PENDAHULUAN
Hormon merupakan senyawa kimia khusus diproduksi oleh kelenjar endokrin tertentu.
Terdapat hormon setempat dan hormon umum. Contoh dari hormon setempat adalah
asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf parasimpatis dan syaraf rangka.
Sekretin yang menimbulkan sekresi pankreas dan kolesistiokinin yang dilepaskan di usus
halus, diangkut kekandung empedu sehingga menimbulkan kontraksi kandung empedu dan
pankreas sehingga timbul sekresi enzim.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembahasan ini dibedakan menjadi dua yakni :
A. Hipofisis
Kelenjar hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelejnar
lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3cm.
Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia) dan
bagian posterior.
Gambar : Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya.
Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan
gangguannya
No Hormon Fungsi
1. MSH Mempengaruhi warna kulit individu dengan
(Melanosit Stimulating Hormon) cara menyebarkan butir melanin, apabila
hormon ini banyak dihasilkan maka
menyebabkan kulit menjadi hitam.
Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat di depan trakea.
Kelenjar yang terdapat dileher bagian depan disebelah bawah jakun dan terdiri
dari dua buah lobus.
Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan
Triiodontironin (T3).
Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino (tiroksin) yang
mengandung yodium. Yodium secara aktif di akumulasi oleh kelenjar tiroid dari
darah. Oleh sebab itu kekurangan yodium dalam makanan dalam jangka waktu
yang lama mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok hingga 15 kali.
No Hormon Fungsi
1. Tiroksin Mengatur metabolism pertumbuhan
perkembangan dalam kegiatan system saraf.
2. Triodontironin Mengatur metabolisme,
pertumbuhan,perkembangan dalam kegiatan
sistem saraf.
3. Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah
dengan cara mempercepat absorpsi kalsium
oleh tulang.
Jenis penyakit tiroid yang utama :
Hipertiroidisme/ Tirotoksikosis
Hipotiroidisme
Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal
terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian, aitu bagian luar (korteks) dan
bagian tengah (medulla).
Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya :
Kelenjar Pnkreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pankreas sehingga dikenal
dengan pulau-pulau langerhans. Kelenjar pankreab mengahsilkan hormon insulin dan glucagon,
insulin mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke sel-sel tubuh menembus
membrane sel. Di dalam otot glukosa di metabolisasi dan disimpan dalam bentuk cadangan. Di
sel hati insulin mempercepat proses pembentukan glikogen dan pembentukan lemak.
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk mensekresi insulin.
Sebagai contoh, insulin akan meningkat setelah kita makan, maka kadar glukosa dalam darah
akan naik karena tubuh mendapatkan glukosa dari pemecahan makanan tersebut. Tubuh
mengambil kelebihan glukosa dengan cara mensekresikan insulin untuk menyumbangkannya
pada kadar normal. Sebaliknya glukogen bekerja secara berlawanan terhadap insulin. Glucagon
berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa sehingga kadar glukosa naik. Contohnya pada
saat kita berpuasa karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa ketika berpuasa, maka tubuh
mensekresikan glukokagon untuk menyeimbangkan kekurangan glukosa tersebut. Kekurangan
hormon insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus (kencing manis). Insulin berperan
mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat menurunkan kadar gula darah. Jika seorang
tidak dapat memproduksi insulin, maka glukosa dalam darah terus bertambah karena
glukosannya tidak bisa diubah menjadi glikogen. Akibatnya urine dikeluarkannyapun
mengandung glukosa.
Gambar : Pengaturan Kadar Gula Darah.
Peningkatannya glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml pada manusia)
merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel-sel targetnya untuk
mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelibihan itu telah dikeluarkan atau ketika
konsetrasi glukosa turun dibawah titik pasang, maka pankreas akan merespons dengan cara
mensekresikan glucagon, yang mempegaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.
Gambar : anatomi pankreas
F. Ovarium dan Testis
1. OVARIUM
Testis pada mamalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel-sel benih (sel
germinal), tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus. Testis mensekresikan
hormon testosterone yang berfungsi merangsang pematangan sperma
(spermatogenesis) dan pembentukan tanda-tanda kelamin pria, misalnya
pertumbuhan kumis, janggut,bulu dada, jakun dan membesarnya suara . sekresi
hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis bagian
anterior. Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin yaitu
hormone FSH dan LH. Sekresi kedua hormone ini dipengaruhi oleh GnRF
(Gonadotropin Releasing Factor) yang berasal dari hipotalamus.
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
2. Menstimulasi urutan perkembangan
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif
4. Memelihara lingkungan internal optimal
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.
1. Sekresi dijurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi
hari dan menurun pada malam hari.
2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan silklik naik turun sepanjang waktu tertentu,
seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya
menyebabkan siklus menstruasi.
3. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variable dan tergantung pada kadar
subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar
kalsium serum. Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang
memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal.
Hormon mengontrol laju aktivitas selular . hormon tidak mengawali perubahan
biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor
yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi
dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering
merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya, hormon secara konstan di
reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekresi oleh ginjal.
2.4 Patofisiologi Sistem Endokrin
Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya
bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik.
Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormon itu sendiri(autokrin),
mempengaruhi sel sekitar (paraktrin), atau mencapai sel target di organ lain melalui
darah (endokrin).
Di sel target, hormon berkaitan dengan reseptor dan memperlihatkan
pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal seluler. Hal ini biasanya
melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan
berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan dengan
umpan balik negative. Pada beberapa kasus terdapat umpan balik positif (jangka
yang terbatas),berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan
sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan
hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan
pengontrol dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil
hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan
penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport didalam sel yang
mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika
kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika
sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau
jika sel penghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia,aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu
cepat atau kecepatan pemecahannya meningkatkan. Pada hormon yang berkaitan
dengan protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon
yang berkaitan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya,
pada sisi lain hormon akan keluar dengan dipecah atau disekresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif ditempat
kerja namun jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan misalnya efek enzim,
hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target
organ tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormon atau kegagalan
transmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target.
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi yang pertama peningkatan
pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang
berlebihan. Peningkatan sektivitas atau terlalu banyak jumlah sel penghasil hormon
(hyperplasia,adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan
hormon pada sel tumor yang tidak berdiferensasi diluar kelenjar hormonnya
(pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormon dipecah atau
diinatifkan terlalu lambat, misalnya gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati).
Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon protein plasma, tetapi
bagian yang terikat dengan protein.
B. Karakteristik Lansia
Menurut Maryam, R. Siti, dkk. 2012, lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, R. Siti, dkk. 2012).
C. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
D. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan),banyak ditemukan bermacam-macam tipe
usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan
beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
E. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap
tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, R. Siti,
dkk. 2012).