KUNJUNGAN RUMAH
HALAMAN JUDUL
Oleh :
Fuad Adi Rosyadi
1302006178
Pembimbing :
DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ(K)
DENPASAR
2017
LAPORAN KEGIATAN DOKTER MUDA PSIKIATRI
KUNJUNGAN RUMAH
HALAMAN JUDUL
Oleh :
Fuad Adi Rosyadi
1302006178
Pembimbing :
DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ(K)
DENPASAR
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kunjungan Rumah ini tepat
pada waktunya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
I. IDENTITAS PASIEN................................................................................1
V. DENAH RUMAH.....................................................................................13
VIII. RESUME...................................................................................................16
X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL..................................................................17
XI. TERAPI.....................................................................................................17
XII. PROGNOSIS.............................................................................................17
XIII. SIMPULAN...............................................................................................18
XIV. SARAN......................................................................................................19
XV. DOKUMENTASI......................................................................................19
iv
LAPORAN KEGIATAN DOKTER MUDA PSIKIATRI KUNJUNGAN RUMAH
SMF/BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
PERIODE: 6 Maret 2017 – 16 April 2017
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : BS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 39 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 24 Juni 1977
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tingkat Pendidikan : S2
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kuta, Badung
Tanggal Kunjungan : Selasa, 2 Mei 2017
Diagnosis : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Kunjungan dilakukan pada tanggal 2 Mei 2017 pada pukul 19.00 WITA.
Sebelumnya, pemeriksa sebagai dokter muda meminta izin kepada pasien dan
keluarga saat berkunjung ke Poliklinik Psikiatri RSUP Sanglah pada pagi harinya
untuk melakukan kunjungan rumah dengan tujuan untuk melihat lingkungan
sosial dan keluarga pasien serta melihat kondisi dan aktivitas pasien di rumah.
v
Pasien kemudian memberikan izin kepada pemeriksa untuk melakukan
kunjungan rumah pada sore harinya di Kuta, Badung.
Pemeriksa tiba di rumah pasien pukul 19.00 WITA, disambut oleh pasien
berserta ibunya. Sebelum melakukan wawancara, pemeriksa memperkenalkan
diri kepada keluarga pasien dan menjelaskan tujuan dari kunjungan rumah.
Setelah pasien menyetujui, pemeriksa memulai wawancara dengan pasien dan
dilanjutkan dengan ibu pasien. Di akhir kunjungan ini, pemeriksa mengambil
beberapa foto sebagai dokumentasi.
Autoanamnesis
Pasien diwawancarai oleh pemeriksa dalam posisi duduk di kasur
didalam kamar kost pasien. Saat diwawancara pasien mengenakan kaos
pendek warna hitam bergambar presiden Soekarno dan celana pendek warna
biru donker bermotif polos, rambut nampak berantakan. Pasien berperawakan
tinggi dengan warna kulit sawo matang, kuku tangannya terpotong pendek dan
bersih. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Jawa. Selama wawancara pasien berperilaku aneh dengan
mengarahkan pandangannya kebawah dan sesekali memandang pemeriksa.
Ketika ditanya nama lengkap pasien dapat menjawab namanya dengan
benar serta dapat menyebutkan dirinya berada di kostnya yang berada di Kuta-
Badung bersama ibunya. Saat ditanya waktu wawancara, pasien dapat
menyebutkan bahwa saat itu malam hari. Pasien dapat menyebutkan kembali
nama pemeriksa, mengingat dengan benar tadi siang makan nasi soto dan
minum teh botol, serta mengingat masa perjuangannya saat di bangku sekolah
hingga kuliah.
