OLEH :
NI WAYAN RUSMINIATI
(209012645)
A. Definisi DHF
Infeksi virus dengue merupakan penyebab Dengue Hemorrhage Fever
(DHF). Virus dengue merupakan virus kelompok B (Arthopod-Bornevirus).
Penularan penyakit DHF terjadi ketika nyamuk yang terinfeksi virus dengue
menggit atau menghisap darah manusia yang sakit ke manusia yang sehat.
Nyamuk tersebut merupakan nyamuk yang termasuk dalam keluarga
Flavafiridae dan golongan flavivirus. Jadi nyamuk merupakan vektor atau
transmisi virus dari manusia ke manusia atau menusia kehewan atau hewan
kemanusia. Nyamuk yang membawa virus dengue sendiri terbagi dalam
beberapa jenis yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang banyak ditemukan
diseluruh plosok Indonesia (Kardiyudiani, 2019).
WHO dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1 (Kardiyudiana, 2019)
mendefinisikan DHF sebagai penyakit yang memiliki keriteria: suhu tubuh naik
turun tanpa sebab yang jelas, tampak perdarahan (ptekia, gusi berdarah, melena,
muntah darah), jumlah trombosit mengalami penurunan dalam periksaan
laboratorium, serta permebilitas pembuluh darah mengalami peningkatan yang
ditandai dengan meningkatnya hematokrit.
B. Etiologi
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang
berlangsung akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih
banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas
Surusa, Ali Imran Umar, 2004). Nyamuk aedes aegyph maupun aedes
aibopictus merupakan vektor penular virus dengue dari penelitian kepada orang
lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina lebih menyukai menghisap
darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
C. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita
adalah vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit (petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegli) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi
pleum dan renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena.
D. Pathway
Virus Dengue
Viremia
Manifestasi
perdarahan Permebilitas kapiler
- Anoreksia
- Muntah meningkat
Kehilangan Plasma
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Syok
Kematian
E. Tanda dan Gejala
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada
punggung, tulang, persendian dan kepala.
2. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis,
hematemosis, melene.
3. Hepatomegali
4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi
disertai gelisah dan akral dingin.
5. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
b. Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan
(anoreksia), diare, konslipasi.
c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-
pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing)
pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan fotopobia, otot-otot
sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
F. Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi : (WHO, 1997).
1. Derajat I
Demam dengan uji bendung positif.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
4. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
G. Manifestasi Klinis
1) Panas tinggi disertai menggigil pada saat serangan
2) Uji turniquet positif
3) Lemah
4) Nafsu makan berkurang
5) Anoreksia
6) Muntah
7) Nyeri sendi dan otot
8) Pusing
9) Trombistopenia
10) Manifestasi perdarahan seperti: ptekie, epitaksis, gusi bedarah, melena,
hematuria masif (Renira, 2019)
H. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1. Hb dan PCV meningkat (> 20%)
2. Trombositopenia (< 100.000 /ml)
3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4. 19 D. Dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
8. SGot /SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005).
2. Ke kurangan volume cairan ber Tujuan : Kriteria : Input dan 1. Observasi Vital sign setiap Mengetahui kondisi dan
hubungan dengan Tidak terjadi devisit output seimbang, jam atau lebih. mengidentifikasi
peningkaran suhu tubuh voume cairan / Vital sign dalam fluktuasi cairan intra
Tidak terjadi syok batas normal (TD vaskuler.
hipovolemik. 110/70 mmHg, N: 2. Observasi capillary refill Indikasi keadekuatan
Tujuan jangka 80-120x/mnt), sirkulasi perifer.
panjang : Tidak ada tanda 3. Observasi intake dan Penurunan haluaran urine
Setelah dilakukan presyok, Akral output, catat jumlah, / urine yang pekat dengan
tindakan asuhan hangat, Capilarry warna, konsentrasi dan BJ peningkatan BJ diduga
keperawatan 2x24 refill < 3 detik, urine. dehidrasi.
jam input dan Pulsasi kuat. 4. Kolaborasi pemberian Untuk pemenuhan
output volume cairan intra vena, plasma kebutuhan ciran tubuh
cairan seimbang. atau darah. peroral.
Tujuan jangka 5. Anjurkan anak untuk Meningkatkan jumlah
pendek : banyak minum 1500-2000 cairan tubuh untuk
Setelah dilakukan ml /hari (sesuai toleransi) mencegah terjadinya
tindakan asuhan hipovolemik syok
keperawatan 1x24
jam klien mau
minum.
3. Resiko nutrisi kurang dari Tujuan jangka Kriteria : Tidak ada 1 Kaji keluhan mual, Menentukan intervensi
kebutuhan tubuh berhubungan panjang : tanda-tanda muntah atau penurunan selanjutnya.
dengan nafsu makan yang Setelah dilakukan malnutrisi, tidak nafsu makan
menurun. tindakan asuhan terjadi penurunan 2 Berikan makanan yang Mengurangi kelelahan
keperawatan 2x24 berat badan, Nafsu mudah ditelan mudah klien dan mencegah
jam nutrisi dapat makan meningkat, cerna perdarahan
terpenuhi porsi makanan yang gastrointestinal.
Tujuan jangka disajikan mampu 3 Berikan makanan porsi Menghindari mual dan
pendek : dihabiskan klien, kecil tapi sering. muntah
Setelah dilakukan mual dan muntah 4 Hindari makanan yang Mencegah terjadinya
tindakan asuhan berkurang. merangsang (pedas / distensi pada lambung
keperawatan 1x24 asam) dan mengandung yang dapat menstimulasi
jam klien mau gas. muntah.
makan. 5 Kolaborasi pemberian Memungkinkan
cairan parenteral pemasukan yang lebih
banyak
6 Beri makanan kesukaan Nutrisi parenteral sangat
klien diperlukan jika intake
peroral sangat kurang.
DAFTAR PUSTAKA