit dan sekarat di London dan Irlandia. Dalam beberapa tahun terakhir, perawatan paliatif
telah menjadi suatu pergerakan yang besar, yang mempengaruhi banyak penduduk. Pergerakan
ini dimulai sebagai sebuah gerakan yang dipimpin relawan di Negara-negara Amerika dan telah
berkembang menjadi bagian penting dari system perawatan di kesehatan.
Palliative care dan hospice telah berkembang pesat sejak tahun 1960-an. Cicely Saunders
seorang pekerja yang merintis perawatan ini dimana sangat memiliki peran penting dalam
menerik perhatian pasien pada akhir kehidupannya saat mengidap penyakit ganas stadium
lanjut. Palliative care mulai didefinisikan sebagai subyek kegiatan ditahun 1970 dan dating
untuk menjadi sinonim dengan dukungan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual pasien dengan
penyakit yang membatasi hidup, disampaikan oleh tim multidisipliner.
Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada 1997 di Jepang. Pendidikan palliative care
masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah kedokteran dan semua sekolah keperawatan. Dua
puluh layanan yang terkait dengan palliative care tersedia di seluruh negeri
Saat ini Term Hospice mengacu kpd sebuah konsep yang terus berkembang tentang
penanganan yg penuh keramahan dan penuh dengan kasih sayang, yg dpt dilakukan
pada berbagai seting, spt di rmh pasien, rumah sakit atau fasilitas-fasilitas lain yg
berhubungan dg kondisi yg sama Hospice Care memfokuskan pada pemeliharaan
kualitas kehidupan pasien dan bukan berfokukus pada penanganan secara agresif
terhadap penyakit yg dimiliki psn. Dalam penanganan ini dukungan psikologis ,
emosional dan spiritual diberikan utk membantu pasien dan kel mereka dlm
menghadapi proses menjelang kematian pasien
Konsep rumah sakit sebagai pendekatan, holistik interdisipliner untuk akhir hidup
perawatan dimulai di inggris sekitar tahun Hospice medicare disahkan di Amerika
Serikat pada tahun 1982 dan telah menjadi dasar dari model rumah sakit perawatan di
Amerika Serikat

E. Contoh gambar hospice anak


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hospice adalah tempat berteduh atau tempat peristirahatan bagi para pendatang,
pengungsi dan bagi yang membutuhkan. Bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
gejala tidak nyaman, meningkatkan kualitas hidup dan memberikan pengaruh positif
selama sakit, membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai saat meninggalnya dan
memberikan dukungan disaat sedih dan kehilangan dan membantu keluarga tabah
selama pasien sakit dan sedih.Hospice yang bersifat kontemporer saat ini menawarkan
sebuah program penanganan yang komprehensif bagi pasien dan keluarga mereka
dalam menghadapi penyakit yang mengancam hidup pasien tersebut
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan tehnologi medis di era globalisasi ini
berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia
kini. Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan juga semakin
meningkat dan berubah menjadi kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi klien
/ keluarga dengan penyakit terminal. Hal ini tentu sangat memberikan keuntungan bagi
klien dan keluarganya, bila mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan klien
dan keluarganya lebih intens dan interaksi lebih bebas bila berada dirumah sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Menkes RI. (2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia :


812/Menkes/Sk/Vii/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Palliatif Menteri
Kesehatan
Anonim (2010). Proyek CPP-Indonesian Aged Care Project : Memahami
PerawatanPaliatif.http://indonesianwelfare.org.au/dmdocuments/CPP/
Articles/Perawatan_Paliatif_June_2010.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2013.

Campbell, M. L. (2013). Nurse to Nurse Perawatan Paliatif Jakarta: Salemba

Anda mungkin juga menyukai