Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEGIATAN DOKTER MUDA PSIKIATRI

KUNJUNGAN RUMAH

HALAMAN JUDUL

Oleh :
Fuad Adi Rosyadi
1302006178

Pembimbing :
DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ(K)

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH

DENPASAR
2017
LAPORAN KEGIATAN DOKTER MUDA PSIKIATRI

KUNJUNGAN RUMAH

HALAMAN JUDUL

Oleh :
Fuad Adi Rosyadi
1302006178

Pembimbing :
DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ(K)

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH

DENPASAR
2017

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kunjungan Rumah ini tepat
pada waktunya.

Laporan ini dibuat sebagai prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan


Klinik Madya (KKM) di Bagian/SMF Psikiatri FK Universitas Udayana/RSUP
Sanglah, Denpasar. Dalam penyusunan laporan ini, penulis memperoleh banyak
bimbingan, petunjuk, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. AA Sri Wahyuni, Sp.KJ selaku ketua Bagian/SMF Psikiatri FK


Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar.
2. Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ (K) selaku koordinator
pendidikan Bagian/SMF Psikiatri FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah,
Denpasar dan pembimbing dalam penyusunan Laporan Kunjungan Rumah
ini.
3. Residen di Bagian/SMF Psikiatri FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah,
Denpasar yang turut membantu dalam penyelesaian Laporan Kunjungan
Rumah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
laporan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberi manfaat bagi masyarakat.

Denpasar, Mei 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ............................................................................................i

KATA PENGANTAR .........................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

I. IDENTITAS PASIEN................................................................................1

II. HASIL KUNJUNGAN RUMAH..............................................................1

III. LINGKUNGAN KELUARGA.................................................................10

IV. LINGKUNGAN RUMAH........................................................................12

V. DENAH RUMAH.....................................................................................13

VI. LINGKUNGAN SOSIAL.........................................................................13

VII. PEMERIKSAAN FISIK............................................................................14

VIII. RESUME...................................................................................................16

IX. DIAGNOSIS BANDING..........................................................................17

X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL..................................................................17

XI. TERAPI.....................................................................................................17

XII. PROGNOSIS.............................................................................................17

XIII. SIMPULAN...............................................................................................18

XIV. SARAN......................................................................................................19

XV. DOKUMENTASI......................................................................................19

iv
LAPORAN KEGIATAN DOKTER MUDA PSIKIATRI KUNJUNGAN RUMAH
SMF/BAGIAN PSIKIATRI 
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
PERIODE: 6 Maret 2017 – 16 April 2017

Tanggal Kunjungan : Selasa, 2 Mei 2017 pk. 19.00 WITA


Pembimbing : DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ(K)
Nama : Fuad Adi Rosyadi (1302006178)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : BS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 39 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 24 Juni 1977
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tingkat Pendidikan : S2
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kuta, Badung
Tanggal Kunjungan : Selasa, 2 Mei 2017
Diagnosis : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

II. HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Kunjungan dilakukan pada tanggal 2 Mei 2017 pada pukul 19.00 WITA.
Sebelumnya, pemeriksa sebagai dokter muda meminta izin kepada pasien dan
keluarga saat berkunjung ke Poliklinik Psikiatri RSUP Sanglah pada pagi harinya
untuk melakukan kunjungan rumah dengan tujuan untuk melihat lingkungan
sosial dan keluarga pasien serta melihat kondisi dan aktivitas pasien di rumah.

v
Pasien kemudian memberikan izin kepada pemeriksa untuk melakukan
kunjungan rumah pada sore harinya di Kuta, Badung.
Pemeriksa tiba di rumah pasien pukul 19.00 WITA, disambut oleh pasien
berserta ibunya. Sebelum melakukan wawancara, pemeriksa memperkenalkan
diri kepada keluarga pasien dan menjelaskan tujuan dari kunjungan rumah.
Setelah pasien menyetujui, pemeriksa memulai wawancara dengan pasien dan
dilanjutkan dengan ibu pasien. Di akhir kunjungan ini, pemeriksa mengambil
beberapa foto sebagai dokumentasi.

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluhan Utama: Autoanamnesis : tidak sakit
Heteroanamnesis : Bertingkah tidak wajar

Autoanamnesis
Pasien diwawancarai oleh pemeriksa dalam posisi duduk di kasur
didalam kamar kost pasien. Saat diwawancara pasien mengenakan kaos
pendek warna hitam bergambar presiden Soekarno dan celana pendek warna
biru donker bermotif polos, rambut nampak berantakan. Pasien berperawakan
tinggi dengan warna kulit sawo matang, kuku tangannya terpotong pendek dan
bersih. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Jawa. Selama wawancara pasien berperilaku aneh dengan
mengarahkan pandangannya kebawah dan sesekali memandang pemeriksa.
Ketika ditanya nama lengkap pasien dapat menjawab namanya dengan
benar serta dapat menyebutkan dirinya berada di kostnya yang berada di Kuta-
Badung bersama ibunya. Saat ditanya waktu wawancara, pasien dapat
menyebutkan bahwa saat itu malam hari. Pasien dapat menyebutkan kembali
nama pemeriksa, mengingat dengan benar tadi siang makan nasi soto dan
minum teh botol, serta mengingat masa perjuangannya saat di bangku sekolah
hingga kuliah.
Pasien bekerja sebagai seorang PNS di Bali. Pendidikan terakhir pasien
adalah S2. Ketika ditanyakan presiden Indonesia saat ini, pasien dapat
menjawab dengan benar yaitu Jokowi. Pasien juga dapat menyebutkan tanggal
kemerdekaan RI yaitu 17 Agustus 1945. Pasien dapat menjawab ketika

vi
ditanyakan ibu kota Indonesia dengan benar yaitu DKI Jakarta. Saat diminta
menghitung 100 dikurangi 7, pasien dapat menjawabnya dengan benar 5 kali
berturut-turut yaitu 93, 86, 79, 72, dan 65, sesuai dengan tingkat
pendidikannya. Ketika diminta membayangkan buah jeruk dan bola pingpong,
pasien dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan keduanya, perbedaannya
bola pingpong tidak ada rasanya sedangkan buah jeruk rasanya manis
sementara persamaannya yaitu bola pingpong dan buah jeruk sama-sama bulat
dan berwarna kuning. Saat diminta melanjutkan peribahasa “Berakit-rakit
kehulu” pasien menjawab “Berenang-renang ketepian” dan menjawab artinya
dengan “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.
Perasaan pasien akhir-akhir ini biasa saja, saat diminta untu
menjeklaskan perasaannya, pasien menjawab : “yaa gini-gini aja mas,
sekarang beraktivitas seperti biasa, ngantor dan tugas-tugas saya juga dapat
saya selesaikan. Kok dulu saya dirawat di rumah sakit ya? Wong saya gak
kenapa-kenapa kok(padahal saya tidak kenapa-kenapa), tapi ya sudahlah
biarkan tuhan yang balas mas” dengan ekspresi wajah kurang menunjukkan
suatu perasaan dan hanya sesekali tersenyum pada pemeriksa. Kemudian
pemeriksa meminta pasien untuk menjelaskan kronologi pasien sebelum di
rawat di RSUP Sanglah. “Dulu saya diwajibkan buat periksa kejiwaan oleh
bos saya, lha saya ngerjain assesment-nya ngawur(asal-asalan), jadi ya
hasilnya gak baik” ketika ditanya mengapa menjawab assesment-nya
sembarangan? Pasien menjawab, “karena saya tidak sakit, jadi ya gak perlu
diperiksa tho”. Pasien mengungkapkan bahwa ia dirawat di RSUP Sanglah
karena dijebak oleh atasannya. Pasien meyakini bahwa atasannya menuduh
pasien sering bolos kemudian merancang skenario untuk menjebak pasien
supaya dianggap gila. Pemeriksa berusaha menyangkal keyakinan pasien,
namun pasien tetap bersikeras mengatakan mengatakan bahwa atasannya
berusaha memasukkan pasien ke rumah sakit.
Pasien mengatakan tidak ada masalah yang menganggu pikirannya
belakangan ini. Jika ada masalah pasien cenderung tertutup, tidak
menceritakan masalahnya ke orang lain, dan berusaha memecahkan
masalahnya sendirian. Pasien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara

vii
yang tidak dapat didengar orang lain, melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat
oleh orang lain, mencium aroma-aroma yang aneh, serta merasa sesuatu yang
menyentuh atau bergerak-gerak pada tubuhnya saat tidak ada yang menyentuh
tubuhnya.
Pasien sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan. Istrinya
bekerja sebagai Polwan dan anaknya saat ini kelas 3 SD. Istri dan anaknya
tinggal di rumahnya yang berlokasi di Surabaya. Pasien sangat menyayangi
mereka dan merasa sangat bahagia setiap kali mereka mengunjungi pasien di
Bali. Pasien mengatakan bahwa istri dan anaknya menuruti kata-katanya. Saat
ini pasien tidak memiliki masalah keluarga.
Tahun 2011 pasien sempat dirawat di oleh dokter psikiatri di Rumah
Sakit Jiwa Lawang, Malang kurang lebih 3,5 bulan karena dikatakan pasien
sering melamun dan berdiam diri. Saat rawat jalan pasien patuh meminum
obat hingga tahun 2014, kemudian pasien tidak mau melanjutkan minum obat
karena takut kecanduan.
Tahun 2016 pasien mulai tinggal di Bali karena mendapatkan promosi
pekerjaan di Bali. Disini pasien tinggal sendiri di sebuah kamar kost. Pasien
mengakui jarang berinteraksi dengan tetangga dan teman kerja dan lebih
sering menghabiskan waktu didalam kamar kost sendirian. Pasien tidak
memiliki masalah dengan tetangga maupun teman kerja. Setiap hari pasien
makan 3 kali, mandi 2 kali dan rajin membersihkan kamar kostnya. Saat
ditanya kenapa pada saat itu kostnya berantakan, pasien mengatakan karena
sedang ada ibunya sehingga barang-barang pasien dan ibunya numpuk.
Semenjak pasien tinggal di Bali, ibunya sering menjenguknya setiap bulan,
saat ditanya bagaimana perasaan pasien saat dijenguk ibunya pasien
mengatakan, “awalnya sih seneng-seneng aja mas, tapi lama-lama yo risih.
Wong aku yo wes gede, rak mending duit tikete di nggo blonjo liyane(awalnya
saya senang, namun lama-kelamaan menjadi risih karena saya sudah dewasa.
Bukannya lebih baik uang jatah tiketnya dimanfaatkan buat keperluan
lainnya).”

viii
Heteroanamnesis (Ibu Kandung)
Ibu kandung pasien mengatakan pasien mulai bertingkah aneh sejak 4
bulan terakhir. Pasien menjadi tidak mau berkomunikasi dengan orang lain
dan menarik diri. Ibu pasien khawatir jika penyakit anaknya kambuh lagi
karena berhenti meminum obat. Sehingga ia memutuskan untuk menjenguk
anaknya tiap bulan. Sempat anaknya mengatakan kepada ibunya untuk
berhenti menjenguknya setiap bulan karena sayang dengan uang tiketnya.
Menurut atasan dan teman-teman pasien di kantor, sejak pertama kali
pasien pindah ke Bali pasien dikenal sebagai seorang yang pendiam, tertutup,
dan selalu menolak saat diajak bersosialisasi. Mereka sempat mencoba
mengajak pasien untuk berkomunikasi, namun pasien tidak terlalu
menanggapinya. Pasien juga dikatakan sering bolos, pada jam istirahat pasien
pulang ke kos dan kembali lagi ke kantor setelah beberapa jam kemudian.
Atasan pasien mengatakan bahwa kinerja pasien menurun sehingga sering
ditegur. Atasan dan teman-teman pasien mengatakan tidak ada masalah antara
pasien dengan teman kerja lainnya.
Kondisi pasien semakin lama semakin parah, pasien semakin tidak
mampu menyelesaikan tugas-tugas kantornya. Sedangkan saat ditegur pasien
hanya diam saja tanpa ada usaha untuk berubah. Pasien juga sering diam di
tempat kerja seperti sedang melamun dan selalu menolak ketika diajak
berkumpul dengan teman-teman lainnya. Pasien sehari hanya mandi 1 kali
dalam sehari. Akhirnya ibu bersama dengan atasan dan teman kerja pasien
memutuskan untuk mengajak pasien ke dokter psikiatri dengan kedok
pemeriksaan wajib dari kantor tempat pasien bekerja. Akhirnya pasien dibawa
oleh atasannya ke RSUP Sanglah dan disana ibu beserta istri pasien sudah
menunggu. Berdasarkan keputusan keluarga dan dokter psikiatri akhirnya
pasien dirawat inap di Ruang Lely RSUP Sanglah.
Ibu pasien merasa bahwa semua hal tidak wajar yang terjadi pada
pasien terjadi sejak tahun 2007, yaitu dimana pasien mengalami “penyakit
non-medis”. Pada saat itu pasien baru saja dipindahtugaskan ke Priuk, dari
keterangan ibu pasien di tempat kerjanya saat itu memang banyak kejadian-
kejadian aneh seperti yang dialami anaknya. Awalnya pasien mengeluhkan
sakit dada sehingga pasien memeriksakan diri ke dokter. Di sana pasien

