Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

AKPER KESDAM IV / DIPONEGORO

Nama Mahasiswa : Abdul Malik


NIM : 17.001
Ruang : Anggrek
Rumah Sakit : RST RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG
PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORAGIC
FEVER (DHF)

A. PENGERTIAN
Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dangue
yang ditulakan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Susilaningrum
dkk, 2013).
Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dangue yang termasuk golongan arbovirus
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal
dengan Demam Berdarah (DBD) (Hidayat, 2009).
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi
virus yang menimbulkan demam akut disertai dengan manifestasi
perdarahan yang bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Sunyataningkamto, 2009).
Demam dengue / DHF dan demam berdarah dengue / DBD
(Dengue hemoragic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan / atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragic (Suhendro dkk,
2010)
Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi
pada penderita dengue haemoragic fever (DHF) atau Demam
Berdarah Dengue (DBD) (sumarmo dkk , 2011).
Dari beberapa pendapat pengertian diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dengue haemoragic fever adalah suatu penyakit
yang disebabkan virus dangue golongan arbovirus yang disebabkan
oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan dapat menyebabkan kematian.

B. ETIOLOGI
Penyebab dengue hemorhagic fever (DHF) dinamakan virus
dengue tipe 1, tipe 2, tipe 3,tipe 4. Vektor dari DHF adalah Aedes
aegypti, aedes albopictus, aedes aobae, aedes cooki, aedes
hakanssoni, aedes polynesis, aedes pseudoscutellaris, aedes rotumae
(Sumarmo, 2011).
Virus dengue termasuk Flavivirus secara serologi terdapat 4
tipe yaitu tipe1, tipe 2, tipe 3, tipe 4. Dikenal 3 macam arbovirus
Chikungunyam Onyong-nyong dari genus Togavirus dan West Nile
Fever dari genus Flavivirus, yang mengakibatkan gejala demam dan
ruam yang mirip DB (Widagdo, 2011).

C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk ke dalam tubuh kemudian akan beraksi
dengan antibody dan terbentukalah kompleks virus antibody, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen, akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya pemeabilitas dinding pembuluh darah. Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, sehingga terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok) (Suriadi, 2010).

D. MANIFESTASI KLINIS
Kriteria kliniknya yaitu demam tinggi mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas dan hampir
tidak dapat dipengaruhi oleh antipiretika, manifestasi perdarahan :
manipulasi (uji torniquet positif) dan spontan (petekie, ekimose,
perdaharahan gusi, hemetemesis atau melena), pembesaran hati,
dan syok. Sedangkan kriteria laboratoriknya adalah trombositopenia:
jumlah trombosit ≤ 100.000/mm3 dan hemokonsentrasi: meningginya
nilai hematokrit atau Hb ≥20% dibandingkan dengan nilai pada masa
konvalesense (Rampengan, 2010).
Tanda-tanda lanjut kelebihan cairan yang berat (WHO,2009) :
 Edema paru
 Sianosis
 Syok ireversibel

Berdasarkan rincian gejalanya, demam dengue dapat dibagi atas


empat derajat, yaitu :

Tabel 2.1 Derajat demam dengue


DD/DBD Derajat Gejala

DD Demam disertai satu/lebih gjl: nyeri


kepala, nyeri retro orbita, mialgia,
artralgia
DBD I Gejala tsb di atas, + uji torniquet positif
DBD II Gejala tsb di atas, + perdarahan
spontan
DBD III Gejala tsb di atas, +kegagalan sirkulasi
DBD IV Syok berat disertai TD & nadi tak
terukur
(Suhendro et. Al, 2010)

DBD ini harus dibedakan dengan Demam Dengue (DD) dan Sindrom
Syok Dengue (SSD).
Tabel 2.2 Perbedaan DD dengan SSD
Jenis Ada/tidak Ada/tidak Tipe Demam
Penyakit perdarahan syok
DD Ada (kadang) Tidak Suhu naik-turun-
atau tidak sembuh
DBD Ada Tidak Suhu naik-turun-
syok
SSD Ada Ada Suhu naik-turun-
tanda syok (belum
syok)
(Dublish and Ira, 2009)
E. PATHWAY

Abovirus (melalui Beredar dalam aliran Infeksi virus dangue


nyamuk aedes) darah (viremia)

PGE2 Hipothalamus Membentuk & melepaskan Mengaktifkan system


zat C3a. C5a komplemen

Hipertermi Peningkatan Reabsorbsi Permeabilitas


Na+ & H2O membrane meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel Resiko syok


pembuluh darah hipovolemik

Trombositopen Merangsang & mengaktivasi Renjatan hipovolemik


factor pembekuan dan hipocensi

DIC Kebocaran plasma

Resiko pendarahan Pendarahan

Resiko perfusi jaringan tidak aktif

Asidosis metabolik Hipoksia Jaringan

Resikosyok (hipovolemik)
Kekurangan volume cairan Ke extravaskuler

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Bepatomegali Assites

Ketidakefektifan Mual, Muntah


pola nafas
Penekanan intra abdomen Ketidakseimbangan
nutrisi dari
kebutuhan tubuh
Nyeri

Sumber : Nanda, 2012


F. PENATALAKSANAAN
Menurut WHO, (2009) Tatalaksana DHF yaitu :
1. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air
tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat
kebocoran plasma, demam, muntah/diare. Berikan parasetamol
bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang :
 Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer
laktat/ asetat
 Kebutuhan cairan parenteral
 Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
 Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
 Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
 Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan
hemoglobin) tiap 6 jam
 Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan
stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48
jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan. Apabila terjadi perburukan klinis berikan
tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi
(compensated shock).
2. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen
2-4 L/menit secarra nasal. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid
seperti Ringer laktat/asetat secepatnya. Jika tidak menunjukkan
perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Jika
tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin
menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi;
berikan transfuse darah/komponen. Jika terdapat perbaikan klinis
(pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan
nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6
jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium. Dalam banyak
kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang
terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
3. Tatalaksana komplikasi perdarahan
Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin.
Bila tidak, beri koloid dan segera rujuk.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Susalaningrum,R. (2013) pada pemeriksaan darah pasien
DHF akan dijumpai sebagai berikut.
1. Hb dan PCV meningkat (> 20 %).
2. Trmbisitopenia (< 100.000/ml).
3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4. Ig.D dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia daah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatremia.
6. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
7. Asidosis metabolik : pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah.
8. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
H. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2010) adalah:
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa
hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji
torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis, dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga
terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan
peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang
mngekaibatkan berkurangnya alran balik vena, penurunan volume
sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau
penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis
yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular,
perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah
terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ
sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati
dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit
yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
komplek virus antibody.
4. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi
cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya
cairan dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan
dasar utama dan hal yang penting dilakukan, baik saat penderita baru
pertama kali dating maupun selama klien dalam masa perawatan
(Hadinegoro, 2010).
Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan DHF dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Data dasar, meliputi:
a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat
menelan. Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor, nyeri tekan pada ulu hati.
b. Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri,
(tahap lanjut)
c. Pola aktifitas dan latihan
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
d. Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/
menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi
pleura, nyeri epigastrik, nyeri otot/ sendi.
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh
tubuh. Tanda : Cemas dan gelisah.
f. Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
g. Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
dispnea, perdarahan nyata (kulit epistaksis, melena hematuri),
peningkatan hematokrit 20% atau lebih, trombosit kurang dari
100.000/mm.
h. Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena
hipoproteinemia.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum pasien : lemah.
2) Kesadaran : kompomentis, apatis, somnolen, soporocoma,
koma refleks, sensibilitas, nilai gasglow coma scale (GCS).
3) Tanda-tanda vital : tekanan darah (hipotensi), suhu
(meningkat), nadi (takikardi), pernafasan (cepat).
4) Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung
(epistaksis), mulut (mukosa kering, lidah kotor, perdarahan
gusi), leher, rektum, alat kelamin, anggota gerak (dingin),
kulit (ptekie).
5) Sirkulasi : turgor (jelek).
6) Keadaan abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : teraba pembesaran pada hati
Perkusi : bunyi timpani
Auskultasi : peristaltik usus
2. Data khusus, meliputi:
a. Data subyektif
Pada pasien DHF data subyektif yang sering ditemukan adalah :
1) Lemah
2) Panas atau demam
3) Sakit kepala
4) Anoreksia (tidak mafsu makan, mual, sakit saat makan)
5) Nyeri ulu hati
6) Nyeri pada otot dan sendi
7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh
8) Konstipasi
b. Data obyektif
Data obyektif yang dijumpai pada penderita Dengue
Haemoragic Fever adalah :
1) Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan
2) Mukosa kering, perdarahan pada gusi, lidah kotor
3) Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji tournikuet positif,
epistaksis, (perdarahan pada hidung), ekimosis, hematoma,
hematemesis, melena.
4) Nyeri tekan pada epigastrik
5) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa
6) Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstrimitas
dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi, (Hadinegoro, 2010).
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a) IgG dengue positif (dengue blood)
b) Trombositipenia
c) Hemoglobin meningkat >20%
d) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
e) Hasil Pemeriksaan Kimia darah menunjukan
hipoproteinemia, hoponatrenia, hypokalemia.
f) SGOT dan SGPT mungkin meningkat
g) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
h) Waktu perdarahan memanjang
i) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois
metabolik PCO2 <35-40 mmHg, HCO3 rendah.
2) Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3) Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada
klien yang diduga terkena DHF adalah:
a) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
b) Uji komplemen fiksasi (CF test)
c) Uji neutralisasi (N test)
d) IgM Elisa (Mac. Elisa)
e) IgG Elisa
Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test
(Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan uji pengikatan
komplemen (komplemen fixation test) pada pemeriksaan
serologi dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada
masa akut dan pada masa penyembuhan. Untuk
pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml.
4) Pemeriksaan radiology
a) Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
b) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc (2015), diagnosa yang mungkin muncul
pada kasua DHF yaitu :
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas
terganggu akibat spasme otot-otot pernapasan, nyeri,
hipoventilasi.
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus.
3. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Risiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan
trombosit.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
6. Risiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, dan
perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
minimnya sumber informasi dan mengingat informasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit DHF
menurut Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc (2015), yaitu :
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus.
Tujuan : Suhu tubuh dapat kembali normal selama 2-3 hari berturut-
turut.
Rencana tindakan :
a) Observasi suhu tiap 3 jam.
b) Beri kompres hangat dan dingin bila suhu > 38oC.
c) Berikan minum 2-2,5 liter/24 jam bila tanpa kontraindikasi.
d) Anjurkan menggunakan pakaian tipis.
e) Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas.
f) Kolaborasi medik untuk pemberian antipiretik.
2. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Cairan dan elektrolit dapat terpenuhi selama perawatan.
Rencana tindakan :
a) Observasi keadaan umum (turgor kulit, palpebrae)
b) Kaji TTV (suhu, nadi, TD) tiap 4 jam.
c) Hitung balance cairan.
d) Berikan minum 2-2,5 liter/24 jam.
e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi cairan
dan cek serum elektrolit.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi ditandai dengan BB tidak
turun, mual, muntah, tidak ada selama 3-5 hari perawatan.
Rencana tindakan :
a) Observasi keadaan umum (mual, muntah, anoreksia).
b) Berikan makan porsi kecil tiap 3 jam.
c) Hidangkan makanan hangat dan menarik.
d) Libatkan keluarga untuk mensupport klien.
e) Ajarkan teknik relaksasi.
f) Kolaborasi medik untuk pemberian anti muntah.
4. Risiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan
trombosit.
Tujuan: Tidak terjadi perdarahan dan jumlah trombosit meningkat
selama 5 hari perawatan.
Rencana tindakan :
a) Observasi TTV dan keadaan umum.
b) Observasi tanda-tanda perdarahan (epistaksis,
hematemesis, melena).
c) Anjurkan membatasi aktivitas.
d) Jauhkan dari risiko trauma (berikan sikat gigi yang lembut,
gunting kuku).
e) Perhatikan asupan nutrisi.
f) Kolaborasi dokter untuk pemberian cairan infus anti
perdarahan dan cek lab.
5. Risiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan hebat.
Tujuan: Tidak terjadi syok hipovolemik yang ditandai dengan TTV
dalam batas normal, keadaan umum baik, selama 5 hari
perawatan.
Rencana tindakan :
a) Kaji keadaan umum.
b) Kaji tanda-tanda vital tiap 2 jam.
c) Kaji tanda-tanda perdarahan.
d) Catat intake dan output.
e) Berikan transfusi sesuai dengan program dokter.
6. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas
terganggu akibat spasme otot-otot pernapasan, nyeri,
hipoventilasi.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif, bunyi nafas normal atau
bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi
paru mengembang.
Rencana tindakan :
a) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu
pernafasan / pelebaran nasal.
b) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti
krekels, wheezing.
c) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
d) Observasi pola batuk dan karakter sekret.
e) Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, dan
perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
minimnya sumber informasi dan mengingat informasi.
Tujuan : orang tua menjelaskan pemahaman tentang kondisi,
dan proses pengobatan.
Rencana tindakan :
a) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
b) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang
penyakitnya dan kondisinya sekarang.
c) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet
makanannya
d) Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan
diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Susulaningrum,dkk (2013). Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC.


Jakarta: EGC.

Hidayat & Hadinegoro (2010). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-


NOC. Jakarta: Medi Action Publishing.

Widagdo (2011). Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: Nuha Medika.

Resti. (2014, September). Asuhan Keperawatan DHF. Retrieved Juli 17,


2019,fromTersemangat:http://www.tersemangat.com/2014/09/lapor
an-pendahuluan-dengue-hemoragic.html

Anda mungkin juga menyukai