Disusun oleh :
Tingkat 2A
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel
darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa
oksigen ke jaringan tubuh. Anemia juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
termasuk kelelahan dan stres pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang
normal dan mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara ginjal, atau sumsum, dan
nutrisi dalam tubuh. Jika ginjal atau sumsum tulang tidak berfungsi, atau tubuh kurang
gizi maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungin sulit untuk dipertahankan.
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (didisese entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada dasarnya
anemia disebabkan oleh karena: gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang,
kehilangandarah keluar tubuh (pendarahan), proses penghancuran eritrosit oleh tubuh
sebelum waktunya hemolisis. (Proverawati, 2011 : 2-3)
2. Batasan Masalah
Ruang lingkup terbatas pada pemeberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis anemia yang meliputi konsep penyakit, konsep asuhan keperawatan, dan
diagnosa keperawatan.
3. Rumusan Masalah
Apa definisi dari penyakit anemia ?
Apa saja etiologi dari penyakit anemia ?
Apa tanda dan gejala yang terjadi pada anemia ?
Apa saja patofisiologi dari anemia ?
Apa saja klasifikasi dari anemia ?
Apa saja komplikasi dari anemia ?
Apa saja konsep asuhan keperawatan pada anemia ?
4 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis anemia.
Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu mengatahui pengertian anemia.
- Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
- Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
anemia
- Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit
(red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Tetapi harus di ingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak
sejalan dengan masa eritrosit, seperti pada dehidrasi perdarahan akut, dan kehamilan.
Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia
tetapi harus dapat ditatapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.(Nurarif,
2015 : 35)
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
(Hb) atau hematrokrit (HT) di bawah normal. Anemia menunjukan suatu status penyakit
atau perubahan fungsi tubuh. (Mohammad Jauhar, 2013 : 201)
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit anemia adalah penurunan atau kurangnya
kadar hemoglobin atau hematokrit dalam darah. Keadaan tersebut berakibat pada
penurunan kapasitas pengangkutan oksigen di dalam darah, sehingga beberapa organ
tidak terpenuhi suplai oksigennya.
2. Etiologi
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk
eritropesis seperti: asam folat, vitamin B12, dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat
turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang tidak
memadai karena kekurangan eritropoetin, seperti yang terjadi pada penyakit ginjal kronis.
Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem
retikuloendotelial yang berlebihan (misal hiperplanisme) atau akibat sumsum tulang yang
meghasilkan sel darah merah abnormal. (Arif Muttaqin, 2012, hal. 400-401)
6. Komplikasi
Malnutrisi
Kurangnya asupan zat besi dalam makanan, jarangnya memvariasikan menu makanan
menjadi faktor utama yang menyebabkan anemia.
Thalasemia
Talasemia merupakan sekelompok kelainan turunan yang berhubungan dengan defek
sintesisi rantai hemoglobin.
Komplikasi Kehamilan
Komplikasi saat masa kehamilan sangat berakibat fatal, baik untuk ibu maupun janinnya.
Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan :
o Pertumbuhan bayi yang terhambat
o Kelahiran bayu secara prematur
o Bayi terlahir dengan berat badan rendah
o Bayi menjadi lebih rentan terserang infeksi ketika lahir. (Proverawati, 2011 : 127-
130)
Gagal jantung kongestif
Dimana hal tersebut terjadi pada saat kinerja jantung tidak berjalan dengan baik, sehingga
jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh.
Perdarahan secara berlebihan saat menstruasi
Menstruasi atau haid adalah penyebab yang umum dari anemia defisiensi besi pada wanita
yang berada dalam masa produktif atau subur. Anemia akan muncul ketika terjadi perdarahan
secara berlebihan pada beberapa siklus menstruasi. Kondisi ini lebih dikenal dengan istilah
menorrhagia. (Arif Muttaqin, 2012 : 411-412)
BAB III
PELAKSANAAN
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Biasanya pada penderita anemia tingkat kesadaranya adalah Apatis, tetapi jika keadaan
pasien sudah parah maka tingkat kesadarannya bisa Somnolen. (Arif Muttaqin, 2012 :
400)
TTD : peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan nadi melebar
Nadi : takikardi
RR : dipsnue, Nafas sesak. (Mohammad Jauhar, 2013 : 205)
Sistem Pernafasan
Inpeksi : pada klien dengan anemia biasanya bentuk dada simetris, napas pendek,
dispnea ( kesulitan bernafas).
Palpasi : biasanya pada klien dengan anemia bisa terjadi nyeri tekan saat di palpasi.
Perkusi : jika pada klien tidak ada kelainan pada paru – paru maka bunyi perkusi sonor.
Auskultasi : mengkaji kondisi paru – paru dan rongga pluera. (Mohammad Jauhar, 2013 :
205)
Sistem Kardiovaskular
Inspeksi : ketidak normalan denyut atau dorongan
Palpasi : terdapat nyeri tekan saat jantung kekurangan suplai oksigen.
Perkusi : untuk mengetahui ukuran dan posisi jantung.
Auskultasi : Takikardia dan bising jantung menggabarkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat. Bunyi jantug murmur sistolik. (Arif Muttaqin, 2012 : 401)
Sistem Persyarafan
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkontraksi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah;parestesia tangan atau kaki ; klaudikasi. Sensasi menjadi dingin.
(Mohammad Jauhar, 2013 : 206)
Sistem Perkemihan
Inspeksi : kaji adanya penggunaan condom kateter, folleys kateter. Dan kaji pola BAK,
output/jumlah urine selama 24jam, warna, dan kekeruhan.
Palpasi : kaji adanya distesi bladder pada pasien penderita anemia. (Mohammad Jauhar,
2013 : 206)
Sistem Pencernaan
Inspeksi : pada pasien anemia kaji keadaan umum abdomen à ukuran, kontur, dan warna
kulit.
Palpasi : lakukan palpasi abdomen untuk menentukan lemah, keras atau distensi, adanya
nyeri tekan, dan adanya massa atau asites.
Auskultasi : lakukan asukultasi abdomen untuk menentukan adanya bising usus pada
pasien.
Dalam pemeriksaan feses terdapat darah, Adanya penurunan berat badan. Penurunan
intake nutrisi disebabkan karena anoreksia, nausea, konstipasi atau diare, serta stomatitis
(sariawan lidah dan mulut). (Arif Muttaqin, 2012 : 401)
Sistem Integument
Inspeksi : Pucat pada membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan
mengalami jaundice/hiperbilirubinemia, pada pasien kulit hitam, pucat tampak sebagai
keabu – abuan) kulit seperti berlilin, pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Kuku
mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koikologika).
Palpasi : meraba suhu kulit, tekstur, dan turgor kulit. (Mohammad Jauhar, 2013 : 205)
Sistem Muskulosskeletal
Klien mengalami nyeri tulang ( Mieloma multipel), kelemahan dalam melakukan segala
aktivitas fisik. (Arif Muttaqin, 2012 : 401)
Sistem Endokrin
Gejala: tidak ada gejala seperti intoleransi terhadap panas atau dingin, keringat berlebih
dan haus dan lapar berlebihan. (Mohammad Jauhar, 2013 : 206)
Sistem Reproduksi
Pada pasien penderita anemia biasanya terjadi perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore (DB). Hilangnya libido (pria dan wanita) Impoten. (Mohammad
Jauhar, 2013 : 206)
Sistem Pengindraan
Inpeksi : Mata Simetris, warna sklera biru atau seperti mutiara, konjungtiva anemis.
Palpasi : Pada pasien anemia tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan. (Mohammad
Jauhar, 2013 : 206)
Sistem Imun
Gejala: Pasien dengan anemia akibat pecahnya pembuluh darah atau dikarenakanan
kecelakaan yang merupakan infeksi yang terjadi secara kebetulan (Mohammad Jauhar,
2013)
Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Mohammad Jauhar, 2013 : 204-205) Pemeriksaan laboratorium hematologis
dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
Tes Penyaring
Tes ini dikerakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Denga pemeriksaan ini,
dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini
meliputi pengkajian pada komponen – komponen berikut ini à kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, (MCV, MCV, dan MCHC), apusan darah tepi.
Pemeriksaan Rutin
Merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sistim leukosit dan trombosit.
Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hiting deferensial, dan
hitung retikulosit.
Pemeriksaan Sum – sum Tulang
Pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan
diagnosis definitif meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sum – sum tulang.
Pemeriksaan Atas Indikasi Khusus
Pemeriksaan ini akan dilakukan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga
fungsinya adalah untuk menginformasi dugaan diagnosis tersebut.
Pemeriksaan tersebut memiliki komponen berikut ini :
1. Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi tranferin, dan feritin serum.
2. Anemia megaloblastik : asam folat darah/aritrosit, vitamin B12.
3. Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesisi Hb.
4. Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksan sitokimi. (Mohammad
Jauhar, 2013 : 204-205)
5. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam urat,
faal hati, biakan kuman.
6. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
7. Pemeriksaan sitogenetik
8. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR à polymerase chain raction, FISH à
flourescence in situ hybridization) (Nurarif, 2015 : 37)
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya menurut (Nurarif, 2015 : 38)
Diagnosa Keperawatan
Menurut (PPNI, 2017) diagnosa keperawatan anemia yang muncul antara lain :
Perfusi perifer tidak efektif
A. Definisi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu matabolisme tubuh.
B.Penyebab
1. Hiperglikemia
2. Penuruna konsentrasi hemoglobin
3. Peningkatan tekanan darah
4. Kekurangan volume cairan
5. Penurunan aliran arter dan/atau vena
6. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. Merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas, asupan garam imobilitas)
Kurang terpapar imformasi tentang proses penyakit (mis. Diabetes militus,
hiperlipidemia)
7. Kurang aktivitas fisik
Objektif
Pengkajian
Ajarkan pasien dan keluarga untuk menghindari melakukan manufer valsalva (jangan
mengedan saat defikasi).
Jelaskan pembatasan asupan kafein, natrium, kolesterol, dan lemak.
elaskan alasan untuk makan porsi sedikit tapi sering.
Aktivitas Kolaboratif
Berikan obat berdasarkan program atau protocol (obat-obatan analgesic, antikoagulan,
nitrogliserin, vasodilator, dioretik, dan inotropikpositif dan obat kontraktilitas).
(Wilkinson, 2013 : 810-816)
Pengkajian
Kaji tingkat kemampuan pasian untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI.
Kaji respon emosi, social, dan spiritual terhadap aktifitas.
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas.
Menejemen Energi (NIC)
Tentukan penyebab keletihan
Pantau respon kardiorespiatori terhadap aktifitas
Pantau respon oksigen pasien
Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat
Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam
Penyuluhan untuk Pasien/keluarga
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen waktu untuk mencegah
kelelahan.
Aktivitas Kolaboratif
Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi fisik atau rekreasi untuk merencanakan dan
memantau progam aktivitas
Untuk pasien ang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan jiwa di rumah.
Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan
perawatan rumah, jika perlu.
Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan
yang kaya energy.
Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihanberhubugan dengan penyakit
jantung. (Wilkinson, 2013 : 26-29)
Pengkajian
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidak adekuatan asupan protein atau kehilangan protein misalnya pasien
anoreksia nervosa atau pasien penyakit glomerular
Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulus nafsu makan, makan pelengkap, pemberian
makan memalui selang, atau nutrisi parenteral total agar total asupan kalori yang adekuat
dapat dipertahankan.
Rujuk kedokter untu menentukan penyebab gangguan nutrisi.
Rujuk keprogam gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau
menyiapkan makanan yang adekkuat.
Manejemen nutrisi(NIC): tentukan, dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi jika
diperlukan, jumlah kalori dan jenis zatgizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi (khususnya untuk pasien dengan kebutuhan energy tinggi, seperti pasien
pascabedah dan luka bakar, trauma, demam, dan luka). (Wilkinson, 2013 : 506-508)
Defisit Perawatan Diri Makan (Wilkinson, 2013 : 655-656)
Tujuan
Menunjukan perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari hari (AKS), dibuktikan oleh
indikator (makan).
Kriteria Hasil
Menerima suapan dari pemberi asuhan.
Mampu makan secara mandiri.
Mengungkapkan kepuasan makan dan terhadap kemampuan untuk makan sendiri.
Menunjukan asupan makanan dan cairan yang adekuat
Menggunakan alat bantu adaptif untuk makan.
Membuka wadah makan dan menyiapkan makanan.
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
Rujuk pasien dan keluarga pada layanan social untuk mendapatkan layanan bantuan
kesehatan dirumah.
Gunakan terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dalam perencanaan tindakan perawatan
pasien.
Deficit perawatan diri: makan (NIC) : lakukan tindakan untuk meredakan rasa nyeri
sebelum makan. (Wilkinson, 2013 : 655-656)