Anda di halaman 1dari 15

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSIS MEDIS DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER)

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak

dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam

akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi (H.J Mukono, 2018). Dengue adalah suatu

infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk

Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (K.S Wijayaningsih, 2017).

2. Manifestasi Klinis

a. Demam Dengue

Merupakan penyakit demam tinggi yang berlangsung secara mendadak dan

terus menerus selama 2-7 hari ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis

sebagai berikut:

1) Nyeri kepala

2) Nyeri dibelakang bola mata ( retro-orbital)

3) Nyeri pada otot (mialgia)

4) Badan terasa lesu dan lemah

5) Ruam kulit ( tampak bercak-bercak meraht)

6) Manifestasi pendarahan uji Torniquet positif atau petikie)

7) Leukopenia

8) Pemeriksaan sirologi Dengue positif (Nurarif & Kusuma, 2016)


b. Demam Berdarah Dengue

Menurut kriteria (WHO, 2016). Diagnosa Demam Berdarah Dengue bisa

ditegakkan bila semua hal dibawah ini terpenuhi, yaitu:

1) Demam tinggi antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik

2) Manifestasi pendarahan : Uji Tornquet positif, petekie (ruam), ekimosis atau

pupura (lebam atau memar), pendarahan mukosa (epitaksis (pendarahan

hidung (pendarahan gusi), hemtatemsis atau melena (muntah darah)

3) Trombositopenia < 100.000/ml

4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan : peningkatan nilai hematokrit ≥ 20%

dari nilai baku umur dan jenis kelamin, penurunan nilai hematokrit ≥ 20%

setelah pemberian cairan yang adekuat

5) Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, ansietas (gelisah), efusi

pleura (penumpuka cairan dirongga pleura). (Nurarif & kusuma, 2016)

c. Sindrome Syok Dengue

Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu;

1) Penurnan kesadaran

2) Gelisah

3) Hipotensi ( tekanan darah menurun)

3. Pemeriksaan Penunjang (Sari et al., 2023)

a. Laboratorium

1) Pemeriksaan Darah Lengkap

a) Hemoglobin biasa meningkat, apabila sudah terjadi pendarahan yang banyak

dan hebat. Hb biasanya menurun. Nilai normal: Hb 10-16 g/dl

2
b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi kebocoran

plasma . nilai normal: 33 -38%

c) Trombosit biasanya menurun akan mengakibatkan, trombositopenia ≤

100.000/ml nilai normal: 200.000-400.000/ml

d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal nilai normal: 9.000-12.000/m

2) Pemeriksaan kimia darah

Hipoproteinemia, hiponatremia, (Nilai normal: 135-147 meq/l)

hipokloremia (Nilai normal: 100- 106 meq/l)

3) Pemeriksaan Analisa Gas Darah :

a) PH darah biasanya meningkat nilai normal 7,35-7,45.

b) Dalam kedaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolic mengakibatkan PCO2

menurun dari nilai normal ( 35- 40mmHg) dan HCO3 rendah

c) Isolasi virus

d) Uji serologi

 Uji hemaglutinasi inhibisi (Hl Test)

 Uji komplemen fiksasi (CF Test)

 Uji ntralisasi ( Nt Test)

 IgM ELISA

e) Pada renjatan yang berat periksa : Periksa PCV (setiap jam), faal hemostatis,

FDP, EKG, BUN, kreatinin serum.

b. Radiologi

Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks Kanan tetapi

apabila terjadi pembesaran plasma hebat, efusi pleura ditemui dikedua hemitoraks,

pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.

3
4. WOC

Arbovirus melalui nyamuk


Aedes Aygepti

Beredar dalam aliran darah

Viremia

Proses inflamasi Aktivasi sistem komplemen

Aktivasi Interleukin I Pelepasan Membentuk & melepaskan Zat


mediator kimia C3a dan C5a

Pengeluaran
Prostaglandin Menekan free Peningkatan permiabilitas
nerve ending membran

Peningkatan kerja
termostat
Sakit pada otot Agregasi Kerusakan Kebocoran
dan sendi trombosit endotel plasma
pembuluh darah
Peningkatan Suhu
Tubuh
Nyeri akut Trombosit Merangsang & Hipovolemia
openia mengaktivasi sitem
Hipertermia pembekuan

Risiko Syok
Resiko
perdarahan DIC

Perdarahan

Intoleransi aktivitas Kekurangan energi Hipoksia


untuk melakukan Jaringan

Sumber, SDKI 2017

4
5. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medik DHF tanpa renjatan

1) Minum banyak 1,2-2 liter/hari

2) Bila muntah terus pasang IVFD

3) Antipiretik, dianjurkan parasetamol

4) Antikonvulasi, u/ kejang demam Untuk anak 1th 75mg im. Jika 15 menit

kejang belum teratasi,beri lagi luminal dengan dosis 3mg/kb BB (anak 1th

diberikan 5mg/kg BB)

b. Penatalaksanaan medik DHF dengan renjatan

1) IVFD

2) Plasma ekspender ( 20-30 ml/kg BB)

3) Pemberian komponen darah

4) Oksigen

5) Koreksi basa bila asidosis

6) transfusi jika, Hb, Ht, turun

c. Penatalaksanaan keperawatan

1) Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinue tiap jam

a) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 jam

b) Observasi intake output

c) Pada pasien DHF derajat I: Pasien diistirahatkan,observasi tanda vital tiap

3 jam, periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4jam beri minum 1,5 liter -2 liter

per hari, beri kompres hangat.

d) Pada pasien DHF derajat II: Pengawasan tanda vital, pemeriksaan tanda

vital, pemeriksan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi

5
lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri

infus.

e) Pada pasien DHF derajat III : infus diguyur, posisi semi fowler, beri O2

pengawasan tanda-tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi

productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht, Thrombocy

2) Resiko perdarahan

a) Observasi perdarahan: petecie, epitaksis, hematomesis, dan melena

b) Catat banyak, warna perdarahan

c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus gastro intestinal

3) Peningkatan suhu tubuh

a) Observasi/ukur suhu tubuh secara periodik

b) Beri minum banyak

c) Beri kompres hangat

6. Komplikasi

Komplikasi yang muncul pada DHF ada 6 yaitu:

a. Komplikasi susunan syaraf pusat komplikasi pada sumsum syaraf pusat dapat

dibentik konfulsi, kaku kuduk, perubahan kesadaran, dan paresis.

b. Ensefalopati komplikasi neurologi ini terjadi akibat pemberian cairan

hipotonik yang berlebihan

c. Infeksi pnemonia, sepsis atau flebitis akibat pencemaran bakteri gram negatif

pada alat-alat pada waktu pengobatan, misalnya pada waktu tranfusi atau

pemberian infus cairan.

d. Kerusakan hati

e. Kerusakan otak

6
f. Renjatan (syok) syok biasa dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi

yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta

sianosis disekitar mulut.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

b. Keluhan utama : Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF adalah pasien

mengeluh badannya demam atau panas.

c. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil saat

demam, kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3

dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang- kadang disertai dengan keluhan

batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit

kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata

terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,

IV), melena atau hematemesis.

d. Pemeriksaan Fisik

1) B1 (Breathing).

Inspeksi : Pada derajat 1 dan 2 : pola nafas regular, retraksi otot bantu nafas

tidak ada, pola nafas normal, Respirasi Rate dalam batas normal Pada derajat

3 dan 4 : pola napas ireguler, terkadang terdapat retraksi otot bantu nafas, pola

nafas cepat dan dangkal, frekuensi nafas meningkat, terpasang alat bantu

nafas.

Palpasi : vocal fremitus normal kanan-kiri

7
Auskultasi : Pada derajat 1 & 2 : tidak adanya suara tambahan ronchi,

wheezing. Pada derajat 3 & 4 : adanya cairan yang tertimbun pada paru,

ronchi (+).

