Anda di halaman 1dari 61

PEMERIKSAAN FISIK

ENDOKRIN DAN IMUN


DISUSUN OLEH :
OCTAVIANI ELPA RESI
18.156.01.11.027
2A KEPERAWATAN
KONSEP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM
ENDOKRIN
Definisi Sistem Endokrin
 Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan"
dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan
menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin
tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat,
dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin (Suminarsih, 2011).
 Kelenjar endokrin adalah organ-organ yang menghasilkan sekresi yang disebut
hormone yang dialirkan secara langsung ke dalam aliran darah dan sel-sel
glandular. Karena alasan ini kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai kelenjar
tanpa ductus(Waston, 2002).
 Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan. Kelenjar tanoa
melewati ductus atau saluran dari hasil sekresi disebut hormone(Drs. H
Syaifuddin, 2006).
Organ pada Sistem Endokrin

Kelenjar Hipotalamus Kelenjar Hipofise


 Hipotalamus merupakan bagian ujung depan
diensefalon yang terletak dibawah sulkus hipotalamik
 Hipofisis terletak di dasar
dan didepan nucleus interpudenkular, yang berfungsi
sebagai pusat tertinggi sistem kelenjar endokrin yang
tengkorak, di dalam fosa
menjalankan fungsinya melalui hormonal dan
saraf.Hormon-hormon hipotalamus antara lain:
hipofisis tulang sfenoid.


ACTH: Adrenocortico Releasing Hormon Kelenjar itu terdiri atas dua
ACIH: Adrenocortico Inhibiting Hormon
 TRH: Tyroid Releasing Hormon lobus, yaitu lobus aneterior
dan posterior, dan bagian di
 TIH: Tyroid Inhibiting Hormon
 GnRH: Gonadotropin Releasing Hormon


GnIH: Gonadotropin Inhibiting Hormon
PTRH: Paratyroid Releasing Hormon
antara kedua lobus adalah
 PTIH: Paratyroid Inhibiting Hormon intermedia(Pearce, 2011).
 PRH: Prolaktin Releasing Hormon
 PIH: Prolaktin Inhibiting Hormon
 GRH: Growth Releasing Hormon.
 GIH: Growth Inhibiting Hormon
 MRH: Melanosit Releasing Hormon
 MIH: Melanosit Inhibiting Hormon
Lanjutan...
Lobus Anterior (Drs. H Syaifuddin, 2006).
 Lobus anterior (adenohipofise) yang menghasilkan
Lobus posterior (Drs. H Syaifuddin,
sejumlah hormone yang bekerja sebagai zat 2006).
pengendali produksi dari semua organ endokrin yang
lain.
 Lobus posterior disebut juga
neurohipofise, mengeluarkan 2
Hormone somatotropik, mengendalikan
jenis hormone:

pertumbuhan hormone
 Hormone tirotropik (TSH), mengendalikan
kegiatan kelenjar tiroid dalam mengahsilakn
hormone tiroksin.
 Hormone antidiuretic (ADH),
 Hormone adrenokortikotropik (ACTH), mengatur jumlah air yang keluar
mengendalikan kelenjar suprarenal dalam melalui ginjal, membuat kontraksi
menghasilkan kortisol yang berasal dari otot polos ADH disebut juga hormone
korteks kelenjar suprarenal. pituitrin.
 Hormone gonadotropik berasal dari follicle  Hormone oksitoksin merangsang dan
stimulating hormone (FSH) yang
merangsang perkembangan folikel Graaf menguatkan kontraksi uterus sewaktu
dalam ovarium dan pembentukan melahirkan dan mengeluarkan air
spermatozoa dalam testis. susu sewaktu menyusui. Kelenjar
 Luteinizing hormone (LH), mengendalikan hipofise terletak di dasar tengkorak,
sekresi esterogen dan progesterone dalam didalam fosa hipofise tulang sfenoid.
ovarium dan testosterone dalam testis.
 Interstitial cell stimulating hormone (ICSH)
Lanjutan...
Kelenjar Tiroid Kelenjar Paratiroid
 Tiroid terdiri atas dua lobus  Kelenjar ini terletak disetiap
kanan dan kiri yang sisi kelenjar tiroid yang
dihubungkan oleh isthmus terdapat di dalam leher,
yang sempit. Kelenjar ini kelenjar ini berjumlah empat
merupakan organ vascular buah yang tersusun
yang dibungkus oleh selubung berpasangan yang
yang berasal dari lamina mengahasilkan hormone
pretrachealis fasciae paratiroksin yang berfungsi
profundae. Selubung ini mengatur kadar kalsium dan
melekatkan glandula pada fosfor di dalam tubuh (Drs. H
larynx dan trachea(Guyton, Syaifuddin, 2006).
2006).
Lanjutan...
Kelenjar Adrenalin Pankreas
 Kelenjar ini berbentuk bola,  Kelenjar pancreas merupakan sekelompok sel
yang terletak pada pancreas, sehingga dikenal
atau topi yang menempel pulau – pulau Langerhans
 Kelenjar pancreas menghasilkan hormon insulin
pada bagian atas ginjal. Pada dan glucagon. Insulin mempermudah gerakan
setiap ginjal terdapat satu glukosa dari darah menuju ke sel – sel tubuh
menembus membrane sel.
kelenjar suprarenalis dan  Didalam otot glukosa dimetabolisasi dan
dibagi atas dua bagian, yaitu 
disimpan dalam bentuk cadangan.
Disel hati, insulin mempercepat proses
bagian luar (korteks) dan pembentukan glikogen (glikogenesis) dan
pembentukan lemak (lipogenesis).
bagian tengah (medula).  Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
merupakan rangsangan mensekresikan insulin.
Contohnya: insulin akan meningkat setelah kita
makan dan kadar glukosa dalam darah akan naik
sebab tubuh mendapatkan dari pemecahan
makanan.
Ovarium dan testis
Ovarium
 Ovarium merupakan kelenjar kelamin  Sistem hormonal yang
wanita yang berfungsi menghasilkan mempengaruhi siklus menstruasi
sel telur, hormone estrogen dan adalah:
hormone progesterone.  FSH-RH (follicle stimulating
 Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel hormone releasing hormone) yang
de Graaf dan dirangsang oleh FSH. dikeluarkan hipotalamus untuk
 Estrogen berfungsi menimbulkan dan merangsang hipofisis mengeluarkan
mempertahankan tanda – tanda FSH.
kelamin sekunder pada wanita,
misalnya perkembangan pinggul,
 LH-RH (luteinizing hormone
payudara, serta kulit menjadi halus. releasing hormone) yang
 Progesteron dihasilkan oleh korpus dikeluarkan hipotalamus untuk
luteum dan dirangsang oleh LH. merangsang hipofisis mengeluarkan
 Progesteron berfungsi mempersiapkan LH.
dinding uterus agar dapat menerima  PIH (prolactine inhibiting hormone)
sel telur yang sudah dibuahi. yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa
utama yaitu: Masa sekresi.
 Masa menstruasi yang berlangsung  Masa sekresi adalah masa
selama 2-8 hari.
 Pada saat itu endometrium (selaput sesudah terjadinya ovulasi.
rahim) dilepaskan sehingga timbul Hormon progesteron
perdarahan dan hormon-hormon dikeluarkan dan
ovarium berada dalam kadar paling
rendah. mempengaruhi pertumbuhan
 Masa proliferasi dari berhenti darah endometrium untuk
menstruasi sampai hari ke-14. Setelah membuat kondisi rahim siap
menstruasi berakhir, dimulailah fase
proliferasi dimana terjadi pertumbuhan untuk implantasi (perlekatan
dari desidua fungsionalis untuk janin ke rahim).
mempersiapkan rahim untuk perlekatan
janin. Pada fase ini endometrium
tumbuhkembali. Antara hari ke-12
sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel
telur dari indung telur (disebut ovulasi) .
Testis
 Testis pada mammalia terdiri dari  Sekresi hormon tersebut
tubulus yang dilapisi oleh sel-sel benih dirangsang oleh ICTH yang
(sel germinal), tubulus ini dikenal dihasilkan oleh hipofisis
dengan tubulus seminiferus.
 Testis mensekresikan hormon
bagian anterior.
testosterone yang berfungsi merangsang  Sewaktu pubertas, hipofisis
pematangan sperma (spermatogenesisi)
dan pembentukan tanda – tanda kelamin
anterior memproduksi
pria. gonadotrofin, yaitu hormone
 Misalnya pertumbuhan kumis, janggut, FSH dan LH. Sekresi kedua
bulu dada, jakun, dan membesarnya
suara.
hormone ini dipengaruhi
 Sekresi hormon tersebut dirangsang oleh oleh GnRF (Gonadotropin
ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis Releasing Factor) yang
bagian anterior.
berasal dari hipotalamus
 Sewaktu pubertas, hipofisis anterior
memproduksi gonadotrofin, yaitu
hormone FSH dan LH. Sekresi kedua
hormone ini dipengaruhi oleh GnRF
(Gonadotropin Releasing Factor) yang
berasal dari hipotalamus
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik Sistem
Fisik
Endokrin
 Tehnik pemeriksaan fisik yang digunakan  Saat palpasi tekan kulit sekitar
untuk pemeriksaan gangguan endokrin
sama dengan tehnik yang digunakan 2 inchi- 4 inchi ketika
dalam pemeriksaan umum meliputi melakukan palpasi dalam dan
inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. 1 ½ inchi ketika melakukan
 Selama inspeksi amati yang berhubungan
dengan keabnormalan endokrin, seperti
palpasi texture, tenderness,
warna kulit, lokasi lesi, kesimetrisan dan temperature, moisture,
ukuran bagian tubuh. pulsations, massa, dan organ
 Auskultasi didahulukan sebelum perkusi
internal. Perkusi pada
dan palpasi selama pemeriksaan system
endokrin, dengarkan murmur, Cardiac pemeriksaan gangguan
irregularities, bunyi nafas tambahan, endokrin antara lain perkusi
peningkatan bising usus.
abdomen untuk mengetahui
pembesaran pancreas.
Lanjutan...
 Persiapan alat Alat yang digunakan untuk pemeriksaan sistem
endokrin antara lain :
Stetoskop
Timbangan
 Persiapan pasien :
pemeriksaan bisa dengan posisi duduk ataupun berbaring dalam
tempat yang terang.
Langkah Pemeriksaan Fisik
 Berat Badan :
Meningkat : di ketemukan pada cushing syndroma, dan hipotiroid
Menurun : di ketemukan pada hipertiroid, Diabetes melitus yang
tidak terkontrol
Lanjutan...
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah :
Meningkat : pada pheochromocytoma, cushing syndroma &
hipertiroid
Menurun : pada hipotiroid

Nadi :
Meningkat : pada tumor tiroid, hipertiroid
Menurun : hipotiroid

Suhu :
suhu tubuh subnormal pada hipopituitari dan hipopituitari
Lanjutan...
Kulit dan kuku :
 Hiperpigmentasi (addison desease hiperpigmentasi diketemukan pada kulit telapak tanan, kuku, gusi, buku-
buku jari, lutut, siku, membran mukosa).
 Pucat dan sianosis (pada penyakit Addison).
 Hipopigmentasi terlihat pada klien diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme.
 Penyakit addison di temukan hiperpigementasi di persendian, genetalia,mukosa buccal, lipatan palmar dan
area yang terpapar dengan sinar matahari.
 Pigmentasi abu-abu kecoklatan di leher dan ketiak di ketemukan pada pasien dengan cushingsyndrom dan
polykistik ovarium.
 Pigmentasi kuning di palmar dapat mengindikasikan hiperlipidemia, pigmentasi kekuning-kuningan dapat
di diketemukan di hypotiroid.
 Penurunan pigmentasi kulit dapat terjadi pada panhipopituitari
 Kulit kering, kasar,keras dan besisik dapat di ketemukan pada hipotiroidisme atau hipoparatiroid.
 Kulit kasar, lembab & pembesaran kelanjar keringat biasanya di ketemukan pada akromegali
 Kulit hangat, lembab, tipis dapat di ketemukan pada hipettiroid - Striae keunguan & ekimosis dapat di
ketemukan pada cushing syndrome
 Kulit kasar (kasar dan kering pada penderita hipotiroidisme)
 Kelembutan dan bilasan kulit (hipertiroidisme)
 Kulit kering bersisik, lapisan lemak subkutan tipis, rambut-rambut kaki menipis, lesi pada ekstremitas bawah
(mengindikasikan DM).
 Pigmentasi pada kuku (penyakit addison desease).
 Kuku kering, tebal dan rapuh (hipotyroidisme) - Rambut lembut  Hipertyroidisme
 Hirsutisme (terdapat pada penyakit cushing)
Lanjutan...
Rambut :
Kering, tebal. dan rapuh terdapat pada penyakit hipotiroidisme.
Rambut lembut terdapat pada penyakit hipertyroidisme.
Rambut kering, kasar, rapuh biasanya di ketemukan hipotiroid
Rambut tipis & lembut biasanya di ketemukan pada hipertiroid
Pertumbuhan rambut berlebihan di wajah, dada,abdomen &
pubis di jumpai kelebihan androgen
Kerontokan rambut atau rambut tipis di aksila, pubis dan alis
umumnya di ketemukan pada hipopituitari, hipotiroid dan
hipogonad
Lanjutan...
Muka
 (inspeksi bentuk dan kesimetrisan wajah) : Moon face, kulit
wajah berminyak dan tumbuh jerawat, hirsutisme (tumbuhnya
bulu wajah yang berlebihan) diketemukan pada Cushing
Sindrom.
Mata
 Eksoptalmus (ketidakmampuan kelopak mata menutup bola
mata dengan sempurna) pada pasien hipertiroid
 Pandangan kabur (retinopati pada pasien DM)
Leher
 Inspeksi adanya pembesaran kelenjar tiroid : pada pasien grave
 Buffalo hump (punuk kerbau)pada Cushing Sindrom
Lanjutan...
Pemeriksaan dada :
 Inspeksi pada pergerakan dada dan payudara
 Palpasi pengembangan dada dan fremitus taktil
 Perkusi untuk mengetahui batas paru dan jantung serta unuk mengetahui adanya kelainan berupa masa
padat atau cairan.
 Auskultasi : bunyi nafas dan suara jantung untuk mengetahui adanya suara tambahan ( whezing,
ronchi, crecles).
Temuan :
 Irama pernafasan cepat dan dangkal pada pernafasan dada (ditemukan pada gangguan pituitary yang
akut dan stadium lanjut. Pada auskultasi mungkin masih terdengar suara vesikuler pada seluruh
lapangan paru.
 Di ketemukan atropi mammae pada wanita hipopituitari
Pemeriksaan abdomen :
 Inspeksi bentuk abdomen, warna kulit, massa dan jejas
 Auskultasi pada 4 kuadran abdomen untuk mengetahui peristaltik usus
 Perkusi abdomen untuk mengetahui adanya meteorismus, ascites, massa abdomen
 Palpasi abdomen untuk mengatahui adanya hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan.
Temuan :
 Striae pada sindrom chusing - Hiperperistaltik usus pada hiperthyroid
Lanjutan...
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus :
 Kaji bentuk, keutuhan, dan kesimetrisan genetalia, inguinal & anus
 Temuan :
 Di ketemukan atropi testis pada laki-laki dewasa dengan
hipopituitari
Pemeriksaan ekstremitas :
 Kaji bentuk dan kesimetrisan ekstremitas, Kaji kekuatan otot, Kaji
Range Of Motion (ROM)
 Temuan :
 Kelemahan tonus otot, trunkel obesitas (badan besar ekstremitas
kecil),nyeri sendi terutama saat digerakkan
 Pembesaran tangan dan kaki/ tulang panjang pada gigantisme dan
akromegali
Pemeriksaan Kelenjar Tiroid
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di
gambarkan yaitu:
 Kondisi kelenjar endokrin
Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan
terhadap kelenjar tiroid dan kelenjar gonad pria (testis).Secara
umum,tekhnik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam
memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah:
 Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan
kepala sedikit fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar
sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor tiroid mudah
dievaluasi.
Lanjutan....
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu
diperhatikan beberapa komponen berikut:
 Lokasi: lobus kanan, lobus kiri, ismus
 Ukuran: besar/kecil, permukaan rata/noduler

 Jumlah: uninodusa atau multinodusa

 Bentuk: apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa

noduler local
 Gerakan: pasien diminta untuk menelan, apakah

pembengkakannya ikut bergerak


 Pulsasi: bila nampak adanya pulsasi pada permukaan

pembengkakan

Lanjutan...
 Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di
belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan.
Beberapa hal yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi:
 Perluasan dan tepi
 Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba
trachea dan kelenjarnya.
 Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
 Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih dalam
daripada musculus ini.
 Limfonodi dan jaringan sekitar
 Palpasi: hanya bisa dilakukan pada kelenjar tiroid dan testis:
 Pada kondisi normal: kelenjar tiroid tidak teraba
 Pada kondisi normal: testis teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti
karet
Lanjutan...
Derajat pembesaran kelenjar tiroid:
Derajat 0-a : kelenjar tiroid tidak teraba atau bila
teraba tidak lebih besar dari ukuran normal
Derajat 0-b : kelenjar tiroid jelas teraba, tapi tidak
terlihat bila kepala dalam posisi normal
Derajat I : mudah dan jelas teraba, terlihat dengan
kepala dalam posisi normal, dan terlihat nodul
Derajat II : jelas terlihat pembesaran  jarak dekat
Derajat III : tampak jelas dari jauh
Derajat IV : sangat besar
Lanjutan...
Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising
tiroid yang menunjukkan adanya hipertiroid.
 Pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat terdengar bunyi
“bruit“.
 Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea.
 Normal: bunyi ini tidak terdengar.
 Dapat terdengar bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar
tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid
 Auskultasi: untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh
darah dan jantung (TD, ritme dan rate jantung)
Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Adrenal
 Inspeksi
Pemeriksaan fisik secara inspeksi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang dialami klien yang ada kaitannya
dengan penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.

Penyakit Addison
 Pigmentasi pada kulit
 Buku-kuku jari, lutut, siku, membran mukosa
 Warna kulit: pucat, sianosis
 RR cepat
 Suhu tubuh diatas normal
 Tanda-tanda dehidrasi
 Bibir tampak kering
 Kelemahan umum
 Pasien tampak haus
 Membran mukosa kering
Cushing Sindrom
 Kifosis
 Buffalo hump
 Moon face
 Kulit wajah berminyak dan tumbuh jerawat.
 Virilitas pada wanita
 Hirsutisme (tumbuhnya bulu wajah yang berlebihan
Lanjutan...
 Palpasi
Pemeriksaan fisik secara palpasi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang dialami klien yang ada kaitannya dengan
penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.
Penyakit Addison
 Nadi cepat dan lemah
 Nyeri abdomen
 Turgor kulit

Cushing Sindrom
 Kulit tipis, rapuh dan mudah luka
 Atropi payudara
 Klitoris yang membesar

Auskultasi
 Penyakit Addison: Tekanan darah rendah
 Cushing Sindrom: Suara yang dalam
Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Pankreas

Cara pemeriksaan fisik pada kelenjar pancreas itu terbagi atas 3:

Inspeksi
 Atur pencahayaan yang baik
 Atur posisi yang tepat yaitu berbaring terlentang dengan tangan dikedua
sisi dan sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan dibawah lutut untuk
menyokong dan melemaskan otot-otot abdomen.
 Buka abdomen mulai dari prosessus xifoideus sampai simfisis pubis
 Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan kulit,
adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, jaringan parut dan
striae
 Perhatikan posisi, bentuk, warna dan adanya inflamasi atau pengeluaran
umbillikus
 Amati gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi
Lanjutan...
 Palpasi: teraba masa pada abdomen
1) Teknik palpasi pada perut ini terbagi atas 2:
 Palpasi Ringan
 Palpasi ringan abdomen diatas setiap kuadran. Hindari area yang sebelumnya
sebagai titik bermasalah.
 Letakkan tangan secara ringan diatas abdomen dengan jari-jari ekstensi dan
berhimpitan. Tempatkan tangan klien dengan ringan diatas tangan pemeriksa
untuk mengurangi sensasi geli
 Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 1-2 cm.
 Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya massa
 Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda
ketidaknyamanan.
 Jika ditemukan adanya keluhan nyeri, uji adanya nyeri lepas: tekan dalam
kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul dengan
melepaskan tangan.
Lanjutan...
Palpasi Dalam
 Gunakan metode bimanual
 Tekan dinding abdomen sekitar 4 - 5 cm
 Catat adanya massadan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat massa,
catat ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, dan kekakuan

 Auskultasi: untuk mendengarkanbising usus meningkat.


 Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
 Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi diatas kuadran kanan bawah pada area sekum.
 Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien agar tidak berbicara
 Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.
 Jika bising usus tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengarkan
setiap kuadran abdomen
 Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau hipoaktif
 Letakkan bagian bell atau sungkup stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka dan
arteri femoral.
Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Paratiroid

Pada pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid ini, difokuskan untuk mengetahui gangguan pada kekuatan
otot, persendian yang berkaitan dengan kelenjar paratiroid.

Inspeksi otot
 Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati adanya atrofi atau hipertrofi.
 Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan mistar.
 Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang ditujukan oleh malposisi
suatu bagia tubuh.
 Lakukan palpasi pada saat otot istrahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan pasif untuk
mengetahui adanya kelemahan (lasiditas), kontraksi tiba-tiba secara involunter(spastisitas).
 Uji kekuatan otot dengan cara menyeluruh klien menarik atau mendorong tangan pemeriksa,
bandingkan kekuatan otot ekstremitas kiri dengan ekstremitas kiri.
 Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten.
 Amati kenormalan susunan dan deformitas.
 Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan.
 Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.

Inspeksi persendian
 Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian.
Pengkajian kulit
PENGKAJIAN

ENDOKRIN (TEKNIK/TEMUAN NORMAL)
Inspeksi warna kulit. Warna kulit harus merata dan sesuai dengan usia dan ras pasien.
Pengkajian kuku dan Rambut
 Kaji tekstur, distribusi, dan kondisi kulit dan rambut. Tekstur rambut harus normal,
tersebar secara merata sesuai jenis kelamin, warna permukaan kuku harus merata serta
permukaanya halus.
Pengkajian wajah
 Inspeksi simetristas dan bentuk wajah. Wajah harus simetris bilateral.
 Isnpeksi posisi mata. Mata harus sama posisinya pada kedua sisi wajah. Kelopak mata
harus menutupi mata.
Pengkajian ukuran tiroid
 Palpasi ukuran dan konsistensi kelenjar tiroid. Berdiri dibelakang pasien dan letakan jari
tangan. Anda dikedua sisi trakea dibawah kartilago tiroid (gambar 18-7). Minta pasien
untuk memiringkan kepalanya kearah kanan. Sekarang, minta pasien untuk menelan.
Ketika pasien menelan, geser lobus kiri sembari mereka lobus kanan. Ulangi hal yang
sama untuk meraba lobus kiri. Kelenjar tiroid biasanya tidak mudah diraba. Jika teraba,
lobusnya teraba lembut, kenyal, dan tidak ada nodul.
Pengkajian fungsi motorik
 Kaji refleks tendon dalam, refleksi endon dalam dikaji dengan palu refleks dan meliputi
refleks bisep, refleks brakioradialis, refleks trisep, refleks patela, dan refleks achiles. Nilai
normal berkisar dari + 1 (ada, tetapi menurun) hingga +2 (normal) hingga +3
(meningkat), lihat Bab 43 untuk panduan dan ilustrasi pengkajian refleks tendon dalam.
Lanjutan
Pengkajian fungsi motorik
 Kaji refleks tendon dalam, refleksi endon dalam dikaji dengan palu refleks dan meliputi refleks
bisep, refleks brakioradialis, refleks trisep, refleks patela, dan refleks achiles. Nilai normal berkisar
dari + 1 (ada, tetapi menurun) hingga +2 (normal) hingga +3 (meningkat), lihat Bab 43 untuk
panduan dan ilustrasi pengkajian refleks tendon dalam.
Pengkajian fungsi sensoris
 Pemeriksaan sensitivitas pasien terhadap nyeri, suhu, vibrasi, sentuhan ringan, dan streogonosis
(kemampuan untuk mengindentifikasi suatu benda melalui sentuhan). Bandingkan area simetris
kedua sisi tubuh dan bandingkan region distal dan proksimal ekstermitas. Minta pasien untuk
menutup matanya.
 Fungsi sensoris harus bilateral
 Untuk memeriksa nyeri, gunakan ujung jari yang tumpul dan tajam peniti baru. Buang peniti
setelah digunakan.
 Untuk mengukur suhu, gunakan cangking atau wadah lain berisi air dingin dan hangat.
 Untuk memeriksa vibrasi, gunakan garpu tala diatas satu sendi ditangan atau jari kaki pasien.
 Untuk memeriksa sentuhan ringan, gunakan gulungan kapas.
 Untuk memeriksa streogonosis, taruh ditangan pasien benda yang sederhana dan familiar, seperti
karet gelang, bola kapas, atau kancing, minta pasien untuk menebak benda tersebut.
Lanjutan
Pengkajian musculoskeletal
 Inspeksi ukuran dan proporsistruktur tubuh pasien. Ukuran dan proporsistuktur tubuh sama bilateral.
 Ukuran tubuh yang terlalu pendek dapat menandakan kekerdilan (suatu kondisi yang ditandi dengan
ukuran tubuh yang pendek) : infusiensi hormon pertumbuhan hipofisis salah satu penyebabnya.
 Tulang yang sangat besar dapat mengindikasikan akromegali, yang disebabkan oleh kelebihan hormon
pertumbuhan.
Mengkaji tetani akibat hipokalsemia
 Kaji tanda Trousseau (suatu pemeriksaan untuk hipokalsemia) dengan hasil tetani (spasme otot yang
tonik) dengan mengembangkan manset tekanan darah diatas ruang antekubital hingga nilai tekanan
lebih dari tekanan darah sistolik selama 2-5 menit. Tanda yang trousseau dibahas terkait dengan
hipokalsemia dalam Bab 10. Temuan normalnya adalah tidak ada spasme karpus ketika dilakukan
kompresi lengan menggunakan manset tekanan darah.
 Penurunan kadar kalsium menyebabkan tangan dan jari tangan pasien berkontraksi (spasme karpus).
 Kaji tanda Chvostek (suatu pemeriksaan untuk hipokalsemia) dengan cara mengetukan jari tangan
anda didepan telinga pasien pada sudut rahang. Tanda Chvostek positif menyebabkan seringai wajah
akibat kontraksi berulang pada otot wajah. Tanda Chvostek dibahas diilustrasikan terkait dengan
hipokalsemia dalam – Bab 10. Temuan normalnya adalah tidak ada seringai ketika menepuk wajah
pasien didepan telinga.
 Penurunan kadar kalsium menyababkan otot wajah lateral pasien berkontraksi.
PENGKAJIAN ENDOKRIN
(TEMUAN TIDAK NORMAL)
 Hiperpigmentasi terlihat pada pasien berpenyakit addison atau syndrome cushing.
 Hipopigmentasi terlihat pada diabetes melitus hipertiroidisme atau hipotiroidisme.
 Warna kekuningan pada kulit dapat mengindetifikasikan hipotiroidisme
 Striae berwarna ungu pada abdomen dan memar dapat dijumpai pada pasien yang
mengalami syndrome cushing
 Kulit kering dan kasar sering terlihat pada pasien hipotiroidisme, sementara kulit
yang halus dan kemerah-merahan dapat dilihat pada hipertiroidisme
 Lesi (misalnya ulserasi) pada ekstremitas bawah dapat mengindentifikasikan
diabetes militus
 Peningkatan pigmentasi kuku sering terlihat pada pasien dengan penyakit addison
 Kuku dan rambut yang kering, tebal, dan mudah patah dapat dijumpai pada
hipotiroidisme: kuku tipis dan mudah patah serta rambut tipis dan halus dapat
dijumpai pada hipertiroidisme
 Hirsutisme (rambut pada wajah, dada, atau abdomen yang berlebih) dapat
dijumpai pada syndrome cushing
Lanjutan
 Berbagai bentuk dan struktur dapat meindikasikan pertumbuhan yang tidak normal misalnya
akromegali (pertumbuhan tulang yang terus menerus akibat hipersekresi hormon pertumbuhan).
 Eksoftalmus (mata melotot) dapat dijumpai pada hipertiroidisme

 Tiroid dapat membesar pada dengan penyakit gravers atau gondok (pembesaran kelenjar tiroid)
 Nodul multiped dapat dijumpai pada kelainan metabolik, sementara hanya satu nodul dapat
mengindikasikan kista atau tumor jinak atau ganas
 Nodul tunggal yang membesar menujukan keganasan
 Peningkatan refleksi dapat dijumpai pada hipertiroidisme, penurunan refleks dapat dijumpai pada
hipertiroidisme

 Neuropati dan perestasia (perubahan sensasi) perifer dapat terjadi pada diabetes, hipotiroidisme atau
akromegali.
 Ukuran tubuh yang terlalu pendek dapat menandakan kekerdilan (suatu kondisi yang ditandi dengan
ukuran tubuh yang pendek) : infusiensi hormon pertumbuhan hipofisis salah satu penyebabnya.
 Tulang yang sangat besar dapat mengindikasikan akromegali, yang disebabkan oleh kelebihan
hormon pertumbuhan.
 Penurunan kadar kalsium menyebabkan tangan dan jari tangan pasien berkontraksi (spasme karpus).
 Penurunan kadar kalsium menyababkan otot wajah lateral pasien berkontraksi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK

 Pengertian
Memberikan penilaian terhadap tanda-tanda
vital, tinggi badan danberat badan, kebiasaan
serta penampilan klien secara umum
 Langkah-langkah
Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan
Jaga privacy pasien
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan bersih
 Kaji tingkat kesadaran subyektif
 Kaji tingkat kesadaran berdasarkan GCS
 Identifikasi status penampilan kesehatan : sakit ringan, sedang atauberat
 Identifikasi warna kulit
 Ukur tinggi badan (dalam cm) dan bentuk tubuh (tinggi atau pendek)
Lanjutan
 Ukur berat badan (dalam kg) dan bentuk badan (kurus, gemuk atausedang)
 Identifikasi ekspresi wajah : adakah tanda-tanda stress, senang dll
 Identifikasi gaya berjalan dan keseimbangan
 Identifikasi cara bicara
 Identifikasi cara berpakaian dan berhias15). Identifikasi kebersihan secara umum16).
Identifikasi adanya bau badan dan mulut17). Mengukur tanda-tanda vital :
 Ukur suhu badan
 Hitung pernafasan dalam 1 menit
 Hitung nadi dalam 1 menit
 Ukur tekanan darah
Pemeriksaan kulit :
 Inspeksi : warna, lokasi lesi (jika ada), bentuk (linear, berkumpulatau dermatomal), tipe
(makula, papula, pustula, bula atau tumor),warna.
 Palpasi : kelembaban, suhu, tekstur, turgor kulit (kecepatan kulituntuk kembali ke
keadaan semula), mobilitas (kemudahan lipatankulit untuk dapat digerakan, biasanya
menurun pada klien denganedema
Lanjutan
Pemeriksaan kuku
 Inspeksi : warna, bentuk, adanya lesi
 Palpasi : bentuk
Pemeriksaan kepala dan rambut
 Inspeksi : bentuk, simetris, adanya benjolan, lesi, rambut (warna,distribusi, tekstur, adanya ketombe dan kutu,
kuantitas)
 Palpasi : benjolan nodul, deformitas (fraktur), rambut (tekstur)
Pemeriksaan mata
 Inspeksi : simetris, alis mata, kelopak mata (lingkaran hitamdimata, odema), warna konjungtiva dan sclera
 Pupil (ukuran, bentuk, simetrisitas, reflek pupil, adanya reaksidekat)
 Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Minta klien untuk membacakoran atau majalah, jika klien biasa memakai alat
bantu sepertikacamata atau lensa, maka biarkan klien memakai alat bantutersebut.
 Pemeriksaan lapang pandang. Minta klien berdiri atau duduk 60cm berhadapan dengan perawat dengan mata perawat
sejajar dengan mata klien. Minta klien menutup salah satu mata, sejajar dengan salah satu mata perawat yang juga
ditutup. Perawatmenggerakan tangan kearah superior, inferior, temporal dannasal. Klien mengikuti arah gerakan.
Pemeriksaan mulut
 Inspeksi : warna mukosa, warna bibir, karang gigi (kelengkapan,karies, karang gigi, infeksi), gusi (warna, lesi,
perdarahan, tonus),tonsil (warna, pembengkakan)
 Palpasi : bibir dan lidah (nodul dan massal)
Pemeriksaan hidung dan sinus
 Inspeksi : bentuk, mukosa, sekret, defikasi tulang, polip,pembengkakan
 Palpasi : sinus (maksilaris, frontalis, etmoidalis, spenoid)
Lanjutan
Pemeriksaan telinga
 Inspeksi daun telinga (simetris, warna, ukuran, adanya inflamasi,lesi, bengkak)
 Inspeksi liang telinga (serumen, sekret)
 Palpasi daun telinga (tekstur adanya lesi)
 Pemeriksaan kekuatan pendengaran. Minta klien untuk menutupmata, jarak antara
klien dan perawat 15-60 cm. Perawatmelafalkan 2 suku kata dengan suara keras,
lembut dan berbisik.Minta klien untuk mengulangi ucapan perawat.
 Jika diduga terdapat penurunan kekuatan pendengaran, lakukantes weber dan rinne.
 Tes weber : pegang garpu penala dan hentakan ditulang telapaktangan lalu letakan
garpu penala ditengah atas kepala klien ataudidahi. Minta klien mendengarkan dan
merasakan getaran suaradan catar diarea telinga mana terdengar (bisa satu sisi atau
duasisi telinga).
 Tes rinne : pegang garpu penala dan hentakan ditulang telapaktangan. Letakan garpu
tala di prosesus mastoideus sampai klientidak lagi mendengar suaranya. Lalu
pindahkan dengan cepatgarpu penala tersebut dekat dengan liang telinga.
Pastikanapakah klien dapat mendengarnya.
Lanjutan
Pemeriksaan leher
 Inspeksi : pembengkakan, pembesaran vena, lesi
 Palpasi : posisi trakea, pembesaran kelenjar getah bening
 Pemeriksaan payudara
 Inspeksi : simetris, lesi, puting, areola, secret
 Palpasi : massa, pembesaran kelenjar getah bening
 Pemeriksaan thorax
 Inspeksi : warna kulit dada (apakah sama dengan warna kulitlainya), bentuk dada,
pernafasan (jenis, irama, kedalaman),kesimetrisan dada saat istirahat dan saat
menarik nafas,ekspansi dada, ada tidaknya pernafasan cuping hidung),konfigurasi
dinding dada, ada tidaknya masa/benjolan, adanyahematom dan luka.
 Palpasi : tempertur, pengembangan paru, vokal fremitus,adanya nyeri tekan, adanya
massa
 Perkusi : seluruh lapangan paru
 Auskultasi : suara nafas normal dan abnormal
Lanjutan
Pemeriksaan jantung
 Palpasi : nadi
 Auskultasi : irama jantung, suara jantung
 Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi : simetris, bentuk/kontur, adanya pelebaran pembuluhdarah, bentuk umbilicus
 Auskultasi : bising usus selama 1 menit (menggunakanstetoskop diafragma, mulai dari kuadran
kanan bawah) danbunyi pembuluh darah aorta, arteri renalis kanan kiri, arteriiliaka kanan kiri
(menggunakan stetoskop bell, amati adanyabunyi friction rub)
 Palpasi : semua kuadran (kaji adanya hepatomegali dansplenomegali, nyeri tekan)
 Palpasi : letakan tangan kiri dibawah thorax posterior kananpada ICS 11-12 (area pinggang).
Letakan tangan kanan padaabdomen kuadran kanan atas atau dibawah batas bawahhepar
kemudian tekan kedalam dan keatas sepanjang bataslengkung tulang rusuk. Normalnya hepar
tidak teraba
 Bila pada palpasi kita dapat meraba pembesaran hati, makadeskriptif berapa besar jari tangan
dibawah lengkung igakanan, bagaimana keadaan tepi hati, bagaimanakonsistensinya, adanya
nyeri tekan.
 Palpasi limfa : pembesaran limfa diukur dengan menggunakangaris schuffner. Dimulai dari regio
iliaka kanan (titik schufner 8),melewati umbilikus, menuju lengkukg iga kiri (titik schufner1).
Lanjutan
 Instruksikan klien untuk inspirasi dalam melalui mulut (agar diafragma akan
turun dan limpa bergerak kearah ujung-ujung jari tangan pemeriksa.
 Setelah tepi bawah limfa teraba, maka dilakukan deskripsi :berapa jauh dari
lengkung iga kiri pada garis schuffner (S1 danS8), bagaimana konsistensinya.
 Perkusi : seluruh kuadran (adanya nyeri ketok)
 Perkusi hepar (untuk mengukur batas bawah dan atas hati).Dari arah iliaka
sejajar midklavikula (suara yang pertama kalididengar adalah timpani) dan
dari arah dada ICS 4-5 sejajar midklavikula (suara yang pertama kali
terdengar adalahresonan karena terdapat paru). Beri tanda titik ketika
didengar dulness (suara hepar normal adalah dullness ukuran normal 6-
12cm).
 Dari arah atas umbilikus sejajar sternum dan dari arah dadadibawah sternum.
Beri tanda titik ketika didengar dullness.Ukuran normal 4-9 cm.
 Perkusi limpa : (sepanjang bagian bawah kiri dada anterior)sampai ditemui
suara dullness. Normal akan didengar suaradullness antara ICS 6-10.30).
Lanjutan
Pemeriksaan genetalia
 Inspeksi : pria (kebersihan, testis, nodul, lesi, cairan yangkeluar, peradangan.
Wanita (kebersihan klitoris, labia minor dan mayor, nodul, lesi, cairan yang keluar
 Palpasi : massa
Pemeriksaan anus
 Inspeksi : kulit, pembesaran pembuluh darah, polip, secret
 Palpasi : massa, spingter ani
Pemeriksaan ekstremitas
 Inspeksi : pergerakan sendi, lesi, massa, tonus otot, warna kulit
 Palpasi : temperatur, odema

 Merapihkan alat
 Cuci tangan
 Dokumentasi
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

 Pengertian
Mengukur tekanan darah melalui permukaan dinding arteri
 Tujuan :
Mengetahui nilai tekanan darah
Membantu menegakan diagnose

Alat dan bahan :


 Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri atas:
 - Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
 - Manset udara
 - Slang karet
 - Pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup
 Stetoskop
 Buku catatan tanda vital
 Pena
Lanjutan
Prosedur kerja :
 Cara Auskultasi
 Jelaskan prosedur pada klien
 Jaga privacy klien
 Cuci tangan
 Atur posisi klien
 Letakan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang
 Lengan baju dibuka
 Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3cm diatas fossacubiti
 Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
 Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidakteraba
 Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg dari titik radialistidak
teraba
Lanjutan
Cara Palpasi
 Jelaskan prosedur pada klien
 Jaga privacy pasien
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien
 Letakan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang
 Lengan baju dibuka
 Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3cm diatas fossacubit
 Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
 Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidakteraba
 Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg dari titik radialistidak teraba
 Letakan diafragma stetoskop diatas arteri brakhialis dan kempeskanbalon udara manset secara
perlahan dan berkesinambungan denganmemutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum
jam
 Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali.Nilai ini menunjukan
tekanan sistolik secara palpasi
 Catat hasil
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
PEMERIKSAAN FISIK IMUN

Definisi Pemeriksaan Fisik


 Pemeriksaan fisik merupakan
peninjauan dari ujung rambut
sampai ujung kaki pada setiap
system tubuh yang memberikan
informasi objektif tentang klien
dan memungkinkan perawat
untuk mebuat penilaian klinis.
Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi
yang diterima klien dan
penetuan respon terhadap
terapi tersebut.(Potter dan Perry,
2005).
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian
adalahwawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik(pshysical assessment). dan studi
Macam Wawancara
dokumentasi.
 Auto anamnesa yaitu wawancara dengan
Wawancara klien langsung
 Allo anamnesa yaitu wawancara dengan
 Biasa juga disebut keluarga / orang terdekat
dengan anamnesa adalah Teknik Pengumpulan Data yang Kurang
menanyakan atau tanya jawab Efektif
 Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan
yang berhubungan dengan dalam mengemukakan pendapat /
masalah yang dihadapi klien dan keluhan / respon. misalnya : “Apakah
Anda makan tiga kali sehari ?“
merupakan suatu komunikasi  Pertanyaan terarah : secara khas
yang direncanakan. Dalam menyebutkan respon yang diinginkan.
Misalnya : “……………. Anda setuju bukan?”
berkomunikasi ini perawat  Menyelidiki : mengajukan pertanyaan
mengajak klien dan keluarga yang terus-menerus
untuk bertukar pikiran dan  Menyetujui / tidak menyetujui.
Menyebutkan secara tidak langsung
perasaannya yang diistilahkan bahwa klien benar atau salah. Misalnya :
teknik komunikasi terapeutik. “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”
Lanjutan
Observasi Pemeriksaan Fisik
 Tahap kedua dalam pengumpulan data  Tahap ketiga dalam pengumpulan data
adalah pengamatan, dan pada adalah pemeriksaan fisik.Pemeriksaan fisik
dalam keperawatan digunakan untuk
praktiknya kita lebih sering
mendapatkan data objektif dari riwayat
menyebutnya dengan keperawatan klien.Pemeriksaan fisik
observasi.Observasi adalah mengamati sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
perilaku dan keadaan klien untuk wawancara.Fokus pengkajian fisik
memperoleh data tentang masalah keperawatan adalah pada kemampuan
kesehatan dan keperawatan klien.Tujuan fungsional klien.Misalnya , klien mengalami
dari observasi adalah mengumpulkan gangguan sistem muskuloskeletal, maka
data tentang masalah yang dihadapi perawat mengkaji apakah gangguan tersebut
klien melalui kepekaan alat panca mempengaruhi klien dalam melaksanakan
indra.Contoh kegiatan observasi kegiatan sehari-hari atau tidak.
 Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam
misalnya : terlihat adanya kelainan fisik,
keperawatan adalah untuk menentukan
adanya perdarahan, ada bagian tubuh
status kesehatan klien, mengidentifikasi
yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, masalah klien dan mengambil data dasar
tekanan darah, heart rate, batuk, untuk menentukan rencana tindakan
menangis, ekspresi nyeri, dan lain-lain. keperawatan.
Lanjutan
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik Palpasi
yaitu :  Palpasi adalah suatu teknik yang
menggunakan indera peraba. Tangan dan
Inspeksi jari-jari adalah instrumen yang sensitif
 Inspeksi adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mengumpulkan data,
dilakukan dengan cara melihat bagian misalnya tentang : temperatur, turgor,
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Cahaya yang adekuat diperlukan agar  Langkah-langkah yang perlu diperhatikan
perawat dapat membedakan warna, selama palpasi :
bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus  Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
inspeksi pada setiap bagian tubuh santai.
meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,  Tangan perawat harus dalam keadaan
posisi, lsimetris. Dan perlu dibandingkan hangat dan kering
hasil normal dan abnormal bagian tubuh  Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
satu dengan bagian tubuh
 Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling
lainnya.Contoh : mata kuning (ikterus),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan akhir.Misalnya : adanya tumor, oedema,
(sianosis), dan lain-lain. krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
Lanjutan
Perkusi Auskultasi
 Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan  Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan
mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan
untuk membandingkan dengan bagian tubuh oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut
lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah :
suara.Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi  Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada
jaringan.Perawat menggunakan kedua tangannya nafas adalah :
sebagai alat untuk menghasilkan suara.  Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket
 Adapun suara-suara yang dijumpai pada saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang
perkusi adalah : pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya
 Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
pada klien pneumonia, TBC.
 Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar
 Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat,
baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas
misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia. ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya
 Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada edema paru.
pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah  Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa
hepar. dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi.
 Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah Misalnya pada bronchitis akut, asma.
yang lebih berongga kosong, misalnya daerah  Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering”
caverna paru, pada klien seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya
asthma kronik.dan timpani pada usus pada klien dengan peradangan pleura.
Pengkajian Fisik
Pasien
Pasien usia lanjut/geriatrik
anak-anak/Pediatrik
 Pemeriksaan fisik seorang anak  Pengkajian pasien geriatric cukup
dilakukan secara terstruktur dan kompleks dan memakan waktu,
sistematik, tetapi pendekatan tergantung pada tingkat keragaman,
cephalocaudal yang biasanya lebih tingkat kronis dan kompleksitas masalah
disukai untuk orang dewasa mungkin fisik yang mendasari. Pemeriksaan fisik
tidak selalu dapat dilakukan dengan umum sama seperti pada pasien dewasa;
sempurna pada anak-anak. Untuk namun, perubahan posisi diusahakan
anak-anak yang lebih dewasa dan sesedikit mungkin. Ruangan harus dijaga
remaja, urutan pemeriksaan seperti sedikit lebih hangat, atau diperlukan
pada pasien dewasa mungkin dapat selimut tambahan.Kadang-kadang,
dilakukan, tetapi makin muda ketidakmampuan pasien untuk
mencapai atau mempertahankan posisi
pasiennya maka makin besar
optimal membuat pemeriksa harus
kemungkinannya untuk menggunakan
menyesuaikan posisinya gar dapat
pendekatan “oportunisik” untuk dapat
melakukan pengkajian secara adekuat.
memperoleh data pengkajian vital.
Pendekatan Pengkajian Fisik
Head to toe (kepala ke
kaki) ROS (Review of System /
sistem tubuh)
 Pendekatan ini dilakukan  Pengkajian yang dilakukan
mulai dari kepala dan secara mencakup seluruh sistem tubuh,
berurutan sampai ke kaki. yaitu : keadaan umum, tanda
vital, sistem pernafasan, sistem
Mulai dari : keadaan umum, kardiovaskuler, sistem
tanda-tanda vital, kepala, persyarafan, sistem perkemihan,
wajah, mata, telinga, hidung, sistem pencernaan, sistem
mulut dan tenggorokan, muskuloskeletal dan integumen,
leher, dada, paru, jantung, sistem reproduksi. Informasi yang
abdomen, ginjal, punggung, didapat membantu perawat untuk
menentukan sistem tubuh mana
genetalia, rectum, ektremitas.
yang perlu mendapat perhatian
khusus.
Pola fungsi kesehatan
Doengoes (1993)
Gordon, 1982
 Perawat mengumpulkan data
 Mencakup : aktivitas /
secara sistematis dengan istirahat, sirkulasi, integritas
mengevaluasi pola fungsi ego, eliminasi, makanan dan
kesehatan dan memfokuskan cairan, hygiene,
pengkajian fisik pada masalah neurosensori, nyeri /
khusus meliputi : persepsi ketidaknyamanan,
kesehatan-penatalaksanaan pernafasan, keamanan,
kesehatan, nutrisi-pola seksualitas, interaksi sosial,
metabolisme, pola eliminasi, penyuluhan / pembelajaran.
pola tidur-istirahat, kognitif-
pola perseptual, peran-pola
berhubungan, aktifitas-pola
latihan, seksualitas-pola
reproduksi, koping-pola
toleransi stress, nilai-pola
keyakinan.
Pengkajian Sistem Kekebalan Tubuh

Identitas Pasien
 Meliputi nama, umur, alamat, pendidikan, suku/ bangsa, status perkawinan.
Riwayat Kesehatan meliputi :
 Keluhan Utama
1) Kelelahan
2) Demam
3) Diaforesis, keringat malam
4) Kemerahan
5) Kelemahan muscular
6) Nyeri / pembengkakan sendi
7) Penurunan berat badan
8) Proses pemulihan buruk
Riwayat Kesehatan Sekarang
 Apakah pasien masih merasakan kelelahan, demam, diaforesis, kemerahan, kelemahan
muscular, nyeri / pembenngkakan sendi, penurunan berat badan,. Apakah masih
terdapat massa yang tidak biasa, limfadenopati, proses pemulihan buruk, hepatomegali,
perubahan tanda-tanda vital.
Lanjutan
Riwayat penyakit sekarang/menyertai
1) Infeksi berulang : sering, khususnya virus
2) Infeksi opurtunistik : jamur protozoa, atau virus
Riwayat Penyakit Dahulu
1) Alergi
2) Autoimun
3) Proses infeksi
4) Penyakit transmisi seksual
5) Hepatitis
6) Pemajanan terhadap agen kimia
7) Iradiasi
Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Kanker
2) Gangguan imun
3) Alergi
Riwayat Sosial
1) Merokok
2) Penggunaan alkohol
3) Peningkatan stres
4) Pilihan seksual
5) Pasangan seks multipel
6) Penggunaan obat iv, pemakaian jarum bersama-sama
Lanjutan
Riwayat Pengobatan
1) Imunisasi
2) Menerima darah atau produk darah sebelum 1985
3) Hidralazin
4) Prokainmid
5) Isoniazid
6) Penggunaan obat-obatan iv secara gel
Riwayat Kesehatan
 Keadaan umum meliputi tanda-tanda vital ( nadi, respirasi, tekanan darah,suhu), tinggi badan dan berat badan.
Sistem Integumen
1) Sensitivitas matahari
2) Berkilau, kulit tegang diatas sendi yang rusak
3) Modul subkutaneus diatas tonjolan tulang
4) Kemerahan
5) Eritema : “kupu-kupu” pada pipi dan hidung : nodus bercak putih, abu-abu/putih pada mukusa
6) Lesi merah sampai ungu / coklat
7) vesikel herpetic
8) Olserasi oral, nasal
9) Kista tulang ; tangan ; kaki
10) Perlambatan pemulihan luka
11) Alopesia parsial
Lanjutan
Sistem Syaraf Pusat
1) Umum meliputi sakit kepala, parestesia, paralisis,
neuritis, perubahan kesadaran.
2) Kognitif meliputi kerusakan memori, kerusakan
konsentrasi, penurunan proses berpikir, dan kacau mental.
3) Motorik meliputi gaya berjalan, kelemahan tungkai
bawah, penurunan koordinasi tangan, tremor dan kejang.
4) Perilaku meliputi kurang menjiwai, menarik diri,
emosional labil, perubahan kepribadian, ansietas, mengin
Lanjutan
 Sistem penglihatan meliputi fotokobia, berkurangnya lapang pandang penglihatan,
diplopia, kebutaan, pandangan kabur, katarak, badan cytoid retinal, kinjungtivitas & ureitis,
proptosis, papilledema.
 Sistem pernafasan meliputi sesak nafas, dipsnea, ispa sering, batuk, takipnea, sianosis,
pendarahan, hipertensi pulmoner, fibrosis
 Kardiovaskuler meliputi palpitasi, lakikardia, nyeri dada dari sendang sampai berat,
hipertensi, murmur, kardiomegali, dan fenimena reynoud’s
 Sistem gastrointestinal meliputi anorexia, mual, disfagia, nyeri abdomen, kram, kembung,
gatal pada rectum, nyeri, penurunan berat badan, tidak disengaja, muntah, diare, fisura
tektum, pendarahan, hepatosplenomegali
 Sistem gonotourinarius meliputi hemakuria, serpihan selular, azotemia, nyeri panggul, nyeri
pada waktu berkemih, reynoud’s
 Sistem muskuloskeletal meliputi nyeri dan kekacauan sendi, kelemahan muscular,
parestesia pada tangan dan kaki, artralgia, peradangan/pembengkakan sendi, kerusakan
fungsi sendi, nodul-nodul subkutan pada tonjolan hati dan edema jaringan lunak
 Sistem hematologi meliputi petekie, purpura, mudah memar, epistaksis dan pendarahan
gusi
 Sistem limfatik meliputi limpadenopati dan splenomegali
Pemeriksaan Penunjang

ELISA
 Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh
Peter Perlmann dan Eva Engvall. Enzim-Linked immune sorbent
assay (ELISA) atau dalam Bahasa Indonesianya disebut sebagai uji
penentuan kadar immunosorben taut-enzim, merupakan teknik
pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip interaksi antara
antibody dan antigen. Pada awalnya, teknik ELISA hanya digunakan
dalam bidang imunologi untuk mendeteksi keberadaan antigen
maupun antibody dalam suatu sampel seperti dalam pendeteksian
antibody IgM, IgG, dan IgA pada saat terjadi infeksi (pada tubuh
manusia khususnya, misalya pada saat terkena virus HIV). Namun
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,teknik ELISA juga
diaplikasikan dalam bidang patologi tumbuhan, kedokteran, dll.
Lanjutan
Test Alergi
 Alergi merupakan suatu kelainan sebagai reaksi imun tubuh yang tidak di
harapkan. Istilah alergi dikemukan pertama kali oleh Von Pirquet pada tahun 1906
yang pada dasarnya mencakup baik respon imun berlebihan yang menguntungkan
seperti yang terjadi pada vaksinasi, maupun mekanisme yang merugikan dan
menimbulkan penyakit. Tes alergi adalah suatu cara untuk menentukan penyebab
alergi. Beberapa jenis tes alergi seperti tes tusuk kulit (Skin Prick Test), tes tempel
(Patch Test), tes RAST (Radio Allergo Sorbent Test), tes kulit intrakutan, tes
provokasi dan eliminasi makanan dan tes provokasi obat.
Test Bone Marraw
 Sumsum tulang adalah jaringan lunak dan berlemak yang terdapat dalam rongga
hampir semua tulang.Jaringan ini memainkan peran utama dalam pembentukan sel
darah.Dalam biopsi sumsum tulang, jaringan lunak dari bagian dalam tulang
diekstrak untuk tujuan diagnostik.Biopsi sumsum tulang lazim digunakan untuk
mengidentifikasi kelainan darah seperti anemia, infeksi darah, leukemia, dan
kanker sumsum tulang.
Lanjutan
Limfanglografi
 Limfanglografi adalah pemeriksaan X-ray dengan
menggunakan kontras untuk melihat kelenjar limfe dan
pembuluh limfe yang merupakan bagian dari sistem
limfatik dengan tujuan untuk menegakkan diagnostik,
mengevaluasi penyebaran kanker dan efektifitas terapi
kanker.Indikasi dilakukan Limfanglografi yaitu untuk
mengetahui keefektifan dari terapi kanker, mengevaluasi
penyebab pembegkakan pada lengan atau kaki, mencari
penyakit yang disebabkan oleh parasit dan membedakan
antara limfoma Hodgkin atau non Hodgkin.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai