Anda di halaman 1dari 39

Laporan Kasus

Otitis media kronis auris dextra sinistra

Disusun oleh:

Levanya Anbalagan, S.Ked 04084821921027


Awen Fitri Yanata, S.Ked 04054521921058

Pembimbing:

dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L (K), M.Kes, FICS

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Otitis media kronis auris dextra sinistra

Oleh:

Levanya Anbalagan, S.Ked 04084821921027


Awen Fitri Yanata, S.Ked 04054521921058

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/


Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang periode 16 Desember 2019 –
20 Januari 2020.

Palembang, Januari 2020

dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L (K), M.Kes, FICS

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikanLaporan Kasus yang berjudul “Otitis media kronis auris dextra
sinistra”. Laporan Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik
Senior Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL RSMH Palembang.Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan banyakterima kasih kepada dr. Puspa Zuleika,
Sp.T.H.T.K.L (K), M.Kes, FICS selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan selama penulisan dan penyusunan referat ini, serta semua pihak yang
telah membantu hingga selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari seluruh pihak agar laporan kasus ini menjadi lebih baik.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.

Palembang, Januari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB II STATUS PENDERITA ..................................................................... 3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 18

BAB IV ANALISIS KASUS ............................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis media kronis (OMK) merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus
atau hilang timbul. Proses infeksi sudah berlangsung lebih dari 2 bulan1,8. OMK
merupakan otorea telinga persisten melalui persisten perforasi (lubang) di gendang
telinga2.
Penyakit ini biasanya dimulai pada masa kecil sebagai perforasi timpani spontan
karena suatu infeksi akut pada telinga tengah, yang dikenal sebagai otitis media akut
(AOM), atau sebagai sekuel dari bentuk otitis media yang kurang parah (mis., sekretor
OM). Infeksi dapat terjadi selama 6 tahun yang pertama kehidupan seorang anak,
dengan puncaknya sekitar 2 tahun3.
Survei Nasional Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran terakhir di delapan
provinsi Indonesia menunjukkan angka morbiditas THT sebesar 38,6%. Prevalensi
otitis media supuratif kronis (OMSK) di seluruh dunia yaitu sekitar 65-330 juta orang,
terutama di negara berkembang, dimana 39-200 juta orang (60%) menderita penurunan
fungsi pendengaran secara signifikan. Diperkirakan terdapat 31 juta kasus baru OMSK
per tahun, dengan 22,6% pada anak-anak berusia < 5 tahun.
Terdapat dua tipe OMSK, yaitu OMSK tipe aman (tanpa kolesteatoma) dan tipe
bahaya (dengan kolesteatoma). Kerusakan fungsi pendengaran merupakan salah satu
gejala sisa yang sering terjadi dari otitis media supuratif kronis. OMSK juga penyebab
umum terjadinya kecacatan, penurunan kinerja pendidikan dan dapat menyebabkan
infeksi fatal intrakranial serta mastoiditis akut yang terjadi pada negara miskin.
Faktor resiko dari OMSK belum jelas, namun infeksi saluran napas atas
berulang dan kondisi sosio-ekonomi yang buruk (perumahan padat, higienitas dan

1
nutrisi yang buruk) mungkin berhubungan dengan perkembangan dari OMK.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri aerob yang paling sering ditemukan pada
pasien OMK, diikuti dengan Proteus vulgaris dan Klebsiella pneumoniae4. Komplikasi
intrakranial seperti abses otak dan meningitis penyebab kematian paling umum pada
pasien OMK5.
Otitis media kronik dalam standard kompentensi adalah 3A yang dimana dokter
umum mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada
keadaan yang bukan gawat darurat. Dokter mampu menentukan rujukan yang paling
tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.

2
BAB II
STATUS PENDERITA

2.1 Identifikasi
Nama : R.J
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 22 Augustus 1982
Umur : 37 tahun
Alamat : JL. Skip Jaya, Palembang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Sumatera
Bangsa : Indonesia
No. Rekam Medik : 0001153830
Tanggal Berobat : Klinik THT-KL RSMH (23 Desember 2019)

2.2 Anamnesis
(Autoanamnesis pada tanggal 23 Desember 2019 pukul 11.00 WIB)
Keluhan Utama :
Keluar cairan pada telinga diseertai dengan nyeri sebelah kanan dan kiri sejak ±
2 minggu yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit :

3
5 bulan yang lalu pasien mengeluh keluar cairan dari kedua telinga berwarna bening
dan tidak berbau, disertai nyeri, tidak ada keluhan berdengung, tidak ada penurunan
pendengaran, tidak ada rasa kebas di wajah.

1 bulan yang lalu pasien berobat di puskesmas dan diberikan obat. Keluhan dirasakan
berkurang.

Sejak ± 2 minggu yang lalu pasien kembali mengeluhan cairan keluar dari telinga
kanan dan kiri terutama pada telinga sebelah kanan .berwarna bening, tidak bau, nyeri
terus-menerus. Pasien juga mengeluh ada rasa berdengung disertai penurunan
pendengaran. Dan rasa kebas tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat keluar cairan telinga sebelumnya ada pada kedua telinga.
Riwayat alergi tidak ada
Riwayat darah tinggi tidak ada
Riwayat diabetes mellitus tidak ada
Riwayat asma tidak ada

Riwayat Penyakit dalam Keluarga :


Riwayat keluar cairan telinga tidak ada
Riwayat alergi tidak ada
Riwayat darah tinggi tidak ada
Riwayat diabetes mellitus tidak ada
Riwayat asma tidak ada

4
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit ringan BB : 59 kg
Kesadaran : compos mentis TB: 160 cm
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,50C
Pemeriksaan Khusus
Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Jantung : batas jantung normal, HR 120x/m, regular, murmur (-
), gallop (-)
Paru-paru : simetris kanan dan kiri, sonor di kedua lapangan paru,
vesikuler (+/+), ronkhi basah sedang di kedua apeks
lapangan paru, wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, timpani,
bising usus (+) N
Ekstremitas : akral pucat (-) pedema pretibia (-)

Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
-Abses - -
-Sikatrik - -
-Pembengkakan - -

5
-Fistula - -
-Jaringan granulasi - -
Regio Zigomatikus
-Kista Brankial Klep - -
-Fistula - -
-Lobulus Aksesorius - -

Aurikula
-Mikrotia - -
-Efusi perikondrium - -
-Keloid - -
-Nyeri tarik aurikula + -
-Nyeri tekan tragus + -

Meatus Akustikus Eksternus


-Lapang/ sempit Lapang Lapang
-Oedema - -
-Hiperemis - -
-Pembengkakan - -

-Erosi - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/ seromukus/ - -
mukopus/ pus) - -
-Perdarahan - -
-Bekuan darah - -

6
-Cerumen plug - -
-Epithelial plug - -
-Jaringan granulasi - -
-Debris -
-Banda asing -
-Sagging -
-Exostosis -
II.Membran Timpani
-Warna (putih/suram/hiperemis/ Putih Putih
hematoma)
-Bentuk (oval/ bulat) Oval Oval
-Pembuluh darah Pelebaran (-) Pelebaran (-)
-Refleks cahaya + +
-Retraksi - -
-Bulging - -
-Bulla - -
-Ruptur - -
-Perforasi + +
(sentral/perifer/marginal/attic) sentral sentral
(kecil/besar/subtotal/total) subtotal subtotal
-Pulsasi - -
-Sekret (serous/ seromukus/ - -
mukopus/ pus) - -
-Tulang pendengaran - -
-Kolesteatoma - -
-Polip - -
-Jaringan granulasi

7
Gambar Membran Timpani

III. Tes Khusus Kanan Kiri


1.Tes Garpu Tala
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Scwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2.Tes Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3.Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri


-Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Tes Toynbee Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4.Tes Kalori Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Tes Kobrak Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri

8
-Tes aliran udara Cukup Cukup
-Tes penciuman
Teh Tidak Tidak
Kopi dilakukan dilakukan
Tembakau

II.Hidung Luar Kanan Kiri


-Dorsum nasi Normal Normal
-Akar hidung Normal Normal
-Puncak Hidung Normal Normal
-Sisi hidung Normal Normal
-Ala nasi Normal Normal
-Deformitas - -
-Hematoma - -
-Pembengkakan - -
-Krepitasi - -
-Hiperemis - -
-Erosi kulit - -
-Vulnus - -
-Ulkus - -
-Tumor - -
-Duktus nasolakrimalis (tersumbat/ tidak Tidak Tidak
tersumbat) tersumbat tersumbat
III.Hidung Dalam Kanan Kiri

1. Rinoskopi Anterior
a.Vestibulum nasi
-Sikatrik - -
-Stenosis - -

9
-Atresia - -
-Furunkel - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ - -
pus)
b.Kolumela
-Utuh/tidakutuh Utuh Utuh
-Sikatrik - -
-Ulkus - -
c. Kavum nasi
-Luasnya (lapang/ cukup/ sempit) Lapang Lapang
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ - -
pus)
-Krusta - -
-Bekuan darah - -
-Perdarahan - -
-Benda asing - -
-Rinolit - -
-Polip - -
-Tumor - -
d. Konka Inferior
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah muda/ hiperemis/ pucat/ Merah muda Merah muda
livide)
-Tumor - -
e. Konka media

10
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit dinilai Sulit dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
f. Konka superior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit dinilai Sulit dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/
pus)
-Polip
-Tumor
h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/
pus)
-Polip
-Tumor
i. Septum Nasi
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah

11
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah muda/ hiperemis/ pucat/ Merah muda Merah muda
livide)
-Tumor - -
-Deviasi (ringan/sedang/berat) - -
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)
(bentuk C/bentuk S)
-Krista - -
-Spina - -
-Abses - -
-Hematoma - -
-Perforasi - -
-Erosi septum anterior - -