Pasien bekerja sebagai seorang PNS di Bali. Pendidikan terakhir pasien
adalah S2. Ketika ditanyakan presiden Indonesia saat ini, pasien dapat
menjawab dengan benar yaitu Jokowi. Pasien juga dapat menyebutkan tanggal
kemerdekaan RI yaitu 17 Agustus 1945. Pasien dapat menjawab ketika
vi
ditanyakan ibu kota Indonesia dengan benar yaitu DKI Jakarta. Saat diminta
menghitung 100 dikurangi 7, pasien dapat menjawabnya dengan benar 5 kali
berturut-turut yaitu 93, 86, 79, 72, dan 65, sesuai dengan tingkat
pendidikannya. Ketika diminta membayangkan buah jeruk dan bola pingpong,
pasien dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan keduanya, perbedaannya
bola pingpong tidak ada rasanya sedangkan buah jeruk rasanya manis
sementara persamaannya yaitu bola pingpong dan buah jeruk sama-sama bulat
dan berwarna kuning. Saat diminta melanjutkan peribahasa “Berakit-rakit
kehulu” pasien menjawab “Berenang-renang ketepian” dan menjawab artinya
dengan “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.
Perasaan pasien akhir-akhir ini biasa saja, saat diminta untu
menjeklaskan perasaannya, pasien menjawab : “yaa gini-gini aja mas,
sekarang beraktivitas seperti biasa, ngantor dan tugas-tugas saya juga dapat
saya selesaikan. Kok dulu saya dirawat di rumah sakit ya? Wong saya gak
kenapa-kenapa kok(padahal saya tidak kenapa-kenapa), tapi ya sudahlah
biarkan tuhan yang balas mas” dengan ekspresi wajah kurang menunjukkan
suatu perasaan dan hanya sesekali tersenyum pada pemeriksa. Kemudian
pemeriksa meminta pasien untuk menjelaskan kronologi pasien sebelum di
rawat di RSUP Sanglah. “Dulu saya diwajibkan buat periksa kejiwaan oleh
bos saya, lha saya ngerjain assesment-nya ngawur(asal-asalan), jadi ya
hasilnya gak baik” ketika ditanya mengapa menjawab assesment-nya
sembarangan? Pasien menjawab, “karena saya tidak sakit, jadi ya gak perlu
diperiksa tho”. Pasien mengungkapkan bahwa ia dirawat di RSUP Sanglah
karena dijebak oleh atasannya. Pasien meyakini bahwa atasannya menuduh
pasien sering bolos kemudian merancang skenario untuk menjebak pasien
supaya dianggap gila. Pemeriksa berusaha menyangkal keyakinan pasien,
namun pasien tetap bersikeras mengatakan mengatakan bahwa atasannya
berusaha memasukkan pasien ke rumah sakit.
Pasien mengatakan tidak ada masalah yang menganggu pikirannya
belakangan ini. Jika ada masalah pasien cenderung tertutup, tidak
menceritakan masalahnya ke orang lain, dan berusaha memecahkan
masalahnya sendirian. Pasien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara
vii
yang tidak dapat didengar orang lain, melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat
oleh orang lain, mencium aroma-aroma yang aneh, serta merasa sesuatu yang
menyentuh atau bergerak-gerak pada tubuhnya saat tidak ada yang menyentuh
tubuhnya.
Pasien sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan. Istrinya
bekerja sebagai Polwan dan anaknya saat ini kelas 3 SD. Istri dan anaknya
tinggal di rumahnya yang berlokasi di Surabaya. Pasien sangat menyayangi
mereka dan merasa sangat bahagia setiap kali mereka mengunjungi pasien di
Bali. Pasien mengatakan bahwa istri dan anaknya menuruti kata-katanya. Saat
ini pasien tidak memiliki masalah keluarga.
Tahun 2011 pasien sempat dirawat di oleh dokter psikiatri di Rumah
Sakit Jiwa Lawang, Malang kurang lebih 3,5 bulan karena dikatakan pasien
sering melamun dan berdiam diri. Saat rawat jalan pasien patuh meminum
obat hingga tahun 2014, kemudian pasien tidak mau melanjutkan minum obat
karena takut kecanduan.
