Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP TN.W DENGAN DENGUE HAEMORRHAAGIC


FEVER DI RANAP MANGGIS RSUD CENGKARENG

Disusun Oleh :
OCTAVIANI ELPA RESI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2022
A. DEFINISI
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae.
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau
Aedes albopictus (KEMENKES RI, 2018).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri
otot dan sendi(Wijayaningsih 2017).
Demam dengue/DHF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok.
B. KLASIFIKASI
1. Derajat 1 (ringan)
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji turniket
2. Derajat 2 (sedang)
Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada kulit dan atau perdarahan lainnya
3. Derajat 3
Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
4. Derajat 4
Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur
C. ETIOLOGI
1) Virus dengue
Penyebab DHF adalah Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk
Aedes (Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty). Virus dengue ini termasuk dalam
kelompok arbovirus golongan B tergolong dalam family Flavividae berdiameter 40
nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney)
maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. Dikenal ada 4 serotif,
Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II,
sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh
diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC. Keempat serotif tersebut telah
di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak
2) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes
aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak
ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus
dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti
merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan
(rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang
biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon
di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes
Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang
hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari
3) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta

D. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis penyakit DHF bias ditegakkan jika ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-
7 hari.
b. Manifestasi perdarahan :
➢ Uji turniket (Rumple leede) positif berarti fragilitas kapiler meningkat. Dinyatakan
positif apabila terdapat >10 petechie dalam diameter 2,8cm (1 inchi persegi)
dilengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti
➢ Petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis
➢ Trombositopenia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya
ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.
➢ Monokonsentrasi yaitu meningkatnya hematocrit, merupakan indicator yang peka
terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan berulang secara
periodic. Henaikan hematocrit 20% menunjang diagnosis klinis DHF (Masriadi,
2017).
E. PATHWAY

Virus Dengue

Reaksi antigen – antibody Viremia

Mengeluarkan zat mediator


vasodilatasi Mengeluarkan mual Merangsang
pembuluh darah zat mediator saraf simpatis
Peningkatan permeabilitas otak
dinding pembuluh darah
Merangsang
kebocoran Sakit kepala hipotalamus Diteruskan ke
plasma anterior ujung saraf
bebas
hematokrit darah berpindah Nafsu makan
Trombositopenia ke ektravaskuler Suhu menurun
tubuh
Nyeri
otot
Hemokonsentrasi Kekurangan
Risiko perdarahan volume cairan Intake
inadekuat

Hipertermi Nyeri akut


Risiko Syok hipovolemik

Ketidakseimbangan
nutrisi
Kematian Hospitalisasi

Cemas
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada DHF menurut Nur Wakhidah (2015) yaitu:
1) Dehidrasi sedang sampai berat.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan.
3) Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus menerus
Selain itu komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan:

1) gagal nafas
2) gangguan pada elektrolit
3) gula darah menurun
4) kadar natrium
5) kalsium juga menurun
6) serta dapat mengakibatkan gula darah diatas normal atau mengalami
peningkatan (Jannah, 2019).

G. PENATALAKSANAAN
Pada pasien DHF terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul. Masalah yang
muncul dapat ditemukan pada saat pengkajian. Pada umumnya masalah yang ada pada pasien
DHF yakni demam tinggi disertai menggigil. Pada pasien demam dapat dilakukan pemberian
kompres hangat untuk menurunkan demam. Selain itu pasien DHF juga mengalami kekurangan
volume cairan dikarenakan demam karena pindahnya cairan interavaskuler ke ekstravaskuler.
Pada pasien DHF yang mengalami kekurangan volume cairan, tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan yaitu mengganti cairan yang hilang dengan meningkatkan asupan secara oral
misalnya makan dan minum air yang cukup, pemberian oralit serta pemberian cairan secara
parenteral

Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Fokus pengobatan pada penderita penyakit DHF:
1) mengatasi perdarahan
2) mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula
sirup atau susu)
3) Penambahan cairan tubuh melalui infus intravena mungkin diperlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan
4) Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
1) Paracetamol membantu menurunkan demam
2) Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
3) Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder

H. PENCEGAHAN
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1) Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF
2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. 2.1.8.4 Mengusahakan
pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

➢ Menggunakan insektisida
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue
adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk
membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan
pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate
SG 1 % per 10 liter air
Pencegahan Biologis : Memelihara ikan
Pencegahan Kimia : Abate, Larvasida
➢ Tanpa insektisida Caranya adalah:
a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal
1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari)
b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.Membersihkan halaman
rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain adalah
(Wijayaningsih 2017) :
1) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF
merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
➢ Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.
➢ Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi.
➢ Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT, SGOT,
ureum dan Ph darah mungkin meningka
2) Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah
infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi
reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau
tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi
biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen dengan flouresens,
radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer
dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan
aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang
bermanifestasi dengan gejala klinik
3) Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah
angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
4) Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang paling
spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan metode plague reduction
neutralization test (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan
batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
5) Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI). Dan
bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi
adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
6) Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade
II) di dapatkan efusi pleura.

Anda mungkin juga menyukai