1
2

disarankan untuk melakukan pemeriksaan rontgen dada. Namun, dari semua


pemeriksaan yang dilakukan hasilnya tidak didapatkan kelainan. Semakin
lama, wajah pasien dikatakan berubah menjadi lebih hitam dengan warna
kemerahan di sekitar mata. Pasien kemudian diperiksakan ke rumah sakit
lainnya di Jakarta dan Sidoarjo namun hasilnya tetap sama. Pasien juga
sempat diperiksaan ke seorang psikolog, namun juga dikatakan normal.
Akhirnya keluarga pasien memutuskan untuk membawa pasien ke seorang
dukun di Banten. Di sana pasien dikatakan kemasukan Kuntilanak. Keluhan
dikatakan menghilang. Namun selama 2 tahun muncul keluhan-keluhan yang
tidak wajar lainnya, seperti tubuh pasien terasa sangat kotor walaupun tubuh
pasien nyatanya dalam kondisi bersih. Hal tersebut mengakibatkan pasien
berulang kali dibawa ke beberapa dukun yang berbeda di Banten,
Banyuwangi, Solo, Blitar, Karangmenjangan, dan Jakarta. Sejak tahun 2009,
pasien dikatakan tidak lagi mengalami keluhan-keluhan yang tidak wajar.
Selama pasien mengalami penyakit “non-medis”, perilaku pasien dikatakan
tidak berubah dan pasien tidak mengalami halusinasi.
Pada tahun 2011, pasien mulai menarik diri dari keluarga maupun
lingkungan sekitar. Pasien sangat jarang berkomunikasi dengan orang lain dan
lebih sering melamun. Pasien menjadi jarang makan dan minum di rumah
walaupun sudah disediakan oleh ibu dan istrinya. Pasien selalu membeli
makan di luar dan membeli minuman kemasan. Dan sejak itu, pasien menjadi
lebih jarang makan sehingga berat badan pasien mengalami penurunan berat
badan yang berarti. Hal tersebut terjadi karena pasien takut bahwa makanan
dan minuman yang ada di rumahnya telah diracuni oleh istri maupun ibunya.
Selain itu pasien juga susah tidur sehingga saat bangun pagi pasien terlihat
lemas.
Ibu pasien menduga bahwa penyebab penyakit pasien adalah masalah di
rumah. Sejak sebelum menikah, ibu pasien sudah membelikan rumah untuk
pasien namun rumah tersebut masih atas nama ibu pasien. Istri pasien
meminta untuk dibelikan rumah atas namanya sendiri. Pasien kemudian
meminjam uang di bank untuk membeli rumah. Rumah yang dibeli tersebut
belum direnovasi sehingga pasien harus nyewa rumah. Hal tersebut membuat
pasien mengalami masalah keuangan. Ibu pasien mengatakan bahwa sejak
3

masalah tersebut pasien menjadi lebih sering melamun. Pasien kemudian


dibawa oleh keluarga ke sebuah rumah sakit swasta di Malang. Saat itu pasien
didiagnosis oleh dokter psikiatri dengan Skizofrenia Paranoid dan dirawat
selama 3,5 bulan. Setelah keluar dari sana pasien diberikan 1 jenis obat minum
yaitu Stelazine. Sejak saat itu pasien dikatakan dapat kembali beraktivitas dan
berkepribadian seperti saat sebelum sakit.
Pada tahun 2014, istri pasien menyuruh pasien untuk berhenti minum
obat tanpa berkonsultasi dengan dokter psikiatrinya karena takut pasien
mengalami kecanduan terhadap obat tersebut. Sejak saat itu pasien tidak
meminum obatnya sama sekali. Sekitar 1 bulan setelah berhenti minum obat,
istri pasien mengatakan bahwa pasien kembali mengalami keluhan yang sama.
Pasien sempat dibawa kembali ke dokter psikiatrinya dan pasien kembali
diberikan obat minum yang sama. Beberapa minggu setelah itu pasien
mengatakan sudah meminum obat tersebut, namun setelah diselidiki ternyata
pasien tidak meminum obatnya sama sekali dan menyembunyikan obat
tersebut. Ibu pasien kemudian memutuskan untuk menitipkan obat-obat pasien
di sebuah warung kopi. Secara tidak langsung pasien menjadi rutin meminum
obat yang diresepkan sehingga pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
Ibu pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien merupakan seorang
yang rajin, supel, penurut, serta memiliki banyak teman. Walaupun begitu
pasien tidak pernah menceritakan masalahnya kepada siapapun. Pasien
dikatakan memiliki hubungan yang baik dengan semua orang dan tidak pernah
terlibat dalam perkelahian. Pasien tidak pernah merokok, minum minuman
beralkohol, dan mengonsumsi NAPZA.
Kondisi pasien saat ini dikatakan sudah membaik dibandingkan hari
pertama pasien dirawat. Pasien sudah lebih tanggap terhadap lingkungan.
Pasien sudah dapat tidur sekitar 8 jam setiap harinya dan makan teratur. Ibu
pasien turut tinggal di Bali untuk mengawasi minum obat. Namun ibu pasien
tidak bisa secara terus menerus mengawasi pasien karena harus mengurusi
warungnya di surabaya.

B. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien pernah didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid oleh dokter psikiatri di
RSJ Lawang di Malang. Di sana pasien di rawat selama 3,5 bulan. Selama 3
4

minggu pertama pasien dirawat inap di rumah sakit tersebut. Setelah itu pasien
diperbolehkan untuk bekerja pada pagi harinya, namun sepulang kerja pasien
harus kembali ke rumah sakit. Pasien diberikan obat pulang yaitu stelazine
yang rutin diminum 1 kali setiap harinya. Sejak saat itu pasien dikatakan dapat
kembali beraktivitas dan berkepribadian seperti saat sebelum sakit. Namun
pada tahun 2014 pasien memutuskan untuk berhenti meminum obat karena
istri pasien takut dirinya akan mengalami ketergantungan terhadap obat
tersebut.

C. RIWAYAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF/NAPZA


Pasien mengatakan rutin mengonsumsi sekitar 2 gelas kopi dan teh setiap
harinya sejak berusia 28 tahun. Pasien mengatakan tidak pernah mengonsumsi
alkohol maupun narkotika, serta tidak pernah merokok.

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Di keluarga pasien dikatakan tidak ada yang mengalami keluhan yang sama
seperti yang dialami oleh pasien. Ayah pasien meninggal karena serangan
jantung.

E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. PRENATAL DAN PERINATAL
Ketika ibu pasien mengandung pasien, ibu pasien berusia 29 tahun. Ibu
pasien mengatakan saat mengandung ibu pasien dalam kondisi yang baik.
Pasien merupakan anak yang diinginkan. Pasien lahir secara normal,
cukup bulan, dan langsung menangis. Berat lahir pasien saat itu dikatakan
± 3,5 kilogram. Pasien lahir tanpa ada cacat bawaan.
5

2. MASA KANAK DAN REMAJA


Sejak lahir pasien dan keluarganya tinggal di Blitar. Ayah pasien
merupakan seorang tukang mebel dengan penghasilan yang tidak terlalu
besar. Saat itu ibu pasien tidak bekerja. Pasien dan kedua kakaknya lebih
dekat dengan ibunya dibandingkan ayahnya.
Ayah pasien meninggal saat pasien berusia 3 tahun karena serangan
jantung. Satu tahun kemudian, pasien dan kedua kakaknya tinggal dan
diasuh oleh kakek dan neneknya karena ibu pasien bekerja sebagai seorang
baby sitter di luar kota. Kakek dan nenek pasien sangat menyayangi pasien
dan kedua kakaknya tanpa membedakan satu sama lain. Saat pasien
memasuki bangku kuliah, ibu pasien menikah lagi dengan seorang duda.
Pasien dan kedua kakaknya dikatakan sangat menyayangi ayah tirinya
tersebut.
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kedua kakak pasien
adalah perempuan. Jarak antara umur pasien dengan kakak pertama dan
kakak kedua secara berturut-turut adalah 4 dan 2 tahun. Sampai saat ini
hubungan di antara ketiganya dikatakan baik, dimana pasien dikatakan
lebih dekat dengan kakak keduanya.
Saat duduk di bangku SD, SMP, dan SMA, pasien merupakan anak yang
berprestasi. Beberapa teman kuliahnya mengatakan bahwa pasien adalah
anak yang rajin, supel, pintar, serta memiliki banyak teman.

3. MASA DEWASA
a. Riwayat Pekerjaan
Sejak pasien lulus Kuliah D1, pasien langsung mulai bekerja. Sembari
bekerja, pasien menjalankan kuliah SI jurusan ekonomi di sebuah
perguruan tinggi swasta di Jakarta. Tak lama setelah lulus SI, pasien
melanjutkan pendidikan S2 di sebuah perguruan tinggi swasta di
Jakarta.
Setiap harinya pasien bekerja selama ±10 jam, yaitu dari pukul 07.30
sampai dengan 17.00. Pasien bekerja pada hari Senin sampai Jumat.
Sejak bulan Mei 2017, pasien mendapatkan promosi dan dipindahkan
ke Bali. Rekan kerja pasien mengatakan bahwa sejak pertama kali
pasien pindah ke kantor tersebut pasien merupakan orang yang sangat
pendiam dan jarang bersosialisasi dengan teman-temannya. Sejak 4
6

bulan terakhir, pasien dikatakan menjadi lebih pendiam, sering bolos


kerja, dan tidak dapat mengerjakan pekerjaannya dengan benar dan
tepat waktu.

b. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah sejak tahun 2006. Istri pasien merupakan
seorang polwan. Hubungan antara pasien dengan istrinya dikatakan
baik. Istri pasien patuh terhadap pasien walaupun terkadang menuntut
beberapa hal kepada pasien. Pasien dan istrinya jarang bertengkar. Saat
ini pasien memiliki seorang anak perempuan yang berusia 10 tahun.
Pasien sangat menyangi anaknya dan jarang memarahi anaknya.

c. Aktivitas Sosial
Sejak kecil sampai dengan sebelum sakit, pasien dikatakan rajin, baik,
penurut, supel, serta ramah kepada siapapun. Pasien juga sangat jarang
marah-marah. Pasien dikenal sebagai sosok yang pintar dalam hal
bergaul dan pendidikan. Setiap memiliki masalah pasien jarang
menceritakan masalahnya kepada orang lain dan cenderung tidak
melibatkan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya. Dalam
mengerjakan tugas, baik di rumah maupun di kantor, pasien selalu teliti
dan berusaha menjadi yang terbaik. Sebagai seorang umat Muslim,
pasien rutin melakukan sholat 5 kali sehari.
Namun sejak 4 bulan yang lalu pasien berubah menjadi orang yang
pendiam. Pasien juga mengatakan jarang berinteraksi dengan tetangga
dan rekan kerjanya. Pasien dikatakan lebih sering berdiam diri di
dalam kamar kostnya untuk beristirahat sambil melamun dan
mendengarkan radio. Pasien juga dikatakan menjadi lebih jarang sholat
dan menurut ibunya terkadang pasien sholat dengan urutan yang salah.

d. Riwayat Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat hukum.

III. LINGKUNGAN KELUARGA


Pasien dan keluarga berasal dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Dari lahir
sampai dengan SMA pasien tinggal di Blitar. Namun sejak memasuki bangku
7

kuliah, pasien tinggal terpisah dengan keluarganya di Jakarta. Setelah kerja pasien
berpindah-pindah tempat tinggal sesuai penempatan dinasnya. Sebelumnya pasien
hanya pernah berdinas di Pulau Jawa. Selama itu, istri dan anak pasien tidak ikut
berpindah dengan pasien dan menetap di Surabaya.
Pada bulan Mei 2016, pasien mendapat penempatan dinas di Bali. Pasien
saat ini tinggal seorang diri di sebuah kamar kost yang berada tidak jauh dari
tempat kerjanya. Setiap bulannya ibu pasien secara rutin datang untuk
mengunjungi pasien. Sejak pasien tinggal di Bali, istri dan anaknya sudah 2 kali
datang untuk mengunjungi pasien sambil berlibur. Pasien mengatakan senang
tinggal di Bali karena suasananya yang nyaman.
Ayah kandung pasien meninggal saat pasien berusia 3 tahun. Kemudian
ibu pasien menikah dengan seorang duda beranak 2. Ayah tiri pasien dikatakan
telah bercerai dengan istri sebelumnya. Pasien dan kedua kakaknya dikatakan
menerima pernikahan antara ibunya dengan ayah tirinya tersebut. Mereka juga
dikatakan memiliki hubungan yang baik dengan ayah dan kedua saudara tirinya.
Kedua kakak pasien saat ini sudah menikah dan tinggal di rumah yang berbeda
dengan pasien di daerah Surabaya. Kakak pertama pasien merupakan seorang
apoteker, sedangkan kakak kedua pasien saat ini sudah tidak bekerja lagi dan
hanya mengurus anaknya di rumah.
8

Silsilah Keluarga

? ? ? ? ? ?

: laki-laki hidup : laki-laki tidak hidup

: perempuan hidup : perempuan tidak hidup

: pasien ? : tidak diketahui

IV. LINGKUNGAN RUMAH


Pasien tinggal di daerah padat penduduk di Kuta-Badung. Bangunan kost
pasien terlihat terawat, beratapkan genteng, tembok bata yang sudah diplester dan
dicat dengan cat berwarna putih, dengan plafon terbuat dari triplek dan lantai
terbuat dari keramik. Lantai 1 dari bangunan kost pasien berfungsi sebagai garasi
untuk motor dan mobil seluruh penghuni kos. Pasien tinggal di sebuah kamar kost
yang berada di lantai 2. Di halaman bangunan kost terdapat sebuah sanggah. Tepat
di depan bangunan kost pasien terdapat sebuah Mushola.
Kamar kost pasien berukuran 5m x 3m dengan tembok berwarna hijau
muda. Pada kamar pasien terdapat 2 jendela berukuran besar sehingga sinar
matahari dapat masuk ke kamar kost pasien. Ventilasi dan sirkulasi udara di dalam
kamar cukup memadai. Di dalam kamar kost pasien sebuah kasur, lemari, meja,
kulkas, TV dan sebuah kamar mandi. Diantara meja dan lemari pakaian pasien
terdapat barang-barang dan tas yang cukup banyak. Barang-barang tersebut milik
ibu pasien yang tinggal bersama pasien selama beberapa hari kedepan. Secara
keseluruhan barang di dalam kamar kost pasien cukup penuh namun masih
tampak tertata rapi dan bersih. Menurut ibu pasien, pasien selalu meletakkan
segala barang yang digunakan kembali ke tempat asalnya.
9