Tahun 2016 pasien mulai tinggal di Bali karena mendapatkan promosi
pekerjaan di Bali. Disini pasien tinggal sendiri di sebuah kamar kost. Pasien
mengakui jarang berinteraksi dengan tetangga dan teman kerja dan lebih
sering menghabiskan waktu didalam kamar kost sendirian. Pasien tidak
memiliki masalah dengan tetangga maupun teman kerja. Setiap hari pasien
makan 3 kali, mandi 2 kali dan rajin membersihkan kamar kostnya. Saat
ditanya kenapa pada saat itu kostnya berantakan, pasien mengatakan karena
sedang ada ibunya sehingga barang-barang pasien dan ibunya numpuk.
Semenjak pasien tinggal di Bali, ibunya sering menjenguknya setiap bulan,
saat ditanya bagaimana perasaan pasien saat dijenguk ibunya pasien
mengatakan, “awalnya sih seneng-seneng aja mas, tapi lama-lama yo risih.
Wong aku yo wes gede, rak mending duit tikete di nggo blonjo liyane(awalnya
saya senang, namun lama-kelamaan menjadi risih karena saya sudah dewasa.
Bukannya lebih baik uang jatah tiketnya dimanfaatkan buat keperluan
lainnya).”
viii
Heteroanamnesis (Ibu Kandung)
Ibu kandung pasien mengatakan pasien mulai bertingkah aneh sejak 4
bulan terakhir. Pasien menjadi tidak mau berkomunikasi dengan orang lain
dan menarik diri. Ibu pasien khawatir jika penyakit anaknya kambuh lagi
karena berhenti meminum obat. Sehingga ia memutuskan untuk menjenguk
anaknya tiap bulan. Sempat anaknya mengatakan kepada ibunya untuk
berhenti menjenguknya setiap bulan karena sayang dengan uang tiketnya.
Menurut atasan dan teman-teman pasien di kantor, sejak pertama kali
pasien pindah ke Bali pasien dikenal sebagai seorang yang pendiam, tertutup,
dan selalu menolak saat diajak bersosialisasi. Mereka sempat mencoba
mengajak pasien untuk berkomunikasi, namun pasien tidak terlalu
menanggapinya. Pasien juga dikatakan sering bolos, pada jam istirahat pasien
pulang ke kos dan kembali lagi ke kantor setelah beberapa jam kemudian.
Atasan pasien mengatakan bahwa kinerja pasien menurun sehingga sering
ditegur. Atasan dan teman-teman pasien mengatakan tidak ada masalah antara
pasien dengan teman kerja lainnya.
Kondisi pasien semakin lama semakin parah, pasien semakin tidak
mampu menyelesaikan tugas-tugas kantornya. Sedangkan saat ditegur pasien
hanya diam saja tanpa ada usaha untuk berubah. Pasien juga sering diam di
tempat kerja seperti sedang melamun dan selalu menolak ketika diajak
berkumpul dengan teman-teman lainnya. Pasien sehari hanya mandi 1 kali
dalam sehari. Akhirnya ibu bersama dengan atasan dan teman kerja pasien
memutuskan untuk mengajak pasien ke dokter psikiatri dengan kedok
pemeriksaan wajib dari kantor tempat pasien bekerja. Akhirnya pasien dibawa
oleh atasannya ke RSUP Sanglah dan disana ibu beserta istri pasien sudah
menunggu. Berdasarkan keputusan keluarga dan dokter psikiatri akhirnya
pasien dirawat inap di Ruang Lely RSUP Sanglah.
Ibu pasien merasa bahwa semua hal tidak wajar yang terjadi pada
pasien terjadi sejak tahun 2007, yaitu dimana pasien mengalami “penyakit
non-medis”. Pada saat itu pasien baru saja dipindahtugaskan ke Priuk, dari
keterangan ibu pasien di tempat kerjanya saat itu memang banyak kejadian-
kejadian aneh seperti yang dialami anaknya. Awalnya pasien mengeluhkan
sakit dada sehingga pasien memeriksakan diri ke dokter. Di sana pasien
1
2
minggu pertama pasien dirawat inap di rumah sakit tersebut. Setelah itu pasien
diperbolehkan untuk bekerja pada pagi harinya, namun sepulang kerja pasien
harus kembali ke rumah sakit. Pasien diberikan obat pulang yaitu stelazine
yang rutin diminum 1 kali setiap harinya. Sejak saat itu pasien dikatakan dapat
kembali beraktivitas dan berkepribadian seperti saat sebelum sakit. Namun
pada tahun 2014 pasien memutuskan untuk berhenti meminum obat karena
istri pasien takut dirinya akan mengalami ketergantungan terhadap obat
tersebut.
3. MASA DEWASA
a. Riwayat Pekerjaan
Sejak pasien lulus Kuliah D1, pasien langsung mulai bekerja. Sembari
bekerja, pasien menjalankan kuliah SI jurusan ekonomi di sebuah
perguruan tinggi swasta di Jakarta. Tak lama setelah lulus SI, pasien
melanjutkan pendidikan S2 di sebuah perguruan tinggi swasta di
Jakarta.
Setiap harinya pasien bekerja selama ±10 jam, yaitu dari pukul 07.30
sampai dengan 17.00. Pasien bekerja pada hari Senin sampai Jumat.
Sejak bulan Mei 2017, pasien mendapatkan promosi dan dipindahkan
ke Bali. Rekan kerja pasien mengatakan bahwa sejak pertama kali
pasien pindah ke kantor tersebut pasien merupakan orang yang sangat
pendiam dan jarang bersosialisasi dengan teman-temannya. Sejak 4
6
b. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah sejak tahun 2006. Istri pasien merupakan
seorang polwan. Hubungan antara pasien dengan istrinya dikatakan
baik. Istri pasien patuh terhadap pasien walaupun terkadang menuntut
beberapa hal kepada pasien. Pasien dan istrinya jarang bertengkar. Saat
ini pasien memiliki seorang anak perempuan yang berusia 10 tahun.
Pasien sangat menyangi anaknya dan jarang memarahi anaknya.
c. Aktivitas Sosial
Sejak kecil sampai dengan sebelum sakit, pasien dikatakan rajin, baik,
penurut, supel, serta ramah kepada siapapun. Pasien juga sangat jarang
marah-marah. Pasien dikenal sebagai sosok yang pintar dalam hal
bergaul dan pendidikan. Setiap memiliki masalah pasien jarang
menceritakan masalahnya kepada orang lain dan cenderung tidak
melibatkan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya. Dalam
mengerjakan tugas, baik di rumah maupun di kantor, pasien selalu teliti
dan berusaha menjadi yang terbaik. Sebagai seorang umat Muslim,
pasien rutin melakukan sholat 5 kali sehari.
Namun sejak 4 bulan yang lalu pasien berubah menjadi orang yang
pendiam. Pasien juga mengatakan jarang berinteraksi dengan tetangga
dan rekan kerjanya. Pasien dikatakan lebih sering berdiam diri di
dalam kamar kostnya untuk beristirahat sambil melamun dan
mendengarkan radio. Pasien juga dikatakan menjadi lebih jarang sholat
dan menurut ibunya terkadang pasien sholat dengan urutan yang salah.
d. Riwayat Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat hukum.
kuliah, pasien tinggal terpisah dengan keluarganya di Jakarta. Setelah kerja pasien
berpindah-pindah tempat tinggal sesuai penempatan dinasnya. Sebelumnya pasien
hanya pernah berdinas di Pulau Jawa. Selama itu, istri dan anak pasien tidak ikut
berpindah dengan pasien dan menetap di Surabaya.
Pada bulan Mei 2016, pasien mendapat penempatan dinas di Bali. Pasien
saat ini tinggal seorang diri di sebuah kamar kost yang berada tidak jauh dari
tempat kerjanya. Setiap bulannya ibu pasien secara rutin datang untuk
mengunjungi pasien. Sejak pasien tinggal di Bali, istri dan anaknya sudah 2 kali
datang untuk mengunjungi pasien sambil berlibur. Pasien mengatakan senang
tinggal di Bali karena suasananya yang nyaman.
Ayah kandung pasien meninggal saat pasien berusia 3 tahun. Kemudian
ibu pasien menikah dengan seorang duda beranak 2. Ayah tiri pasien dikatakan
telah bercerai dengan istri sebelumnya. Pasien dan kedua kakaknya dikatakan
menerima pernikahan antara ibunya dengan ayah tirinya tersebut. Mereka juga
dikatakan memiliki hubungan yang baik dengan ayah dan kedua saudara tirinya.
Kedua kakak pasien saat ini sudah menikah dan tinggal di rumah yang berbeda
dengan pasien di daerah Surabaya. Kakak pertama pasien merupakan seorang
apoteker, sedangkan kakak kedua pasien saat ini sudah tidak bekerja lagi dan
hanya mengurus anaknya di rumah.
8
Silsilah Keluarga
? ? ? ? ? ?
V. DENAH RUMAH
5
1
2 6
4
3 1. Gambar Denah Rumah Pasien
Gambar
Keterangan denah rumah:
1. Tempat tidur pasien
2. Kamar mandi
3. Lemari
4. Meja
5. TV
6. Kulkas
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephali
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, Reflek Pupil +/+
THT : Kesan tenang
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks
Cor : S1S2 normal, reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Hangat + + Edema - -
+ + - -
11
STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4 V5 M6
Kaku Kuduk : tidak ada
Reflek Fisiologis : ++ ++
++ ++
Reflek Patologis : - -
- -
Tenaga : 555 555
555 555
Tonus :N N
N N
Tropik :N N
N N
STATUS PSIKIATRI
1. Kesan Umum : Penampilan tidak wajar, roman wajah
sesuai usia, kontak verbal dan visual
kurang.
2. Sensorium dan Kognitif
- Kesadaran : Jernih
- Fungsi Kognitif : Sesuai tingkat pendidikan
- Daya ingat : Baik
- Konsentrasi/perhatian : Baik saat pemeriksaan
- Berpikir abstrak : Baik
- Intelegensi : Sesuai tingkat pendidikan
3. Keadaan Mood dan Afek
- Mood : Aleksitimia
- Afek : Menyempit
4. Proses Pikir
- Bentuk Pikir : non logis-non realis
- Arus Pikir : Flight of ideas
- Isi Pikir : Waham curiga (+)
5. Persepsi
- Halusinasi : Tidak ada
- Ilusi : Tidak ada
6. Dorongan Instingtual
- Insomnia : Tidak ada, ada riwayat insomnia
- Hipobulia : Ada, pasien mandi 1 kali sehari
- Raptus : Tidak ada
7. Psikomotor : Tenang
8. Tilikan : 1 (satu)
12
VIII. RESUME
Pasien laki-laki, 39 tahun, agama Islam, suku Jawa, bekerja sebagai PNS,
menikah, dan pendidikan terakhir S2. Pasien diwawancara dengan posisi duduk,
penampilan tidak wajar menggunakan baju bersih, rambut berantakan, dengan
kulit bersih bewarna sawo matang. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan baik menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Selama wawancara
pasien lebih sering menunduk dan memandang ke bawah. Sesekali pasien
memandang pemeriksa.
Pasien merupakan pasien kontro Poli Jiwa RSUP Sanglah. Awalnnua
pasien dibawa ke RSUP Sanglah karena bertingkah laku aneh sejak 4 bulan yang
lalu. Kinerja pasien di kantor menurun dan pasien juga sering bolos kerja. Pasien
tidak merasa bahwa dirinya tidak sakit dan menduga bahwa ini merupakan
jebakan yang dibuat oleh atasannya. Pada tahun 2011 pasien pernah dirawat
dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid. Pasien dikatakan sudah tidak
mendapatkan obat-obatnya secara rutin sejak dipindahtugaskan ke Bali.
Pasien dengan penampilan tidak wajar, mood aleksitemia, afek
menyempit, bentuk pikir non logis non realis, waham curiga, dan hipobulia.
Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit.
Saat ini pasien mengatakan perasaannya lebih biasa saja, tidak ada yang
menganggu pikirannya saat ini. Pasien mengatakan nafsu makannya baik, dan
makannya teratur. Pasien juga mengatakan tidurnya cukup dan pulas. Namun
pasien menjadi jarang mandi karena merasa tubuhnya tidak terlalu berkeringat.
Pasien rutin meminum obat yang diberikan. Pasien sekarang sudah bekerja seperti
biasa dan mulai menjalin komunikasi dengan tetangga kostnya.
X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis 1 : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Aksis 2 : Ciri Kepribadian Skizoid
13
XI. TERAPI
Non Farmakologi
- Psikoterapi supportif kepada pasien
- Psikoedukasi keluarga pasien
Farmakologi
- Fluphenazine Decanoate 25 mg intra muskular tiap 28 hari (terakhir
diberikan tanggal 5 Mei 2017)
- Trifluoperazine 2,5 mg intra oral tiap 12 jam
XII. PROGNOSIS
Untuk menentukan prognosis penderita ada beberapa kriteria antara lain:
1. Diagnosis : Skizofrenia Paranoid Buruk
2. Onset : Dewasa Baik
3. Perjalanan Penyakit : Kronis Buruk
4. Faktor Pencetus : Masalah dengan keluarga Buruk
5. Pendidikan : Perguruan Tinggi (S2) Baik
6. Faktor Genetik : Tidak ada Baik
7. Ciri Kepribadian : Skizoid Buruk
8. Dukungan Keluarga : Kurang Buruk
9. Status Pernikahan : Menikah Baik
10. Penyakit Organik : Tidak ada Baik
11. Lingkungan social ekonomi : Cukup Baik
12. Kepatuhan Minum Obat : Tidak patuh Buruk
13. Tilikan : Derajat 1 Buruk
Berdasarkan beberapa kriteria tersebut di atas, pada kasus ini prognosis
penderita adalah dubius ad malam (cenderung buruk).
XIII. SIMPULAN
1. Pasien inisial BS, laki-laki, 39 tahun, suku Jawa tinggal di Kuta-Bali,
pasien didiagnosis dengan Skizofrenia paranoid dan saat ini mendapatkan
pengobatan berupa sikzonoat 2,5 mg intra muskular tiap 28 hari (terakhir
diberikan tanggal 5 Mei 2017) dan stelazin 2,5 mg intra oral tiap 12 jam.
14
XIV. SARAN
Adapun saran yang dapat saya berikan kepada pasien dan keluarga pasien
ialah sebagai berikut:
1. Pasien agar minum obat teratur untuk mencegah muncul kembali gejala
sebelumnya.
2. Keluarga agar memberi dukungan dalam pengobatan pasien, mengontrol
pasien minum obat.
3. Pasien diharapkan lebih bersosialisasi dengan rekan kerja dan tetangga di
sekitar rumah pasien, sehingga pasien dapat memiliki teman ngobrol
diwaktu luang. Pasien disarankan menceritakan apapun yang sedang
menjadi beban pikirannya baik pada teman lama pasien maupun pada
keluarga pasien.
4. Pasien dan keluarga agar lebih semangat dan sabar serta lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan.
XV. DOKUMENTASI
Gambar 3. Foto Lemari, Meja dan Barang Lainnya di Depan Kamar Mandi
Pasien