Anda di halaman 1dari 24

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endokrin merupakan kelenjar yang menyekresi zat kimia yang disebut


hormone langsung ke dalam aliran darah. Beberapa organ memiliki fungsi ganda;
memproduksi hormone dari satu kelompok sel dan zat lain dari kelompok sel lain
(mislnya pancreas memproduksi insulin dan klukagon, dua hormone, dan juga
getah pancreas) (Gibson, 1981).

Sistem endokrin berfungsi untuk memproduksi hormone yang untuk


mengatur aktivitas tubuh manusia. Bekerja sama dengan sistem saraf maka akan
mengkoordinasi, mengatur dan menyesuaikan fisiologi internal tubuh sebagai
respon terhadap perubahan di lingkungan eksternal. Kedua sistem ini bersama-
sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Contohnya ketika tubuh
menggigil karena aktivitas neuromuskulus untuk melawan penurunan suhu
lingkungan, sedangkan banyak daur di tubuh misalnya daur haid,hampir
seluruhnya di atur oleh sistem hormon. Bila sistem endokrin umumnya bekerja
melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang
dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.

Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/ptuitari, kelenjar pankreas,


kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.
Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan hormone tunggal disamping
itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda
misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.

Kelenjar endokrin ini akan melepaskan sekresinya ke dalam darah.


Kelenjar endokrin ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin),
payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin
melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit, atau
organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.

1
Ketika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormone
dalam darah akan meningkat atau malah menurun, sehingga fungsi tubuh
terganggu . Cara mengendalikan fungsi endokrin adalah dengan mengatur
pelepasan setiap hormone dalam batas yang tepat. Tubuh harus bisa merasakan
dari waktu ke waktu apakah diperlukan banyak hormone atau malah sedikit
hormon.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

a. Mampu memahami dan mengetahui konsep dasar Anatomi Fisiologi


Endokrin
b. Mampu memahami dan mengetahui mekanisme fisiologi dalam
mempertahankan homeostatis tubuh

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai pengetahuan
untuk pembaca tentang konsep dasar anatomi fisiologis endokrin serta mekanisme
dalam mempertahankan keadaan homeostatis tubuh.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja sama dengan


perantaraan zat-zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan
mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel,
lempengan atau gumpalan sel yang disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak
mengandung pembuluh kapiler (Diah KD,Sansri.2013).

Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu (sekresi interna) yang


mengirim hasil sekresinya langsung masuk kedalam darah dan cairan limfe,
beredar dalam cairan kelenjar tanpa melewati duktus(saluran). Hasil sekresi dari
kelenjar endokrin disebut hormon. Hormon ini masuk kedalam darah dibawa oleh
sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-
kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan sistem saraf, memiliki peranan
penting dalam pengendalian kegiatan organ-organ tubuh, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf (J. H. Green. 2002).

Meskipun darah menyebarkan hormon ke seluruh tubuh namun hanya sel


sasaran yang memiliki reseptor untuk mengikat hormon tertentu. Maka setelah
dikeluarkan, hormon mengalir di dalam darah ke sel sasaran (responsive cells)
tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari
tubuh kita melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah (Diah
KD,Sansri.2013).

3
2.1.1 Kelenjar Endokrin dan Hormon yang dihasilkan

Gambar 2.1 Kelenjar endokrin dalam tubuh manusia

Tubuh memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar


tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya hormon
tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal, kelenjar hipofisis /
pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal suprarenalis, dan
kelenjar timus. Selain itu ada beberapa organ endokrin yang menghasilkan zat lain
selain hormon yakni pankreas, ovarium, testis dan gaster dari intestinal (S.Si,
Dwisang,Luvina Evi.2014).

A. Hipofisis
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar
pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur
kegiatan kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil,
dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior,
bagian tengah (pars intermedia), dan bagian posterior (Brunner & Suddarth. 2002).

4
Gambar 2.2 Kelenjar Hipofisis (pituitary)
Hipofisis bagian anterior (Hipofisis lobus anterior)
Hipofisis lobus anterior menghasilkan beberapa hormon antara lain
yaitu :

Tabel 2.1 Hormon yang dihasilkan oleh Hipofisis Lobus Anterior dan
Fungsinya
Hormon Organ Target Fungsi dan gangguan
Hormon Somatotropin Tulang dan otot Merangsang sintesis
(STH), Hormon proten dan metabolisme
pertumbuhan (Growth lemak, serta merangsang
Hormone / GH) pertumbuhan
tulang( terutama tulang
pipa) dan otot. kekurangan
hormon ini pada anak-
anak-anak menyebabkan
pertumbuhannya
terhambat/kerdil
(kretinisme), jika
kelebihan akan
menyebabkan

5
pertumbuhan raksasa
(gigantisme). Jika
kelebihan terjadi pada saat
dewasa, akan
menyebabkan
pertumbuhan tidak
seimbang pada tulang jari
tangan, kaki, rahang,
ataupun tulang hidung
yang disebut akromegali.
Hormon tirotropin atau Tiroid Mengontrol pertumbuhan
Thyroid Stimulating dan perkembangan
Hormone (TSH) kelenjar gondok atau tiroid
serta merangsang sekresi
tiroksin
Adrenocorticotropic Korteks adrenal Mengontrol pertumbuhan
hormone (ACTH) dan perkembangan
aktivitas kulit ginjal dan
merangsang kelenjar
adrenal untuk
mensekresikan
glukokortikoid (hormon
yang dihasilkan untuk
metabolisme karbohidrat)
Prolaktin (PRL) atau Kelenjar susu Membantu kelahiran dan
Lactogenic hormone memelihara sekresi susu
(LTH) oleh kelenjar susu
Hormon gonadotropin Ovarium
pada wanita :
1. Follicle Stimulating 1.Merangsang pematangan

6
Hormone (FSH) folikel dalam ovarium dan
menghasilkan estrogen
2. Luteinizing Hormone 2.Mempengaruhi
(LH) pematangan folikel dalam
ovarium dan menghasilkan
progestron
Hormone gonadotropin Testis
pada pria :
1. FSH 1.Merangsang terjadinya
2. Interstitial Cell spermatogenesis (proses
Stimulating Hormone pematangan sperma).
(ICSH) 2.Merangsang sel-sel
interstitial testis untuk
memproduksi testosteron
dan androgen

Hipofisis bagian tengah ( hipofisis pars intermedia)


Hormon yang dihasilkan dalam hipofisis pars intermedia yang
berfungsi antara lain (Brunner & Suddarth. 2002):

Tabel 2.2 Hormon yang dihasilkan dalam hipofisis pars intermedia dan
fungsinya
Hormon Fungsi
MSH (Melanosit Stimulating Mempengaruhi warna kulit
Hormon) individu. dengan cara menyebarkan
butir melanin, apabila hormon ini
banyak dihasilkan maka
menyebabkan kulit menjadi hitam.

7
Hipofisis lobus posterior
Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior dan
fungsinya(Brunner & Suddarth. 2002).

Tabel 2.3 Hormon yang dihasilkan dalam hipofisis lobus posterior dan
fungsinya
Hormon Organ Target Fungsi
Oksitosin Otot dinding rahim Menstimulasi kontraksi
otot polos pada rahim
wanita selama proses
melahirkan
Hormon ADH Tubulus Ginjal Menurunkan volume
urine dan meningkatkan
tekanan darah dengan
cara menyempitkan
pembuluh darah

Gambar 2.3 Regulasi Hormon ADH


Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di deteksi oleh
hipotalamus. Jika cairan (plasma) dalam darah sedikit, maka hipofisis akan
mensekresikan ADH untuk melakukan reabsorpsi (penyerapan kembali) sehingga

8
darah mendapatkan asupan cairan dari hasil reabsorpsi tersebut. Dengan demikian
kadar cairan (plasma) dalam darah dapat kembali seimbang. Selain itu, karena
cairan pada ginjal sudah diserap, maka urine kini bersifat pekat. Jika seseorang
buang air kecil terus menerus, diperkirakan hipofisis posteriornya mengalami
gangguan sebab ADH tidak berfungsi dengan baik. Nama penyakit ini disebut
diabetes insipidus. (Drs. H Syaifuddin, A.2006).

B. Tiroid

Gambar 2.4 Kelenjar Tiroid

Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat di


depan trakea (Diah KD,Sansri.2013).
Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah
jakun dan terdiri dari dua buah lobus.
Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin
(T4) dan Triiodontironin (T3).
Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino
(tiroksin) yang mengandung yodium. Yodium secara aktif di
akumulasi oleh kelenjar tiroid dari darah. Oleh sebab itu
kekurangan yodium dalam makanan dalam jangka waktu yang
lama mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok hingga 15 kali.

9
Tabel 2.4 Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid dan fungsinya
Hormon Fungsi
Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,
perkembangan, dan kegiatan
sistem saraf.
Triiodontironin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,
perkembangan dan kegiatan
sistem saraf.
Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam
darah dengan cara mempercepat
absorpsi kalsium oleh tulang.

Gambar 2.5 Regulasi Hormon Tiroid

Jenis penyakit tiroid yang utama:

Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
Hyperthyroidism / thyrotoxicosis, hormon tiroid T3 dan T4
didapati lebih tinggi daripada orang biasa
Hipotiroidisme

Kelebihan dan kekurangan tiroid sangat berpengaruh dalam proses


pertumbuhan dan kesehatan. Jika seseorang kekurangan tiroid dapat menurunkan

10
kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun.
Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan
fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot.
Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan
menambahkan garam iodium di dalam makanan (Sherwood, Lauralee. 2001).

Jika kelebihan tiroid, (hipertiroidisme) akan menyebabkan


pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan
menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki,
rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali (Sherwood, Lauralee.
2001).

C. Paratiroid

Gambar 2.6 Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratoid berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar


tiroid. Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk
mengatur konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara
mengatur : absorpsi kalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal, dan pelepasan

11
kalsium dari tulang. Kelenjar paratoid yang menghasilkan hormon paratiroid
berfungsi untuk meningkatkan kalsium darah dengan cara merangsang reabsorpsi
kalsium di ginjal dan dengan cara penginduksian selsel tulang osteoklas untuk
merombak matriks bermineral pada osteoklas untuk merombak matriks
bermineral pada tulang sejati dan melepaskan kalsium ke dalam darah (Ellyzar M,
Adil.2009).

Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar kalsium


dalam darah meningkat, hal ini akan mengakibatkan terjadinya endapan kapur
pada ginjal. Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut tetanus.
Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH, sehingga
fungsinya menurunkan kalsium darah. Fungsi umum kelenjar paratiroid adalah
mengatur metabilisme fosfor danMengatur kadar kalsium darah (Ellyzar M,
Adil.2009).

D. Kelenjar adrenalin (anak ginjal)

Gambar 2.7 Kelenjar Adrenalin

Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas
ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas
dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula) (S.Si,
Dwisang,Luvina Evi.2014).

1. Bagian korteks adrenal terdapat beberapa hormon yang dihasilkan antara lain:

Mineralokortikoid, berfungsi untuk mengontrol metabolisme ion


anorganik
Glukokortikoid, berfungsi untuk mengontrol metabolisme glukosa

2. Bagian medula adrenal terdapat beberapa hormon yang dihasilkan antara lain
adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin. Kedua hormon tersebut bekerja sama
dalam hal dilatasi bronkiolus, vasokonstriksi pada arteri, vasodilatasi pembuluh
darah otak dan otot serta mengubah glikogen menjadi glukosa dalam hati, gerak
peristaltik, bersama insulin mengatur kadar gula darah (Diah KD,Sansri.2013).

12
Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus mengaktifkan
medula adrenal melalui impuls saraf dan korteks adrenal melalui si nyal
hormonal. Medulla adrenal memperantarai respons jangka pendek terhadap
stress dengan cara mensekresikan hormon katekolamin yaitu efinefrin dan
norefinefrin. Korteks adrenal mengontrol respon yang berlangsung lebih lama
dengan cara mensekresikan hormone steroid (Brunner & Suddarth. 2002).

E. Pankreas

Gambar 2.8 Kelenjar Pangkreas

Kelenjar pangkreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada


pangkreas, sehingga dikenal dengan pulau-pulau langerhans.
Kelenjar pangkreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Insulin
mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju sel-sel tubuh
menembus membran sel.
Di dalam otot glukosa dimetabolisasi dan disimpan dalam bentuk
cadangan.
Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen
(glikogenesis) dan pembentukan lemak (lipogenesis).
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk
mensekresikan insulin. Sebagai contoh, insulin akan meningkat setelah
kita makan. Setelah makan, maka kadar glukosa dalam darah akan naik
karena tubuh mendapatkan glukosa dari pemecahan makanan tersebt.
Tubuh mengambil kelebihan glukosa dengan cara mensekresi insulin
untuk menyeimbangkannya pada kadar normal. Sebaliknya glukagon
bekerja secara berlawanan terhadap insulin. Glukagon berfungsi
mengubah glikogen menjadi glukosa sehingga kadar glukosa naik.
Contohnya pada saat kita berpuasa. Karena tubuh tidak mendapatkan
asupan glukosa ketika berpuasa, maka tubuh mensekresikan glukagon
untuk menyeimbangkan kekurangan glukosa tersebut.
Kekurangan hormon insulin akan menyebabkan penyakit diabetes
mellitus (kencing manis).

13
Insulin berperan mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat
menurunkan kadar gula darah. Jika seseorang tidak dapat
memproduksi insulin, maka glukosa dalam darah terus bertambah
karena glukosanya tidak bisa dirubah menjadi glikogen. Akibatnya
urine yang dikeluarkannyapun mengandung glukosa.

Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml pada


manusia) merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel
sel targetnya untuk mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelebihan
itu telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi glukosa turun dibawah titik pasang,
maka pancreas akan merespons dengan cara mensekresikan glukagon, yang
mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah (Ellyzar M, Adil.2009).

F. Ovarium dan Testis

Gambar 2.9 Kelenjar Ovarium dan Testis

Ovarium merupakan kelenjar kelamin pada wanita yang berfungsi menghasilkan


sel telur. Hormon yang dihasilkan yaitu hormone progesterone dan hormone
estrogen. Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH.
Progesteron berfungsi untuk mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima
sel telur yang sudah dibuahi. Sedangkan sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel
de Graaf dan dirangsang oleh FSH. Estrogen berfungsi menimbulkan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, misalnya
perkembangan pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus (Brunner & Suddarth.
2002).

14
Gambar 2.10 Regulasi hormone di ovarium

System hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

1) FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang


dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
2) LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
3) PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolactin.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis


merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur).Pada
umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat
menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf
yang membuat estrogen.Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis
mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH
berada di bawah pengaruh releasing hormone yang disalurkan hipotalamus ke
hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik
akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH,
folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh
hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik).
Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi

15
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus
luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan,
dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila
terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan (J. H. Green. 2002).
Testis terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel-sel benih (sel germital),
tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferous. Testis mensekresikan hormon
testosterone yang berfungsi merangsang pematangan sperma (spermatogenesisi)
dan pembentukan tanda tanda kelamin pria, misalnya pertumbuhan kumis,
janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara. Sekresi hormon tersebut
dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis bagian anterior. Sewaktu
pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin, yaitu hormone FSH dan
LH. Sekresi kedua hormone ini dipengaruhi oleh GnRF (Gonadotropin Releasing
Factor) yang berasal dari hipotalamus (Brunner & Suddarth. 2002).

Gambar 2.11 regulasi hormon pada pria

16
2.2 Fungsi Sistem Endokrin

1. Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh


2. Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
3. Merangsang pertumbuhan jaringan
4. Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa pada
usus halus
5. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat
6. Memacu pertumbuhan reproduksi dan tingkah laku

2.3 Karakteristik Sistem Endokrin

1. Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mensekresi


hormone langsung ke dalam cairan jaringan disekitar sel-selnya.
Sebaliknya kelenjar eksokrin seperti kelenjar saliva, mensekresi
produknya ke dalam duktus.
2. Kelenjar endokrin biasanya mensekresi lebih dari satu jenis hormone
(kelenjar paratiroidyang hanya mensekresi hormone paratiroid merupakan
suatu pengecualian).
3. Konsentrasi hormone dalam sirkulasi adalah rendah.
4. Kelenjar endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang baik.
(Ethel Sloane. 1994. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Halaman 200)

Karakteristik pembeda pada system endokrin adalah adanya mekanisme


umpan balik homeostatik yang ikut menentukan kecepatan pembentukan hormone
bagi hampir semua organ endokrin Hormon mengontrol laju aktivitas selular.
Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-
sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.
(Dawn B Marks, Phd. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC. Halaman
650).

17
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan
hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar
lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain
dan diekskresi oleh ginjal (Drs. H Syaifuddin, A.2006).

2.4 Pengendalian Endokrin

Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di


dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus
diatur dalam batas-batas yang tepat (Diah KD,Sansri.2013)
Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih
banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan
hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka
kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam
aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon
kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar Hipofisa
mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti
melepaskan hormon (Brunner & Suddarth. 2002).
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki
fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita
melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap
bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur juga kadarnya
mengalami turun-naik setiap bulannya. Mekanisme pasti dari pengendalian oleh
hipotalamus dan hipofisa terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti.
Tetapi jelas terlihat bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam
biologis (Brunner & Suddarth. 2002).

18
2.5 Klasifikasi hormon

1. Hormon perkembangan : hormone yang memegang peranan didalam


perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
gonad.
2. Hormon metabolisme : proses homesostasis glukosa dalam tubuh diatur
oleh bermacam-macam hormone, seperti glukortikoid, glucagon, dan
katekolamin.
3. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi
endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormone perangsang
pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis
(LH).
4. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral: kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
(Syamsuri Istamar, 2004)

2.6 Hormon Utama

Hormon Yang Menghasilkan Fungsi


Aldosteron Kelenjar adrenal Membantu keseimbangan
garam dan air dengan cara
menahan garam dan air serta
membuang kalium
Antideuretik Kelenjar hipofisa Menyebabkan ginjal
(vasopressin) menahan air bersama dengan
aldosterone dan membantu
mengendalikan tekanan
darah
Kartikosteroid Kelenjar adrenal Anti peradangan
Membantu mengendalikan
tekanan daah
Kartikotropin Kelenjar Hipofisa Mengendalikan

19
pembentukan & pelepasan
hormone oleh korteks
adrenal
Eritropoietin Ginjal Merangsang pembentukan
sel darah merah
Estrogen Ovarium Mengendalikan
perkembangan ciri seksual
dan reproduksi wanita
Glukagon Pankreas Meningkatkan kadar gula
darah
Hormon pertumbuhan Kelenjar Hipofisa Mengendalikan perumbuhan
dan perkembangan
Meningkatkan pembentukan
protein
Insulin Pankreas Menurunkan kadar gula
darah
Mempengaruhi metabolism
glukosa, protein, dan lemak
di seluruh tubuh
LH (Luteinizing Kelenjar Hipofisa Mengendalikan fungsi
Hormone) reproduksi dan
FSH (Foliccle mengendalikan ciri seksual
Stimulating Hormone) pria dan wanita
Oksitosin Kelenjar Hipofisa Menyebabkan kontraksi otot
Rahim dan saluran susu di
payudara
Hormon Paratiroid Kelenjar Paratiroid Mengendalikan
pembentukan tulang
Mempersiapkan lapisan
Rahim untuk penanaman sel

20
telur yang akan dibuahi
Polaktin Kelenjar Hipofisa Memulai dan
mempertahankan
pembentukan susu di
kelenjar susu
Renin dan Angiostensin Ginjal Mengendalikan tekanan
darah
Homon Tiroid Kelenjar Tiroid Mengatur pertumbuhan,
pematangan, dan kecepatan
metabolisme
TSH (Tyroid-Stimulating Kelenjar Hipofisa Merangsang pembentukan
Hormonne) dan pelepasan kelenjar tiroid

2.7 Patofisiologi Hormon secara umum

Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya


bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik.
Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri
(autokrin), mempengaruhi sel sekitar (parakrin), atau mencapai sel target di organ
lain melalui darah (endokrin) (Ellyzar M, Adil.2009).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan
pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini
biasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan
berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan
dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik positif
(jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas
perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan
digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek
hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan dan pengaturan yang bebas
dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon (Ellyzar M, Adil.2009).

21
Berkurangnya pengaruh hormone dapat disebabkan oleh gangguan sintesis
dan penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel
yang mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi
jika kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh,
atau jika sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap
rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia,
aplasia) (Ellyzar M, Adil.2009).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang
terlalu cepat atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang
berikatan dengan protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada
perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak dapat
menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan dipecah atau
dieksresi melalui ginjal (Ellyzar M, Adil.2009).
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di
tempat kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya
defek enzim, hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak
terjadi karena target organ tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor
hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari
sel atau organ target (Ellyzar M, Adil.2009).
Penyebab meningkatnya pengaruh hormone meliputi, yang pertama
peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
rangsangan tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak
jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat
juga disebabkan oleh pembentukan hormone pada sel tumor yang tidak
berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau
diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau
hati). Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein
plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein (Ellyzar M, Adil.2009).

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja sama dengan


perantaraan zat-zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan
sistem saraf, memiliki peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ-organ
tubuh, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Tubuh memiliki beberapa
kelenjar endokrin yang terdiri dari kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/ptuitari,
kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan
kelenjar buntu.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang sistem endokrin berserta


gangguannya, karena dilihat dari fungsi dan manfaatnya pada tubuh sistem
endokrin sangat berharga. Sehingga, untuk menjaga supaya sistem endokrinnya
tidak rusak biasakanlah hidup yang sehat, mengkonsumsi makanan yang
memenuhi standar gizi, lakukan olah raga yang teratur dan istirahat yang cukup.

23
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8


Vol.2.Jakarta, EGC.
Diah KD,Sansri.2013. Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin. Bandung: Poltekkes
Bandung.

Drs. H Syaifuddin, A.2006. ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi


3. Jakarta: EGC.

Ellyzar M, Adil.2009. SISTEM ENDOKRIN BIOLOGI FMIPA UI, Jakarta:


FMIPA UI.
Ethel Sloane. 1994. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Gibson, John. 1981. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Edisi kedua.
Diterjemahkan oleh Bertha Sugiarto. Jakarta: EGC [e-book]
https://books.google.co.id/books?id=fhq0XZVHw-
AC&pg=PA406&dq=anatomi+fisiologi+manusia&hl=en&sa=X&redir_esc=y
#v=onepage&q=endokrin%20&f=false (diakses pada 19 Juli 2017)

J. H. Green. 2002. Fisiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa Aksara.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

S.Si, Dwisang,Luvina Evi.2014.Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Paramedis.


Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta :


EGC.

Syamsuri Istamar.2004. Biologi Untuk SMA.Jakarta :Erlangga.

24

Anda mungkin juga menyukai