V. DENAH RUMAH

5
1
2 6

4
3 1. Gambar Denah Rumah Pasien
Gambar
Keterangan denah rumah:
1. Tempat tidur pasien
2. Kamar mandi
3. Lemari
4. Meja
5. TV
6. Kulkas

VI. LINGKUNGAN SOSIAL


Sejak kecil pasien dikenal sebagai orang yang supel, rajin, penurut, serta
ramah kepada siapapun. Pasien juga memiliki banyak teman dekat dan merupakan
anak yang berprestasi. Pasien bersekolah SD, SMP, dan SMA di daerah Blitar.
Setelah lulus SMA, pasien melanjutkan pendidikannya ke jenjang D1 dengan
ikatan dinas. Pasien memiliki banyak teman, baik temen di dalam maupun di luar
kampus. Setiap kali memiliki masalah pasien jarang menceritakan masalahnya ke
orang lain dan berusaha menyelesaikan masalahnya seorang diri. Saat mulai
bekerja pasien juga dikenal sebagai orang yang ramah dan sangat bertanggung
jawab terhadap pekerjaannya. Sejak pindah ke Bali pasien tidak memiliki teman.
Pasien mengatakan jarang berinteraksi dengan teman-teman kerja dan
tetangganya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS PRESENT
10

Tekanan Darah : 110/70 mmHg


Denyut Nadi : 72 kali per menit
Laju Respirasi : 16 kali per menit
Temperatur Axilla : 36,7oC

STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephali
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, Reflek Pupil +/+
THT : Kesan tenang
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks
Cor : S1S2 normal, reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Hangat + + Edema - -
+ + - -
11

STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4 V5 M6
Kaku Kuduk : tidak ada
Reflek Fisiologis : ++ ++
++ ++
Reflek Patologis : - -
- -
Tenaga : 555 555
555 555
Tonus :N N
N N
Tropik :N N
N N

STATUS PSIKIATRI
1. Kesan Umum : Penampilan tidak wajar, roman wajah
sesuai usia, kontak verbal dan visual
kurang.
2. Sensorium dan Kognitif
- Kesadaran : Jernih
- Fungsi Kognitif : Sesuai tingkat pendidikan
- Daya ingat : Baik
- Konsentrasi/perhatian : Baik saat pemeriksaan
- Berpikir abstrak : Baik
- Intelegensi : Sesuai tingkat pendidikan
3. Keadaan Mood dan Afek
- Mood : Aleksitimia
- Afek : Menyempit
4. Proses Pikir
- Bentuk Pikir : non logis-non realis
- Arus Pikir : Flight of ideas
- Isi Pikir : Waham curiga (+)
5. Persepsi
- Halusinasi : Tidak ada
- Ilusi : Tidak ada
6. Dorongan Instingtual
- Insomnia : Tidak ada, ada riwayat insomnia
- Hipobulia : Ada, pasien mandi 1 kali sehari
- Raptus : Tidak ada
7. Psikomotor : Tenang
8. Tilikan : 1 (satu)
12

VIII. RESUME
Pasien laki-laki, 39 tahun, agama Islam, suku Jawa, bekerja sebagai PNS,
menikah, dan pendidikan terakhir S2. Pasien diwawancara dengan posisi duduk,
penampilan tidak wajar menggunakan baju bersih, rambut berantakan, dengan
kulit bersih bewarna sawo matang. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan baik menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Selama wawancara
pasien lebih sering menunduk dan memandang ke bawah. Sesekali pasien
memandang pemeriksa.
Pasien merupakan pasien kontro Poli Jiwa RSUP Sanglah. Awalnnua
pasien dibawa ke RSUP Sanglah karena bertingkah laku aneh sejak 4 bulan yang
lalu. Kinerja pasien di kantor menurun dan pasien juga sering bolos kerja. Pasien
tidak merasa bahwa dirinya tidak sakit dan menduga bahwa ini merupakan
jebakan yang dibuat oleh atasannya. Pada tahun 2011 pasien pernah dirawat
dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid. Pasien dikatakan sudah tidak
mendapatkan obat-obatnya secara rutin sejak dipindahtugaskan ke Bali.
Pasien dengan penampilan tidak wajar, mood aleksitemia, afek
menyempit, bentuk pikir non logis non realis, waham curiga, dan hipobulia.
Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit.
Saat ini pasien mengatakan perasaannya lebih biasa saja, tidak ada yang
menganggu pikirannya saat ini. Pasien mengatakan nafsu makannya baik, dan
makannya teratur. Pasien juga mengatakan tidurnya cukup dan pulas. Namun
pasien menjadi jarang mandi karena merasa tubuhnya tidak terlalu berkeringat.
Pasien rutin meminum obat yang diberikan. Pasien sekarang sudah bekerja seperti
biasa dan mulai menjalin komunikasi dengan tetangga kostnya.

IX. DIAGNOSIS BANDING

 Skizofrenia paranoid (F20.0)


 Gangguan waham (F22.0)
 Gangguan kepribadian paranoid (F60.0)

X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis 1 : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Aksis 2 : Ciri Kepribadian Skizoid
13

Aksis 3 : Tidak Ada


Aksis 4 : Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Aksis 5 : GAF saat ini 70-61

XI. TERAPI
Non Farmakologi
- Psikoterapi supportif kepada pasien
- Psikoedukasi keluarga pasien
Farmakologi
- Fluphenazine Decanoate 25 mg intra muskular tiap 28 hari (terakhir
diberikan tanggal 5 Mei 2017)
- Trifluoperazine 2,5 mg intra oral tiap 12 jam

XII. PROGNOSIS
Untuk menentukan prognosis penderita ada beberapa kriteria antara lain:
1. Diagnosis : Skizofrenia Paranoid Buruk
2. Onset : Dewasa Baik
3. Perjalanan Penyakit : Kronis Buruk
4. Faktor Pencetus : Masalah dengan keluarga Buruk
5. Pendidikan : Perguruan Tinggi (S2) Baik
6. Faktor Genetik : Tidak ada Baik
7. Ciri Kepribadian : Skizoid Buruk
8. Dukungan Keluarga : Kurang Buruk
9. Status Pernikahan : Menikah Baik
10. Penyakit Organik : Tidak ada Baik
11. Lingkungan social ekonomi : Cukup Baik
12. Kepatuhan Minum Obat : Tidak patuh Buruk
13. Tilikan : Derajat 1 Buruk
Berdasarkan beberapa kriteria tersebut di atas, pada kasus ini prognosis
penderita adalah dubius ad malam (cenderung buruk).

XIII. SIMPULAN
1. Pasien inisial BS, laki-laki, 39 tahun, suku Jawa tinggal di Kuta-Bali,
pasien didiagnosis dengan Skizofrenia paranoid dan saat ini mendapatkan
pengobatan berupa sikzonoat 2,5 mg intra muskular tiap 28 hari (terakhir
diberikan tanggal 5 Mei 2017) dan stelazin 2,5 mg intra oral tiap 12 jam.
14

2. Pasien memiliki riwayat insomnia, curiga, dan menarik diri dari


lingkungan. Kondisi pasien saat ini dikatakan sudah lebih baik dari
sebelumnya. Pasien masih merasa bahwa dirinya tidak sakit.
3. Pasien tinggal seorang diri di sebuah kamar kost. Pasien sudah menikah
dan memiliki seorang anak perempuan. Istri dan anak pasien tinggal di
Surabaya. Pada keluarga pasien tidak ada yang memiliki gejala seperti
pasien.
4. Pasien saat ini bekerja sebagai seorang PNS di Kantor Bea Cukai dengan
durasi kerja kurang lebih 10 jam perhari selama 5 hari dalam seminggu.
15

XIV. SARAN
Adapun saran yang dapat saya berikan kepada pasien dan keluarga pasien
ialah sebagai berikut:
1. Pasien agar minum obat teratur untuk mencegah muncul kembali gejala
sebelumnya.
2. Keluarga agar memberi dukungan dalam pengobatan pasien, mengontrol
pasien minum obat.
3. Pasien diharapkan lebih bersosialisasi dengan rekan kerja dan tetangga di
sekitar rumah pasien, sehingga pasien dapat memiliki teman ngobrol
diwaktu luang. Pasien disarankan menceritakan apapun yang sedang
menjadi beban pikirannya baik pada teman lama pasien maupun pada
keluarga pasien.
4. Pasien dan keluarga agar lebih semangat dan sabar serta lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan.

XV. DOKUMENTASI

Gambar 2. Foto Ibu pasien, pemeriksa dan pasien


16

Gambar 3. Foto Lemari, Meja dan Barang Lainnya di Depan Kamar Mandi
Pasien

Gambar 4. Foto Kamar Mandi Pasien

Anda mungkin juga menyukai