”SISTEM ENDOKRIN”
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan pertolongan-
Nya kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai “Fisiologi Sistem Endokrin”.
Kami juga patut menyatakan rasa terima kasih saya kepada dosen terkait, karena dengan
diberikannya tugas makalah ini, kami dapat sekaligus menambah wawasan terhadap topik yang
sudah di tentukan.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta membuat kita mencapai
kehidupan yang lebih baik lagi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fisisologi Sistem Endokrin .............................................................................
2.2 Fungsi Sistem Endokrin .................................................................................
2.3 Karakteristik Sistem Endokrin .......................................................................
2.4 Peran sistem Endokrin dalam homeostasis......................................................
2.5 Sistem Endokrin Dalam Bekerja Sama Dengan Sistem Saraf.........................
2.6 Klasifikasi Hormon dan Perbedaan.................................................................
2.7 Mekanisme Umpan Balik dalam Pengendalian Sekresi Hormon....................
2.8 Contoh Mekanisme Umpan Balik dalam Pengendalian Sekresi Hormon.......
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar : Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya.
Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan gangguannya.
B. Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat di depan trakea.
1. Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah jakun dan terdiri dari dua
buah lobus.
2. Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan Triiodontironin
(T3).
3. Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino (tiroksin) yang mengandung
yodium. Yodium secara aktif di akumulasi oleh kelenjar tiroid dari darah. Oleh sebab itu
kekurangan yodium dalam makanan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan
pembesaran kelenjar gondok hingga 15 kali.
C. Paratiroid
Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap
ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks)
dan bagian tengah (medula).
E. Pangkreas
OVARIUM
1. Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur, hormone estrogen dan
hormone progesterone.
2. Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf dan dirangsang oleh FSH
3. Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda – tanda kelamin sekunder pada
wanita, misalnya perkembangan pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus.
4. Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH
5. Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima sel telur yang sudah
dibuahi.
TESTIS
1. Testis pada mammalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel – sel benih (sel germinal),
tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus.
2. Testis mensekresikan hormon testosterone yang berfungsi merangsang pematangan
sperma (spermatogenesisi) dan pembentukan tanda – tanda kelamin pria, misalnya
pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara.
3. Sekresi hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis bagian
anterior.
4. Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin, yaitu hormone FSH dan
LH. Sekresi kedua hormone ini dipengaruhi oleh GnRF (Gonadotropin Releasing Factor)
yang berasal dari hipotalamus
A. Nonsteroidal Hormone
1. Bekerja dgn cara menduduki resepror yg terletak di membran sel.
2. Hormon ( first messenger ) selanjutnya akan mengaktifkan second messenger (contoh:
Cyclic AMP)
3. Second messenger akan mengaktifkan protein kinase yg menyebabkan berbagai
aktivitas sel: dihasilkannya enzim, sintesa protein atau perubahan permeabilitas
membran sel .
B. Steroidal Hormone
1. Hormon steroid mudah melewati membran sel dan reseptornya di sitoplasma
2. Kompleks hormon-reseptor memasuki inti sel, mengaktivasi DNA pd chromatin
untuk transkripsi mRNA.
3. mRNA akan ditranslasi di Ribosome untuk menghasilkan protein/ enzyme
2.8 Contoh dari Mekanisme Umpan Balik dalam Pengendalian Sekresi Hormon
1. Contoh Umpan Balik Positif :
Pada saat terjadi kontraksi saat persalinan, hormon oksitosin dilepaskan kedalam tubuh
yang merangsang kontraksi lebih lanjut yang meyebabkan kontraksi meningkat.
Pada proses pembekuan darah trombosit diaktifkan yang menyebabkan pembekuan darah dapat
terjadi lebih cepat.
Pada proses menyusui lebih banyak susu diproduksi melalui peningkatan sekresi
prolaktin. Estrogen yang berfungsi selama fase folikuler dari menstruasi juga merupakan contoh
dari umpan balik positif
2. Contoh Umpan Balik Negatif :
a. Hipofisis memerintahkan ACTH untuk meningkatkan kortisol pada adrenalin yang
berfungsi dalam metabolism glukosa, lipid dan protein kemudian setelah produksi
kortisol mencukupi adrenal akan memerintahkan hipopisis untuk menghentikan
produksi ACTH.
b. Pada penderita diabetes mellitus terjadi peningkatan kadar gula dalam darah
karena kurangnya hormone insulin sehingga pada saat kita mengkonsumsi gula
yang kita ketahui sifat gula membawa air hal ini menyebabkan pada saat
penyaringan di glomerulus sebagian gula yang lolos dari penyaringan akan keluar
bersama urine dan terjadi peningkatan urine (poliuri) karena banyaknya air yang
keluar dari tubuh lewat urine maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibatnya
penderita akan merasa kehausan.
c. Pada penderita Diabetes Mealitus karena kurangnya insulin maka terdapat banyak
gula diluar sel akibatnya sel akan memakan gula yang ada pada otot untuk
mendapat energi, akibatnya penderita merasa kelelahan dan mudah kelaparan.
d. Mekanisme penginderaan (reseptor) mengenali perubahan keadaan diluar batas-
batas tertentu. Pusat control atau integrator (sering terdapat diotak) menilai
perubahan tersebut dan mengaktifkan mekanisme kedua(efektor) untuk
memperbaiki keadaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan
dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi
3.1 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan. Untuk
itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, et al,. 2013. Sistem anatomi fisiologi manusia “system endokrin”. STFB, Bandung.
Roosita, K. (n.d.). Fisiologi sistem endokrin Sistem hormon manusia. (n.d.), 1–15.
Silverthorn, Dee Unglaub. 2012. Fisiologi Manusia: Sebuah Pendekatan Terintegrasi, ed.6.
Jakarta. Penerbit Buku Kedoktera EGC.