Perkusi : pada derajat 3 dan 4 terdapat suara sonor

2) B2 (Blood)

Inspeksi : pada derajat 1 & 2 pucat, derajat 3 & 4 tekanan vena jugularis

menurun

Palpasi : pada derajat 1 dan 2 nadi teraba lemah, kecil, tidak teratur, Pada

derajat 3 tekanan darah menurun, nadi lemah, kecil, tidak teratur, pada derajat

4 tensi tidak terukur, ekstremitas dingin, nadi tidak teraba

Perkusi : pada derajat 3 dan 4 normal redup,ukuran dan bentuk jantung secara

kasar pada kasus DHF masih dalam batas normal Auskulatasi : Pada derajat 1

dan 2 bunyi jantung S1, S2 tunggal, pada derajat 3 dan 4 bunyi jantung S1, S2

tunggal

3) B3 (Brain)

Inspeksi : pada derajat 1&2 tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran (apatis,

somnolen, stupor, koma) atau gelisah pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan

tingkat kesadaran (apatis, somnolen, stupor, koma) atau gelisah, GCS

menurun, pupil miosis atau midriasis, reflek fisiologis atau reflek patologis.

Palpasi : pada derajat 3 dan 4 biasanya ada parese, anesthesia.

4) B4 (Bladder)

Inspeksi : pada derajat 1 dan 2 produksi urin menurun(oliguria sampai anuria)

warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4

Palpasi : pada derajat 3 dan 4 ada nyeri tekan pada daerah simfisis

8
5) B5 (Bowel)

Inspeksi : pada derajat 1 dan 2 BAB konsistensi (cair, padat, lembek)

frekuensi lebih dari 3 kali sehari, mukosa mulut kering, perdarahan gusi,

kotor, nyeri telan.

Auskultasi : pada derajat 1 dan 2 bising usus normal, pada derajat 3 dan 4

peristaltik usus meningkat ( gurgling) >5-20 kali/menit dengan durasi 1 menit

Perkusi : pada derajat 1 dan 2 mendengar adanya gas, cairan atau massa (-)

hepar dan lien tidak membesar, pada derajat 3 dan 4 terdapat hepar membesar

Palpasi : pada derajat 1 dan 2 ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba,

derajat 3 dan 4 pembesaran limpha-hepar, nyeri tekan epigastrik, hematemisis

& melena.

6) B6 (Bone)

Inspeksi : pada derajat 1 dan 2 kulit sekitar wajah kemerahan, pasien tampak

lemah, aktivitas menurun, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot, adanya

ptekie atau bintik-bintik merah pada kulit, akral pasien hangat, biasanya

timbul mimisan, berkeringat, kulit tampak biru.

Palpasi : pada derajat 1 dan 2 hipotoni, kulit kering, elastisitas menurun,

turgor kulit menurun, ekstremitas dingin

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, proses infeksi dibuktikan dengan

suhu tubuh diatas normal, takikardia, takipnea, kulit merah, kulit terasa

hangat. (D.0130)

b. Nyeri Akut berhubungan dnegan proses inflamasi (D.0077)

c. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia (D.0012)

9
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)
(D.0130) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam
diharapkan suhu tubuh tetap berada pada rentang normal Observasi:
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi,
Suhu tubuh Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
meningkat di atas Meningka Menurun  Monitor suhu tubuh
rentang normal t  Monitor kadar elektrolit
1 Menggigil  Monitor haluaran urine
tubuh
1 2 3 4 5  Monitor komplikasi akibat hipertermia
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik Terapeutik:
 Sediakan lingkungan yang dingin
k Memburu Membaik
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
k
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
3 Suhu tubuh  Berikan cairan oral
1 2 3 4 5  Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
4 Suhu kulit  Berikan oksigen, jika perlu
1 2 3 4 5 Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu

3. Tujuan, Kriteria Hasil, Data Mayor, Minor, dan Diagnosa yang sesuai SDKI dan SLKI (PPNI, 2017, 2018, 2019)

10
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun Observasi:
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pengalaman sensorik Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
kualitas, intensitas nyeri
atau emosional yang Memburuk Membaik
 Identifikasi skala nyeri
berkaitan dengan 1 Frekuensi nadi
kerusakan jaringan  Identifikasi respons nyeri non verbal
1 2 3 4 5
aktual atau fungsional, 2 Pola nafas  Identifikasi faktor yang memperberat dan
dengan onset 1 2 3 4 5 memperingan nyeri
mendadak atau lambat Meningk Cukup Sedang Cukup Menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
dan berintensitas at Meningka Menurun  Monitor efek samping penggunaan analgetik
ringan hingga berat t Terapeutik:
yang berlangsung 3 Keluhan nyeri  Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
kurang dari 3 bulan. 1 2 3 4 5 nyeri
4 Meringis
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
1 2 3 4 5
 Fasilitasi istirahat dan tidur
5 Gelisah
1 2 3 4 5  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
6 Kesulitan tidur pemilihan strategi meredakan nyeri
1 2 3 4 5 Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi

11
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Perdarahan Tingkat Perdarahan (L.02017) Pencegahan Perdarahan (I.02067)
D.0012 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 kehilangan Observasi:
darah baik internal maupun eksternal menurun  Monitor tanda dan gejala perdarahan
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor nilai hemoglobin/hematokrit sebelum dan
Berisiko mengalami Memburuk Cuku Sedang Cukup Membaik setelah kehilangan darah
kehilangan darah baik p Membaik  Monitor tanda-tanda vita ortostatik
internal (tejadi di Me  Monitor koagulasi
dalam tubuh) maupun mbu Terapeutik
eksternal (terjadi ruk  Batasi tindakan invasif, jika perlu
hingga keluar tubuh) 1 Hemoglobin  Pertahankan bedrest selama perdarahan
1 2 3 4 5  Gunakan kasur pencegah dekubitus
2 Hematokrit
 Hindari pengukuran suhu rektal
1 2 3 4 5
Edukasi
3 Tekanan Darah
 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
1 2 3 4 5
4 Suhu Tubuh  Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
1 2 3 4 5 menghindari konstipasi
 Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
 Anjurkan meningkatkan asupan makan dan vitamin K
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
 Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
meningka menurun
Kolaborasi
t
 Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan,
1 Perdarahan Vagima
jika perlu
1 2 3 4 5

12
 Anjurkan pemberian produk darah, jika perlu
 Anjurkan pemberian pelunak tinja, jika perlu

13
2. Implementasi Keperawatan

Implementas keperawatan merupakan kegiatan spesifik yang dilakukan

perawat berdasarkan intervensi yang telah direncanakan. Tujuannya adalah untuk

membantu klien dari masalah kesehatan yang dihadapi. Tindakan-tindakan

keperawatan pada intervensi keperawatan terdiri dari observasi, terapeutik,

kolaborasi dan edukasi.

3. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang

membandingkan secara sistematis antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau

kiteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi adalah untuk

mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai berdasarkan kriteria hasil sesuai

dengan standar luaran keperawatan Indonesia (PPNI, 2019).

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP

(subjective, objective, assesment, dan planing). Adapun komponen SOAP yaitu:

S (Subjective): dimana perawat menemukan keluhan pasien yang masih

dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan,

O (Objective): adalah data yang dirasakan hasil pengukuran atau observasi

perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan

keperawatan,

A (Assesment): adalah interprestasi dari data subjektif dan objektif,

P (Planing): merupakan perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,

dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang

telah ditentukan sebelumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

H.J Mukono. (2018). Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global dan


Perubahan Iklim (Cetakan I). Pusta Penerbitan dan Percetakan Unair.
K.S Wijayaningsih. (2017). Asuhan Keperawatan Anak. CV. Trans Info Media.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC (Revisi 1). Mediation.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesi: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Sari, N. A. M. E., Kumarawati, N. L. K., & Devi, N. L. P. S. (2023). Asuhan
Keperawatan Anak Sakit Kronis (Cetakan I). Sonpedia Publishing Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai