Anda di halaman 1dari 8

WEB OF CAUSATION (WOC)

ASKEP ANAK DENGAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DISUSUN OLEH :

ADISYA ARINDITHA DG SALAE


G3A019192

PRAKTIK KEP. ANAK


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H.
Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah
dua hari pertama (Arif Mansjoer, dkk, 2000).
2. Etiologi
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang berlangsung
akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan
korban pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali Imran Umar, 2004).
Nyamuk aedes aegyph maupun aedes aibopictus merupakan vektor penular virus
dengue dari penelitian kepada orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina
lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu
pagi hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004).
3. Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi : (WHO, 1997).
 Derajat I
Demam dengan uji bendung positif.
 Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
 Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
 Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
4. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma
keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegli) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan
renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit
> 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

5. Pathway

Virus
Dengue

Viremia

Hipertermia Hepatomeg Depresi sum-sum Permebilitas


ali tulang kapiler
meningkat
Manifestasi
perdarahan Permebilitas kapiler
- Anoreksia
meningkat
- Muntah
Kehilangan
Plasma

Ketidakseimbangan Resti Hipovolemi


Resiko tjd Efusi pleura
nutisi < keb tubuh Kekurangan asites
perdarahan
Volume cairan hemokonsentrasi
Resiko syok
hipovolemia
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Syok perifer

Kematian
6. Komplikasi
 Ensefalopatif
 Perdarahan intraktranial
 Hernia batang otak
 Sepsis
 Pneumonia
 Hidrasi berlebihan
 Syok
 Perdarahan otak
(Monica Ester, 1999).
7. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
 Hb dan PCV meningkat (> 20%)
 Trombositopenia (< 100.000 /ml)
 Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
 19 D. Dengue positif
 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia.
 Urium dan PH darah mungkin meningkat
 Asidosis metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
 SGot /SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005).
8. Penatalaksanaan Pasien DHF
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
 Tirah baring atau istirahat baring.
 Diet, makan lunak.
 Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis
dan beri penderita oralit.
 Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk
observasi ketat tiap jam.
 Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
 Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk
menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol,
asetosial /salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat
menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.
 Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan
untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
 Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Wawancara
1) Biodata
Meliputi identitas pasien dan identitas keluarga.
2) Riwayat kesehatan
3) Riwayat kesehatan saat ini.
biasanya klien mengeluh, antara lain :
- Demam akut / suhu meningkat tiba-tiba (selama 2 – 7 hari).
- Sering disertai menggigil
- Perdarahan pada kulit ( petekie, ekimosis, hematoma ) serta
perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan
malena
- Keluhan pada saluran pernapasan : batuk, pilek, sakit waktu
menelan nafas
- Keluhan pada saluran cerna : mual, muntah, tak nafsu makan,
diare, konstipasi
- Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri
pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati,
pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan
pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotopobia,
otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Apakah pada anggota keluarga yg mengalami penyakit yg sama seperti di
derita oleh klien.
5) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami riwayat penyakit yg sama.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : bisa saja Composmentis, samnolen, atau koma (tergantung
dari derajat penyakit DHF)
TTV : Biasanya terjadinya penurunan dalam pemeriksaan tanda-tanda
vital
2) Kepala
- Wajah : mengalami kemerahan (flushig), pada hidung terjadi
epistaksis
- Mulut : adanya perdarahan pada gusi, mukosa bibirtampak  kering
& kadang-kadang lidah tampak kotor dan adanya hiperemia pada
tenggorokan
3) Leher : Tidak ada masalah pada leher
4) Paru : Pernafasan dangkal, ketika dilakukan perkusi biasanya dapat
ditemukan bunyi redup lantaran adanya efusi fleura
5) Jantung : Dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan
6) Abdomen : adanya nyeri ulu hati, ketika dilakukan  palpasi dapat
ditemukan adanya pembesaran hepar & limpa
7) Ekstremitas : Biasanya di temukan nyeri sendi
8) Kulit : Ditemukan adanya ptekie, purpura, ekimosis, dan  hyperemia serta
hematoma.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan DHF antara lain
sebagai berikut :
- Hipertermi hubungan dengan proses penyakit.
- Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit menelan.
- Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler. (Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011)

3. Perencanaan NOC dan NIC

No
NOC NIC
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC - Thermoregulation 0800
selama 3 x 24 jam, pasien dengan hipertermi
diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil  Monitor suhu maksimal 4 jam sekali
:  Monitor TTV (TD,N.Suhu,RR)
 Monitor intake dan output cairan.
NOC - Temperature Regulation 3900
 Selimuti pasien
 Suhu dalam rentang normal (36-37)  Tingkatkan sirkulasi udara
 Nadi dan RR dalam rentang normal  Catat adanya fluktasi tekanan darah
(nadi 60-100x/menit.RR:16-
24X/Menit)
 Tidak ada perubahan warna kulit,dan
tidak pusing tidak merasa mual

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC - Nutrition Management


selama 3 x 24 jam, pasien dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari  Catat status nutrisi pasien pada
kebutuhan tubuh diharapkan dapat teratasi penerimaan,catat turgor
dengan kriteria hasil : kulit.BB,Intergritas mukosa
oral,kemampuan menelan,riwayat
NOC - Nutritional Status (status nutrisi) :
 Intake nutrisi meningkat sesuai mual/muntah/diare
dengan diit  Pastikan pola diet biasa pasien
 Intake makanan dan cairan  Awasi masukan dan pengeluaran nutrisi
meningkat sesuai dengan diet dan BAB secara periodik
 Menunjukkan perubahan prilaku/pola  Selidiki adanya anoreksia
hidup untuk
menigkatkan/mempertahankan BB.

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluid Management :


selama 3x24 jam, pasien dengan resiko  Monitor BB setiap hari
kekurangan volume cairan diharapkan dapat  Set tetesan infus permenit
teratasi dengan kriteria hasil :
 Tingkatkan oral intake
Balance Fluid:  Monitor hasil lab yang relevan (BUN,
 Tekanan darah dalam batas normal HMT, albumin)
 Intake output 24 jam seimbang  Monitor status hemodinamik
 Tidak ada suara nafas tambahan  Monitor TTV
 Tidak ada asites  Monitor tanda dan gejala retensi cairan
 Tidak ada edema  Berikan diet
 Tidak gelisahh/cemas
DAFTAR PUSTAKA

Doengus ME, Moorhouse MF, GE Isster AC, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, EGC.

Ester Monica, 1999. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue. Jakarta, EGC.

Mansjoer Arif, Triyanti Kaspuji, Savitri Rokimi, Wardhani Wahyu Ika, Setiawulan Wiwiek,
2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Herdman, T Heatrher, PhD, RN, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : EGC
Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition.
United State of America : Mosby Elsevier
Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC) United State of
America : Mosby Elsevier

Rezeki Sri H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, 2004. Tatalaksana Demam Dengue /Demam
Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta : FKUI.

Surosa Thomas, Ali Imran Umar, 2004. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Sutaryo, 2004. Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Soedarmo Sumarno Poorwo, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta :
FKUI.

Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
FKUI.

Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4. Jakarta, EGC.

Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai