Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DANGUE (DBD)

NAMA : AMALIA NAFISSATUL M.


NIM : 20020005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dangue

1.1 Pengertian
Demam berdarah dangue merupakan penyakit virus yang ditularkan oleh
nyamuk. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies
Aedes Aegypti. Demam berdarah tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan
variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, kelembaban
relatif dan urbanisasi cepat yang tidak direncanakan. [ CITATION WHO21 \l 1057 ]
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa
demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi
Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus.[CITATION ten20 \l 1057 ]
Demam berdarah dangue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus
dangue. Dangue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes
Aegypti, nyamuk yang paling cepat berkembang didunia telah menyebabkan
hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. [ CITATION Pus18 \l 1057 ]

1.2 Etiologi
Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes Aegypti.
Nyamuk penular dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. [ CITATION Pus18 \l 1057 ]
Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda termasuk genus
Flavivirus dan family Flaviviridae. Dan dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :
a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan
yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan
antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak
dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain.
[ CITATION ten20 \l 1057 ]

1.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah :
a. Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang
sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.00/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
c. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab

1.4 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, histamin) terjadinya peningkatan suhu.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah
yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke
intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi
akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan
virus. [ CITATION ten20 \l 1057 ]
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani
maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata
5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati atau hepatomegali.
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler.
Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
syok.
Hemokonsentrasi atau17 peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Adanya kebocoran
plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan cairan yang
tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan
perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan
intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi
edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis
dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. [ CITATION ten20 \l 1057 ]

1.5 Pathway/WOC
(terlampir)
Gigitan nyamuk Aedes aygpty

Masuknya virus dangue kedalam tubuh

Defisit
Kontak dengan antibody Kurang informasi
Pengetahuan

Virus bereaksi dengan antibody

Terbentuknya kompleks virus antibody MRS stress hospitalisasi Ansietas

Breath Blood Brain Bladder Bowel Bone

mengaktifkan agregasi trombosit pelepasan neuro aktivasi C3 dan C5 aktivasi C3 dan C5 cairan pindah

sistim komplemen kerusakan metamor- transmiter permibilitas dinding hepato-splenomegali ke ekstra

aktivasi C3 & C5 fosis trombosit pelepasan mediator pembuluh darah mendesak lambung vaskuler

pelepasan anafilatiksim trombositopenia nyeri plasma menghilang HCL O2 ,

permibilitas dinding melalui endotel mual muntah & nutrisi


Risiko Nyeri
Perdarahan Akut
pembuluh darah pembuluh darah nafsu makan metabolisme

plasma hilang me- kebocoran plasma masukan nutrisi lemah, pusing,


lalui endotel pembuluh (ke ekstravaskuler) nadi & nafas

darah aktivasi C3 dan C5 virus masuk ke syok Defisit


Nutrisi Intoleransi
Aktivitas
kebocoran plasma permibilitas dinding pembuluh darah penurunan sirkula-

(ke ekstra seluler) pembuluh darah menstimulasi host si ginjal

Penumpukan cairan plasma menghilang inflamasi

pada pleura melalui endotel meningkatkan “set point”

Pola Nafas pembuluh darah pada pusat termoregulasi


Tidak Efektif
kebocoran plasma Hipertermia

ke ekstravaskuler

Risiko Syok Hipovolemia


1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
Darah lengkap untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit.
2. Uji Serologi
Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas
timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi.
3. Uji Hambatan Hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran IgM dan IgG berdasarkan
pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi
hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
hemaglutinasi inhibitor (HI).
4. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Menggunakan metode plague reduction neutralization test (PRNT).
5. Uji ELISA anti dengue
Mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI).
6. Rontgen Thorax
Pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura.

1.7 Diagnosa Banding


Diagnosis banding selama fase akut menurut National Centre for
Biotechnology Information[ CITATION NCB17 \l 1057 ] :
1. Demam Dengue
2. Campak
3. Rubella
4. Influenza
5. Demam Tiroid
6. Malaria
7. Demam Cikungunya
8. Leprtospirosis
9. Infeksi virus,bakteri, dan jamur [ CITATION WHO21 \l 1057 ]
1.8 Komplikasi
1. Syok
2. Asidosis metabolik
3. Perdarahan hebat akibat Koagulasi intravaskular diseminata
4. Kegagalan multiorgan seperti disfungsi hati dan ginjal.
5. Kongesti paru akut
6. Gagal jantung
7. Edema paru
8. Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia dan kadang-
kadang, hiperglikemia. [ CITATION WHO \l 1057 ]

1.9 Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian
permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga
diberikan obat penurun panas. [ CITATION ten20 \l 1057 ]
Penatalaksanaan DBD yaitu [ CITATION NCB17 \l 1057 ] :
1) Berikan banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan
diare.
2) Berikan parasetamol bila demam.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh
kapiler spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi.
1.10 Konsep Keperawatan

1.1.1. Pengkajian
a. Identitas pasien : nama, umur, alamat dll
b. Keluhan utama : Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien
DHF untuk datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan lemah
c. Riwayat penyakit sekarang : Panas menggigil, composmetis. Turun
panas terjadi hari ke 3-7 dan keadaan lemah, batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri otot, dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena
atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat psikososial
- Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi
b) Pola nutrisi
c) Pola eliminasi
e. Pola aktivitas/ Pemeriksaan fisik :
Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Berdasarkan tingkatan keadaan DBD [ CITATION ten20 \l 1057 ] :
1) Grade I : composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
2) Grade II : composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
4) Grade IV coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
f. Sistem Integumen
1) Peteki, turgor kulit menurun, keringat dingin, dan lembab
2) Kuku sianosis atau tidak
3) Kepala dan leher
4) Dada : bentuk simetris
5) Abdomen : nyeri tekan, hepatomegaly dan asites
6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
g. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DBD akan dijumpai :
1) HB dan PVC meningkat (≥20%)
2) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig.D dengue positif
5) Kimia darah : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
8) SGOT /SGPT mungkin meningkat.
1.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DBD yaitu [CITATION
SDK17 \l 1057 ] :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
suhu tubuh diatas nilai normal
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan)
e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan kebocoran plasma darah
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
h. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
i. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
j. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan
[ CITATION ten20 \l 1057 ]

1.1.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen


(D.0130) asuhan keperawatan, masalah hipertermia
teratasi. (1.15506) :
Kriteria Hasil : Observasi
1. Identifikasi penyebab
Termoregulasi (L.14134) hipertermia (mis.
Kriteria hasil s.a s.t Dehidrasi, terpapar
Menggigil lingkungan panas,
Kulit merah penggunaan
Suhu tubuh incubator)
2. Monitor suhu tubuh
Keterangan : Terapeutik
1. Meningkat 1. Sediakan lingkungan
2. Cukup meningka yang dingin
3. Sedang 2. Longgarkan atau
4. Cukup menurun lepaskan pakaian
5. Menurun 3. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis,
kompres dingin pada
dahi)
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu

2 Risiko syok Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok


(D.0039) asuhan keperawatan, masalah (1.02068)
teratasi. Observasi
Kriteria Hasil : 1. Monitor status
kardiopulmonal
Tingkat Syok (L.03032) (frekuensi dan
Kriteria hasil s.a s.t kekuatan nadi,
Tekanan darah frekuensi napas, TD)
sistolik 2. Monitor status cairan
Tekanan darah (masukan dan
diastolik haluaran, turgor kulit,
Tekanan nadi CRT)
Frkuensi Nadi 3. Monitor tingkat
kesadaran dan respon
Keterangan :
pupil
1. Memburuk
Terapeutik
2. Cukup memburuk
1. Berikan oksigen
3. Sedang
untuk
4. Cukup membaik
mempertahankan
5. Membaik
saturasi oksigen
>94%
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
atau faktor risiko syok
2. Anjurkan melapor
jika menemukan atau
merasakan tanda dan
gejala awal syok
3. Anjurkan
menghindari allergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu
3. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika
perlu

3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


(D.0077) asuhan keperawatan, masalah (1.0828)
teratasi. Obsevasi:
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
Tingkat nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil s. s.t intensitas nyeri.
a 2. Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri 3. Identifikasi repon
Kesulitan tidur nyeri non verbal
Frekuensi nadi 4. Identifikasi faktor
yang memperberat dan
Keterangan : meringankan nyeri
1. Meningkat 5. Monitor efek samping
2. Cukup meningkat panggunaan analgetik
3. Sedang Terapeutik:
4. Cukup menurun 1. Berikan teknik
5. Menurun nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (terapi musi,
teknik relaksasi nafas
dalam, aromaterapi,
dll)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
3. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurngi nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
Daftar Pustaka

NCBI. (2017, July 11). NCBBI. Retrieved Juny 11, 2021 from ncbbi web site:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC88892/

Padang, D. R. (2006). Pelatihan Penaggulangan Pnederita Gawatdarurat. RSUP.


Dr Djamil Padang.

Pusdatin. (2018, April 22). Pusdatin. Retrieved Juny 10, 2021 from Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI:
file:///C:/Users/ACER/Downloads/InfoDatin-Situasi-Demam-Berdarah-
Dengue.pdf

SDKI. (2018). Sandar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: dewan


pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

SIKI. (2018). standar intervensi keperawatan indonesia. Jakarta Selatan: dewan


pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

SLKI. (2019). standar luaran keperawatan indonesia. Jakarta Selatan: dewan


pengurus pusat persatuan perawat indonesia.

Suddarth, B. &. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Tiara Rizky. (2020, Mei 13). tentang : repository poltekkes kaltim. Retrieved Juni
11, 2021 from repository poltekkes kaltim: http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/1082/1/KTI%20TIARA%20RIZKI%20FITRIANI.pdf

WHO. (2011). Compeherensive Guidelines for Prevention an Control Dengue and


Dengue Haemorragic Fever. India: India.

WHO. (2021, May 19). WHO. Retrieved Juny 10, 2021 from WHO:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-
dengue

Anda mungkin juga menyukai