Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FISIOLOGI

”SISTEM ENDOKRIN”

Disusun oleh :

Miranda Kharisma Putri


P3.73.24.1.17.015

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


Profesi Bidan
1A
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan pertolongan-
Nya kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai “Fisiologi Sistem Endokrin”.
Kami juga patut menyatakan rasa terima kasih saya kepada dosen terkait, karena dengan
diberikannya tugas makalah ini, kami dapat sekaligus menambah wawasan terhadap topik yang
sudah di tentukan.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta membuat kita mencapai
kehidupan yang lebih baik lagi.

Bekasi, 13 Februari 2018


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................


KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fisisologi Sistem Endokrin .............................................................................
2.2 Fungsi Sistem Endokrin .................................................................................
2.3 Karakteristik Sistem Endokrin .......................................................................
2.4 Peran sistem Endokrin dalam homeostasis......................................................
2.5 Sistem Endokrin Dalam Bekerja Sama Dengan Sistem Saraf.........................
2.6 Klasifikasi Hormon dan Perbedaan.................................................................
2.7 Mekanisme Umpan Balik dalam Pengendalian Sekresi Hormon....................
2.8 Contoh Mekanisme Umpan Balik dalam Pengendalian Sekresi Hormon.......

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan..........................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang memproduksi substansi untuk
digunankan di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap beredar dan
bekerja didalam tubuh.
Hormon merupakan senyawa kimia khsus diproduksi oleh kelenjar endokrin tertentu.
terdapat hormon setempat dan hormon umum. contoh dari hormon setempat adalah: Asetilkolin
yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf parasimpatis dan syaraf rangka. Sekretin yang
dilepaskan oleh dinding duedenum dan diangkut dalam darah menuju penkreas untuk
menimbulkan sekresi pankreas dan kolesistokinin yang dilepaskan diusus halus, diangkut
kekandung empedu sehingga timbul kontraksi kandung empedu dan pankreas sehingga timbul
sekresi enzim.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana Anatomi dan Fisisologi Sistem Endokrin ?
2. Apa fungsi Sistem Endokrin ?
3. Bagaimana Karakteristik Sistem Endokrin ?
4. Bagaimana pengendalian hormon secara umum?
5. Bagaimana cara Sistem Endokrin Dalam Bekerja Sama Dengan Sistem Saraf?
6. Bagaimana Klasifikasi Hormon dan Perbedaan?
7. Bagaimana Mekanisme Umpan Balik dalam Pengendalian Sekresi Hormon?
8. Mengetahui Contoh dari Mekanisme Umpan Balik dalam Pengendalian Sekresi Hormon ?

1.3 Tujuan Penulis


Tujuan penelitian ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami Fisiologi dari
Sistem Endokrin sehingga mempermudah dalam mempelajari patofisiologi dari sistem endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fisiologi Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan
mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau
gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari
saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini
sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui saluran,
tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa
ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan ekresi kelenjar
eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah.
Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut, ada
yang berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya hormon tersebut hanya menghasilkan
hormon misalnya kelenjar pineal, kelenjar hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid,
kelenjar adrenal suprarenalis, dan kelenjar timus. Selain itu ada beberapa organ endokrin yang
menghasilkan zat lain selain hormon yakni:
1. Kelenjar Endokrin dan Hormon yang Dihasilkan

Gbr. Kelenjar-kelenjar endokrin dalam tubuh manusia


Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis, tiroid, paratiroid,
kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis.
A. Hipofisis Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar
pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan
kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3
cm. Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia),
dan bagian posterior.

Hipofisis lobus anterior


Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dapat dilihat pada gambar .

Gambar : Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya.
Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan gangguannya.

Hormon yang dihasilkan Fungsi dan gangguannya


Hormone somatotropin merangsang sintesis protein dan metabolisme
lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang
(terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan
hormon ini pada anak anak menyebaban
pertumbuhannya terhambat, jika kelebihan
akan menyebabkan pertumbuhan raksasa. jika
kelebihan terjadi saat dewasa, akan
menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang
pada tulang jari tangan, kai, rahang, ataupun
tulang hidung yng disebut akromegali
hormon tirotropin mengontrol pertumbhan dan perkembangan
kelenjar godok atau tiroid serta merangsang
sekresi tiroksin.
hormon adrenokortikotropin mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
aktivvitas kullit ginjal dan merangsang kelenjar
adreal untuk mensekresikan glukokortikoid.
hormon proklatin membantu kelahiran dan memelhara sekrei
susu oleh kelenjar susu.
hormon FSH, LH pada wanita merangsang pematangan folikel dalam ovarium
an menghasilkan estrogen dan mempengaruhi
folikel dalam ovarium dan menghasilkan
progesteron.
hormon FSH, LH pada pria merangsang terjadiya spermatogenesis dan
merangsang sel-sel intersitial testis untuk
memproduksi testoteron dan anrogen.

B. Tiroid

Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat di depan trakea.
1. Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah jakun dan terdiri dari dua
buah lobus.
2. Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan Triiodontironin
(T3).
3. Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino (tiroksin) yang mengandung
yodium. Yodium secara aktif di akumulasi oleh kelenjar tiroid dari darah. Oleh sebab itu
kekurangan yodium dalam makanan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan
pembesaran kelenjar gondok hingga 15 kali.
C. Paratiroid

1. Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid


2. Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk mengatur
konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara mengatur : absorpsi
kalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang.
3. Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara merangsang reabsorpsi
kalsium di ginjal dan dengan cara penginduksian sel–sel tulang osteoklas untuk
merombak matriks bermineral pada osteoklas untuk merombak matriks bermineral pada
tulang sejati dan melepaskan kalsium ke dalam darah
4. Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar kalsium dalam darah
meningkat, hal ini akan mengakibatkan terjadinya endapan kapur pada ginjal.
5. Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut tetanus.
6. Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH, sehingga fungsinya
menurunkan kalsium darah.

D. Kelenjar adrenalin (anak ginjal)

Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap
ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks)
dan bagian tengah (medula).
E. Pangkreas

F. Ovarium dan Testis

OVARIUM
1. Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur, hormone estrogen dan
hormone progesterone.
2. Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf dan dirangsang oleh FSH
3. Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda – tanda kelamin sekunder pada
wanita, misalnya perkembangan pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus.
4. Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH
5. Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima sel telur yang sudah
dibuahi.

TESTIS
1. Testis pada mammalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel – sel benih (sel germinal),
tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus.
2. Testis mensekresikan hormon testosterone yang berfungsi merangsang pematangan
sperma (spermatogenesisi) dan pembentukan tanda – tanda kelamin pria, misalnya
pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara.
3. Sekresi hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis bagian
anterior.
4. Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin, yaitu hormone FSH dan
LH. Sekresi kedua hormone ini dipengaruhi oleh GnRF (Gonadotropin Releasing Factor)
yang berasal dari hipotalamus

2.2 Fungsi Sistem endokrin :


sistem enokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang.
2. menstimulsi urutan perkembangan.
3. mengkoordinasi sistem reproduktif.
4. memelihara lingkungan iternal optimal.
5. mengalahkan respon korektif dan adaptif ketika tejadi situasi darurat.

2.3 Karakteristik sistem endrokrin :


1. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. kortisol adalah
contoh hormon diurnal. kadar kartisol meningkat pada pagi hari dan menurun pada malam
hari.
2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklus naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti
bulanan. estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus
menstruasi.

2.4 Peran Sistem Endokrin Dalam Homeostasis


Sistem endokrin mengeluarkan berbagai hormon yang mempengaruhi pertumbuhan secara
keseluruhan dan perkembangan tubuh. Metabolisme juga merupakan salah satu proses tubuh
yang diatur oleh sistem endokrin. Pelepasan hormon langsung ke dalam aliran darah juga diatur
oleh sistem endokrin. Berbagai sistem seperti sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem otot
dan semua sistem utama lain dari tubuh diatur oleh sistem endokrin. Ini membantu mencapai
homeostasis. Bila semua itu tidak dilakukan dengan seimbang maka homeostasis tidak akan
tercapai.
Berbagai faktor yang membantu tubuh mengatur mempertahankan homeostasis.
1. Suhu: Sebagai makhluk berdarah panas, manusia terus-menerus mempertahankan suhu
lingkungan internal mereka. Panas dari berbagai organ dan sistem organ dalam tubuh
mengatur suhu tubuh. Hati dan otot berkontraksi terutama bertanggung jawab untuk
menghasilkan panas dalam tubuh. Ketika suhu tubuh lebih besar dari lingkungan, kulit
kehilangan panas. Tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi jika suhu tubuh
lebih rendah dari sekitarnya. Penguapan juga merupakan sarana pendinginan suhu tubuh
dan menyingkirkan kelebihan panas. Otak juga menghasilkan banyak panas. Sistem
pembuluh darah yang terdiri dari kepala, memungkinkan kelebihan panas meloloskan diri
dan mendinginkan kepalanya.
2. Osmoregulasi: Osmoregulasi melibatkan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh.
Tubuh memastikan bahwa kadar air dalam tubuh tidak menjadi terlalu encer atau terlalu
terkonsentrasi. Ginjal membantu dengan menghapus ion berlebih dari darah. Ini kemudian
diekskresikan sebagai urin dan mempengaruhi tekanan osmotik.
3. Gula: Tingkat gula dalam tubuh juga diatur untuk mempertahankan homeostasis.
Pankreas mengeluarkan dua hormon penting untuk mengatur kadar gula darah. Ini adalah
glukagon dan insulin. Penurunan kadar gula intiates pankreas untuk melepaskan insulin
menyebabkan glukosa untuk disimpan dalam sel-sel tubuh sebagai glikogen. Akibatnya,
kadar gula darah dalam tubuh diturunkan. Ketika kadar gula darah mencapai rendah,
glukagon dilepaskan dari pankreas yang menyebabkan pelepasan glikogen dari sel-sel
tubuh yang kemudian diubah menjadi glukosa, meningkatkan kadar gula darah.
4. Kalsium: pengaturan Kalsium dalam tubuh terjadi ketika reseptor kalsium penginderaan
bisa diaktifkan oleh tingkat kalsium yang rendah. Reseptor ini terletak di kelenjar
paratiroid. Sebuah rilis PTH terjadi oleh kelenjar paratiroid, yang bekerja dengan
meningkatkan kadar kalsium darah dengan pelepasan kalsium dari sel tulang. Sel C
terletak di kelenjar tiroid, rilis kalsitonin, yang membantu menurunkan tingkat kalsium
dengan penyerapan kalsium ke dalam tulang.
5. Menyeimbangkan Cairan: Pemeliharaan homeostasis memerlukan keseimbangan yang
memadai cairan dalam tubuh. Keseimbangan ini mencakup baik peningkatan serta
hilangnya cairan. Hormon antidiuretik (ADH) dan aldosteron dua hormon utama yang
membantu menjaga keseimbangan cairan.
2.5 Sistem Endokrin Dalam Bekerja Sama Dengan Sistem Saraf
Sistem saraf dan sistem endokrin memiliki hubungan dalam homeostasis. Stimulus yang
diintegrasikan pada sistem saraf memengaruhi pelepasan banyak hormon melalui neuron eferen.
Hubungan antara sistem saraf dengan sistem endokrin disebut juga dengan neurohormon. 1.
Neurohormon merupakan sinyal kimia yang dilepaskan ke aliran darah oleh suatu neuron.
Neurohormon disekresikan oleh kelenjar hipofisis posterior yang pembentukannya berpusat pada
bagian hipotalamus. Sistem saraf manusia memproduksi tiga kelompok neurohormon utama yaitu
katekolamin, neurohormon hipofisis posterior, dan neurohormon hipofisis anterior.
1. Katekolamin
Katekolamin merupakan neurohormon yang berikatan dengan reseptor membran sel.
Katekolamin berasal dari asam amino tunggal yang merupakan bentuk modifikasi
molekul tirosin tunggal. Katekolamin dibuat dengan memodifikasi gugus samping tirosin.
Katekolamin yang dibutuhkan manusia yaitu epinefrin, norepinefrin, dan dopamin.
2. Neurohormon Hipofisis Posterior
Hipofisis posterior merupakan tempat penyimpanan dan pelepasan dua neurohormon
yaitu oksitosin dan vasopresin atau ADH. Setelah neurohormon ditempatkan kedalam
vesikel sekretorik, vesikel diangkut ke hipofisis posterior melalui akson. Setelah vesikel
mencapai akson terminal, vesikel akan disimpan disana sampai menunggu sinyal
pelepasan. Ketika stimulus mecapai hipotalamus, suatu sinyal listrik dilepaskan dari
badan sel neuron menuju bagian ujung distal sel pada hipofisis posterior. Depolarisasai
terminal akson membuka kanal Ca2+ berpintu listrik dan kalsium memasuki sel.
Masuknya kalsium memicu eksositosis dan isis vesikel dilepaskan ke sirkulasi. Setelah
berada didalam darah maka neurohormon akan berjalan menuju sasarannya. Vasopressin
atau ADH bekerja di ginjal dan meregulasi keseimbangan air dalam tubuh. Pada wanita,
oksitosin yang dilepaskan dari hipofisis posterior mengontrol ejeksi susu selama
menyusui dan kontraksi uterus saat persalinan dan pelahiran.
3. Neurohormon Hipofisis Anterior
Hipofisis anterior merupakan kelenjar endokrin utama yang menyekresikan enam hormon
yaitu prolaktin (PRL), tirotropin (TSH), adrenokortikotropin (ACTH), hormon
pertumbuhan (GH), follicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH).
Sinyal uang meregulasi sekresi hormone hipofisis anterior berasal ddri otak dalam bentuk
neurohormon. Hormone penglepas dan penghambat hipotalamus ini disekresiakn kedalam siklus
hipotalamus. Hormone-hormon ini bergerak secara langsung dari hipotalamus ke hipofisis
melalui suatu kumpulan pembuluh darah khusus yang dikenal dengan sistem portal hipotalamus-
hipofisis.
Sistem portal merupakan region khusus sirkulasi yang terdiri dari dua kumpulan kapiler
yang terhubung secara seri oleh suatu kumpulan pembuluh darah yang lebih besar. Terdapat tiga
sistem portal, yaitu pada ginjal, sistem pencernaan, dan otak.
Hormon hipofisis anterior mengatur banyak fungsi fital sehingga disebut kelenjar master
tubuh. Hormon hipofisis anterior mengatur metabolisme dalam tubuh, pertumbuhan, dan
reproduksi. Berikut ini tugas dari hormon hipofisis anterior:
a. Prolaktin (PRL) : mengontrol produksi susu pada wanita, mengatur system imun pada pria
dan wanita. Di kontrol oleh hormon penghambat yaitu dopamine.
b. Growth Hormone (GH) : hormon pertumbuhan yang memengaruhi metabolisme banyak
jaringan selain menstimulasi produksi hormon oleh hati. Di kontrol oleh hormone
penghambat yaitu somatostatin (SS) atau growth hormone - inhibiting hormone (GHIH)
c. Follicle-stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) : dikenal sebagai
gonadotropin. Mengatur sistem didalam ovarium dan testis.
d. Thyroid-stimulating Hormone (TSH) : mengontrol sintesis dan sekresi hormone pada
kelenjar tiroid.
e. Adrenocorticotrophic (ACTH) : bekerja pada sel tertentu korteks adrenal untuk
mensintesis dan pelepasan hormon steroid kortisol.

2.6 Klasifikasi Hormon dan Perbedaan

Berdasarkan struktur kimia hormon diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Amina : Hormon Amina dapat berikatan dengan reseptor dipermukaan sel, molekul
hormone paling sederhana, turunan dari asam amino tirosin dan dibentuk oleh tiroid dan
medula adrenal. Contoh: hormon thyroid, epineprin dan norepineprin.
2. Peptida : Hormon Peptida adalah yang paling banyak dan dapat berikatan dengan reseptor
dipermukaan sel, molekulnya tersusun oleh rantai asam amino, banyaknya hormon dapat
dikelompokkan menjadi famili-famili yang mencerminkan kemiripan struktural serta
kemiripan reseptor-reseptor yang diaktifkannya. Contoh: Oxytocin, calcitonin, hormon
parathyroid dan insulin.
3. Steroid : Hormon Steroid dapat menembus membran plasma sel yang mengandung lipid
dan biasanya berikatan dengan reseptor intrasel, molekulnya disusun dari kolesterol.
Hormon steroid dihasilkan oleh korteks adrenal, gonad, testis, dan ovarium. Hormon
steroid dapat dibedakan oleh tempat kerjanya terutama intrasel, karena keduanya dapat
berdifusi bebas menembus membran sel. Contoh: aldosteron, cortisol, estrogen,
progesteron dan testosteron.
4. Mekanisme Kerja Hormon
a. Di dalam tubuh terdapat sekitar 50 jenis hormon yang diedarkan dalam pembuluh
darah.
b. Mekanisme kerja hormon pada sel target organ adalah dengan cara menduduki
reseptor. Satu reseptor spesifik untuk satu jenis hormon saja.
c. Hormon berdasarkan mekanisme kerja dan letak reseptornya dikelompokkan menjadi:
hormon steroid dan nonsteroid.

A. Nonsteroidal Hormone
1. Bekerja dgn cara menduduki resepror yg terletak di membran sel.
2. Hormon ( first messenger ) selanjutnya akan mengaktifkan second messenger (contoh:
Cyclic AMP)
3. Second messenger akan mengaktifkan protein kinase yg menyebabkan berbagai
aktivitas sel: dihasilkannya enzim, sintesa protein atau perubahan permeabilitas
membran sel .

B. Steroidal Hormone
1. Hormon steroid mudah melewati membran sel dan reseptornya di sitoplasma
2. Kompleks hormon-reseptor memasuki inti sel, mengaktivasi DNA pd chromatin
untuk transkripsi mRNA.
3. mRNA akan ditranslasi di Ribosome untuk menghasilkan protein/ enzyme

2.7 Mekanisme Umpan Balik dalam Pengendalian Sekresi Hormon


Mekanisme umpan balik atau system umpan balik adalah siklus peristiwa di mana suatu
keadaan tertentu dari kondisi tubuh yang terkendali. Misalnya pada suhu yang terus menerus di
monitor dan disesuaikan untuk menjaga nilai kondisi terkendali dalam kisaran yang aman,
sehingga tubuh terus berfungi dan berhasil sebagai lawan mengalami kerusakan misalnya karena
over-heating.
Pada system endokrin, umpan balik mengacu kepada efek yang ditimbulkan oleh
pengaktifan suatu jaringan sasaran oleh hormone terhadap pelepasan hormone tersebut lebih
lanjut. Setiap hormone dirangsang pelepasannya oleh suatu sinyal khusus. Setelah dilepaskan,
hormone mempengaruhi organ sasaran dan menimbulkan respon yang mengurangi pelepasan
hormone tersebut lebih lanjut.
Kadar hormone diatur oleh mekanisme umpan balik, oleh sebab itu konsentrasi hormone
harus dipertahankan karena hormone memiliki efek yang kuat pada tubuh. Sistem umpan balik
merupakan mekanisme yang cocok untuk mengontrol kadar hormone, karena melibatkan
pemantauan yang konstan dan membuat penyesuaian untuk menjaga kadar kormon yang stabil.
Struktur Dasar Lingkaran Umpan Balik :
1. Stimulus lingkungan
2. Pusat kendali stimulus (otak-hypothalamus)
3. Hormone yang dihasilkan hipotalamus menstimuli pituitary
4. Hormone dari pituitary area target
5. Area target membuat perubahan
6. Aksi perubahan positif/negatif masuk siklus

Ada dua jenis mekanisme umpan balik:


1. Tanggapan Negatif Sistem ("mekanisme umpan balik negatif" dan "loop umpan balik
negatif"). Umpan balik negatif adalah mekanisme utama dalam sistem endokrin untuk
mempertahankan homeostasis, pengaturan sekresi hormon. Sekresi dari hormon yang
spesifik oleh perubahan fisiologi yang spesifik.
2. Tanggapan Positif Sistems ("mekanisme positif umpan balik" dan "loop umpan balik
positif"). Perbedaan antara umpan balik negatif dan umpan balik positif untuk regulasi
hormon dalam tubuh manusia.
A. Mekanisme Umpan Balik Negatif
1. Sistem umpan balik negatif mengembalikan homeostasis dengan penghentian
produksinya di hipotalamus dan ke pituitary.
2. Umpan balik negatif cenderung untuk membawa kondisi di dalam tubuh kembali
seimbang.
3. Umpan balik negatif menyebabkan respon untuk melawan perubahan mulai dalam
kondisi terkendali.
4. Mekanisme umpan balik negatif mengontrol banyak dengan jangka panjang.
5. Sebagian besar mekanisme umpan balik yang mengatur hormon dalam tubuh manusia
adalah sistem umpan balik negatif.

B. Mekanisme Umpan Balik Positif


1. Sistem umpan balik positif memperkuat perubahan kondisi terkendali
2. Sistem umpan balik positif umumnya mengontrol kondisi jarang, seperti ovulasi,
melahirkan dan pembekuan darah
3. Contoh hormon diatur oleh mekanisme umpan balik positif: Oksitosin
4. Dua mekanisme umpan balik positif mengontrol pelepasan oksitosin:
a. Kontraksi uterus saat melahirkan ketika kontraksi mulai, oksitosin dilepaskan
yang merangsang kontraksi lebih dan lebih oksitosin akan dirilis, maka kontraksi
meningkatkan intensitas dan frekuensi.
b. Sekresi Asi-stimulasi bayi menghisap payudara ibu, menyebabkan sekresi
oksitosin ke dalam darah ibu, yang mengarah ke susu yang tersedia untuk bayi
melalui payudara. Produksi dan pelepasan oksitosin ibu berhenti saat bayi berhenti
menyusui

2.8 Contoh dari Mekanisme Umpan Balik dalam Pengendalian Sekresi Hormon
1. Contoh Umpan Balik Positif :
Pada saat terjadi kontraksi saat persalinan, hormon oksitosin dilepaskan kedalam tubuh
yang merangsang kontraksi lebih lanjut yang meyebabkan kontraksi meningkat.
Pada proses pembekuan darah trombosit diaktifkan yang menyebabkan pembekuan darah dapat
terjadi lebih cepat.
Pada proses menyusui lebih banyak susu diproduksi melalui peningkatan sekresi
prolaktin. Estrogen yang berfungsi selama fase folikuler dari menstruasi juga merupakan contoh
dari umpan balik positif
2. Contoh Umpan Balik Negatif :
a. Hipofisis memerintahkan ACTH untuk meningkatkan kortisol pada adrenalin yang
berfungsi dalam metabolism glukosa, lipid dan protein kemudian setelah produksi
kortisol mencukupi adrenal akan memerintahkan hipopisis untuk menghentikan
produksi ACTH.
b. Pada penderita diabetes mellitus terjadi peningkatan kadar gula dalam darah
karena kurangnya hormone insulin sehingga pada saat kita mengkonsumsi gula
yang kita ketahui sifat gula membawa air hal ini menyebabkan pada saat
penyaringan di glomerulus sebagian gula yang lolos dari penyaringan akan keluar
bersama urine dan terjadi peningkatan urine (poliuri) karena banyaknya air yang
keluar dari tubuh lewat urine maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibatnya
penderita akan merasa kehausan.
c. Pada penderita Diabetes Mealitus karena kurangnya insulin maka terdapat banyak
gula diluar sel akibatnya sel akan memakan gula yang ada pada otot untuk
mendapat energi, akibatnya penderita merasa kelelahan dan mudah kelaparan.
d. Mekanisme penginderaan (reseptor) mengenali perubahan keadaan diluar batas-
batas tertentu. Pusat control atau integrator (sering terdapat diotak) menilai
perubahan tersebut dan mengaktifkan mekanisme kedua(efektor) untuk
memperbaiki keadaan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan
dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi
3.1 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan. Untuk
itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, et al,. 2013. Sistem anatomi fisiologi manusia “system endokrin”. STFB, Bandung.

J.H. Green. 2002. Fisiologi kedokteran. Tanggerang : Binarupa Aksara

Mudiarsa, 2010. Sistem endokrin

Price & Wilson. 2006. Patofiologi. Jakarta : EGC

Roosita, K. (n.d.). Fisiologi sistem endokrin Sistem hormon manusia. (n.d.), 1–15.
Silverthorn, Dee Unglaub. 2012. Fisiologi Manusia: Sebuah Pendekatan Terintegrasi, ed.6.
Jakarta. Penerbit Buku Kedoktera EGC.

Usaha, 2015. Mekanisme Regulasi Hormon.

Anda mungkin juga menyukai