Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KMB

ANGGREK 1 PADA NY.S DENGAN


DHF

Disusun oleh
:Esta Putri

4B Keperawatan
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia


Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A Sepanjang Jaya, Kecamatan Rawalumbu-
Bekasi 17114
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur  kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini. Dan tidak lupa pula kami panjatkan syukur
kami kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kami dari alam
kebodohan menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami,
Bapak Wahyudi, S.Farm.,Apt yang telah memberikan ilmu dalam mata kuliah ini.
Dalam makalah Farmakologi ini kami membahas tugas mengenai efek
samping dan cara mengatasi uterotonika, serta akan membahas DHF . Kami
selaku penyusun makalah ini berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat dipergunakan dengan baik dalam perkuliahan.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sangat sempurna oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca supaya makalah ini bisa menjadi lebih baik.

Bekasi, 27 oktober 2020

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 4
2.2 Etiologi 4
2.3 Patofisiologi 5
2.4 Manifestasi Klinis 8
2.5 Pemeriksaan penunjang 8
2.6 Klasifikasi 8
2.7 Komplikasi 6
2.8 Penatalaksanaan Medis 10
BAB III PEMBAHASAN KASUS (ASKEP) 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA 21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data WHO (2014) penyakit DBD pertama kali dilaporkan di Asia
Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke berbagai
Negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD,
namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara,
diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan
Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD. Jumlah kasus di
Amerika, Asia Tenggara,dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus di
tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan
terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan
DBD berat. Perkembangan kasusu DBD ditingkat global semangkin
meningkat, seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari
980 kasus hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus
dihampir 60 negara tahun 2000-2009 (WHO, 2014).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari DHF ?

2. Apa etiologi dari DHF ?

3. Apa patofisiologi dari DHF ?

4. Dapat mengetahui patofisiologi DHF.

5. Dapat mengetahui manifestasi klinis DHF.

6. Dapat mengetahui penatalaksanaan DHF.

4
A. Definisi
Dengue ialah suatu infeksi arbovirus (arthrop-borne virus) akut,
ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes (FK UI, 1985, hlm. 607). Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF terutama
menyerang anak, remaja, dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian
bagi penderita (Christantie Effendy, Skp. 1995).

B. Etiologi
1. Virus dengue
Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia,
maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto,
1990; 36). Ada empat jenis virus yang mengakibatkan demam berdarah
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN3, dan DEN-4.
2. Nyamuk aedes aegypti
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya
3. Host (pembawa)
Seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya.

C. Patofisiologi
Virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti

5
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan
pembesaran limpa (splenomegali)
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinema serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >20%) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage)
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pembesaran cairan
intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk
memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen
hemokonsentrasi yang terjadi. Rumus perhitungan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
A−B
x 100 %=C
B
Keterangan:
A = Ht tertinggi selama dirawat
B = Ht saat pulang
C = prosentase hematokrit
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma terah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik.

6
Kompleks
Infeksi Dengue antigen antibodi
+ komplemen

Demam Mual, Hepato- Alkalosis Trombosit- Vaskulitis Reaksi


Muntah megali respiratorik openia Imunologik
(trauma
dengan
salisilat)
Dehidrasi
Hemoragik Permeabilitas
diastensis vaskular Derajat I
meningkat

Hemokonsentrasi
Kebocoran Hipoproteinemia
Plasma
Efusi Serosa

Hiponatremia Derajat II
Hipovolemia Peningk Penurunan
atan ekskresi
reabsorb Na+ urine &
si air dan peningkata
Hipotens Na+ oleh n
a ginjal osmolalitas

Syok
Derajat III

Hipoksiaj Derajat IV
aringan

DIC Asidosis
metabolik
Perdarahan Masif

Kematian

Gambar 1.1 Patofisiologi DHF

7
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada DHF yang timbul bervariasi berdasarkan derajat
DHF dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami
demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil, saat demam
pasien kompos mentis.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak,
malaise muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk. Pada fase kedua penderita
biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka merah,
keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada
petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan
mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam
makular atau makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis
sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung
halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya
keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran
cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.

Patokan WHO (1975) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai


berikut:
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji turniket positif
dan salah satu bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi), hematemesis, dan atau melena.
3. Perbesaran hati
4. Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik
20 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki, penderita gelisah, timbul
sianosis disekitar mulut.

8
Gambaran klinis kemungkinan terjadinya renjatan hari ke-3 sampai hari ke-7:

1. Perubahan sensorik dan nyeri perut


2. Perdarahan nyata selain perdarahan kulit
3. Terdapatnya efusi pleura atau asites
4. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih
5. Trombosit kurang dari 50.000/mikroliter
6. Hiponatremia dengan Na urine <10 mmol/L
7. EKG abnormal
8. Hipotensi

E. Klasifikasi
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
Uji tourniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II : Deajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau
ditempat lain.
3. Derajat III :Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung,
dan ujung jari (tanda-tanda dini renjatan)
4. Derajat IV : Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah tidak dapat diukur.

F. Komplikasi
1. Perdarahan luas.
Adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
(trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum
tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat
pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan
saluran cerna, hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi

9
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity
dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel
dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Trombosit menurun.
b. HB meningkat lebih 20 %.
c. HT meningkat lebih 20 %.
d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.
e. Protein darah rendah.
f. Ureum PH bisa meningkat.

10
g. NA dan CL rendah
2. Serology : HI (hemaglutination inhibition test)
a. Rontgen thorax : Efusi pleura.
b. Uji test tourniket (+)
Tes torniket dilakukan dengan menggembungkan manset tekanan darah
pada lengan atas sampai titik tengah antara tekanan sistolik dan diasolik
selama 5 menit. Tes dianggap positif bila ada petekie 20 atau lebih per
2,5 cm (1 inchi). Tes mungkin negatif atau positif ringan selama fase
syok berat. Ini biasanya menjadi positif kuat, bila tes dilakukan setelah
pemulihan dari syok.

H.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut:
1. Tirah baring atau istirahat baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa: susu, teh manis, sirop
dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling
penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali). Ringer
Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan,
mengandung Na+130 mEq/liter, K+,4 mEq/liter, korektor basa 28
mEq/liter, Cl- 109 mEq/liter dan Ca++ 3 mEq/liter.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin
atau dipiron (kolaborasi dengan dokter). Juga pemberian dengan kompres
dingin.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
(kolaborasi dengan dokter)

11
10. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter)

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Keluhan yang biasanya pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan pasien lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil
dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari
ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III, IV), melena atau hematemasis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi

12
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan
tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di
kamar).1
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga
yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki

13
B. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) sehubungan dengan proses penyakit
(veremia).

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan


intraseluler ke ekstraseluler.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga
paru (effusi pleura).
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan
sehubungan dengan mual, muntah, anoreksia, dan sakit saat menelan.
5. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan
trombositopenia.
6. Gangguan rasa nyaman; nyeri sehubungan dengan mekanisme patologis
(proses penyakit).
7. Potensial terjadi syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan hebat.
8. Kecemasan ringan-sedang sehubungan dengan kondisi pasien yang
memburuk.

C. Interverensi
1. Diagnosa Keperawatan: Peningkatan suhu tubuh (hipertermia)
sehubungan dengan proses penyakit (veremia).

Tujuan Intevensi Rasional

Suhu tubuh Mengobservasi TTV; suhu, TTV merupakan acuan untuk


normal (36-37oC) nadi, tensi, pernapasan mengetahui keadaan umum pasien
setiap 3 jam atau lebih
Memberikan penjelas Penjelasan tentang kondisi yang
tentang penyebab demam dialami pasien dapat membatu
atau peningkatan suhu pasien/keluarga mengurangi kecemasan
yang timbul
Menganjurkan pasien untuk Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
banyak minum ± 2,5 penguapan tubuh meningkat sehingga

14
liter/24 jam dan jelaskan perlu diimbangi dengan asupan cairan
manfaat bagi pasien yang banyak
Memberikan kompres Kompres dingin akan membantu
dingin (pada daerah axilla menurunkan suhu tubuh
dan lipatan paha)
Pasien bebas dari Memberikan terapi cairan Pemberian cairan sangat penting bagi
demam intravena dan obat-obatan pasien dengan suhu tinggi. Pemberian
sesuai dengan program cairan merupakan wewnang dokter
dokter (masalah kolaborasi) sehingga perawat perlu kolaborasi
dalam hal ini.

2. Diagnosa Keperawatan: Defisit volume cairan berhubungan dengan


berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler.
Tujuan Intevensi Rasional
Setelah dilakukan Kaji keadaan umum pasien Menetapkan data dasar pasien, untuk
tindakan (lemah pucat, tachicardi) mengetahui dengan cepat
keperawatan serta tanda-tanda vital. penyimpangan dari keadaan normalnya.
Observasi adanya tanda- Agar dapat segera dilakukan tindakan
defisit volume
tanda syok. untuk menangani syok yang dialami
cairan dapat
pasien.
terpenuhi.
Berikan cairan intravaskuler Pemberian cairan IV sangat penting
sesuai program dokter. bagi pasien yang mengalami defisit
volume cairan dengan keadaan umum
yang buruk karena cairan langsung
masuk kedalam pembuluh darah.
Anjurkan pasien untuk Asupan cairan sangat diperlukan untuk
banyak minum. menambah volume cairan tubuh.
Kaji tanda dan gejala Untuk mengetahui penyebab devisit
dehidrasi atau hipovolemik volume cairan, jika haluaran urine < 25
(riwayat muntah diare, ml/jam, maka pasien mengalami syok.
kehausan turgor jelek).
Kaji perubahan haluaran Untuk mengetahui keseimbangan cairan
urine dan monitor asupan dan tingkatan dehidrasi.

15
haluaran.

3. Diagnosa Keperawan: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


penumpukan cairan dirongga paru (efusi pleura).
Tujuan Intevensi Rasional
Kaji frekuensi kedalaman Kecepatan biasanya meningkat, dispnea
pernafasan dan ekspansi dan terjadi peningkatan kerja nafas.
dada.
Auskultasi bunyi nafas dan Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas
catat adanya bunyi nafas atau kegagalan pernafasan.
Setelah dilakukan
ronchi.
tindakan Tinggikan kepala dan bantu Duduk tinggi memungkinkan
keperawatan pola mengubah posisi. pengembangan paru dan memudahkan
nafas menjadi pernafasan diafragma, pengubahan
efektif atau posisi meningkatkan pengisian udara
normal. segmen paru.
Bantu pasien mengatasi Perasaan takut dan ansietas berat
takut atau ansietas. berhubungan dengan ketidakmampuan
bernafas atau terjadinya hipoksemia.
Berikan oksigen tambahan. Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas.

4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi;


kurang dari kebutuhan sehubungan dengan mual, muntah, anoreksia, dan
sakit saat menelan.
Tujuan Intevensi Rasional
Memberikan makanan yang Membantu mengurangi kelelahan
Kebutuhan nutrisi
mudah ditelan seperti; bubur, pasien dan meningkatkan asupan
pasien terpenuhi,
tim dan dihidangkan saat makanan karena mudah ditelan.
pasien
masih hangat.
mampumenghabiskan
Memberikan makanan dalam Untuk menghindari mual dan
makanan sesuai
porsi kecil dan frekuensi muntah.
dengan porsi yang
sering.
diberikan/dibutuhkan Menjelaskan manfaat Meningkatkan pengetahuan pasien

16
. makanan/nutrisi bagi pasien tentang nutrisi sehingga motivasi
terutama pada saat pasien untuk makan meningkat.
sakit.
Mencatat jumlah/porsi Untuk mengetahui pemenuhan
makanan yang dihabiskan nutrisi pasien.
oleh pasien setiap hari.
Memberikan nutrisi parenteral Nutrisi parenteral sangat
(kolaborasi dengan dokter). bermanffat/dibutuhkan pasien
terutama jika intake per-oral
sangat kurang. Jenis dan jumlah
pemberian nutrisi parenteral
merupakan wewenang dokter.

5. Diagnosa Keperawatan: Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut


sehubungan dengan trombositopenia.

Tujuan Intevensi Resional


Memonitor tanda-tanda Penurunan jumlah trombosit
penuruan trombosit yang merupakan tanda-tanda adanya
disertai dengan tanda-tanda kebocoran pembuluh darah yang
klinis. pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis
Jumlah trombosit berupa perdarahan (nyata) seperti
meningkat. epistaksis, patikie, dll.
Memonitor jumlah trombosit Dengan jumlah trombrosit yang
setiap hari. dipantau setiap hari, dapat dikethui
tingkat kebocoran pembuluh darah
dan kemungkinan perdarahan yang
dapat dialami pasien.
Tidak terjadi tanda- Menganjurkan pasien untuk Aktivitas pasien yang tidak
tanda perdarahan banyak istirahat. terkontroldapat menyebabkan
lebih lanjut (secara terjadinya perdarahan.

17
Memberikan penjelasan Keterlibatan keluarga dengan
kepada pasien/keluarga untuk segera melaporkan terjadinya
segara melapor jika ada perdarahan (nyata) akan
klinis)
tanda-tanda perdarahan lebih membantu pasien mendapatkan
lanjut seperti: hematemesis, penanganan sedini mungkin.
melena, epistaxis.

6. Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa nyaman; nyeri sehubungan


dengan mekanisme patologis (proses penyakit).

Tujuan Intervensi Rasional


Rasa nyaman Mengkaji tingkat nyeri yang Untuk mengetahui berapa berat
pasien dialami pasien dengan memberi nyeri yang dialami pasien.
terpenuhi rentang nyeri (0-10), biarkan pasien
menentukan tingkat nyeri yang
dialaminya, tetapkan tipe nyeri
yang dialami pasien, respon pasien
terhadap nyeri yang dialami pasien.
Mengkaji faktor-faktor yang Rekasi pasien terhadap nyeri
mempengaruhi reaksi pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor,
terhadap nyeri (budaya, pendidikan, dengan mengetahui faktor-faktor
dll) tersebut maka perawat dapat
melakukan intervensi yang sesuai
dengan masalah klien. Respons
individu terhadap nyeri sangat
berbeda atau bervariasi, sehingga
perawat perlu mengkaji lebih lanjut
untuk menghindari kesalahan
persepsi terhadap kondisi yang
dialami pasien. Mislanya: pasien
yang berteriak karena nyeri belum
tentu mengalami nyeri yang lebih

18
hebat dari pasien lain yang menutup
matanya, mengigit bibir atau
berpegangan erat.
Memberikan posisi yang nyaman, Untuk mengurangi rasa nyeri.
usahakan situasi ruangan yang
tenang.
Memberikan suasana gembira bagi Dengan melakukan aktivitas lain,
pasien, alihkan perhatian pasien pasien dapat sedikit melupakan
dari rasa nyeri (libatkan keluarga). perhatiannya terhadap nyeri yang
Menganjurkan pasien untuk dialaminya.
membaca buku, mendengarkan
musik, menonton TV.
Memberikan kesempatan pasien Tetap berhubungan dengan orang-
Nyeri
untuk berkomunikasi dengan orang terdekat atau teman membuat
berkurang atau
teman-temannya atau orang pasien gembira/bahagia dan dapat
hilang
terdekat. mengalihkan perhatiannya terhadap
nyeri.
Memberikan obat-obat analgetik Obat-obatan analgentik dapat
(kolaborasi dengan dokter) menekan atau mngurangi nyeri
pasien. Perlu adanya kolaborasi
dengan dokter karena pemberian
obat merupakan wewenang dokter.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengue ialah suatu infeksi arbovirus (arthrop-borne virus) akut,
ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes (FK UI, 1985, hlm. 607). Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF terutama

19
menyerang anak, remaja, dan dewasa dan seringkali menyebabkan
kematian bagi penderita (Christantie Effendy, Skp. 1995).

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Christantie.1995. Perawatan Pasien DHF. EGC : Jakarta.


WHO. Demam Berdarah Dengue: Diagnosa, Pengobatan, Pencegahan, dan
Pengendalian 2th Ed. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk.2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hastuti, Oktri.2008. Demam Berdarah Denngue: Penyakit & Cara
Pencegahannya (1 vols). Kanisius (Anggota IKAPI) : Yogyakarta

20
Candra, Aryu.2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator Journal of Vector-Borne Diseases
Studies,2 (2), 110-119.

21

Anda mungkin juga menyukai