OLEH :
NURKHAFIFAH
14220190068
C1 LAHAN C1 INSTITUSI
MAKASSAR
2020/2021
A. KONSEP MEDIS
2. ETIOLOGI
a. Virus dengue
Penyakit ini termasuk kedalam arbovirus grup B, terapi dari 4 tipe yaitu virus dangue
tipe 1, 2, 3, 4 dan keempat tipe virus dengan dangue tersebut terdapat di Indonesia dan
dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dangue yang termasuk
dalam genus flavivirus ini diameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik
pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia miasalnya
sel BHK (babby homster kidney ) maupun sel-sel arthopoda misalnya sel aedes
albipictus.
b. Vector
Virus dangue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yg ditularkan melaliu vector yaitu nyamuk aedes
aegypti, nyamuk aeds albopictus, aedes polynesiebsis dan beberapa spesies
lainmerupakan vector yg kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbilkan antibody seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya.
c. Host
Jika seorang mendapat virus dangue yang sama tipenya maupun virus dangue tepe
lainnya. Dangue haemoragic fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dangue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua
kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dangue
untuk pertama kalinya jika ia telah menapat imunitas terhadap dangue dari ibunya
melalui plasenta.
3. PATOFISIOLOGI
Virus dangue yg telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan complemen sehingga terjadi komplek imun antibody virus
penyaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradykinin, serotonin,
thrombin, histamine ). Yg akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi
termolegurasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorpsi Na + dan air
sehingga terjadi hepovolemi. Hepovolemi juga dapat disebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran plasma. Adanya komplek imun
antibody-virus juga meneimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi
trambosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan
berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi hypoxia
jaringan dan akhirnya terjadi asidosis metabolic. Asidosis metabolic juga disebabkan karena
kebocoran plasma yang akhirnya terjadi hypoxia jaringan.
Masa virus dangue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam
sel yang hidup, sehngga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi
terhadap infeksi terjadi (1) aktifitas system complement sehingga dikeluarkan zat
anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permebilitas kapiler sehingga terjadi
perembasan plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler, (2) agregasi trombosit
menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombisit sebagai
akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan
sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktifasi factor pembekuan. Ketiga
factor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permeabilitas kapiler; (2) kelainan
hemostatis, yang disebabkan oleh vaskulopati ; trombositopenia ; dan kuagilopati (Arief
Mansjoer & Suprihaita, 2007 ).
4. PATHWAY / PENYIMPANGAN KDM
Arbovirus
Infeksi virus
Hypothalamus
Hipertermi
Resiko syok hipovolemik
Permeabilitas kapiler
Kebocoran plasma
Perdarahan
Mual, muntah, anoreksia Difisit volume cairan
Hb dalam darah
Perubahan nutrisi kurang
dari keburuhan tubuh Kurang pengetahuan
Suplai O2
Masa inkubasi antara 3-14 hari, umumnya 4-6 hari. Puncak masa demam dan nyeri
berlangsung 2-7 hari dan diikuti periode membaik perlahan. Masa penyembuhan
berlangsung selama 2 minggu.
a. Test tourniquet (+), ptechiae, epistaxis, gusi berdarah, hematuria, hypermenorrhea
mungkin timbu, DF dengan komplikasi perdarahan harus dibedakan dengan DHF.
b. Lab : CBC – normal / leucopenia, trombosit – biasanya normal, proprombin time –
normal, serologi – normal, liver enzyme – normal /meningkat.
c. DD / berbagai infeksi virus/bakteri/parasite/ricttsia.
6. KOMPLIKASI
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Ig.G Dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat
d. Menokonsentrasi ( hematocrit meningkar )
e. Hasil pemeriksaan kimia darah : hopoproteinemia, hyponatremia dan hipokalamia.
f. Pada hari kedua dan ketiga terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basophil.
g. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
h. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
i. Waktu pendarahan memanjang
j. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolic : PCO 2 <
35-40 mmHg, HCO3 rendah.
2. Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini dilakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada
pemeriksaan serologi dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau
demam dan masa penyembuhan (104 minggu setelah awal gejala penyakit) untuk
pemeriksaan serologi ini diambil darah vena 2-5 ml.
3. Pemeriksaan sianosis yg menunjang antara lain foto thorak mungkin dijumpai pleural
effusion, pemeriksaan USG hepatomegaly dan splenomegaly.
8. PENATALAKSANAAN
1. MEDIK
a. DHF tanpa renjatan
1) Beri minum banyak (1/2 liter / hari )
2) Obat antiperitik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3) Jika kejang maka dapat diberi luminal untuk anak >1 th dosis 50 mg IM dan
untuk anak >1 th IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang
belum teratasi, beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / kg BB anak <1 th dan
pada anak >1 th diberikan 5 mg /kg BB
4) Berikan infus jika terus muntah dan hematocrit meningkat
b. DHF dengan renjatan
1) Pasang infus RL
2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20-30 ml / kg
BB )
3) Transfusi jika Hb dan Ht turun
9. PROGNOSIS
Renjatan yg terjadi pada saat demam, prognosisnya buruk. Dengan sifatnya yang self-
limiting disease, angka kematian DF kurang dari 1% . angka kematian untuk kasus DHF yang
tertangani medis adalah 2-5 %. Bila DHF tidak diobati, angka kematiannya meningkat
sampai 50 % . penderita yg sembuh biasanya tanpa sekuele dan tubuhnya akan membuat
imunitas terhadap secoripe virus yang menjangkitnya.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan. Pengkajian pada pasien dengan “ DHF
“ dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun
tahap-tahapannya meliputi :
a. Mengkaji dat dasar, keburuhan bio-psiko-sosial-spritual pasien dari berbagai sumber
(pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
c. Kaji riwayat keperawatan.
d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual, mumtah, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati, nyeri otot sendiri, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah,
hipotensi, kulit dengan dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisa,
penurunan kesadara).
2. Diagnosis keperawatan
3. Intervensi
01-06-2021
14.00
- Memantau keadaan umum pasien (KU
masih lemas) O : Llien mulai membaik
14.10
- Menganjurkan untuk banyak minum
A : Masalah belum terasi
18.00
- Penatalaksanaan terapi
- Inj. Atoraxone qr/ru P : Lanjutkan terapi Intervensi
- Inj. Ranitidin
03-06-2021
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/204894/B4751.pdf?sequence=1
https://id.scribd.com/doc/311221235/LP-DHF
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/demam-dengue/edukasi-dan-
promosi-kesehatan