SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh:
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Periode 20 Mei – 24 Juni 2019
Laporan Kasus
Skizofrenia Paranoid
Disusun oleh :
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RS Jiwa Ernaldi
Bahar, Periode 20 Mei – 24 Juni 2019.
2
KATA PENGANTAR
Pujian syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Skizofrenia Paranoid” untuk memenuhi tugas laporan kasus yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya Bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Diyaz Syauki Ikhsan, Sp.KJ selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan ajaran dan masukan sehingga referat ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat
dan pelajaran bagi kita semua.
Penulis
3
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. DA
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Suku/Bangsa : Sumatera selatan
Pendidikan : SMA (tamat)
Pekerjaan : Tidak Kerja
Agama : Islam
Alamat : Martapura Kabupaten OKU Timur, Sumatera
Selatan
Datang ke RS : Kamis, 23 Mei 2019
Cara ke RS : Diantar keluarga (Adik)
Tempat Pemeriksaan : IGD RSUD Ernaldi Bahar Palembang
II. ANAMNESIS
AUTOANAMNESIS DAN ALLOANAMNESIS
Narasumber:
Nama : Ny. SD
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah Kawin
Suku/Bangsa : Sumatera selatan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Martapura Kabupaten OKU Timur, Sumatera
Selatan
Tempat wawancara : IGD RSUD Ernaldi Bahar
Hubungan dengan pasien : Adik kandung pasien
12
13
a. Sebab Utama
1 hari SMRS, pasien merusak kursi dengan palu
b. Keluhan utama
Pasien di antar ke RS Ernaldi Bahar karena ingin mengambil obat
e. Riwayat pengobatan
Pasien pernah dirawat di RS Erba dengan diagnosis skizofrenia paranoid
dan mendapat obat risperidone 2x2 mg, trihexyphenidyl 2x2 mg, dan
clozapine 1x25 mg. Pasien putus obat sudah 2 bulan SMRS.
f. Riwayat premorbid
- Lahir : lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis, di
dokter
- Bayi : tumbuh kembang baik
- Anak-anak :Baik
- Remaja : sosialisasi baik, memiliki banyak teman dan mudah
bergaul
- Dewasa : sosialisasi baik, banyak teman dan mudah bergaul
- Riwayat minum alkohol (-)
- Riwayat NAPZA (+) pernah mengonsumsi inex dengan alasan untuk
mengatasi kesedihan namun sudah berhenti, terakhir bulan November
2017.
15
g. Riwayat keluarga
- Pasien merupakan anak kedua. Saat ini pasien tinggal bersama ayah
yang merupakan seorang pensiunan pegawai negeri.
- Anggota keluarga dengan gangguan jiwa tidak ada
Pedigree
h. Riwayat pendidikan
Tamat SMA. Pasien melanjutkan pendidikan namun tidak selesai karena
pasien ingin langsung bekerja dan merasa tidak memiliki biaya untuk
melanjutkan pendidikan.
i. Riwayat pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai honorer di kantor tempat ayahnya bekerja,
pekerjaan pasien sebagai supir, tetapi pasien diberhenti karena pasien
sering tidak masuk kerja dan malas-malasan.
j. Riwayat perkawinan
Pasien belum menikah karena pasien belum menemukan seseorang yang
pasien sukai, namun pasien ada keinginan untuk menikah.
k. Keadaan sosial ekonomi
16
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1) Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 360 C
Frekuensi napas : 20 x/menit
BB : 70 kg
TB : 174 cm
IMT : 23,1 kg/m2 (normal)
B. STATUS NEUROLOGIKUS
1) Urat syaraf kepala (panca indera): tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3) Mata:
Gerakan : baik ke segala arah
Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal
Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
Refleks kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan
4) Motorik
Fungsi Motorik Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal
Kekuatan 5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks + + + +
fisiologis
Refleks - - - -
patologis
17
5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada
C. STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN UMUM (Kamis, 23 Mei 2019, Pukul 11.00 WIB di IGD
RSUD Ernaldi Bahar Palembang)
a. Sensorium : Compos Mentis
b. Perhatian : Atensi cukup
c. Sikap : Kooperatif
d. Inisiatif : Kurang
e. Tingkah laku motorik : Normal
f. Ekspresi fasial : Cenderung bingung
g. Cara bicara : Lancar
h. Kontak psikis : adekuat
i. Kontak fisik : adekuat
j. Kontak mata : adekuat
k. Kontak verbal : adekuat
b. Hidup emosi
Stabilitas : labil
Dalam-dangkal : dangkal
Pengendalian : kurang terkendali
Adekuat-Inadekuat : inadekuat
V. TERAPI
a. Psikofarmaka
- Clozapin 1 x 50 mg
- Risperidone 2 x 2 mg
- Trihexyphenidyl 2 x 2 mg
b. Psikoterapi
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dengan cara
menjelaskan pada pasien bahwa obatnya memang bisa menyebabkan
rasa kantuk dan membuat pasien lemas namun bisa diatur waktu
meminumnya, misalnya dengan dpasienis obat 2 kali sehari dimana bisa
diminum 1 pada pagi hari selesai sholat subuh (mulai bekerja bisa pada
pukul 9/10 pagi) dan 1 pada malam hari sebelum tidur agar tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Memotivasi pasien agar beribadah (sholat lima waktu) dan lebih sering
berdoa kepada Allah agar beban pikiran berkurang.
