OLEH:
SERINA
111210610153
Ns.Suryadi.S,kep Marwanti,S.Kep
9909926620 1987082120100012004
B. Patofisiologi
Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS)
adalahpeningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma
ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%,
hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemi.
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7
hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara
lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul
pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai
terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi meningkat.
C. Pathway
Infeksi virus dengue
Aktivasi komplemen
Kebocoran plasma
Hypovolemia
Asidosi metabolic
Mempengaruhi hipotalamus
Anterior bacteremia sekunder kurangnya kemampuan
Untuk mencerna makanan
1. Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari di
kebanyakan kasus.
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan
melena.
3. Pembesaran hati (hepatomegali).
4. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi,
hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Masa inkubisasi dari dengue antara 3-15 hari namu rata-rata 5-7 hari tanda dan ifeksi
dengue adalah:
1. Demam tinggi
2. Facial flushing
3. Tidak ada tanda-tanda ispa
4. Tidak tampak fokal infeksi
5. Uji toumiket positif
6. Trombisitopenia
7. Hematokrit meningkat
E. Pemeriksan penunjang
Pemeriksaan BDD merupakan sebuah metode diagnosis yang digunakan
untuk mendiagnosis penyakit DBD.sampel yang digunakan dalam pemeriksaan dbd
adalah darah yang diambil dari penderita atu suspek DBD. Setrlah itu,sampel darah
tersebut akan diuji di lab untuk mendapatkan hasil diagnosis
F. Penatalaksanaan medis/terapi
Dalam penatalaksanaan kasus DBDpasien dapat diberikan cairan isotonik
secara intravena,seperti salin normal (NaCl 0,9 %),ringer laktat,atau cairan Hartman
dengan dosis pemberian: berikan awal 5-7 mL/kg/bb/Jam selama 1-2 jam.kurangi
menjadi 3-5 mL/kgBB/jam selama 2-4 jam.
Terhadap penderita DBD yang tidak disertai dengan renjatan tersebut
dapat diberikan dengan penurun panas. Karena besarnya risiko bahaya yang
mengancam, setiap orang yang diduga menderita DBD harus segera dibawa kerumah
sakit. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk pemantauan kemungkinan terjadinya
komplikasi yaitu perdarahan dan renjatan (shock). Padaorang dewasa kemungkinan ini
sangat kecil dan banyak terjadi pada anak-anak.Penderita biasanya mengalami demam
2-7 hari diikuti fase kritis 2-3 hari. Padafase kritis ini, suhu menurun tetapi risiko
terjadinya penyakit justru meningkatbahkan bila tidak diatasi dengan baik dapat
menyebabkan kematian.
2. Keluhan Utama:
Panas atau demam.
3. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi
antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
4. Riwatat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
5. Kondisi lingkungan.
sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju
dikamar).
6. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai
berikut :
a. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda tanda vital dan nadi lemah.
b. b) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, sertanadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,somnolen, nadi
2. Dada (Thorax)
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : : Vocal fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.Didapatkan suara nafas vesikuler yanglemah.
3. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit
4. Pemeriksaan laboratorium.
Hasil dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb dan PCV
(I:15506)
2. Nyeri akut b/d agen Setelah Dilakukan Manajemen Nyeri:
pencedera fisiologis tindakaan keperawatan Observasi:
(penekanan intra selama 3x24 jam maka 1. Identifikasi
abdomen) ditandai tingkat nyeri menurun lokasi,karakteristik,durasi
dengan,gelisa dan dengan kriteria hasil: ,frekuensi kualitas
nafsu makan berubah, intensitas nyeri
1.gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2.nafsu makan membaik.
Terpeutik :
1. Berikan tekhnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
1. Anjurkan memonitori
nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu.
3 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi
b.d agen pencedera tindakan keprawatan 1. Identifikasi status nutrisi
psikologis selama 3x24 diharapkan 2. Monitor hasil pemriksaan
status nutrisi membaik laboratorium
dengan kriteria hasil: 3. Monitor kemajuamn pasien
Teraoeutik
1. Nyeri abdomen 4. Lakukan oral hygine
menurun 5. Berikan obat oral
Edukasi
6. Anjurkan istirahat cukup
Kolaborasi
Kolaborasi
7. medikasi pemberian
sebelum makan
J. EVALUASI
Akley B.J ladwing g.b d makic M,B.F (2017) Nursing diagnosis handbook an evidence based
guide to planning care ,11 ed st.louis Elsevier.PPNI ,tim pokja SDKI DPP(2016).standar
diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan indicator diagnostik (1sted).DPP.PPNI
PPNI,tim pokja SIKI DPP (2018)/Standar intervensi keperwatan Indonesia ( 1st ed).dewan
pengurus pusat persatuan perawat Indonesia.