Bronkitis adalah penyakit pernapasan obstruktif yang sering dijumpai yang disebabkan
oleh peradangan bronkus. Penyakit ini biasanya berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri
atau inhalasi iritan misalnya asap rokok dan zat-zat kimia yang terdapat dalam polusi udara.
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai
oleh produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah selama paling kurang 3 bulan
berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut.
Etiologi
- Bronkitis akut
Bronkitis akut mungkin sebagai akibat cedera bahan kimia secara langsung dari polutan
udara, seperti asap, sulfur dioksida dan klorin.
- Bronkitis kronik
Tidak dapat diingkari bahwa bronkitis kronik hampir seluruhnya disebabkan oleh merokok.
Di Inggris, sebelum Undang-undang Udara Bersih tahun 1956, polusi udara kota merupakan
faktor yang signifikan. Tetapi insiden bronkitis kronik dalam waktu lebih dari 10 tahun tetap
sama walaupun polusi udara telah berkurang.
PATOFISIOLOGI
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena
iritasiyang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet
meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai
akibat, bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan
dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan
fungsi makrofag alveolar, yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing,
termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi
dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel,
kemungkinan mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis.
MANIFESTASI KLINIK
- Bronkitis akut
Dispneu.
Demam.
Suara serak.
Ronki (bunyi paru diskontinyu yang halus atau kasar) terutama sewaktu inspirasi.
- Bronkitis kronik
Batuk yang sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalan,
udara,atau infeksi.
KOMPLIKASI
Hipertensi paru akibat vasokonstriksi hipoksik paru yang kronik, yang akhirnya
dapatmenyebabkan kor pulmonale.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Bronkitis akut
- Bronkitis kronik
Polisitemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi akibat hipoksia kronik
yangdisertai sianosis, menyebabkan kulit berwarna kebiruan.
PENATALAKSANAAN
- Bronkitis akut
- Bronkitis kronik
Penyuluhan agar pasien menghindari pajanan iritan lebih lanjut, terutama asap rokok.
Karena banyak pasien yang mengalami spasme saluran napas akibat bronkitis kronik
yangmirip dengan spasme pada asma kronik, maka sering diberikan bronkodilator.
ASUHAN KEPERAWATAN
- PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise, ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari karena sulit bernapas, ketidak mampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi, dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Makanan/cairan
Gejala: Mual/muntah, ketidak mampuan untuk makan karena distres pernapasan,
peningkatan berat badan menunjukkan edema.
Tanda: Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, palpitasi abdominal dapat
menyatakan hepatomegali.
e. Higiene
- Pernapasan
Gejala: lapar udara kronis, batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
(terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun, produksi sputum (hijau, putih, atau kuning) dapat banyak sekali, riwayat
pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernapasan dalam jangka
panjang, penggunaanoksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda:
Pernapasan: biasanya cepat, dapat lambat; fase ekspirasi memanjang dengan mendengkur,
lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernapas, penggunaan otot bantu pernapasan.
Perkusi: bunyi pekak pada area paru, kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5
katasekaligus.
Warna: pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu-abu keseluruhan, warna merah biru
menggembung.
- Keamanan
- Seksualitas
- Interaksi sosial
Gejala: Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, kegagalan dukungan
dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
- Penyuluhan/pembelajaran
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
4. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan
daninsufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
INTERVENSI
Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.
Intervensi:
3) Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan. Dapat diberikan peroral, IV, rektal,
atauinhalasi. Berikan bronkodilator oral atau IV pada waktu yang berselingan dengan
tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB untuk memperpanjang keefektifan obat.
Observasiefek samping: takikardia, disritmia, eksitasi SSP, mual dan muntah.R/
Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan membantu melawan edema mukosa bronkial dan
spasme muskular. Karena efek samping dapat terjadi pada tindakan ini, dosis obat
disesuaikan dengan cermat untuk setiap pasien, sesuai dengan toleransi dan respons
klinisnya.
Kaji penurunansesak napas, penurunan mengi atau krekels, kelonggaran sekresi, penurunan
ansietas. Pastikan bahwa tindakan diberikan sebelum makan untuk menghindari mual dan
untuk mengurangi keletihan yang menyertai aktivitas makan.
5) Instruksikan dan berikan dorongan pada pasien pada pernapasan diafragmatik dan
batukyang efektif.
R/ Teknik ini memperbaiki ventilasi dengan membuka jalan napas & membersihkan jalan
napas dari sputum. Perbaikan pertukaran gas.
6) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
B. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir,
batuktidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal.
Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/ jelas.
Intervensi:
1) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan
airhangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makan.R/ Hidrasi membantu
menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat
menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan
tekanan pada diafragma.
2) Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmatik dan batuk.
R/ Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk menghasilkan sekresi
tanpamenyebabkan sesak napas dan keletihan.
5) Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada dokter dengan
segera: peningkatan sputum, perubahan dalam warna sputum, peningkatan kekentalan
sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak di dada, keletihan, peningkatan batuk.
R/ Infeksi pernapasan minor yang tidak memberikan konsekuensi pada individu dengan
paru- paru yang normal dapat menyebabkan gangguan fatal. Pengenalan diri sangat penting.
Intervensi:
1)Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.R/ Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia
karena dispnea, produksi sputum, danobat.
2) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai
dantisu. R/ Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan
dandapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
3) Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan
porsikecil tapi sering. R/ Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan kesempatanuntuk meningkatkan masukan kalori total.
5) Kaji pemeriksaan laboratorium, mis: albumin serum, transferin, profil asam amino,
besi, pemeriksaan keseimbangan nitrogen, glukosa, pemeriksaan fungsi hati, elektrolit.
Berikanvitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi. R/ Mengevaluasi/mengatasi kekurangan
dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi.
6) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi. R/ Menurunkan dispnea dan
meningkatkan energi untuk makan meningkatkan masukan.
D. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan
daninsufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Intervensi:
2) Berikan dorongan untuk mulai mandi sendiri, berpakaian sendiri, berjalan, dan
minumcairan. Bahas tentang tindakan penghematan energi. R/ Sejalan dengan teratasinya
kondisi, klien mampu melakukan lebih banyak namun perludidorong untuk menghindari
peningkatan ketergantungan.
Tujuan: Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta dalam
programrehabilisasi paru.
Intervensi:
1) Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat yang ditujukan
padaklien. R/ Suatu perasaan harapan atau memberikan klien sesuatu yang dapat dikerjakan
dan bukansikap yang merasa kalah tidak berdaya.
2) Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi gejala. R/ Aktivitas mengurangi ketegangan dan
mengurangi tingkat dispnea sejalan dengan klienmenjadi terkondisi.
3) Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi klien.
R/ Relaksasi mengurangi stress dan ansietas serta membantu klien untuk
mengatasiketidakmampuannya.
4) Daftarkan klien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia. R/ Program rehabilitasi
paru telah menunjukkan dapat meningkatkan perbaikan subjektifstatus dan harga diri pasien
juga meningkatkan toleransi latihan serta mengurangihospitalisasi.
Tujuan: Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi:
1) Bantu klien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Ajarkan
klien tentang penyakit dan perawatannya. R/ Klien harus mengetahui bahwa ada rencana dan
metode dimana ia memainkan perananyang besar, pasien harus mengetahui apa yang
diperkirakan. Mengajarkan klien tentangkondisinya adalah salah satu aspek yang paling
penting dari perawatannya; tindakan ini akanmenyiapkan klien untuk hidup dalam dan
mengatasi kondisi serta memperbaiki kualitashidup.
EVALUASI
1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.
5. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta dalam program
rehabilisasi paru.
https://www.academia.edu/7007302/Asuhan_Keperawatan_Bronkitis
bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan
dengan bronkiolusdapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan
fungsi makrofagalveolar, yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing,
termasuk bakteri.Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
Penyempitan bronkiallebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam
jalan napas. Padawaktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan
mengakibatkanemfisema dan bronkiektasis.