Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegyph (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada anak
dan dewasa dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk
setelah dua hari pertama (Arif Mansjoer, dkk, 2000).
B. Etiologi
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang
berlangsung akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak
menimbulkan korban pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali
Imran Umar, 2004). Nyamuk aedes aegyph maupun aedes aibopictus merupakan
vektor penular virus dengue dari penelitian kepada orang lain dengan melalui
gigitannya. Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada
siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka,
2004).
C. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita
adalah vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit (petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegli) dan pembesaran limpa.
1
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi
pleum dan renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena.
D. Pathway
Virus Dengue
Viremia
Manifestasi
Permebilitas kapiler
- Anoreksia perdarahan
meningkat
- Muntah
Kehilangan Plasma
Ketidakefektifan
Syok perfusi jaringan perifer
Kematian
2
E. Tanda dan Gejala
1. Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
a. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada
punggung, tulang, persendian dan kepala.
b. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis,
hematemosis, melene.
c. Hepatomegali
d. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi
disertai gelisah dan akral dingin.
e. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)
F. Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi : (WHO, 1997).
1. Derajat I
Demam dengan uji bendung positif.
3
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
4. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
G. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1. Hb dan PCV meningkat (> 20%)
2. Trombositopenia (< 100.000 /ml)
3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4. 19 D. Dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia.
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
8. SGot /SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005).
4
6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk
menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol,
asetosial /salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan
gastritis, perdarahan atau asidosis.
7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan
untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
I. Komplikasi
1. Ensefalopatif
2. Perdarahan intraktranial
3. Hernia batang otak
4. Sepsis
5. Pneumonia
6. Hidrasi berlebihan
7. Syok
8. Perdarahan otak
(Monica Ester, 1999).
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan DHF antara lain
sebagai berikut :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit
menelan.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler. (Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-
2011)
5
K. Perencanaan Keperawatan
No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 Tujuan : setelah dilakukan tindakan Kaji penyebab hipertermia
keperawatan diharapkan suhu tubuh (dehidrasi,penggunaan inkubator)
di atas normal Monitor suhu tubuh
K.H : Monitor komplikasi akibat
1. Menggigil menurun hipertermia
2. Pucat menurun Sediakan fasilitas lingkungan
3. Suhu tubuh membaik yang dingin
4. Suhu kulit membaik Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis(keringat berlebih)
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi pemberian cairan dan
eleketrolit intravena,jika perlu
6
1. Asupan cairan meningkat laboratorium
2. Membran mukosa lembab Catat intake dan output dan
3. Dehidrasi menurun hitung balance cairan 24 jam
4. Tekanan darah membaik Berikan asupan cairan sesuai
5. Turgor kulit membaik kebutuhan
Berikan cairan intravena bila
perlu
Kolaborasi pemberian diurentik
7
DAFTAR PUSTAKA
Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4. Jakarta,
EGC.
8
9