Psikoedukasi
- Pasien
1. Menerangkan tentang gejala penyakit pasien timbul kembali karena
kelalaian konsumsi obat sehingga jika pasien ingin sembuh
sebaiknya patuh terhadap aturan pakai obat.
2. Menjelaskan bahwa suara yang didengar pasien hanya ada di dalam
pikirannya saja sehingga sebaiknya pasien mengabaikan saja.
- Keluarga
21
BAB II
ANALISIS KASUS
Penilaian diagnosis pada pasien dinilai secara multiaksial menurut PPDGJ III
yaitu:6
1) Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, pada pasien terdapat
gejala klinis yang bermakna yaitu pasien sering tiba-tiba tertawa tanpa sebab,
mengoceh tidak jelas, marah-marah sendiri, menghidupkan motor pada
malam hari, mencurigai teman, mendengar bisikan dari banyak orang,
kencing di dalam botol dan kadang diminum. Hal ini menimbulkan
penderitaan dan hendaya bagi pasien dan orang lain (hendaya sosial dan
hendaya pekerjaan) sehingga dapat dikatakan pasien mengalami gangguan
jiwa.
Pada pemeriksaan status mental, ditemukan adanya hendaya dalam
menilai realita yaitu adanya halusinasi auditorik. Pada pemeriksaan status
internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik
sehingga kemungkinan gangguan mental organik dapat disingkirkan dan
pasien pada kasus ini dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa psikotik non
organik.
Pada pasien, ditemukan adanya halusinasi auditorik, adanya sifatnya
penarikan diri dari sosial yang merupakan beberapa gejala khas dari
skizofrenia. Berdasarkan PPDGJ-III dapat dinilai dengan kriteria diagnosis
berikut
Gejala Pasien Keterangan
Thought
Tidak ada
Thought echo Tidak ada
23
Thought broadcasting
Tidak ada
Delusion
Tidak ada
Delusion of control Tidak ada
Berdasarkan tabel diatas terdapat beberapa gejala yang amat jelas pada
pasien seperti halusinasi auditorik dan disfungsi sosial sehingga dapat
memenuhi kriteria Skizofrenia (F.20). Pada kasus ini terdapat dua diagnosis
banding yang mendekati yaitu skizofrenia paranoid dan residual. Pada
Skizofrenia residual menurut PPDGJ III harus terdapat semua gejala berupa
gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, adanya riwayat satu episode
psikotik dimasa lampau, sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana
intensitas dan frekuensi waham dan halusinasi sangat berkurang, dan tidak
24
terdapat dementia atau panyakit gangguan otak organik lainnya. Pada pasien
ini hampir semua kriteria skizofrenia residual terpenuhi namun diagnosis ini
dapat disingkirkan karna berdasarkan anamnesis dan autoanamnesis terdapat
gejala negatif dan positif yang sama-sama menonjol pada pasien ini,
sedangkan untuk menegakkan diagnosis skizofrenia residual gejala yang
harusnya paling menonjol adalah gejala negatif sehingga pasien digolongkan
ke dalam Skizofrenia Paranoid (F20.0)
2) Aksis II
Belum ada diagnosis
3) Aksis III
Tidak ada diagnosis
4) Aksis IV
Pada aksis 4 didapatkan diagnosis adanya masalah keluarga berupa
meninggal dunia ibu pasien dan pasien hanya tinggal dengan ayah.
5) Aksis V
Pasien mengalami gejala sedang (moderate), disabilitas sedang GAF Scale
60-51
Pengobatan yang dilakukan kepada pasien ini adalah dengan dua pengobatan.
Pengobatan psikoterapi dan juga dengan pengobatan farmako. Pengobatan
psikoterapi dapat berupa psikoterapi suportif seperti memberi dukungan dan
perhatian kepada pasien, katakan kepada pasien agar ia santai, psikoterapi kognitif
dengan menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara
berpikir yang salah, psikoterapi keluarga dengan memberi perngertian kepada
keluarga agar lebih perhatian, dan psikoterapi religius dengan memberi bimbingan
keagaman agar pasien selalu menjalankan agama yang dianutnya.3
Pengobatan farmako yang diberikan oleh DPJP merupakan Clozapine 1x50
mg, risperidone 2x2 mg, THP 2x2 mg. Clozapine dan risperidon merupakan
antipsikosis yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala dari skizoprenia. Obat
antipsikosis yang tersedia dipasaran saat ini terdiri dari dua golongan yaitu
antipsikosis generasi 1 (APG-I) dan antisikosis generasi 2 (APG-II).
25
Pada penggunaan obat APG-I memiliki efek samping seperti timbulnya gejala
parkinsonisme (efek ekstrapiramidal/EPS) seperti distonia akut, akathisia,
sindrom parkinson (tremor, bradikensia, rigiditas). Efek samping ini timbul karna
adanya blokade pada jalur nigrostriatal dopamine dalam jangka waktu lama. Efek
APG-I yang memiliki afinitas rendah terhadap reseptor muskarinik M1 Ach,
histaminergik H1 dan norepinefrin a1 yang memicu timbulnya efek samping
berupa penurunan fungsi kognitif dan sedasi secara bersamaan. Oleh karena itu,
setiap pemberian obat APG-I, harus disertakan dengan trihexylphenidyl (THP) 2
mg selama 2 minggu sebagai antidotum.13,14
18