Disusun Oleh :
OCTAVIANI ELPA RESI
D. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis penyakit DHF bias ditegakkan jika ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-
7 hari.
b. Manifestasi perdarahan :
➢ Uji turniket (Rumple leede) positif berarti fragilitas kapiler meningkat. Dinyatakan
positif apabila terdapat >10 petechie dalam diameter 2,8cm (1 inchi persegi)
dilengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti
➢ Petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis
➢ Trombositopenia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya
ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.
➢ Monokonsentrasi yaitu meningkatnya hematocrit, merupakan indicator yang peka
terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan berulang secara
periodic. Henaikan hematocrit 20% menunjang diagnosis klinis DHF (Masriadi,
2017).
E. PATHWAY
Virus Dengue
Ketidakseimbangan
nutrisi
Kematian Hospitalisasi
Cemas
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada DHF menurut Nur Wakhidah (2015) yaitu:
1) Dehidrasi sedang sampai berat.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan.
3) Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus menerus
Selain itu komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan:
1) gagal nafas
2) gangguan pada elektrolit
3) gula darah menurun
4) kadar natrium
5) kalsium juga menurun
6) serta dapat mengakibatkan gula darah diatas normal atau mengalami
peningkatan (Jannah, 2019).
G. PENATALAKSANAAN
Pada pasien DHF terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul. Masalah yang
muncul dapat ditemukan pada saat pengkajian. Pada umumnya masalah yang ada pada pasien
DHF yakni demam tinggi disertai menggigil. Pada pasien demam dapat dilakukan pemberian
kompres hangat untuk menurunkan demam. Selain itu pasien DHF juga mengalami kekurangan
volume cairan dikarenakan demam karena pindahnya cairan interavaskuler ke ekstravaskuler.
Pada pasien DHF yang mengalami kekurangan volume cairan, tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan yaitu mengganti cairan yang hilang dengan meningkatkan asupan secara oral
misalnya makan dan minum air yang cukup, pemberian oralit serta pemberian cairan secara
parenteral
Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Fokus pengobatan pada penderita penyakit DHF:
1) mengatasi perdarahan
2) mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula
sirup atau susu)
3) Penambahan cairan tubuh melalui infus intravena mungkin diperlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan
4) Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
1) Paracetamol membantu menurunkan demam
2) Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
3) Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
H. PENCEGAHAN
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1) Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF
2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. 2.1.8.4 Mengusahakan
pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
➢ Menggunakan insektisida
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue
adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk
membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan
pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate
SG 1 % per 10 liter air
Pencegahan Biologis : Memelihara ikan
Pencegahan Kimia : Abate, Larvasida
➢ Tanpa insektisida Caranya adalah:
a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal
1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari)
b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.Membersihkan halaman
rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain adalah
(Wijayaningsih 2017) :
1) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF
merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
➢ Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.
➢ Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi.
➢ Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT, SGOT,
ureum dan Ph darah mungkin meningka
2) Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah
infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi
reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau
tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi
biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen dengan flouresens,
radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer
dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan
aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang
bermanifestasi dengan gejala klinik
3) Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah
angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
4) Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang paling
spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan metode plague reduction
neutralization test (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan
batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
5) Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI). Dan
bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi
adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
6) Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade
II) di dapatkan efusi pleura.