Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIC FEVER


DI RUANG ASTER RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

Disusun untuk
memenuhi tugas
Praktek Belajar
Klinik
Keperawatan
Anak

DISUSUN OLEH :

Ratnasari
1611040103

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN DHF

1
A. Pengertian
 DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus dan disertai
demam akut, perdarahan, tendensi syok. (Dra. Suryanah, 1996)
 DHF adalah penyakit yang disebabkan virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (betina). (Perawatan Pasien DHF, 1995)
 DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah
dua hari pertama. (Mansjoer Arif dkk, 2000)
 DHF adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot,
sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan sumsum.
(http://www.medicastore.com)
 DHF adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan
manifestasi perdarahan. (http://www.medicastore.com)
Klasifikasi DHF (menurut derajat beratnya penyakit; WHO, 1986):
a) Derajat I
Demam disertai dengan gejala klinis tanpa perdarahan sentral uji torniquet
(+), trombositopenia dan homokonsentrasi.
b) Derajat II
Derajat I disertai pendarahan spontan pada kulit.
c) Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, gelisah, sianosis sekitar
mulut, hidung, ujung jari (tanda dari renjatan).
d) Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan koleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti betina. Virus ini menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah kapiler dam sistem pembekuan darah sehingga

2
mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan kematian. Penyebab penyakit
adalah virus yang mengganggu pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
DHF juga disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus yang
berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok flavirus dan serotipenya adalah
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan
memberikan kekebalan seumur hidup, tetapi tidak menimbulkan kekebalan
terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis
DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.

C. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit BDB adalah:
a) Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah, lesu, suhu badan
38-40 º C atau lebih.
b) Tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit diregangkan bintik
merah itu tidak hilang.
c) Kadang-kadang peradarahan di hidung (mimisen).
d) Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah.
e) Tes turniquet positif.
f) Adanya perdarahan yang petekia, akimosis atau purpura.
g) Kadang-kadang nyeri ulu hati, karena terjadi perdarahan di lambung.
h) Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin,
berkeringat, perdarahan selaput lendir mukosa, alat cerna
gastrointestinal, tempat suntikan atau di tempat lainnya.
i) Hematomesis atau melena.
j) Trombositopenia (100.000 per mm3).
k) Pembesaran plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan
permeabilitas dingin pembuluh darah, yang ditandai dengan munculnya
satu atau lebih dari:
 Kenaikan nilai 20 % hematokrit atau lebih tergantung umur dan
jenis kelamin.

3
 Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 % atau lebih
sesudah pengobatan.
 Tanda-tanda perbesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipo-
proteinemia.
l) Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
m) Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, diare
dan konstipasi.
n) Keluhan sistem tubuh yang lain seperti nyeri kepala, nyeri otot, tulang
dan sendi serta pegal di seluruh tubuh.

D. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita
adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit (petekie), hiperemia tenggorokan dan hal lain yan mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
l(hepatomegali) dan pembesaran limpa (spenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi rejatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma(plasma leakage)
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk petokan pemberian cairan
intra vena. Oleh karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk
memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen
hemokonsentrasi yang terjadi. Rumus perhitungan yang digunakan adalah
sebagai berikut: A–B
x 100% = C
B

4
Keterangan:
A = Ht tertinggi selama dirawat
B = Ht saat pulang
C = Prosentase hematokrit

Setelah pemberian cairan intra vena, peningkatan jumlah trombosit


menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intra
vena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama, akan timbul
anoreksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu:
perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir
Kompleks antigen
di seluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru-paru, saluran cerna dan jaringan antibodi
Infeksi dengue +
komplemen
adrenal. Hati umumnya membesar dengan perlemakan dan koagulasi nekrosis
pada
Demam daerah
Mual, sentralHepato-
atau parasentral.
Alkalosis Trombo- Vaskulitis Reaksi
muntah megali respiratorik sitopenia imunologik
(terutama
dengan Derajat
salisilat) beratnya
Peningkatan Dehidrasi Perubahan Hemoragik Permeabilitas penyakit
suhu tubuh nutrisi kurang diastesis vaskular
dari kebutuhan meningkat Derajat I
tubuh

Perdarahan
Kebocoran Hemokonsentrasi
plasma Hipoproteinemia
Efusi serosa
Syok hipovolemik Hiponatremia
Derajat II

Hipovolemia
Pening- Penuru-
katan re- nan eks-
absorpsi kresi Na+
air dan urine dan
Hipotensa
Na+ oleh pening-
ginjal katan os-
E. Pathway molaritas
Derajat III
Syok

Derajat IV
Hipoksia
jaringan

DIC
Asidosis
Demam dengue (DD) metabolik

Perdarahan masif
5
Demam berdarah dengue (DBD)

Kematian
F. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratosium
 IgE dengue (+)

6
 Trombositopenia
 Hemoglobin meningkat > 20 %
 Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hiponatremia, hipoktoremia pada hari kedua dan ketiga terjadi
leukopenia, nekropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit
dan basofil.
 SGOT/SGPT mungkin meningkat
 Waktu perdarahan memanjang
 Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis
metabolik: PCO2 < 35-40 mmHg: HCO3 rendah Base excess (-)
 Pada pemeriksaan urin dijumpai albuminuria ringan
Pemeriksaan laboratorium sederhana sebagai penunjang diagnosis dini
DHF:
a) Nilai limfosit plasma biru pada sediaan hapus darah tepi (Guffy
Coat)
Penemuan LPB dalam prosentase tinggi (20-50 %) pada sediaan
Guffy Coat penderita DHF yang khas karena sangat berbeda dengan
prosentase LPB 0-10 % yang ditemukan pada infeksi virus lain.
Pemeriksaan ini sangat bermanfaat dalam membuat diagnosis
banding DHF dengan penyakit virus lain pada masa dini. Selain itu.
Pemeriksaannya sangat sederhana, murah, dapat dipercaya dan dapat
dilakukan di sebagian besar Rumah Sakit Tipe C.
b) Pemeriksaan hemoglobin metode hematin asam dengan hemometer
sahli
Suatu penelitian untuk membuktikan bahwa pemeriksaan Hb sahli
yang tersedia di Puskesmas dapat dipergunakan untuk
memperkirakan nilai Hematokrit (Ht) telah dilakukan terhadap 200
orang penderita DHF. Pemeriksaan kadar Hb sahli telah dikelola
dengan pemeriksaan secara elektronik. Pengujian kemaknaan
membuktikan bahwa statistis:

7
 Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar Hb yang
diperiksa secara elektronik dan sahli.
 Terdapat korelasi yang kuat antara pemeriksaan Hb sahli dan
nilai Ht. Pemeriksaan Hb sahli dapat dipakai sebagai
parameter derajat kebocoran plasma dalam mengelola
penderita DHF. Kenaikan/penurunan Hb sahli mencerminkan
kenaikan/penurunan nilai Ht dalam perjalanan penyakit.
2) Pemeriksaan Serologi
Melakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara
Haemaglutination Inhibition Test (HI Test) atau dengan uji pengikatan
komplemen (Complement Fixation Test/CFT). Pada pemeriksaan ini
dibutuhkan 2 bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan
pada masa penyembuhan (1-4 minggu setelah awal gejala penyakit).
Untuk pemeriksaan serologi ini diambil darah vena 2-5 ml.
3) Pemeriksaan Diagnosis yang Menunjang
Antara lain foto torax yang mungkin dijumpai adanya pleural efusion pada
pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali.

G. Penatalaksanaan Medis
1) Tirah baring/istirahat baring.
2) Diet makan lunak.
3) Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup.
4) Pemberian cairan intra vena (RL, NaCl).
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, respirasi).
Jika kondisi memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asitamenofen, eukinin
atau dipiron (kolaborasi dengan dokter) juga pemberian kompres dingin.
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9) Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
(kolaborasi dengan dokter).

8
10) Monitor tanda-tanda dini rejatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.
11) Pemberian O2 pada pasien yang mengalami rejatan.
12) Antibiotika diberikan atas indikasi misalnya komplikasi infeksi bakterial.
13) Eksponder plasma/dextan (pada kasus rejatan hebat).
H. Pengobatan
1) Untuk mengatasi demam sebaiknya diberikan parasetamol. Salisilat
tidak digunakan karena akan memicu perdarahan asidosis.
2) Parasetamol diberikan selama demam masih mencapai 39 ºC, paling
banyak 6 dosis dalam 24 jam.
3) Kadang-kadang diperlukan obat penenang pada anak-anak yang sangat
gelisah. Kegelisahan ini dapat terjadi karena dehidrasi atau gangguan
fungsi hati.
4) Haus dan dehidrasi merupakan akibat dari demam tinggi, tidak adanya
nafsu makan dan muntah.
5) Untuk mengganti cairan yang hilang, harus diberikan cairan yang cukup
melalui mulut atau intra vena. Cairan yang diminum sebaiknya
mengandung elektrolit seperti oralit. Cairan yang lain yang bisa juga
diberikan adalah jus buah-buahan.

I. Diagnosa Keperawatan
1.

9
2.
3.

J. Rencana Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Nurohman, Inung. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak M dengan DM DHF di


Ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Efendy, Christante. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil 2. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
http://www.mediacastore.com/med/detail_pyk:php?
iddkl=47&idktg=20&uid=20051207130847202.149.87.250
http://www.dinkes_dki.go.id/penyakit.html#demamberdarah.

10

Anda mungkin juga menyukai