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

12
2.Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
-Postnasal drip Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Mukosa (licin/tak licin)
(merah muda/hiperemis)
-Adenoid
-Tumor
-Koana (sempit/lapang)
-Fossa Russenmullery (tumor/tidak)
-Torus tobarius (licin/tak licin)
-Muara tuba (tertutup/terbuka)
(sekret/tidak)

IV.Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri


-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis - -
-frontalis - -
-kantus medialis - -
-Pembengkakan - -
-Transiluminasi Tidak Tidak
-regio infraorbitalis dilakukan dilakukan

13
-regio palatum durum
Tenggorok
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Normal Normal
(mikroglosia/makroglosia)
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Normal Normal
-Bukal (hiperemis/udem) Normal Normal
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh Utuh
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis) Normal Normal
(striktur/ranula)
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) Normal Normal
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)

II.Faring Kanan Kiri


-Palatum molle (hiperemis/udem/asimetris/ulkus) Normal Normal
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) Tengah Tengah
-Pilar anterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Pilar posterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Dinding belakang faring (hiperemis/udem) Normal Normal

14
(granuler/ulkus)
(secret/membran)
-Lateral band (menebal/tidak) Normal Normal
-Tonsil Palatina (derajat pembesaran) T2 T2
(permukaan rata/tidak) Rata Rata
(konsistensi kenyal/tidak) Kenyal Kenyal
(lekat/tidak) Lekat Lekat
(kripta lebar/tidak) Detritus (-) Detritus (-)
(dentritus/membran) - -
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - -

Gambar rongga mulut dan faring

15
Rumus gigi-geligi

III.Laring Kanan Kiri


1.Laringoskopi tidak langsung (indirect)
-Dasar lidah (tumor/kista)
-Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi)
-Valekula (benda asing/tumor)
-Fosa piriformis (benda asing/tumor)
-Epiglotis (hiperemis/ udem/ ulkus/
membran) Tidak Tidak
-Aritenoid (hiperemis/ udem/ ulkus/ dilakukan dilakukan
membran)
-Pita suara (hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris)
-Pita suara palsu (hiperemis/udem)
-Rima glottis (lapang/sempit)
-Trakea
2.Laringoskopi langsung (direct) Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

16
2.4 Diagnosa Kerja
- Otitis media kronis auris dextra sinistra fase tenang

2.6 Tatalaksana

 Larutan H202 3% 2x5 gtt ADS selama 3-5 hari


 Setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga yang mengandung antibiotik
dan kortikosteroid selama1-2 minggu.
 antibiotika oral Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi terhadap Penicillin.

Edukasi
Hindari air masuk ke telinga ketika mandi
 Hindari aktivitas yang berhubungan dengan air yang memungkinkan air masuk
ke telinga seperti berenang
 Nutrisi yang cukup dan seimbang untuk mencegah penyakit ISPA

2.7 Pemeriksaan Tambahan


Pemeriksaan Laboratorium
Audiometri
Swab telinga
CT scan
Ro thorax

2.8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam

17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi telinga tengah


Telinga tengah terdiri dari tuba eustachius, aditus, antrum, dan sel udara
mastoid disebut middle ear cleft. Itu dilapisi oleh selaput lendir dan diisi dengan
udara. Telinga tengah meluas jauh melampaui batas membran timpani yang
membentuk batas lateral dan kadang-kadang dibagi menjadi9:
(i) Mesotympanum (terletak berlawanan dengan pars tensa),
(ii) Epitympanum atau loteng (terletak di atas pars tensa tetapi medial untuk
Membran Shrapnell dan dinding loteng lateral bertulang) dan
(iii) hipotimpanum (terletak di bawah level pars tensa). Bagian telinga
tengah di sekitar lubang timpani dari tuba eustachius kadang-kadang
disebut protympanum. Telinga tengah dapat disamakan dengan kotak
enam sisi dengan atap, lantai, medial, lateral, dinding depan dan
belakang
Antrum Mastoid
Antrum mastoid adalah ruang besar yang berisi udara di bagian atas
mastoid dan berkomunikasi dengan atik melalui aditus. Atapnya dibentuk oleh
tegmen antri, yang merupakan kelanjutan dari tegmen tympani dan
memisahkannya dari fossa tengkorak tengah. Dinding lateral antrum dibentuk
oleh piring tulang yang rata-rata setebal 1,5 cm pada orang dewasa. Itu ditandai
secara eksternal pada permukaan mastoid oleh segitiga suprameatal9,10.

Aditus ad antrum
Aditus adalah celah di mana atik berkomunikasi dengan antrum.
Keunggulan tulang kanal horizontal terletak pada sisi medialnya sedangkan

18
fossa incudis, yang melekat pada proses pendek incus, terletak lateral. Jalan
saraf fasial tepat di bawah aditus9,10.

Wall Relationship Openings/connections


Poseterior, rear Mastoid Aditus to Antrum mastoideum( transition to
wall (Proc. wall(Paries the mastid cells); eminentia pyramidalis(
Mastoideus) mastoidesus) passage of the tendon of the . Stapedium);
opening of the Canaliculus Chordae
tympani.
Anterior, frontal A.carotis Canaliculi caroticotympani(passage
wall(carotid interna(paries sympathetic nerve fibers);semicanalis tubae
canal) caroticus) auditivae(bony connection in the direction
of nasopharynx)
Superior upper Middle caranial Opening of the semicanalis musculi tensoris
wall(middle fossa( Parises tympani and passage of the tendon, fissure
cranial fossa) tegmentalis) pertrosquamosa( passage of the a.
tympanica superior. Canaliculus petrosa
minoris( contains preganglionic
parasympathetic of the fibers of the N.
hypoglossopharyngeus which run to the
ganglion oticum.
Inferior lower V. Canalis tympanicus(passage of nervus
wall( ossa jugularis(Paries tympanicus and artery tympanica inferior).
jugularis) jugularis)
Medial, medial Oval Fenestra vestibuli(above the Promontorium,
wall(labyrinth) window(Paries contains stirrup base plate) Fenestra
labyrinthticus) cochlea below and behind Promontorium
closed from membrana tympani
secundaria).
Lateral,lateral Tympanic Fissura sphenopetrosa (passage of the
walls (tympanic membrane(parses chorda tympani).
membrane) membranaceous)
Tabel 1. Batas telinga tengah9

Suplai darah telinga tengah


Telinga tengah disuplai oleh enam arteri, di mana dua di antaranya adalah
utama, yaitu
1. Cabang timpani anterior arteri maksila yang memasok membran timpani.

19
2. Cabang stylomastoid arteri auricular posterior yang memasok telinga tengah
dan sel udara mastoid.

Empat pembuluh darah adalah:


1. Cabang petrosal dari arteri meningeal tengah (berjalan di sepanjang saraf
petrosal yang lebih besar).
2. Cabang timpani superior dari arteri meningeal tengah yang melintasi
sepanjang kanal untuk otot tympani tensor.
3. Cabang arteri kanal pterigoid (berjalan di sepanjang tuba eustachius).
4. Cabang timpani dari karotis internal. Vena mengalir ke pleksus vena
pterigoid dan superior sinus petrosal.

Gambar 1. Anatomi telinga tengah7

20
Gambarv 2. Dinding telinga tengah dan struktur yang terkait dengannya. (1) Kanal untuk tensor
tympani, (2) Pembukaan tabung eustachius, (3) Lonjong jendela, (4) Jendela bundar, (5) Processus
cochleariformis, (6) Kanal horisontal, (7) Saraf wajah, (8) Piramida, (9) Aditus, (10) Chorda tympani,
(11) Arteri karotis, (12) Bohlam jugularis10.

3.2 Definisi

Otitis media kronis (OMK) merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus
atau hilang timbul. Proses infeksi sudah berlangsung lebih dari 2 bulan8.

3.3 Epidemiologi

OMK biasanya berkembang pada tahun-tahun pertama kehidupan tetapi


dapat bertahan selama dewasa. Penyakit ini menyerang 65–330 juta orang di seluruh
dunia, terutama di negara-negara berkembang. Diperkirakan ada 31 juta kasus OMK
baru per tahun, dengan 22,6% pada anak-anak kurang dari 5 tahun. Populasi dengan

21
prevalensi OK tertinggi yang dilaporkan adalah Inuit di Alaska, Kanada dan Greenland,
Indian Amerika, dan Aborigin Australia (7–46%) Prevalensi menengah telah
dilaporkan di Kepulauan Pasifik Selatan, Afrika, Korea, India, dan Arab Saudi, mulai
dari 1 hingga 6%. Sebuah studi kohort longitudinal prospektif berbasis populasi di
antara anak-anak berusia 0 hingga 4 tahun menunjukkan tingkat kejadian kumulatif
OMK sebesar 14% di Greenland. Namun, penelitian sebelumnya telah melaporkan
tingkat kejadian OMK 19 dan 20% di antara anak-anak Greenland berusia 3-8 tahun.
Studi-studi ini menunjukkan bahwa OMK sangat lazim di Greenlandic Inuits dan
muncul sangat awal dalam kehidupan, rata-rata sebelum usia 1 tahun. Faktor risiko
yang mempengaruhi anak-anak untuk OMK di Greenland termasuk menghadiri pusat
penitipan anak, memiliki ibu yang melaporkan riwayat keluarnya cairan telinga,
memiliki perokok di rumah tangga, beban tinggi infeksi saluran pernapasan atas dan
menjadi Inuit. Meskipun OMK masih lazim di negara maju, sangat sedikit penelitian
yang tersedia mengenai penyakit ini. Insiden pasti OMK di AS tidak terdokumentasi
dengan baik: 70% anak-anak AS memiliki setidaknya satu infeksi telinga tengah akut
sebelum usia 3 tahun, yang merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan OMK.
Di AS, OMK telah didokumentasikan paling sering terjadi pada kelompok etnis
tertentu, dengan perkiraan prevalensi 12% di Eskimo dan 8% pada anak-anak Indian
Amerika dan lebih jarang pada populasi kulit putih dan hitam. Untuk dua kelompok
terakhir, kejadian pasti belum didokumentasikan. Telah diamati bahwa pria dan wanita
sama-sama terpengaruh, tetapi bentuk cholesteatomatous lebih umum di antara pria.
Studi epidemiologis tambahan diperlukan untuk menyoroti kejadian OMK di negara
maju11.

22
3.4 Etiologi dan faktor resiko

Otitis media kronis biasanya merupakan komplikasi dari OMA persisten,


tetapi faktor risiko untuk kondisi ini bervariasi dalam pengaturan yang berbeda. Infeksi
saluran pernapasan atas yang sering dan kondisi sosial ekonomi yang buruk (mis.,
Perumahan yang terlalu padat, kebersihan dan nutrisi yang buruk) sering dikaitkan
dengan perkembangan otitis media supuratif kronis. Di negara maju dan populasi yang
diuntungkan, penyisipan sebelumnya tabung tympanostomy sekarang mungkin
merupakan faktor etiologi yang paling penting. Di antara anak-anak yang memiliki
tabung tympanostomy di tempat, riwayat OMA berulang, saudara yang lebih tua, dan
kehadiran di pusat penitipan anak meningkatkan risiko mengembangkan otitis media
supuratif kronis. Di negara-negara berkembang dan populasi yang kurang beruntung,
kemiskinan, kepadatan penduduk, sejarah keluarga, paparan asap, dan menjadi asli
daerah tersebut adalah penting.

Mikroorganisme yang paling sering diisolasi yang terkait dengan otitis media
supuratif kronis adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus; P.
aeruginosa secara khusus terlibat dalam penyebab nekrosis tulang dan penyakit
mukosa. Satu tinjauan sistematis menemukan kurangnya penelitian yang menilai peran
antibiotik profilaksis dalam mencegah perkembangan penyakit menjadi otitis media
supuratif kronis. Kebanyakan kolesteatoma dianggap terjadi sebagai komplikasi dari
kantong retraksi pada membran timpani. Mereka terkait dengan penyakit telinga tengah
berulang atau persisten, riwayat keluarga, dan kelainan kraniofasial. Jika tidak diobati,
kolesteatoma dapat secara progresif memperbesar dan mengikis struktur di sekitarnya6.

23
3.5 Klasifikasi
OMK dapat dibagi atas 2 jenis yaitu:
1) OMK tipe aman (tipe muksa=tipe benign)
2) OMK tipe bahaya (tipe tulang= tipe maligna)
Berdasarkan aktivitas secret yang keluar dikenal juga OMK aktif dan OMK
tenang. OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif, sedangkan OMK tenang ialah keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau
kering. Proses peradangan pada OMK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMK tipe
aman jarang menimbulkan perforasi yang berbahaya. Pada OMK tipe aman tidak
terdapat kolesteoma8.
OMK tipe malignana ialah OMK yang disertai dengan kolesteatoma. OMK
ini dikenal juga dengan OMK tipe bahaya atau OMK tipe tulang. Perforasi pada OMK
tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma
pada OMK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar kompikasi yang berbahaya atau
fatal dapat timbul pada OMK tipe berbahaya8.

Tabel 2.Perbedaan antara Tubotympanic dan atticoantral10.

Jenis Perforasi
Tedapat tiga jenis perforasi yaitu8:
a) Sentral- perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi
masih ada sisa membrane timpani.

24
b) Marginal-Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus dan
sulkus timpanikum.
c) Atik- Perforasi yang teletak di pars flaksida.

Gambar 3, Jenis perforasi terlihat pada membran timpani di OMSK10.

Gambar 4. Perforasi membran timpani. Catatan: Perforasi marginal posterior dan posterosuperior terlihat
pada tipe OMSK berbahaya dan sering dikaitkan dengan kolesteatoma. Epitel skuamosa berlapis dari
saluran pendengaran eksternal dapat tumbuh ke telinga tengah dalam semua jenis perforasi marginal

25
oleh imigrasi dan membentuk kolesteatoma. Oleh karena itu, semua perforasi marginal dianggap
berbahaya. Perforasi sentral dianggap aman karena kolesteatoma biasanya tidak terkait dengannya. 10.

3.6 Patogenesis
OMK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang
disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh virus
atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan
dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya anak mendapat
infeksi telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan
kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan
napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut
(OMA). Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses
inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan
merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi
biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat
berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara proses
inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut
terus akan merusak jaringan sekitarnya10.

3.7 Cara Mendiagnosis

Diagnosis OMK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT


terutama pemeriksaan otoskopi. Antara gejala gejala yang timbul di OMK10:

Otorea
Mukoid atau mukopurulen, konstan atau intermiten. Discharge muncul sebagian besar
pada saat infeksi saluran pernapasan bagian atas atau masuknya air secara tidak sengaja
ke dalam telinga8,10.

26
2. Gangguan Pendengaran.
Ini adalah tipe konduktif; tingkat keparahan bervariasi tetapi jarang melebihi 50 dB.
Terkadang, pasien melaporkan dari efek paradoks, yaitu mendengar lebih baik di bila
ada discharge daripada saat telinga kering. Ini karena “efek pelindung round
window”dihasilkan oleh pelepasan yang membantu menjaga perbedaan fase. Di telinga
kering dengan perforasi, gelombang suara menyerang oval dan round window secara
bersamaan, sehingga membatalkan efek satu sama lain8,10.

Dalam kasus lama, koklea dapat mengalami kerusakan karena untuk penyerapan racun
dari oval window dan round window dan gangguan pendengaran menjadi tipe
campuran.

3.Perforasi.
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi
perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi
perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau suklus timpanikum.Perforasi atik
ialah perforasi yang terletak di pars flaksida10.

4. Mukosa Telinga Tengah


Itu terlihat saat perforasi besar. Biasanya, warnanya merah muda pucat dan lembab;
kapan meradang itu terlihat merah, edema dan bengkak. Kadang, polip dapat terlihat10.

Penilaian
1. Pemeriksaan di bawah mikroskop memberikan informasi yang bermanfaat
tentang keberadaan granulasi, dalam pertumbuhan epitel skuamosa dari tepi
perforasi, status rantai ossicular, tympanosclerosis dan adhesi. Telinga yang
tampak kering mungkin memperlihatkan cairan yang tersembunyi di bawah

27
mikroskop. Jarang, kolesteatoma dapat hidup berdampingan dengan perforasi
sentral dan dapat dilihat pada mikroskop.
2. Audiogram memberikan penilaian tingkat pendengaran kerugian dan tipenya.
Biasanya, kerugian bersifat konduktif tetapi elemen sensorineural mungkin ada.
3. Kultur dan sensitivitas membantu untuk memilih obat tetes telinga antibiotik
yang tepat.
4. X-ray Mastoid / CT scan Temporal Bone. Mastoid biasanya sklerotik tetapi
dapat pneumatik dengan pengaburan sel udara. Tidak ada bukti kerusakan
tulang. Kehadiran kerusakan tulang adalah fitur dari atticoantral penyakit10.

3.8 Tatalaksana
1. Antibiotik sesuai hasil pengecatan gram/uji sensitivitas atau antibiotik empiris:
Quinolon: Ciprofloksasin (dewasa), dosis 500 mg tiap 12 jam Penicillin +
As.Klavulanat (anak-anak), dosis menggunakan dosis penicillin yaitu 45
mg/kgBB/hari setiap 12 jam atau 40 mg/kgBB/hari setiap 8 jam
2. Simtomatis: Analgesik atau antipiretik (golongan NSAID): Paracetamol (bila perlu)
3. Cuci telinga peroksida (H2O2 3%): 3 x 4 tetes (selama 30 detik)
4. Tetes telinga antibiotik golongan Quinolon (Ofloxacin): 2 x 7-10 tetes (dewasa), 1x
5 tetes (anak-anak)
5. Terapi bedah: tipe aman : Timpanoplasti dinding utuh

Terapi 1, 2, 3, 4 diberikan selama 5 hari, bila ada perbaikan terapi diteruskan


sampai dengan 10-14 hari. Bila tidak ada perbaikan terapi diberikan sesuai hasil
pemeriksaan ujibsensitivitas kuman atau pengobatan secara intravena (bila hasil uji
sensitivitas menunjukkan obat-obat hanya dapat diberikan secara intravena). Bila tidak
ada perbaikan terapi bedah harus dilakukan. Otitis media supuratif kronik tipe bahaya
terapi yang diberikan adalah pembedahan12.

28
Jenis Pembedahan pada OMK
Terdapat beberapa jenis bedah yang dapat dilakukan dengan mastoiditis kronik, baik
tipe beningna atau maligna. Antaranya8:

1) Mastoidektomi sederhana-dilakukan pada OMK tipe benigna dengan


pengobatan konservatif tidak sembuh. Tindakan operasi ini dilakukan
pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya untuk infeksi
tennag dan telinga tidak berair lagi tetapi fungsi pendengaran tidak dapat
diperbaiki.
2) Mastoidektomi radikal- dilakukan pada OMK maligna dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum
timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang
telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan.Tujuanya
untuk membuang jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial.
3) Mastoidektomi radikal dengan modifikasi(operasi Bondy)-dilakukan pada
OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik. Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.
4) Miringoplasti-mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMK tipe
benign dengan perforasi menetap.
5) Timpanoplasti-dilakukan pada OMK tipe benign dengan kerusakan yang lebih
berat atau tidak bias ditenangkan dengan pengobatan. Tujuan untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
6) Timpanoplasti dengan pendekatan ganda-dilakukan pada OMK tipe maligna
atau dengan tipe benign dengan jaringan granulasi yang sudah luas. Tujuan
operasi untuk memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik
mastoidektomi radikal.

29
Edukasi
a. Telinga jangan kemasukan air
b. Obat diminum teratur dan sampai habis
c. Menjaga higienitas
d. Kontrol secara teratur
e. Kemungkinan untuk tindakan operasi bila terapi medikamentosa gagal
f. Kurang pendengaran yang terjadi dapat menetap atau menjadi lebih berat

3.9 Komplikasi

Komplikasi pada otitis media supuratif kronik terbagi dua yaitu komplikasi
intratemporal (ekstrakranial) dan intrakranial. Komplikasi intratemporal meliputi
mastoiditis, petrositis, labirintitis, paresis nervus fasialis dan fistula labirin. Komplikasi
intrakranial terdiri dari abses atau jaringan granulasi ekstradural, tromboflebitis sinus
sigmoid, abses otak, hidrosefalus otik, meningitis dan abses subdural. efalus otik,
meningitis dan abses subdural. Saat terjadi komplikasi, gejala biasanya berkembang
dengan cepat. Demam menandakan terjadinya proses infeksi intrakranial atau selulitis
ekstrakranial. Edema dan kemerahan di belakang telinga menandakan terjadinya
mastoiditis yang berhubungan dengan abses subperiosteal. Nyeri retroorbita
berhubungan dengan petrositis. Vertigo dan nistagmus mengindikasikan terjadinya
labirintitis atau fistula labirin. Paresis nervus fasialis perifer biasanya ipsilateral dengan
telinga yang terinfeksi yang disebabkan oleh OMK dengan kolesteatom. Papil edema
terjadi akibat adanya peningkatan tekanan intrakranial. Sakit kepala dan letargi
biasanya juga menyertai komplikasi intrakranial. Meningismus berkaitan dengan
meningitis dan kejang biasanya diakibatkan oleh abses otak13.

30
3.10 Prognosis
OMK sulit diobati pada populasi berisiko tinggi. Penatalaksanaan
bersifat jangka panjang (seringkali berbulan-bulan) dan bertujuan untuk
mengurangi timbulnya gangguan pendengaran permanen dan komplikasi
supuratif. Pada populasi dengan risiko OMK rendah, sangat sedikit perforasi
akut yang berlanjut ke OMK. Anak-anak lebih sering mengembangkan OMK
sebagai komplikasi dari penyisipan grommet (tabung tympanostomy) atau
defisiensi imun yang mendasarinya. Chronic hearing loss yang terkait dengan
perforasi gendang telinga mungkin setinggi 60dB. Gangguan pendengaran
tergantung pada ukuran dan posisi perforasi dan jumlah pengeluaran.
Peningkatan risiko gangguan pendengaran sensorineural dengan OMK
berulang atau persisten. Dalam kombinasi dengan kehilangan konduktif yang
mendasarinya, OMK persisten dapat menyebabkan gangguan pendengaran
campuran sedang hingga berat13.

31
BAB IV
ANALISIS KASUS

Menurut Buku THTFKUI edisi ketujuh, Otitis Media Kronik (OMK) adalah
infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari
2 bulan. Jadi, karena pasien menunjukkan manifestasi klinis otorea yaitu telinga
mengeluarkan cairan sejak 2 minggu lalu serta ditemukannya perforasi membrane
timpani pada kedua telinga maka pasien dapat didiagnosis menderita Otitis Media
Kronik.
Pasien mengeluh keluar cairan dari telinga tengahnya sejak 5 bulan yang
lalu dan keluhan makin memberat sejak 2 minggu yang lalu. Faktor risiko timbulnya
OMK adalah gangguan fungsi tuba eustachius akibat infeksi hidung dan
tenggorokan yang berlangsung kronik atau sering berulang, obstruksi tuba,
pembentukan jaringan ikt, penebalan mukosa, polip,adanya jaringan granulasi,
timpanosklerosis, OMK juga lebih mudah terjadi pada orang yang pernah terkena
penyakit telinga pada masa kanak-kanak,perforasi membran timpani persisten,
terjadinya metaplasia pada telinga tengah,otitis media yang virulen, memiliki alergi,
keadaan imunitas yang menurun.
Pasien menderita OMK tipe benigna karena telinga mengeluarkan sekret
secara intermiten dan ditemukannya membran timpani yang mengalami perforasi
sentral tanpa terbentuknya kolesteatoma, jaringan granulasi, destruksi ke tulanga
maupun adanya komplikasi lain.
Dalam otitis media pendengaran biasanya berkurang akibat tuli konduktif
yang berkisar antara 20-50 dB. Pemeriksaan fungsi pendengaran biasanya
dilakukan untuk mengetahui jenis ketulian dan derajat ketulian pasien serta untuk
mengevaluasi kondisi pasien apakah sudah mengalami perbaikan atau
belum.Timpanometri biasanya dilakukan bersama dengan audiometri. Dalam

32
otitis media juga dapat dilakukan pneumotoskopi untuk mengetahui pergerakan
membran timpani, apakah ada kekakuan atau tidak. Jika membran timpani sudah
mengalami perforasi sekecil apapun, pemberian angin terhadap membran timpani tidak
akan membuatnya bergerak.
Anjuran pemeriksaan fungsi pendengaran dalam kasus ini adalah
pemeriksaan Rinne, Weber, dan Swabach, audiometri, Pada pemeriksaan Rinne
diharapkan negatif agar sesuai dengan keadaan tuli konduktif. Pada pemeriksaan
Weber jika terdapat lateralisasi ke satu telinga berarti ada perbedaan derajatketulian
antara telinga kanan dan kiri. Pada pemeriksaan Swabach diharapkan hasilnya
memanjang untuk menunjang adanya tuli konduktif. Tuli konduktif pada pasien
diakibatkan oleh adanya cairan atau pus dalam telinga tengah
yangmenyebabkan gangguan pergerakan tulang-tulang pendengaran (maleus,
inkus,dan stapes) sehingga konduksi suara menjadi terhambat. Selain itu,
secret nasofaringeal dapat refluks ke telinga tengah sehingga clearance cavum
timpanimenurun. Namun pada beberapa kasus OMK dapat menimbulkan
tulisensorineural dan tuli campur.
Untuk menentukan jenis bakteri yang menjadi penyebab infeksi pada pasien
dibutuhkan pemeriksaan kultur spesimen. Lagipula kultur juga berguna untuk memilih
jenis antibiotik yang spesifik untuk melawan bakteri penyebabnya.Prinsip terapi OMK
tipe benigna adalah terapi konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret
keluar secara terus menerus larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari. Nanti
setelah sekret berkurang diberikan tetes telingayang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid. Karena obat tetes telinga banyakyang memiliki efek samping
ototoksik, maka tetes telinga dianjurkan hanya dipakai 1 atau 2 minggu dan pada
OMSK yang sudah tenang. Secara oral dapat diberikan antibiotika Ampicilin atau
Eritromisin bila pasien alergi terhadap Penicillin. Jika dicurigai resisten maka
diberikan ampicilin asam klavulanat.Namun cara pemilihan antibiotika yang
paling baik ialah berdasarkan kulturkuman penyebab dan uji resistensi. Bila sekret

33
telah kering namun perforasimenetap setelah observasi selama 2 bulan maka
sebaiknya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti dengan tujuan
menghentikan infeksi dan memperbaiki membran timpani yang ruptur sehingga
fungsi pendengaranmembaik dan komplikasi tidak terjadi.

Gambar 5 Pasien

Gambar 6 telinga kanan Gambar 7 telinga kiri

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Dickson, G. Acute Otitis Media. Prim Care 41, (2014) 11–18.


2. Recomendations for clinical care guidelines on the management of otitis media In
Aboriginal And Torres Strait Islander Populations
3. Yousef et al..Impact Of Educational Program On The Management Of Chronic
Suppurative Otitis Media Among Children. Hindawi Publishing Corporation
International Journal Of Otolaryngology Volume 2015, Article ID 624317, 8 Pages.
4. Yusi dan Dwita,Tatalaksana Terkini Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). J Medula
Unila,Volume 6,Nomor 1, 2016,180-4
5. Sun, J. & Sun, J. Intracranial Complications Of Chronic Otitis Media. Eur Arch
Otorhinolaryngol 271,(2014), 2923–2926.
6. Morris, Chronic Suppurative Otitis Media Menzies School of Health Research,
Casuarina, Northern Territory, Australia Fam Physician. 2013; 88(10):694-696.
7. Netter’s Clinical Anatomy, 4th edition, Elsevier Inc. 2019, pg 437
8. Alfian F, dkk. Kelainan telinga tengah. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi ke 7. Balai Penerbit FK-UI. Jakarta. 2012: hal 62-
69.
9. J. Waschke, M. Bockers and J. Paulsen Sabotta English edition with latin
Nomenclature 1st edition 2019 pg 483-485
10. S.Dhingra And D. Deesha. Diseases Of Ear, Nose And Throat & Head And Neck
Surgery, 7th Edition, 2018 By RELX India Pvt. Ltd.(11)74-78
11. Mittal, Rahul Et Al. “Current Concepts In The Pathogenesis And Treatment Of
Chronic Suppurative Otitis Media.” Journal Of Medical Microbiology Vol. 64,10
(2015): 1103-16.
12. Panduan Praktik Klinis (Ppk) Tht-Kl Rs Islam Sultan Agung Semarang,2010, 10-11
13. Sari, Edward Dan Rosalinda. Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Kolesteatom Dengan
Komplikasi Meningitis Dan Paresis Nervus Fasialis Perifer. Jurnal Kesehatan Andalas.
2018; 7(Supplement 4).
14. George L. Adams, M.D Boiesbuku Ajar Penyakit THT (BOIES Furtdamentals Of
Otolaryngolo Gy ) edisi 6. 107-113

35

Anda mungkin juga menyukai