Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DHF PADA ANAK

Oleh :

Novia Lizadari, S.Kep


NIM: 2311149011036

PRECEPTOR AKADEMIK PRECEPTOR KLINIK

( Ns. Aulia Putri, M.Kep ) ( Ns. Asria Sari, S.Kep )

PROGRAM STUDI PROFESI


UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR
BUKITTINGGI
2023/2024
I. KONSEP DASAR DHF

A. Pengertian

1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)

2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat,
2006)

3. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)

4. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001,hal 57)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti
berbentuk batang, stabil pada suhu 37 0 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam
berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih


2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak
mandi, tempayan vas bunga.

C. Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dimana
virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus masuk
ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas
pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh
darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan factor
koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan
plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah
mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup
mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.

Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis
jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan
semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-
paru sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi
pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem
gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.

Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja
hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena
hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut
menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali,
dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi
abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen
atau melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan
derajat I,II,III, dan IV.

PATHWAY

Etiologi Nyamuk Aedes Aegypti


dengan virus dengue

Mengigit manusia

Virus Dengue masuk dalam


aliran darah

Terjadi veremia

Depresi sumsum
Suhu tulang
Nyeri Hepatomegali
meningkat
otot
Trombosit
Hipertermi
menurun
malaise

Keringat Anoreksia Trombositopenia


berlebihan
Gangguan rasa Kekurangan
volume Pendarahan
Mual, nyaman
Dehidrasi cairan tubuh
muntah

Hipovolemia
Perubahan
Defisit nutrisi kurang
Resiko syok
volume dari kebutuhan
tubuh
Syok
D. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi
4 golongan, yaitu :
- Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
- Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), kulit
dingin dan lembab serta gelisah.
- Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur.
Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
- Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perarahan adalah uji tornoquet positif
- Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan /atau
perdarahan lain.
- Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
- Gejala 4: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

E. Manifestasi Klinis
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan apabila semua
hal dibawah ini dipenuhi:
a. Demam: Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama
2 – 7 hari
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
1) Uji torniquet positif
2) Petekie, purpura, ekimosis,
3) Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi berdarah), saluran cerna,
tempat bekas suntikan.
4) Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ mm3
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1) Peningkatan nilai hematokrit  20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
2) Penurunan nilai hematockit  20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura

Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan


infeksi dengue, yaitu:

1. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi


Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di
belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai
bercak merah di kulit.
2. Hari 4 – 5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi
kesembuhan. Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue
Shock Syndrome”
3. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap
penyembuhan.
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
- Hb dan PCV meningkat (> 20%)
- Trombositopenia (< 100.000 /mm3)
- Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
- Protein darah rendah
- Ureum dan PH bisa meningkat
- NA dan CL rendah
- Serologi: HI (hemaglutination inhibition test).
2) Rontgen thorax : Merupakan data penunjang untuk mengetahui
kemungkinan dijumpainya efusi pleura
3) Uji test tourniquet (+)
4) USG: untuk mengetahui adanya hepatomegali dan splenomegali.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan
pada derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg
BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama
diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan
dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut:
- 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
- 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
b. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
c. Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
d. Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg
BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan
berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk.
b. Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 10
ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24
jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan
tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan
cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam
jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
c. Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan
plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg
/kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
3. Derajat IV
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
b. Apabila keadaan tekanan darah memburuk maka harus dipasang. 2
saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan
satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/jam selam 1 jam,
c. Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander
20 ml/kgBB/jam,
d. Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
e. Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan
perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya
dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul,
2008).
H. Komplikasi
1. Syok
Pada DHF derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan
banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi
cairan intravaskuler.
2. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh
adanya deposit bilirubin.
3. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari DHF apabila terjadi
Dengue Shock Syndrome (DSS) yang akan berakibat kepada kematian.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah
Dengue menurut Nursalam 2005 adalah:
a. Biodata / Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang
DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit
yang pernah diderita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas and ban bekas.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
- Hb dan PCV meningkat (≥20%).
- Trombositopenia (≤100.000/mm3).
- Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
- Ig.D.dengue positif.
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
- Urium dan PH darah mungkin meningkat.
- Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO3 rendah.
- SGOT/SGPT memungkinkan meningkat
b. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
4. Risiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun
c. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
SIKI
SLKI

Hipertermia Setelah dilakukan Fever Treatment: Fever Treatment


berhubungan tindakan
a. Monitor tanda – a. Tanda-tanda vital
dengan keperawatan
tanda vital merupakan acuan
proses selama 3 x 24
b. Anjurkan klien untuk
infeksi virus jam, pasien akan :
untuk banayk mengetahui
dengue
- Menunjukkan minum air 1500 keadaan
suhu tubuh – 2000ml/ hari umum pasien.
dalam rentang (sedikit tapi b. Peningkatan suhu
normal. sering) tubuh
- TTV normal. c. Anjurkan klien
akan
menyebabkan
untuk penguapan tubuh
melonggarkan meningkat
pakaian sehingga
menggunakan perlu
baju diimbangi
dengan
yang menyerap
keringat asupan
d. Beri kompres cairan
hangat pada
bagian (Paha yang banyak.
dan aksila dan di c. Pakaianyang
abdomen ). tipis
e. Kolaborasi menyerap
dalam keringat dan
pemberian terapi membantu
obat dan cairan mengurangi
. penguapan tubuh
akibat
dari peningkatan
suhu dan dapat
terjadi konduksi.
d. Kompres hangat
dapat
mengembalikan
suhu
normal
memperlancar
sirkulasi.
e. Dapat
menurunka
n demam
Kekurangan Setelah dilakukan Fluid Management
volume tindakan
a. Monitor a. Mengetahui
cairan keperawatan
tanda- tanda deng
berhubungan selama ... x 24 vital. an
b. Kaji input dan
cepat
penyimpangan dari
dengan jam, pasien akan : output cairan. keadaan
pindahnya c. Observasi normalnya.
- Menunjukkan
cairan adanya tanda- b. Mengetahui
keseimbangan
intravaskuler tanda syok balance cairan dan
elektrolit dan
ke ekstra d. Anjurkan klien elektrolit
asam basa
vaskuler untuk banyak dalam
- Menunjukkan
minum. tubuh/homeostatis.
keseimbangan
e. Kolaborasi c. Agar dapat segera
cairan
dengan dilakukan tindakan
- Turgor kulit
dokter dalam jika terjadi syok
baik
pemberian d. Asupan cairan
- Tanda-tanda
cairan IV sangat diperlukan
vital dalam
untuk menambah
batas normal
volume cairan
tubuh
e. Pemberian cairan
IV sangat penting
bagi klien yang
mengalami defisit
volume cairan
untuk memenuhi
kebutuhan cairan
klien.
Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management Pain Management
berhubungan tindakan
a. Lakukan a. Mengetahui nyeri
dengan keperawatan
pengkajian yang dialami
proses selama ... x 24
nyeri secara pasien sehingga
patologis jam, pasien akan :
kompherensif. perawat dapat
penyakit.
- Dapat b. Kaji faktor- menentukan cara
mengontrol faktor yang mengatasinya.
nyeri mempengaruhi reaksi b. Dengan
- Mengetahui pasien mengetahui faktor-
tingkat nyeri terhadap nyeri. faktor tersebut
- Ekspresi c. Berikan posisi maka perawat
wajah rileks. yang nyaman dapat melakukan
dan ciptakan suasana intervensi yang
ruangan yang tenang. sesuai dengan
d. Berikan masalah klien.
suasana c. Posisi yang
gembira bagi pasien. nyaman dan situasi
yang tenang dapat
Analgetic
membuat perasaan
Administration
yang nyaman pada
e. Berikan pasien.
analgesik sesuai d. Dengan suasana
tipe dan gembira pasien
beratnya nyeri . dapat sedikit
me- ngalihkan
perhatiannya
terhadap nyeri.

Analgesic
Administration

e. Obat analgesik
dapat menekankan
rasa nyeri.

Risiko syok Setelah dilakukan Shock Prevention Shock Preventiom


(hipo- tindakan
a. Monitor keadaan a. Memantau kondisi
volemik) keperawatan
umum klien selama masa
berhubungan selama ... x 24 klien. perawatan
dengan jam, pasien akan : b. Observasi terutama saat
perdarahan tanda- terjadi perdarahan
- TTV dalam
yang tanda vital sehingga tanda pra
batas normal
berlebihan, c. Monitor input syok, syok dapat
- Natrium
pindahnya dan output ditangani.
serum, kalium
cairan pasien b. Tanda vital dalam
serum,
intravaskuler d. Anjurkan pada batas normal
kalsium
ke ekstra- pasien atau menandakan
serum,
vaskuler keluarga untuk keadaan umum
magnesium
segera melapor klien baik
serum dalam
jika ada tanda- c. Mengetahui
batas normal.
tanda balance cairan dan
- Hematokrit
perdarahan. elektrolit dalam
dalam batas
d. Keterlibatan
normal Shock Management
keluarga untuk
e. Cek segera melaporkan
hemoglobin, jika terjadi
hematokrit, perdarahan
trombosit terhadap pasien
f. Monitor gas sangat membantu
darah dan tim perawatan
oksigenasi untuk segera
melakukan
tindakan yang
tepat

Shock Management

e. untuk acuan
melakukan tindak
lanjut terhadap
perdarahan.
f. Untuk mengetahui
adanya asidosis
metabolik.

Ketidak- Setelah dilakukan Nutrition Nutrition


seimbangan tindakan Management Management
nutrisi keperawatan
a. Monitor a. Memudahkan
kurang dari selama ... x 24
keadaan umum Suntuk intervensi
kebutuhan jam, pasien akan:
klien selanjutnya
tubuh
- Menunjukka b. Beri makanan b. Merangsang nafsu
berhubungan
n kebutuhan sesuai makan klien
dengan
nutrisi kebutuhan sehingga klien
intake
terpenuhi. tubuh klien. mau makan.
nutrisi yang
- Mem- c. Anjurkan orang c. Makanan dalam
tidak
perlihatkan tua klien untuk porsi kecil tapi
adekuat
adanya selera memberi sering
akibat mual
makan makanan sedikit memudahkan
dan nafsu
tapi sering. organ pencernaan
makan yang
d. Anjurkan orang dalam
menurun
tua klien metabolisme.
memberi makanan d. Makanan dengan
TKTP dalam bentuk komposisi TKTP
lunak berfungsi
membantu
Nutrition
mempercepat
Monitoring
proses
e. Timbang berat penyembuhan.
badan klien tiap
Nutrition
hari.
Monitoring
f. Monitor mual
dan muntah e. Berat badan
merupakan salah
pasien satu indicator
pemenuhan nutrisi
berhasil.
f. Untuk mengetahui
status nutrisi
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia). Jakarta: Jagarsa

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Suriadi dan Rita Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai