Anda di halaman 1dari 48

MATA KULIAH ETIKA DAN KEPERAWATAN SPIRITUAL ISLAM

Untuk Kalangan Mahasiswa Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Bandung

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bandung


2018

1
MODUL I

ETIKA MENJENGUK ORANG SAKIT

Islam selalu mengajarkan untuk menghormati orang lain dan

mendoakan kebaikan pada orang lain, termasuk ketika ada saudara atau

teman atau kerabat yang sedang sakit.

Rasulullah SAW sangat menganjurkan untuk menjenguk saudara

ataupun teman yang sedang mendapatkan musibah. Bahkan, beliau juga

mengajarkan doa untuk orang sakit agar diberikan kesembuhan oleh

Allah.

Sebagai makhluk sosial manusia akan selalu membutuhkan

pertolongan orang lain dalam kehidupannya, entah dalam keadaan sakit

maupun dalam keadaan sehat. Menjenguk saudara atau teman yang

sedang sakit merupakan salah satu wujud dari kehidupan sosial ini,

sekalipun teman atau kerabat berbeda agama.

Berkunjung kepada orang yang sedang sakit mempunyai keutamaan,

seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW:

  ‫َم ْن َعا َد َم ِر ْيضًا لَ ْم يَزَلْ فِي ُخرْ فَ ِة ْال َجنَّ ِة َحتَّى يَرْ ِج َع‬
"Barangsiapa yang menjenguk orang yang sedang sakit, maka dia

senantiasa berada pada petikan buah kurma di dalam surga

sampai dia pulang" (HR. Muslim no: 256)

Dari Ali RA berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW

bersabda:"Barangsiapa yang menjenguk saudaranya, maka dia

1
senantiasa berjalan pada petikan buah surga sampai dia duduk, apabila

dia sudah duduk maka rahmat akan tercurah baginya, dan jika

berkunjungnya pada saat pagi tujupuluh ribu malaikat berdo'a baginya

sampai sore, dan jika berkunjungnya pada waktu sore maka tujuhpuluh

ribu malaikat berdo'a baginya sampai waktu pagi". HR. Ahmad no: 756,

Abu Dawud no: 3098, Albani berkata: Shahih no: 1191.

Di antara tuntunan yang baik saat berkunjung adalah bertanya

kepadanya tentang keadaannya, dari Aisyah RA berkata: Pada saat

Rasulullah SAW sampai memasuki kota Madinah, Abu Bakar dan Bilal di

timpa penyakit. Aisyah melanjutkan: Maka menjenguk keduanya lalu

bertanya kepada Abu Bakar: Wahai Bapakku bagaimana keadaanmu?

Doa menjenguk orang sakit yang dicontohkan Rasululloh SAW:

 َّ ‫ت‬
‫ َفا َء‬7‫افيِ الَ ِش‬7‫الش‬ َ ‫أ َ ْن‬77‫فِ َف‬7‫اش‬
ْ ‫س‬َ ْ‫ب ْال َبأ‬
ِ ‫اس اَ ْذ ِه‬
ِ ‫اللّ ُه َّم َربَّ ال َّن‬
ً ‫ك شِ َفا ًء الَ ي َُغا ِد ُر َس َقما‬
َ ُ‫إِالَّ شِ َفاؤ‬

 Allahumma robbannas adzhibilba’ sa isyfi fa antasysyafi la syifa a”

illa syifa uka syifa’ an la yughodiru saqoma .

 Artinya: “Ya Allah Ya Tuhanku, Tuhan dari segala manusia dimuka

bumi, berikanlah kesembuhan kepadanya, angkatlah penyakitnya,

dan jadikanlah penyakit yang ia derita sebagai pelebur dosa. Hanya

2
kepadamu lah kami meminta kesembuhan, kesembuhan yang tak

ada kambuh lagi.” ( H.R. Bukhori Muslim)

MODUL II

ETIKA ISLAM DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

harus dipenuhi ketika pasien sakit. Etika islam mengajarkan bagaimana

adab sebelum dan setelah makan dan minum. Terpenuhinya kebutuhan

nutrisi akan berdampak terpenuhinya kebutuhan akan energi ketika

beraktiifitas.

Pasien yang sedang sakit, dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya

sangat beragam. Ada dalam bentuk makanan padat biasa, tetapi adapula

harus dalam bentuk manakan cair, makanan lembek, bahkan makanan

diberikan melalui NGT ataupun Infus (Parenteral Nutrisi). Walaupun

beragam bentuk makanan, sebagai perawat muslim hendaknya ketika

akan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien untuk tetap membiasakan

mengingatkan berdoa baik sebelum atau sesudah makan dan

minumsupaya makanan dan minuman yang dimakannya menjadi berkah

dan sebagai bentuk syukur kepada Alloh swt.

Ada beberapa bacaan doa sebelum/sesudah makan dan

minum yang dapatdipelajari, dan tentunya semua itu mempunyai dasar.

Doa sebelum makan:

3
ِ ِ
‫اب الـنَّا ِر‬ ُ َّ‫ال‬
َ ‫له َّم بَا ِر ْك لَنَا ف‬
َ ‫ َوقنَا َع َذ‬،‫يما َر َزقْتَـنَا‬
Alloohumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa 'adzaa bannaar

Artinya :

Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada

kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka.

Doa setelah makan:

ِِ َّ ِ
َ ‫ْح ْمـ ُد هلل الذي أَط َْع َمنـي َو َس َقانَاـ َو َج َعلْنَا ُم ْسلم‬
‫ين‬ َ ‫ال‬

alhamdu lillaahil ladzii ath'amanaa wa saqoonaa wa ja'alanaa muslimiin

 Artinya:

Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan kami dan minuman

kami, serta menjadikan kami sebagai orang-orang islam.

Bacaan Doa Setelah Minum 

Bacaan doa sesudah minum/setelah minum dalam bahasa arab: 

Alhamdu lillahil ladzi ja’alahuu ‘adzbam furootam birohmatihii wa

lamyaj’alhu milhan ujaajam bidzunuubinaa”

Arti Bacaan doa sesudah minum/setelah minum dalam bahasa Indonesia: 

4
“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air ini (minuma) segar dan

menggiatkan dengan rahmat-Nya dan tidak menjadikan air ini (minuman)

asin lagi pahit karena doa-dosa kami”. 

5
MODUL III

ETIKA ISLAM DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

Tidur merupakan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan di

malam hari guna untuk mengistirahatkan tubuh dan mengisi energi untuk

keesokan hari. Alangkah baiknya jika sebelum tidur kita membaca do'a

terlebih dahulu guna melindungi kita dari hal-hal buruk, seperti: godaan jin

dan syetan, mimpi buruk, dan gangguan-gangguan lainnya. Dan setelah

bangun dari tidur, kita juga dianjurkan untuk membaca do'a yang

bertujuan sebagai ucapan terimakasih kita kepada Allah SWT karena

telah melindungi kita dari hal-hal buruk yang dapat terjadi sewaktu kita

tidur.

Membaca do'a sebelum dan setelah tidur tentunya juga memiliki

banyak manfaat, antaralain ; menenangkan diri, mendekatkan diri kepada

Allah, terlindung dari godaan jin dan syetan serta guna-guna, dan jikalau

semisal Allah mencabut nyawa kita pada saat tidur, insyaallah kita dalam

keadaan khusnul khotimah. Subhanallah, begitu banyak nikmat yang telah

Allah berikan kepada hamba-hambanya yang senantiasa membaca do'a

sebelum dan sesudah tidur.

Doa Sebelum Tidur

Ada beberapa do'a sebelum tidur yang dapat kita baca (ucapkan)

sebelum kita tidur. Oleh karena itu kita dapat membaca do'a yang mana

6
saja sesuai dengan keinginan kita dan tentunya yang lebih mudah kita

hafal. Namun, disini kita akan membahas satu saja do'a sebelum tidur.

Doa Setelah Tidur

Do'a setelah bangun tidur juga tak kalah pentingnya dengan do'a sebelum

tidur. Sebagai wujud terimakasih kita kepada Allah maka hendaknya kita

membaca (ucapkan) do'a setelah tidur ketika kita barusaja terbangun dari

tidur. Pernahkah Anda merasakan kantuk setelah bangun tidur? Jika

pernah, maka bisa jadi itu adalah godaan syetan untuk mengajak kita

kembali tidur dan agar kita meninggalkan sholat shubuh. Maka disaat

itulah waktu yang paling tepat untuk membaca do'a setelah tidur dan

insyaallah rasa kantuk itu akan hilang jika kita senantiasa mengingat Allah

SWT.

7
Do'a setelah bangun dari tidur :

Mungkin banyak dari kita juga sering membaca do'a yang berbeda

dari yang saya sampaikan diatas. Memang do'a tersebut berbeda, namun

tujuannya tetap sama yaitu mencari ridha Allah dan perlindungan dari

Allah. Anda bebas memilih do'a yang mana saja asalkan do'a tersebut

shahih dan hanya bertujuan untuk mengharapkan perlindungan Allah

semata.

Berikut ini adalah bacaan dzikir dan doa-doa yang disunnahkan

oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk dibaca sebelum tidur.

Semuanya disumberkan pada hadits-hadits yang shahih dari

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

8
 

“Mengumpulkan dua telapak tangan. Lalu ditiup dan dibacakan: Qul

Huwallaahu Ahad (surat al-Ikhlash), Qul A’undzu bi Rabbil Falaq (surat al-

Falaq) dan Qul A’uudzu bi Rabbin Naas (surat an-Naas). Kemudian

dengan dua telapak tangan mengusap tubuh yang dapat dijangkau

dengannya. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan sebanyak

3x” 

Keterangan: HR. Al-Bukhari no. 5017 dan Muslim no. 2192, Malik dalam al-
Muwaththa’, Abu Dawud no. 3902, at-Tirmidzi no. 3402, Ibnu Majah no. 3529, dan
an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 793.

Selanjutnya, membaca ayat Kursi:

9
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang

Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). tidak

mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di

bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?

Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang

mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan

apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah

tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi

Maha Besar" (QS. Al-Baqarah: 255)

Keterangan: “Barang siapa membaca-nya ketika akan tidur, maka ia senantiasa


dijaga (dilindungi) oleh Allah dan tidak akan didekati oleh syaitan sampai Subuh.”
(HR. Al-Bukhari no. 2311/ Fat-hul Baari V/487)

10
MODUL IV

ETIKA ISLAM DALAM KEBUTUHAN BERPENAMPILAN : BERCERMIN

Kegiatan bercermin dalam adalah satu hal yang tak pernah

terlewatkan manakala kita berhias di setiap harinya. Fungsi bercermin

tentunya sudah terpahami oleh setiap kita, namun, adab bercermin dalam

islam belum diketahui oleh sebagain dari kita.

Bagaimana adab bercermin yang dianjurkan dalam Islam?

Adab bercermin ketika berhias yaitu dengan membaca doa berikut ini.

Setiap kali melihat diri kita di cermin, Rasulullah SAW mengajarkan agar

kita mengingat kepada Allah yang telah menciptakan fisik kita sedemikian

rupa. Doa ini penting dibaca agar lisan dan hati kita

senantiasa refleks untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan

Allah SWT terutama nikmat fisik yang baik, sehat, indah, cantik, dan

tampan.

11
MODUL V DAN VI

ETIKA ISLAM DALAM KEBUTUHAN BERPENAMPILAN :

BERPAKAIAN

Berikut ini adab-adab berpakaian yang dapat Anda amalkan.

1) Tidak dibolehkan seorang laki-laki memakai pakaian dari bahan

kain sutera dan menggunakan emas.

2) Tidak dibolehkan seorang laki-laki memakai pakaian melebihi mata

kaki.

3) Sementara diwajibkan bagi wanita memakai pakaian yang

menutupi mata kakinya, serta menggunakan kerudung yang

menutupi leher dan dada.

4) Dilarang menutup kain ke seluruh tubuh tanpa memberi tempat

keluarnya tangan.

5) Laki-laki tidak boleh mengenakan busana muslimah

6) Wanita muslimah tidak boleh mengenakan busana laki-laki.

7) Hendaknya membaca doa sebelum berpakaian dan sesudah

berpakaian sebagai wujud serah diri dan dijauhkan dari sikap

sombong.

8) Ketika hendak memakai pakaian atau perlengkapan lain,

hendaknya mendahulukan bagian tubuh yang kanan.

Doa Berpakaian Ada 3 doa berpakaian yang akan kami bahas di

12
kesempatan ini, yaitu doa ketika hendak memakai baju baru, doa ketika

berpakaian biasa, dan doa saat melepas pakaian. Doa Hendak Memakai

Baju Baru Yang pertama yaitu doa hendak memakai baju baru. Untuk

menghadapkan ridho dan kebaikan dari pakaian baru yang kita beli.

13
Latinnya : Alhamdulillaahil-ladzii kasaanii haadzaa, wa rozaqoniihi min

ghoiri hawlin minnii wa laa quwwatin.

Bacalah doa di atas bukan hanya terbatas ketika Anda memakai

baju baru. Saat mengenakan sandal, celana, sorban, kopiah dan lain

sebagainya yang dikenakan sebagai perlengkapan pakaian hendaknya

kita juga membaca doa berpakaian di atas sebagai wujud pengharapan

dari kebaikan pakaian yang kita kenakan.

Doa Berpakaian Adapun ketika saat-saat biasa, setelah mandi dan

hendak mengenakan pakaian atau baju lama, maka hendaknya Anda juga

membaca doa. Lafal doa berpakaian yang dapat diamalkan memiliki lafalz dan

artinya sebagaimana berikut: 

Latinnya: Alloohumma innii as-alukal min khoirihi wa khoiri maa huwa


lahuu wa a'uudzubika min syarrihi wa syarri maa huwa lahuu

Doa Melepas Pakaian Adapun ketika hendak mandi, saat melepas

pakaian kita juga sebaiknya membaca doa. Lafadz doa yang dapat dibaca

14
berserta artinya adalah sebagaimana berikut:

Latinnya : Bismillaahilladzii laa ilaaha illaa huwa.

Adab-adab Berpakaian Selain dengan mengamalkan doa-doa berpakaian

di atas, sebagai seorang umat Nabi Muhammad hendaknya kita juga mengikuti

sunnah atau adab-adab berpakaian yang diajarkan oleh Rasululloh.

MODUL VII

ETIKA ISLAM KETIKA AKAN MEMASUKI DAN KELUAR TOILET

Saat hendak memasuki kamar mandi atau toilet hendaknya kita

berdoa agar selalu diberi keselamatan oleh Allah SWT dan dihindarkan

dari hal-hal buruk yang seharusnya tidak terjadi. Maka dari itu kita harus

15
selalu mengucapkan do'a ketika hendak memasuki atau keluar dari kamar

mandi.

Kita harus senantiasa membaca do'a karena seperti yang kita

ketahui bahwa syetan dan jin selalu mengikuti kita kemana kita pergi.

Maka dengan membaca do'a maka mereka akan pergi dan tidak mengikuti

kita khususnya pada saat kita melakukan aktivitas di kamar mandi.

Do'a Masuk dan Keluar Kamar Mandi

16
MODUL VIII

ETIKA ISLAM DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA

NYAMAN : NYERI

Jika yang sakit hanya dibagian tertentu dari tubuh kita, misalnya

bagian dada (paru-paru dan jantung), kepala (sakit kepala atau migrain),

sakit perut (lambung/maag), dan sejenisnya, maka Rasulullah

menganjurkan untuk membaca doa berikut ini:

“Letakkan tanganmu pada tempat yang sakit dan bacalah Bismillah tiga
kali, lalu bacalah “A’uudzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa
uhaadziru"

17
Artinya : Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari keburukan
yang sedang aku rasakan dan yang aku khawatirkan)" (HR. Muslim)

Dalam Syarah Hisnul Muslim disebutkan asbabul wurud hadits ini.Suatu

hari ada seorang sahabat Nabi SAW yang datang mengeluhkan sakit

pada anggota tubuhnya. Ia bernama Utsman bin Al Ash r.a. yang

merasakan sakit sejak ia masuk islam. Lalu Rasulullah mengajarkan doa

dan cara tersebut dengan cara – cara:

1. Letakkan tangan pada tempat yang sakit

2. Baca bismillah tiga kali

3. Baca doa di atas tujuh kali

18
MODUL IX

ETIKA ISLAM DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA

AMAN : CEMAS

Dalam kehidupan sehari hari kita sering dilanda rasa cemas dan

gelisah akibat tekanan hidup dan berbagai masalah yang dihadapi.

Kadangkala ada pula orang yang dilanda kecemasan dan kekuatiran

dengan penyebab yang tidak jelas dan tidak diketahui. Orang yang selalu

ingat dan bertawakal pada Allah insya Allah tidak akan mengalami rasa

cemas dan gelisah berlebihan dalam menghadapi berbagai masalah .

Mereka yakin akan pertolongan  dan lindungan Allah pada diri mereka.

Mereka yakin dengan naungan dan lindungan Allah tidak ada satu

kekuatanpun yang dapat mencelakai dan menghalahkan mereka.

Pasien yang sedang di rawat di rumah sakit sering mengalami

kegelisahan, kecemasan karena tinggal sementara di tempat yang baru,

bersama orang-orang asing, kegaduhan dan rasa takut melihat kondisi

pasien yang lain. Hal ini sering disebut dengan stress akibat hospitalisasi.

Pelaksanaan asuhan keperawatan untuk mengurangi kecemasan

yang timbul akibat hospitalisasi banyak yang dapat dilakukan, antara lain

dengan komunikasi terapeutik, supaya pasien dapat mengeluarkan

perasaan cemas yang dialaminya. Dalam agama islam kita berlindung

kepada Alloh swt dari kecemasan yang timbul.

19
Ayat tertentu yang dibaca berulang ulang dengan penuh keyakinan

dapat menghilangkan rasa gelisah, cemas dan ketakutan yang berlebihan.

Apalagi jika ayat itu ditadaburi dan diiringi dengan doa mohon

perlindungan dan pertolongan  dari Allah. Berikut ini beberapa ayat Qur’an

yang dapat menghilangkan rasa takut, cemas dan gelisah yang

berlebihan. Alloh SWT berfirman dalam QS. At Taubah ayat 51:

qul lan yushiibanaa illaa maa kataba allaahu lanaa huwa


mawlaanaa wa’alaaallaahi falyatawakkali almu’minuuna

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang


telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya
kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (At Taubah 51

Sedangkan lafadz bacaan Do’a yang dapat diucapkan ketika dalam


ancaman atau bahaya, serta musibah (mengharapkan pertolongan-Nya)
adalah:

20
Hasbunallaah wa ni'malwakil ni'mal maulaa wa ni'man nashiir

MODUL X

ETIKA ISLAM DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN:

MAKAN OBAT

Alloh swt memberikan manusia dalam kondisi sehat dan sakit,

bukan karena kezaliman, tetapi karena kebijaksanaan-Nya.  Alloh

memerintahkan hamba-Nya untuk berusaha menjalani sebab- sebab yang

mengantarkan kepada setiap kebaikan, dan itu merupakan kesempurnaan

tawakkal seorang hamba.

Tidak selamanya manusia merasakan kesehatan badan yang

sempurna, Alloh menimpakan rasa sakit  yang berbeda-beda menurut

perbedaan sebab dan kondisinya, dan tidak ada yang dapat

menyembuhkannya kecuali Alloh semata

HUKUM BEROBAT

21
1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib,

dengan alasan adanya perintah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam 

untuk berobat dan asal hukum perintah adalah wajib

2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum

sunnah karena ada hadits yang lain Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa

sallam memerintahkan bersabar

3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena

terdapat keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah

dan sebagian lagi boleh memilih

4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat

bersabar dengan sakitnya

5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang

kuat tawakkalnya dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya

ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT

Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat

termasuk upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu

tujuan syari’at islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini,

diantaranya;

1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‘’Sesungguhnya  Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia

jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi

22
jangan berobat dengan yang haram.’’ (HR.Abu Dawud 3874, dan

disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dha’if al-Jami’ 2643)

2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata

kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‘’Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,’’berobatlah,

karena sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti

menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada

obatnya),’’mereka bertanya,’’apa itu’’ ? Nabi bersabda,’’penyakit tua.’’

(HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu

Majah 3436)

Setiap penyakit ada obatnya, demikianlah yang disabdakan oleh

Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu orang yang mengalami sakit

dianjurkan untuk berobat. Rasulullah SAW juga mengajarkan doa ketika

akan makan obat.

Adapun do’a yang dapat digunakan saat makan obat ialah:

23
Doa lainnya Allohumma asyfi….....…(sebutkan nama pasien yang
sakit)

MODUL XI

PEMENUHAN KEBUTUHAN BERIBADAH: BERSUCI

DENGAN CARA TAYAMUM

Tayyammum dalam bahasa Arab artinya bermaksud atau bertujuan

dan dalam ilmu fiqih ialah menghapus muka dan kedua tangan dengan

tanah yang suci sebagai pengganti wudhu dan mandi besar. Jadi,

sekiranya kita tidak dapat berwudhu atau mandi junub dengan air karena

sakit atau karena tidak ada air, maka wajib bertayammum.

Tayyammum adalah salah satu rukshah (keringanan) dari Allah

diberikan kepada umat Islam yang memiliki udzur atau halangan seperti

sakit dan ketiadaan air.

Allah berfirman:

24
‫سفَ ٍر أَ ْو َجآ َء أَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمن ا ْل َغآئِ ِط أَ ْو‬ َ ‫ضى أَ ْو َعلَى‬ َ ‫َوإِنْ ُك ْنتُ ْم َّم ْر‬
‫س ُحو ْا‬َ ‫طيِّبا ً فَا ْم‬
َ ً‫ص ِعيدا‬ َ ‫سآ َء فَلَ ْم ت َِجدُو ْا َمآ ًء فَتَيَ َّم ُمو ْا‬
َ ِّ‫ستُ ُم الن‬ ْ ‫الَ َم‬
﴾٤٣﴿ ‫النساء‬ – ‫بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم‬
Artinya: “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari

tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian

kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang

baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu”. (Qs An-Nisa’ ayat: 43)

Adapun hadist tentang tayyammum yaitu:

Dari Ammar bin Yasir ra, ia  berkata, “Aku berjunub, lalu aku berguling-

guling di atas debu, lalu aku ceritakan hal itu kepada Nabi saw, kemudian

ia bersabda, ”Sesungguhnya cukup bagimu hanya berbuat begini”, yaitu

Nabi saw menepuk kedua telapak tangannya ke tanah, kemudian

mengusapkan kedua tangannya itu pada mukanya dan telapak

tangannya”. (HR Bukhari dan Muslim)

Kapan Dibolehkan Tayammum?

1. Sewaktu tidak ada air

Firman Allah:

﴾٤٣﴿ ‫– النساء‬ ً ‫صعِيداً َط ِّيبا‬


َ ‫َفلَ ْم َت ِجدُو ْا َمآ ًء َف َت َي َّم ُمو ْا‬

Artinya: “kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu

dengan tanah yang baik (suci)” (Qs An-Nisa’ ayat:43)

25
Telah diriwayatkan bahwa Rasulallah saw bersabda: “Tanah yang baik

(suci) wudhunya seorang muslim jika tidak ada air” (HR Abu Daud, at-

Tirmidzi)

2. Sewaktu berbahaya memakai air (karena sakit).

Firman Allah:

َ ‫َوإِنْ ُك ْن ُت ْم َّم ْر‬


﴾٤٣﴿ ‫– النساء‬ ‫ضى‬

Artinya: “Dan jika kamu sakit” (Qs an-Nisa’ ayat: 43)

3. Sewaktu perlu air untuk keselamatan jiwa (manusia atau hewan)

4. Sewaktu udara sangat dingin dan tidak ada api atau pemanas untuk

memanaskan air.

Dari Amru bin al-Ash, ia berkata: ”Ketika kami dalam peperangan Zatu al-

Salasil (8H), aku telah mimpi (berjunub) sedangkan ketika itu udara

sangat dingin. Aku kuatir jika aku mandi akan binasa (sakit), lalu aku

bertayammum dan mengimamkan sholat subuh bersama-sama kawan-

kawanku. Ketika kami sampai di sisi Rasulullah saw, kawan-kawanku

mengadu hal tersebut kepada beliau. Lalu Rasulullah saw bersabda:

“Wahai Amru! Kamu sholat dengan kawan-kawanmu, sedangkan engkau

berjunub?” Maka aku beritahukan sebab tidak bisa mandi janabah,  aku

berkata: “aku teringat firman Allah: (Dan janganlah kamu membunuh

dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu). Lalu

akupun bertayammum dan sholat”. Rasulullah saw tertawa dan tidak

berkata apa-apa” (HR Bukhari Muslim, Abu Daud, al-Baihaqi, al-Hakim)

26
Syarat Tayammum

1. Harus dengan tanah suci yang berdebu diiringi dengan tujuan ingin

bertayammum.

Allah berfirman

﴾٤٣﴿ ‫– النساء‬ ً ‫صعِيداً َط ِّيبا‬


َ ‫َف َت َي َّم ُمو ْا‬

Artinya: ” maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci)” (Qs

An-nisa’ ayat:43)

Dari Hudzaifah bin al-Yaman ra Rasulallah saw bersabda, “Kita

dilebihkan dari manusia (umat) yang lain dengan tiga perkara yaitu

dijadikan bumi seluruhnya sebagai masjid (tempat shalat), dijadikan

tanah/debunya bagi kita sebagai sarana bersuci (apabila kita tidak

mendapatkan air), dan shaf-shaf kita seperti shaf-shaf malaikat.” (HR

Muslim)

2. Harus dengan dua penghapusan, menghapus muka dan tangan

sampai ke siku hanya satu kali penghapusan.

3. Tayammum adalah pengganti wudhu. Maka pengganti harus sama

dengan yang diganti. Jadi penghapusan tangan sampai ke siku

dalam tayammum sama dengan perintah Allah untuk membasuh

tangan sampai ke siku disaat wudhu..  .

Firman Allah:

﴾٤٣﴿ ‫– النساء‬ ‫س ُحو ْا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِد َي ُك ْم‬ ْ ‫صعِيداً َط ِّيبا ً َف‬


َ ‫ام‬ َ ‫َفلَ ْم َت ِجدُو ْا َمآ ًء َف َت َي َّم ُمو ْا‬

27
Artinya: “kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu

dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu”. (Qs An-

Nisa’ ayat: 43)

Dari Jabir ra, Rasulallah saw bersabda, “Tayyammum itu satu

tepukan untuk wajah dan satu tepukan lagi untuk kedua tangan sampai

siku” (HR al-Baihaqi, hadits baik)

3. Boleh bertayammum hanya setelah masuk waktu shalat, karena

tayyammum adalah pengganti air dan tidak dilakukan kecuali setelah

masuk waktu yaitu setelah diyakini betul betul ketiadannya.

4. Harus bertayammum setiap shalat fardhu.

Allah berfirman

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak

mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai

dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan

kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit

atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau

menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka

bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan

tanganmu dengan tanah itu” (Qs Al-Maidah ayat:6)

Tidak sah shalat kecuali dengan wudhu, dan satu wudhu bisa

digunakan untuk beberapa shalat fardhu. Berlainan dengan tayyammum

dilakukan sebagai pengganti wudhu dan hanya bisa digunakan untuk

setiap shalat fardhu.

28
Wajib Tayammum

1. Memindahkan tanah yang berdebu ke muka dan tangan.

Firman Allah:  “maka bertayamumlah kamu” an-Nisa’, 43

2. Niat (aku niat bertayammum untuk melakukan shalat) disertai tepukan

tangan ke tanah dan menyapunya.

)‫ ” إِ َّنما األَ ْع َمال ُ بال ِّن َّياتِ” (الحديث المسبق‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو‬ ُ ‫َقال َ َر‬
َ ِ‫س ْول ُ هللا‬

Rasulallah saw bersabda  “Sesungguhnya setiap amal  perbuatan

tergantung pada niatnya”  (HR Bukhari Muslim)

3. Menghapus muka satu kali

4. Menghapus kedua tangan sampai ke siku satu kali

5. Tertib antara kedua penghapusan, yaitu menghapus muka dahulu baru

Sunah Tayammum

 Membaca bismillah

 Mendahulukan yang kanan dari yang kiri

 Menghapus muka dari atas ke bawah seperti membasuh muka

dalam berwudhu

 Mengurangi debu tanah

 Berturut-turut yaitu tidak ada jarak waktu antara menghapus muka

dan tangan

29
 Membuka jari jari tangan sewaktu meletakannya di tanah

 Membuka cincin

 Melewatkan tangan yang berdebu ke angota tayammum

 Menghapus muka dan tangan satu kali-satu kali

 Menghadap kiblat

 Berdo’a setelah selesai (sama seperti do’a setelah wudhu)

Yang Membatalkan Tayammum

 Semua yang membatalkan wudhu membatalkan tayammum

 Melihat air sebelum shalat (bagi yang bertayammum karena tidak

ada air). Fungsi tayyammum sebagai penganti air, dan air

merupakan alat utama untuk bersuci. Maka jika ada air

tayyammumnya tidak berfungsi.

 Murtad (keluar dari agama Islam)

Luka (Jarih)

Walaupun dalam keadaan luka shalat wajib dilakukan. Dan sebelum

shalat harus melakukan kewajiban bersuci dari hadats kecil atau hadats

besar. Sekarang jika anggota tubuh kita terkena luka (jarih), kita

30
diwajibkan bersuci seperti biasa (wudhu atau mandi junub). Dalam hal ini

hukumnya terbagi atas dua bagian:

I- Luka tidak dibalut perban

Jika luka berada di anggota tayammum (anggota tayammum

adalah wajah dan kedua tangan) dan tidak dibalut. Dalam hal ini jika luka

masih bisa dibasuh oleh air, maka kita wajib membasuhnya seperti tidak

ada luka baik wudhu atau mandi besar.

Jika luka tidak bisa dibasuh air (menurut anjuran dokter) sedang

lukanya berada dianggota tayammum (wajah dan tangan), maka wajib

membasuh semua anggota yang sehat dengan air lalu bertayammum

pada anggota yang terkena luka. Dan hal ini dilakukan dengan tertib.

Misalnya, luka terdapat pada wajah, berarti tayammum dilaksanakan

sebelum membasuh tangan. Atau luka terdapat pada tangan, maka

tayammum dilakukan setelah membasuh wajah. Setelah sembuh lukanya

tidak wajib mengulangi shalatnya.

Berlainan jika luka yang berada di anggota tayammum itu tidak bisa

ditayammumkan. Artinya luka trb tidak bisa diusap dengan debu atau tidak

bisa terkena debu. Maka hal yang seperti ini jika lukanya telah sembuh, ia

wajib mengulangi (qadha) shalat selama ia tidak bertayammum.

Sekarang jika luka tidak berada di anggota tayammum (wajah dan

tangan), maka cara semacam ini dianggap cukup dan tidak ada kewajiban

mengulangi shalat setelah sembuh dari luka meskipun lukanya tidak

ditayamumkan atau tidak bisa dikenai debu.

31
II- Luka dibalut perban

Jika luka dibalut dengan perban dan berada pada anggota

tayammum (wajah dan tangan). Maka sebaiknya saat bersuci membuka

perban, kemungkinan luka masih bisa dibasuh air atau diusap debu

(bertayammum). Jika perban tidak mungkin dibuka, maka hukumnya

membasuh anggota yang sehat dengan air lalu mengusap pembalut

dengan kelima jari tanganya setelah dicelup dengan air (dengan tangan

yang basah), setelah itu sebagai pengganti bagian tubuh yang tertutup

pembalut  hendaklah ia bertayammum. Adapun bersuci seperti model ini

shalanya wajib diulang setelah sembuh.

Kesimpulannya:

 Jika pembalut terletak bukan di anggota tayyammum (wajah dan

tangan) maka tidak wajib mengulangi (mengqadha) shalatnya

 Jika pembalut terletak di anggota tayyammum (wajah dan tangan)

maka wajib mengulangi shalatnya

 Jika pembalut diletakan dalam keadaan tidak berwudhu maka wajib

mengulangi shalatnya

 Jika pembalut terbuat dari bahan yang najis atau terkena najis Iklan

32
MODUL XIIDAN XIII

PEMENUHAN KEBUTUHAN BERIBADAH SHOLAT

PADA SAAT SAKIT

Orang yang sakit tetap diwajibkan melaksanakan shalat fardhu,

selama akal dan ingatan orang yang sakit masih sadar. Bagaiman tata

cara melakukan shalat bagi orang sakit yang benar? Berikut ini adalah

tata cara shalat bagi oang yang dalam keadaan sakit dengan beberapa

kondisi kesehatan yang berbeda-beda :

 Kondisi pertama adalah orang yang sakit dalam keadaan tidak bisa

berdiri, maka mereka boleh mengerjakan shalatnya sambil duduk,

dengan ketentuan sebagai berikut :

33
1. Ketika mengerjakan ruku' caranya adalah dengan duduk

membungkun sedikit, seperti terlihat pada gambar di bawah ini

2. Ketika mengerjakan sujud, caranya adalah seperti cara

mengerjakan sujud biasa.

34
  Cara shalat ketika keadaan orang sakit tidak dapat berdiri dan

tidak dapat duduk.

Maka shalat orang yang sakit dalam keadaan demikian adalah

mereka boleh mengerjakan shalatnya dengan cara dua belah

kakinya diarahkan ke arah kiblat, kepalanya ditinggikan dengan

alas bantal dan mukanya diarahkan ke arah kiblat. Dengan

ketentuan ketika ruku' dan sujudnya adalah sebagai berikut:

1.  Cara mengerjakan ruku'nya adalah cukup mengerjakan kepala

ke muka.

35
2.  Cara sujudnya adalah dengan cara menggerakkan kepala

lebih ke muka dan lebih ditundukkan seperti terlihat pada

gambar di bawah ini.

 Jika duduk seperti biasa dan berbaring seperti gambar pada

cara shalat orang sakit dengan berbaring miring juga tidak

dapat dilakukan,maka seseorang tersebut boleh mengerjakan

shalatnya dengan berbaring dengan seluruh anggota badan

dihadapkan dihadapkan kiblat. Dimana cara melakukan ruku' dan

sujudnya adalah dengan cara cukup menggerakkan kepala

menurut kemampuannya. Seperti terlihat pada gambar di bawah

ini.

36
 Jika orang sakit tidak dapat mengerjakan shalat dengan cara

berbaring seperti tersebut di atas, maka boleh mengerjakan

shalatnya cukup dengan isyarat, baik dengan isyarat kepala

ataupun dengan isyarat mata. 

 Dan jika semuanya tidak mungkin, maka orang yang sakit

boleh mengerjakan dalam hati, selama akal dan jiwa masih

ada.

Demikianlah yang perlu kita implementasikan dalam hal mengerjakan

shalat itu hukumnya wajib, setiap orang islam wajib melaksanakannya

meskipun dalam keadaan sakit selama akal dan ingatan seseorang masih

dalam keadaan sadar.

37
MODUL XIV

ETIKA ISLAM DALAM MENGHADAPI PASIEN SAKARATUL MAUT

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu,

keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai,

mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas

hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani

pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien

karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan

bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi

kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena

pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual

( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi

ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual )

merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya

(WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat

untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang

konfrehensif tersebut  pasien senantiasa mendudukan perawat dalam

tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda

Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat

menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator

38
(memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal

mungkin sesuai dengan kondisinya.

Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.

Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal

yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati

sakaratul maut.  Orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang

sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,  krisis spiritual,

dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien

menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.

Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, 

perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan.  Dalam fase

akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping

perawat.  Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat

meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya

tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang

kekal.

Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik

atau tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal

dan perawat sendiri kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah

SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak

diperlukan. Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran

islam dalam menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia

terdapat fase sakaratul maut.

39
Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai

fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a

untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.

Sakratul maut juga dapat diakatakan sebagai warming up (pemanasan)

kematian. Karena kematian itu sulit, berat dan amat sakit maka diperlukan

pemanasan. Di samping itu, sebagaimana kehidupan pertama manusia

memerlukan proses dan tahapan, Kematian Kedua pun memerlukan

proses dan tahapan agar bisa memasuki penginapan ke tiga yang

bernama Barzakh, sebuah penginapan yang jauh lebih besar dan sangat

berbeda situasi, kondisi dan lingkungannya dengan dua penginapan

sebelumnya, yakni perut atau rahim ibu kita dan bumi untuk kehidupan

dunia.

Sakratul maut adalah sesuatu yang ditakuti manusia. Faktanya, berbagai

riset dan upaya telah dilakukan manusia untuk menghindarinya seperti,

menciptakan obat-obatan untuk memperpanjang umur. Hal tersebut

digambarkan Allah dalam firman-Nya “Dan datanglah Sakratulmaut

dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.

(Q.S. Qaf (50): 19 )

“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR

Tirmidzi)

“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang

menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat

40
diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR

Bukhari)

“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam

perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya

sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut

padanya dan meninggalkan yang tersisa”. (Ka’b al-Ahbar, sahabat

Rasulullah saw)

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa

berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya)

pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai

menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

“Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan

menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang

sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi,

urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga

kaki”. ( Imam Ghozali)

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap

orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu

dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. 

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai

macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau

kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan

41
mengatakan bahwa rasa sakit selama kita hidup dan saat sakaratul maut

bisa jadi merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita

kelak.

Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik

benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang

canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini. Di mana

saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu

di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh

kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau

mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya)

dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi

Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir

tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7 8) Dan Allah

sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila

datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Sakaratul maut itu pedih seperti firman Allah SWT kepada Ibrahim AS

adalah “Seperti panasnya besi dibakar pada kain sutera yang basah, lalu

nyawapun ditarik”, Selanjutnya Allah berfirman kepada Nabi Musa

“rasanya seperti burung hidup yang digoreng dalam wajan. Rasanya

seperti domba yang hidup kemudian diikuti oleh penjagal. Rasanya lebih

42
perih pedih dibanding sayatan pedang, geretan gergaji, dan tusukan

benda tajam. Seringan-ringannya kematian seperti duri dalam kain.

Bisakah duri keluar dari sutera tersebut tanpa robekan. Seperti berada

dalam selimut api panas dan seolah-olah bernafas dalam lubang jarum

seakan-akan berada dalam satu pohon yang berduri lalu ditarik dari ujung

kaki sampai keubun-ubun”.

Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan

upaya –upaya sebagai berikut :

1.    Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.

Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar

berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang

diriwayatkan oleh Imam Muslem “Jangan sampai seorang dari

kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”

selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi ”Aku ada pada

sangka-sangka hambaku,  oleh karena itu bersangkalah kepadaKu

dengan sangkaaan yang baik”, selanjutnya Ibnu Abas berkata

”Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia

supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan

Tuhannya itu”, selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata ”Demi Allah yang

tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada

Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu”. Hal

ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.

43
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah.

Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan

pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan

melepaskan nafasnya yang terakhir.

Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping

memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual

pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul

Khatimah.

Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing

dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah

mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim “Talkinkanlah olehmu orang

yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena

sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika

matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri

ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga”

Selanjutnya Umar Bin Kathab berkata “Hindarilah orang yang mati

diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah,

maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang

tidak bisa, kamu lihat”. Para ulama berpendapat,” Apabila telah

membimbing orang yang akan meninggal dengan satu bacaan talqin,

maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaan-

bacaan atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang kembali,

agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi

44
kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya menjenguk orang

sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup kedua matanya

dan memberikan hak-haknya.” (Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim :

6/458)

3. Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan

matanya.

Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat muslim perlu

berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim

Rasulullah SAW bersabda ”Bila kamu datang mengunjungi orang sakit

atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena

sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu

ucapkan”, Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda

“apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu,

maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh

yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat

mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan”. Berdasarkan hal diatas

perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa

yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat

hambanya, mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka

saat roh terlepas, dari jasadnya.

4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut

45
“Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi

kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air

atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya

dengan kapas yg telah diberi air.

Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang

menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air

dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami

orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat

mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat.” (Al-

Mughni: 2/450 milik Ibnu Qudamah)

5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat

Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah

sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak

mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam

beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih

melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara

bagaimana menghadap kiblat :

1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak

kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut

diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.

2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut

menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini

sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan

46
sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah

manapun yang membuatnya selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Sakhi. 2016. Panduan Mudah shalat fardu dan sunnah serta Doa-dan
Dzikir harian. Jawa Barat : Hutamedia

Ahmadi Isa. 2010. Doa Pilihan. Jakarta: Hikmah Kepustakaan Populer

Hamzah Hasan. 2010. Buku Panduan Lengkap Agama Islam. Jakarta:


Qultum Media

Ibnu Watiniyah. 2010. Shalat, Salawat, Dzikir dan Doa. Kaysa Media

47

Anda mungkin juga menyukai