Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

OLEH:
SERINA
111210610153

Pembimbing akademik Pembimbing lahan

Ns.Suryadi.S,kep Marwanti,S.Kep
9909926620 1987082120100012004

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ANDINI PERSADAMAMUJU
SULAWESI BARAT
TAHUN 2023
BAB 1
DBD(DEMAM BERDARAH DENGUE)
A. Pengertian Dbd

Demam berdarah merupakan penyakit infeksi virus akut yang


disebabkan oleh virus dengue yang disebabkan oleh nyamuk aides aigepty
yangditandai dengan demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi seperti
pendarahan,penurunan tromboosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang
ditandai dengan kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi
pleura,hipoalbuminemia), dan disertai dengan gejala-gejala tidak khas sperti
nyernyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.

B. Patofisiologi
Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS)
adalahpeningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma
ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%,
hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemi.

Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7
hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara
lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul
pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai
terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi meningkat.
C. Pathway
Infeksi virus dengue

Komplek virus antibody

Aktivasi komplemen

Pribialitas mebran meningkat

Kebocoran plasma

Hypovolemia

Ranjatan syok hypovolemia hipotensi

Asidosi metabolic

Demam berdarah dengue (DBD)

Invasi kuman infeksi mikoorganisme BBLR

Meningkatkan monosit/ hidup terutama usus (plegplayer) organ pencernaan


Makrofag

Sitokin pyrogen kuman mengeluarkan peristalik belum sempurna


endotoksin

Mempengaruhi hipotalamus
Anterior bacteremia sekunder kurangnya kemampuan
Untuk mencerna makanan

Demam peningkatan frekuensi/dorongan


Kontrasi uretral reflex menghisap dan
Menelan belum
Hipertermi berkembang dengan
sempurna

Depresi tahan perifer


Resiko defisit
nutrisi
Nyeri akut
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue
(DD) dan DBD, ditandai dengan :

1. Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari di
kebanyakan kasus.
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan
melena.
3. Pembesaran hati (hepatomegali).
4. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi,

hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Masa inkubisasi dari dengue antara 3-15 hari namu rata-rata 5-7 hari tanda dan ifeksi
dengue adalah:

1. Demam tinggi
2. Facial flushing
3. Tidak ada tanda-tanda ispa
4. Tidak tampak fokal infeksi
5. Uji toumiket positif
6. Trombisitopenia
7. Hematokrit meningkat

E. Pemeriksan penunjang
Pemeriksaan BDD merupakan sebuah metode diagnosis yang digunakan
untuk mendiagnosis penyakit DBD.sampel yang digunakan dalam pemeriksaan dbd
adalah darah yang diambil dari penderita atu suspek DBD. Setrlah itu,sampel darah
tersebut akan diuji di lab untuk mendapatkan hasil diagnosis

Menurut susalaningrum,R (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF akan


dijumpai sebagai berikut
a. Hb dan PCV meningkat (>20%).
b. Trombosite (<100.000).
c. IgD degue positif.
d. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponateremia.Urin dan pH darah mungkin meningkat.
f) Asidosis metabolic: pCO2< 35-40 mmHg HCO3 rend

F. Penatalaksanaan medis/terapi
Dalam penatalaksanaan kasus DBDpasien dapat diberikan cairan isotonik
secara intravena,seperti salin normal (NaCl 0,9 %),ringer laktat,atau cairan Hartman
dengan dosis pemberian: berikan awal 5-7 mL/kg/bb/Jam selama 1-2 jam.kurangi
menjadi 3-5 mL/kgBB/jam selama 2-4 jam.
Terhadap penderita DBD yang tidak disertai dengan renjatan tersebut
dapat diberikan dengan penurun panas. Karena besarnya risiko bahaya yang
mengancam, setiap orang yang diduga menderita DBD harus segera dibawa kerumah
sakit. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk pemantauan kemungkinan terjadinya
komplikasi yaitu perdarahan dan renjatan (shock). Padaorang dewasa kemungkinan ini
sangat kecil dan banyak terjadi pada anak-anak.Penderita biasanya mengalami demam
2-7 hari diikuti fase kritis 2-3 hari. Padafase kritis ini, suhu menurun tetapi risiko
terjadinya penyakit justru meningkatbahkan bila tidak diatasi dengan baik dapat
menyebabkan kematian.

G. Fokus pengkajian keperawatan


Pengkajian
1. .Meliputi:
Identitas Penderita,Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan,alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama:
Panas atau demam.

3. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi
antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah keluarga pernah mengalami riwayat penyakit DHF sebelumnya

4. Riwatat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.

5. Kondisi lingkungan.
sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju
dikamar).

6. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai
berikut :
a. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda tanda vital dan nadi lemah.
b. b) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, sertanadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,somnolen, nadi

d. Grade IV : Kesadaran koma, tanda tanda vital : nadi tidak


teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis

1. Kepala dan leher.


a. Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
b. b) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis.
c. Hidung : Epitaksis
d. Tenggorokan : Hiperemia
e. Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.

2. Dada (Thorax)
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : : Vocal fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.Didapatkan suara nafas vesikuler yanglemah.
3. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit
4. Pemeriksaan laboratorium.
Hasil dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb dan PCV

Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,


hipokloremia, dan hiponatremia, Urium dan Ph darah mungkin
meningkat, Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg, SGOT/SGPT
mungkin meningkat.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (penekanan intra abdomen).
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas normal.
c. Resiko defisit nutrsi berhubungan dengan faktor psikologis

I. Rencana Asuhan Keperawatan


Setelah perumusan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan
adalah untuk menghilangkan, mengurangi dan mencegah masalah perawatan klien

NO Diagnosa TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1. Hupertermi b/d Termoregulasi Manajemenhipertermia :
dehidrasi,terpapar Setelah dilakukan Observasi
lingkungan,ketidakses tindakan selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab
uaian dengan suhu maka termoregulasi hipertermia
lingkungan,respon membaik dengan 2. Monitor suhu tubuh
trauma dan aktivitas kriteriahasil: 3. Monitor kadar elektrolit
berlebihan. 1. Pucat menurun Terapeutik
2. Suhu tubuh membaik 1. Longgarkan atau lepaskan
(D.0130) pakaian
(L.141134) 2. Berikan cairan oral
3. Lakukan pendinginan
eksternal (selimut hipotermia
atau kompres dingin pada
dahi,leher,dada,abdomen
aksila)
Edukaasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena

(I:15506)
2. Nyeri akut b/d agen Setelah Dilakukan Manajemen Nyeri:
pencedera fisiologis tindakaan keperawatan Observasi:
(penekanan intra selama 3x24 jam maka 1. Identifikasi
abdomen) ditandai tingkat nyeri menurun lokasi,karakteristik,durasi
dengan,gelisa dan dengan kriteria hasil: ,frekuensi kualitas
nafsu makan berubah, intensitas nyeri
1.gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2.nafsu makan membaik.
Terpeutik :
1. Berikan tekhnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
1. Anjurkan memonitori
nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu.
3 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi
b.d agen pencedera tindakan keprawatan 1. Identifikasi status nutrisi
psikologis selama 3x24 diharapkan 2. Monitor hasil pemriksaan
status nutrisi membaik laboratorium
dengan kriteria hasil: 3. Monitor kemajuamn pasien
Teraoeutik
1. Nyeri abdomen 4. Lakukan oral hygine
menurun 5. Berikan obat oral
Edukasi
6. Anjurkan istirahat cukup
Kolaborasi
Kolaborasi
7. medikasi pemberian
sebelum makan
J. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon
klien disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan
yang diharapkan disebut evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi
dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan
yang direncanakan pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Samarinda. 2016. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi


dan Faktor Risiko Penularan. Profil Kesehatan Kota Samarinda : Kalimantan Timur.
Halomoan, J.T., dkk. 2017. Pengendalian Vektor Virus Dengue dengan Metode Release of
Insect Carrying Dominant Lethal (RIDL). Universitas Lampung.
Luthfi M.H.D., dkk 2017. Deteksi Dini Kasus Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Faktor
Cuaca di DKI Jakarta Menggunakan Metode Zero Truncated Negative

Akley B.J ladwing g.b d makic M,B.F (2017) Nursing diagnosis handbook an evidence based
guide to planning care ,11 ed st.louis Elsevier.PPNI ,tim pokja SDKI DPP(2016).standar
diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan indicator diagnostik (1sted).DPP.PPNI
PPNI,tim pokja SIKI DPP (2018)/Standar intervensi keperwatan Indonesia ( 1st ed).dewan
pengurus pusat persatuan perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai