Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORAGIC FIVER ( DHF)

LOGO

DISUSUN OLEH

NAMA INSTITUSI
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORAGIC FIVER ( DHF)

1. Konsep Dasar Dhf


A. Definisi

Dengue hemorrhagic fever disingkat DHF adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan plasma
yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. (Nurarif & Kusuma 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh
Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017).

B. Etiologi
C. Klasifikasi

Menurut derajat ringannya penyakit, dengue haemoragic fever (dhf) dibagi


menjadi 4 tingkat yaitu

1. Derajat 1
Panas 2-7 hari, gejala umum tidak khas, uji tourniquete hasilnya positif
2. Derajat II
Sama dengan derajat I ditambah dengan gejala gejala pendsrahan spontan
sperti ptekia, ekimosa, epistaksis, hemateemesis, melena perdarahaan gusi.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan perdarahan darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120x/menit) tekanan nadi sempit (<20 mmhg) tekanan
darah menurun (120/80 mmhg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmhg
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur ( denyut jantung 140mmhg)
anggota gerak dingin, berkeringat dan kulit tampak biru ( arief masjoer , 2017)
D. Patways

Virus dengue

Beredar mll
aliran darah

Infeksi virus
dengue

DHF

Proses inflamasi
Aktifasi sistem komplemen Hipoksia
jaringan

Pengeluaran Pelepasan Peningkatan permebilitas Kekurangan


prostaglandin mediator kimia membran energi

Peningkatan kerja Menekan free Agresi trombosit


thermostat kelemahan
nerve ending

Trombosit vaskuler
Peningkatan suhu Nyeri otot/sendi berkurang MK:
tubuh Intoleransi
aktifitas
Trombositopeni
MK: Nyeri Akut
MK: Hipertermia
Ptekia,
hemtemesis

MK: Resiko
perdarahan
E. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, terjadi viremia yang ditandai dengan
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal disekitar tubuh, hiperemia di
tenggorokan, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit, selain itu kelainan dapat
terjadi pada sistem retikula endotetial, seperti pembatasan kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler ehingga cairan
keluar dari intraseluler ke ekstraseluler. Akibatnya terjadi pengurangan volume
plasma, penurunan tekanan darah, hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Plasma meembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau kurang. Bila renjatan hipopolemik yang terjadi akibatkehilangan
plasma tidak segera diatasi, maka akan terjadi anorekma jaringan, asidosis
metabolik, dan kematian.
F. Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinik yang terjadi pada pasien dhf meliputi (Wijaya,2017) :
1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam
kulit , terdapat masa laten yang berlangsung 4 – 5 hari diikuti oleh demam ,
sakit kepala dan malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya
demam, gejala- gejala klinik yang tidak spesifik misalnya, anoreksia, nyeri
punggung, nyeri tulang dan persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya.
3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif, mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Selain itu juga dapat
dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi, hematomesis dan melena.
4. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak
yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal, harus diperhatikan kemungkinan akan
terjadinya renjatan pada penderita.
5. Renjatan ( syok )
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita ,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab , dingin
pada ujung hidung , jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut.
Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis
yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat , kecil bahkan sering tidak teraba.
Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg.
6. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum , muntah – muntah , diare maupun obstipasi dan kejang –
kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan
terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Nur arif ( 2017) menjelaskan bahwa Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
asien dhf adalah:
1. Pemeriksaan labolatorium:
a. Ig.G dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat
d. Hemikonsentrasi
e. Hasil pemeriksaan kimia darah mennjukkan: hipoproteinemia,
hiponatremia, danhipokalemia
f. Pada hari kedua ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
g. SGOT darah meningkat
h. Waktu perdarahan memanjang
i. Paa pemeriksaaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik
2. Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran literantibodi pasien dengncara haemaglutination
nibitron test ( HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen
3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antaara lain foto thorax mungkin
dijumpai pleural effusion, pemeriksaan usg hepatomegali dan splenomegali
H. Komplikasi

Fatiha (2017) memaparkan Adapun komplikasi dari dhf diantaranyaa:

1. Perdarahan luas
2. Shock
3. Effise pleura
4. Penurunan kesadaran
I. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
Adapaun penatalaksaan yang perlu dilakukan pada pasien dhf menurut Sari
(2017) yaitu:
1. Penatalaksanaan medis
a. DHF tanpa renjatan
1) Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
2) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak
kurang dari 1 tahun dosis
3) 50mg IM dan untuk anak lebih dari satu tahun 75 mg IM .jika 15 menit
kejang belum teratasi ,Diberi lagi
4) luminal dengan dosis 3mg anak kurang dari 1 th dan pada anak lebih
dari 1 th
5) diberikan 5 mg/kg berat anak
6) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan renjatan
1) Pasang infus
2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander
3) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Keperawatan
a. Pengawasan tanda 2 tanda vital secara kontinue tiap jam
b. Pemeriksaan Hb, Ht, trombosit tiap 4 jam
c. Observasi intake : output
d. Resiko perdarahan
e. Observasi perdarahan
f. Banyak,Warna dari perdarahan
g. Pasang ngt pada pasien perdarahan traktus gastro intestinal
h. Monitor suhu tubuh Observasi ukur secara periodik Beri minum banyak
2. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan


hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).

1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena
atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu
makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
8. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan
menurun.
2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria
3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya berkurang.
4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk
Aedes aegypty
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut :
1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab
2) Kuku sianosis atau tidak
3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis
pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering ,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade
II,III,IV).
4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),
rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly dan
asites
6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.

B. Pemeriksaan Diagnostik
Wijaya ( 2017) menjelaskan bahwa Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
asien dhf adalah:
1. HB dan PVC meningkat (≥20%)
2. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
3. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
4. Ig. D dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia
6. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 renda
8. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
C. Diagnosa
Diagnosa yang sering muncul pada kasus dhf:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan D.0056
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi D.0012
D. Rencana Keperawatan

NO diagnosa tujuan dan kriteria intervensi keperawatan


keperawatan hasil
1 Hipertermia setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
berhubungan tindakan keperawatan (I.15506)
dengan proses masalah teratasi Observasi
penyakit dengan kriteria hasil: 1. Identifkasi penyebab
D.0130 termoregulasi hipertermi (mis.
membaik L.14134 dehidrasi terpapar
- Pucat menurun lingkungan panas
- Suhu tubuh penggunaan incubator)
membaik 2. Monitor suhu tubuh
- Suhu kulit 3. Monitor kadar elektrolit
membaik 4. Monitor haluaran urine
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
2 Nyeri akut setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I. 08238)
berhubungan tindakan keperawatan
Observasi
dengan agen masalah teratasi
1. lokasi, karakteristik,
pencedera dengan kriteria hasil:
durasi, frekuensi,
fisiologis tingkat nyeri menurun
L.08066 kualitas, intensitas nyeri
D.0077
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon nyeri
2. Gelisah non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik

1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi

3. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
4. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
5. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
6. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Intoleransi setelah dilakukan Manajemen Energi (I. 05178)
aktifitas tindakan keperawatan
berhubungan masalah teratasi
Observasi
dengan dengan kriteria hasil:
D.0056
1. Identifkasi gangguan
tolerasi aktifitas
fungsi tubuh yang
L.05178
mengakibatkan
1. Keluhan lelah kelelahan
menurun 2. Monitor kelelahan fisik
2. Dispnea dan emosional
menurun 3. Monitor pola dan jam
tidur
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi

1. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4 Resiko setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
perdarahan tindakan keperawatan Observasi:
berhubungan masalah teratasi 1. Monitor tanda dan
dengan dengan kriteria hasil: gejala perdarahan
gangguan tingkat perdarahan 2. Monitor nilai
koagulasi L.02017 hemoglobin/hematokrit
D.0012 1. Kelembaban sebelum dan setelah
membran kehilangan darah
mukosa 3. Monitor koagulasi
meningkat Edukasi
2. Suhu tubuh 1. Jelaskan tanda dan
membaik gejala perdarahan
2. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan untuk
menghindari konstipasi
Kolaborasi
1. Anjurkan pemberian
produk darah, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nor Vikri. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Dengan Dengue
Haemorhagic Fever ( Dhf ) Di Rumah Sakit. Samarinda. http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/283/1/Untitled.pdf.

Ali. 2016. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Asri, Khanitta Nuntaboot, and Pipit Festi Wiliyanarti. 2017. “Community Social Capital on
Fi Ghting Dengue Fever in Suburban Surabaya , Indonesia : A Qualitative Study.”
International Journal of Nursing Sciences 4(4): 374–77.

Candra, Aryu. 2017. “Dengue Hemorrhagic Fever : Epidemiology , Pathogenesis , and Its
Transmission Risk Factors.” 2(2): 110–19.

Pangaribuan, Anggy. 2017. “Faktor Prognosis Kematian Sindrom Syok Dengue.” 15(5).

Pare, Guillaume et al. 2020. “Genetic Risk for Dengue Hemorrhagic Fever and Dengue Fever
in Multiple Ancestries.” EBioMedicine 51: 102584.
https://doi.org/10.1016/j.ebiom.2019.11.045.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai